You are on page 1of 21

PERAN STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA

NONGKOSAWIT KOTA SEMARANG

Annatasya Yunita Nugroho, Amni Zarkasyi Rahman, Kismartini

Departemen Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269

Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405

Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
The city of Semarang is one of the tourist destinations for foreign and domestic tourists.
Tourism villages were formed to empower the community so that they can act as direct actors
in an effort to increase readiness and concern for village potential or tourist attractions in
their respective villages. The development of the Nongkosawit Tourism Village can be said
to be still not developing well or seems slow like other tourist villages, allegedly because the
roles between the government, the community, and the private sector have not been optimal
in tourism development. In this study, researchers used descriptive qualitative research
methods. The results of this study are that there are five roles of stakeholders in the
development of the Nongkosawit Tourism Village, namely policy creator, coordinator,
facilitator, implementor, and accelerator. Stakeholders involved in the development of the
Nongkosawit Tourism Village are POKDARWIS Kandang Gunung, Semarang City Culture
and Tourism Office, Nongkosawit Village, Bappeda of Semarang City, Disporapar of
Semarang City Public Works Service, Central Java, Universitas Negeri Semarang, Tourist,
and the Nongkosawit community. The conclusion of this study is that the relationship
between stakeholders is still found that is not optimal so that it hinders the development of
the Nongkosawit Tourism Village. Suggestions from this research is the relationship between
internal stakeholders such as the community and POKDARWIS still needs to be improved
and the existing problems must be resolved immediately.
Keywords: Stakeholders, Role of Stakeholders, Tourism Village Development
PENDAHULUAN fasilitas yang menunjang seperti
pelabuhan, bandara, jalan tol, dan lainnya.
A. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu, Kota
Pada saat ini Pemerintah Republik Semarang sebagai kota dagang berubah
Indonesia mengunggulkan sektor menjadi kota wisata. Kota Semarang
pariwisata dalam memperoleh devisa menawarkan beragam tempat wisata
negara dikarenakan sebagai salah sektor dengan daya tarik dalam kegiatan
yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata seperti keragaman etnis,
negara. Kunjungan wisatawan asing yang keragaman budaya, warisan sejarah, serta
begitu banyak ke Indonesia tradisi dari kebiasaan dan kehidupan
mengakibatkan tambahan devisa negara masyarakat Kota Semarang. Hal tersebut
dari industri wisata sehingga memberikan peluang untuk memasarkan
mengakibatkan terjadinya wisatawan produk wisata yang beraneka ragam.
masuk ke dalam negara dan akan
Tabel 1. Data Wisatawan Kota
menambah valuta asing negara. Sehingga
Semarang Tahun 2016-2020
dapat diartikan pariwisata merupakan
bentuk suatu proses kepergian individu Wisatawan Wisatawan
Tahun
atau kelompok menuju ke tempat yang Mancanegara Domestik
berbeda.
2016 56.192 4.627.782
Provinsi Jawa Tengah merupakan
2017 59.672 4.964.804
salah satu provinsi yang berkembang
secara baik pada pertumbuhan ekonomi 2018 66.107 5.703.282
daerahnya. Dalam meningkatkan
2019 81.999 7,150,343
pertumbuhan ekonomi dan mendorong
produksi di Provinsi Jawa Tengah bidang 2020 388 252.839
pariwisata berperan konsekuensial,
Sumber:
sehingga kegiatan pariwisata terhadap
disporapar.jatengprov.go.id
perekonomian Jawa Tengah berdampak
Meningkatnya jumlah pengunjung
pada pengeluaran wisatawan mancanegara
merupakan bukti nyata bahwa Kota
maupun wisatawan nusatnara. Seiring
Semarang merupakan salah satu destinasi
dengan perkembangan zaman, Kota
wisata yang disukai oleh wisatawan asing
Semarang dengan potensi wisata yang
maupun domestik. Tujuan wisata di Kota
berlimpah terlebih banyaknya dukungan
Semarang dengan mengedepankan budaya,
alam, dan sesuatu yang unik menjadi minat membuat kebijakan serta perencanaan
wisatawan mengunjungi desa wisata. yang sistematis seperti penyediaan dan
Sehingga desa wisata menjadi salah satu pembangunan infrastruktur oleh
destinisasi wisatawan berkunjung ke Kota pemerintah untuk mendukung
Semarang. perkembangan pariwisata dan upaya untuk
peningkatan kualitas tenaga kerja di
Desa wisata di Kota Semarang
bidang pariwisata.
merupakan desa wisata terbaik bagi
wisatawan asing dan domestik. Dalam pengembangan Desa Wisata
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nongkosawit, peran pemangku
Walikota Semarang No. 556/407 tahun kepentingan merupakan salah satu dari
2012 Kota Semarang memiliki 3 desa sekian banyak permasalahan yang
wisata yang berada di 2 kecamatan, yaitu dihadapi dalam pengembangan Desa
Desa Wisata Nongkosawit dan Desa Wisata Nonkosawit. Permasalahan
Wisata Kandri terletak di Kecamatan pertama yang terjadi adalah permasalahan
Gunung Pati dan Desa Wisata Wonolopo pada kelompok sadar wisata. Pemahaman
yang terletak di Kecamatan Mijen. Seiring tentang desa wisata antar anggota berbeda
dengan perkembangan wisata khususnya sehingga menimbulkan kecemburuan dan
desa wisata di Kota Semarang, Desa mengurangi kekompakan antar anggota.
Wisata Nongkosawit masih terdengar POKDARWIS sendiri juga tidak
kurang familiar untuk wisatawan dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan
masyarakat di Kota Semarang. yang menyangkut pengembangan Desa
Wisata Nongkosawit dan kurang
Stakeholders menjadi peran yang
membimbing masyarakat sekitar (Putri &
sangat penting dalam pengembangan
Yuniningsih, 2019).
pariwisata yaitu pemerintah, swasta, dan
masyarakat (Handayani & Warsono, Selain itu, permasalahan juga
2017). Selain itu menurut Hertifah (2003) terjadi dengan masyarakat yang ada di
dalam (Elista et al., 2020), stakeholders Nongkosawit. Partisipasi masyarakat lokal
adalah pribadi ataupun gabungan beberapa yang rendah dan kesadaran masyarakat
orang atau instansi yang memiliki setempat akan desa wisata yang ada di
keabsahan dalam membangun suatu daerahnya (Yuliati & Suwandono, 2016).
program bersama. Berkaitan dengan Dalam pengembangan Desa Wisata
pengembangan pariwisata, peran Nongkosawit masih belum ada sektor
stakeholders salah satunya adalah privat yang mendukung pariwisata dan
memiliki kepentingan dalam B. Kerangka Teori
pengembangan pariwisata. Dalam hal ini,
Stakeholders
Pemerintah Kota Semarang sudah
melakukan upaya dalam pembangunan dan Stakeholders sendiri diklasifikasikan
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit berdasarkan perannya dalam suatu
seperti pembangunan infrastruktur dengan program (Nugroho et al., 2014), antara
pembangunan jalan atau akses menuju lain:
desa wisata, lampu penerangan jalan,
a. Policy creator merupakan stakeholders
mengadakan pelatihan-pelatihan anggota
yang memiliki peran untuk mengambil
PODARWIS guna meningkatkan SDM,
keputusan dan menentukan suatu
serta ikut memfasilitasi kegiatan forum
kebijakan.
komunikasi desa wisata di Kota Semarang.
b. Koordinator merupakan stakeholders
Akan tetapi, masih ditemukan fasilitas-
yang memiliki peran untuk
fasilitas yang belum memadahi.
berkoordinasi antar stakeholder yang
Rumusan masalah dalam penelitian ini ikut perpartisipasi.
adalah: c. Fasilitator merupakan stakeholders
1. Bagaimana peran stakeholders dalam yang memiliki peran sebagai fasilitator
pengembangan pariwisata di Desa dan mencukupi kebutuhan objek yang
Wisata Nongkosawit Kota Semarang? dituju.
2. Apa faktor pendorong dan penghambat d. Implementor merupakan stakeholders
dalam pengembangan pariwisata di yang berperan dalam melaksanakan
Desa Wisata Nongkosawit Kota kebijakan yang di dalam kebijakan
Semarang? tersebut terdapat objek yang dituju.
e. Akselerator merupakan stakeholders
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah:
yang berperan seperti kontribusi dan
1. Untuk mengetahui peran stakeholders menetapkan waktu dengan tujuan agar
yang terlibat dalam pengembangan program yang dijalankan tepat dan
pariwisata di Desa Wisata sesuai sasaran serta waktu
Nongkosawit Kota Semarang. pencapaiannya lebih cepat
2. Untuk mengetahui faktor pendorong
Pariwisata
dan penghambat dalam pengembangan
pariwisata di Desa Wisata Pengembangan pariwisata merupakan
Nongkosawit Kota Semarang. tahapan dalam langkah-langkah yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang digunakan data primer dan sekunder.
telah ditentukan seta tujuan pembangunan Teknik pengumpulan data yang dilakukan
(Pebriyanti et al., 2020). yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data nya
Collaborative Governance
menggunakan pengumpulan data, reduksi
Collaborative governance adalah data, penyajian data, dan kesimpulan.
cara baru untuk memungkinkan pembuat Kualitas data ini menggunakan teknik
kebijakan yang beragam untuk berdiskusi, triangulasi.
mencapai kesepakatan, dan melibatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
aktor non-negara sebagai proses
pembuatan kebijakan kolektif yang A. Peran Stakeholders
bertujuan untuk melaksanakan kebijakan
Berdasarkan hasil penelitian
pemerintah dan mengelola program atau
terdapat lima peran yang dimiliki
aset publik (Ansell & Gash, 2008).
stakeholders dalam pengembangan Desa
Metode Penelitian Wisata Nongkosawit yaitu policy creator,
koordinator, fasilitator, implementor, dan
Penelitian ini menggunakan tipe
akselerator.
penelitian deksriptif kualitatif. Situs
penelitian ini adalah Desa Wisata Policy Creator
Nongkosawit, Kelurahan Nongkosawit,
Dalam pengembangan Desa Wisata
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Nongkosawit terdapat tiga stakeholders
Subjek penelitian yaitu teknik purposive
yang memiliki peran sabagai policy
sampling digunakan oleh peneliti dalam
creator yaitu Dinas Kebudayaan dan
pengambilan sampel secara sengaja yaitu
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota
POKDARWIS Kandang Gunung, Dinas
Semarang, Badan Perencanaan
Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Semarang, Masyarakat Nongkosawit, dan
Semarang, dan Dinas Kepemudaan,
Wisatawan Desa Wisata Nongkosawit.
Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR)
Serta teknik snowball sampling dimana
Jawa Tengah.
informan selanjutnya adalah Kelurahan
Nongkosawit, Bappeda Kota Semarang, Koordinator
Disporapar Jawa Tengah, dan LPPM
Dalam pengembangan Desa Wisata
Unnes. Jenis data yang digunakan adalah
Nongkosawit terdapat tiga stakeholders
data kualitatif. Sumber data yang
yang memiliki peran sabagai koordinator yang memiliki peran sabagai akselerator
yaitu Kelompok Sadar Wisata yaitu Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS) Kandang Gunung, (POKDARWIS) Kandang Gunung,
Kelurahan Nongkosawit, dan Badan Universitas Negeri Semarang, Wisatawan
Perencanaan Pembangunan Daerah Desa Wisata Nongkosawit dan masyarakat
(Bappeda) Kota Semarang. Nongkosawit.

Fasilitator B. Analisis Peran Stakeholders

Dalam pengembangan Desa Wisata Policy Creator


Nongkosawit terdapat enam stakeholders
Gambar 1. Diagram Policy Creator
yang memiliki peran sabagai fasilitator
yaitu Kelompok Sadar Wisata
Dinas
(POKDARWIS) Kandang Gunung, Dinas Pariwisata
Kota
Semarang
Kebudayaan dan Pariwisata
Bappeda
(DISBUDPAR) Kota Semarang, Disporap
Kota
Semaran
ar Jawa g
Tengah
Kelurahan Nongkosawit, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Sumber : Peneliti
(Bappeda) Kota Semarang, Dinas
Meskipun memiliki peran yang sama,
Pekerjaan Umum Kota Semarang, dan
dalam hal ini terdapat perbedaan hubungan
Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan
antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pariwisata (DISPORAPAR) Jawa Tengah.
(DISBUDPAR) Kota Semarang dan Badan
Implementor Perencanaan Pembangunan (Bappeda)
Kota Semarang dengan Dinas
Dalam pengembangan Desa Wisata
Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata
Nongkosawit terdapat dua stakeholders
(DISPORAPAR) Jawa Tengah. Dalam hal
yang memiliki peran sabagai implementor
ini terdapat hubungan antara Dinas
yaitu Kelompok Sadar Wisata
Pariwisata Kota Semarang dan Bappeda
(POKDARWIS) Kandang Gunung dan
Kota Semarang yaitu sebagai pembuat
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
kebijakan yaitu membuat dan merancang
(DISBUDPAR) Kota Semarang.
Surat Keputusan Walikota Semarang
Akselerator Nomor 556/407 Tahun 2012 Tentang

Dalam pengembangan Desa Wisata Penetapan Kelurahan Kandri dan

Nongkosawit terdapat empat stakeholders Kelurahan Nongkosawit Kecamatan


Gunungpati, Kelurahan Wonolopo Tengah. Berdasarkan penjelasan dan
Kecamatan Mijen selaku desa wisata di diagram diatas, diatas Kelompok sadar
Kota Semarang yang ditetapkan oleh wisata (POKDARWIS) Kandang Gunung,
Walikota Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(DISBUDPAR) Kota Semarang, Badan
Menurut Ansel (2007) dalam
Perencanaan Pembangunan (Bappeda)
(Matthoriq et al., 2021), menjadikan
Kota Semarang, dan Dinas Kepemudaan,
bahwa dalam pemahaman bersama ada
Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR)
misi, landasan, tujuan, visi, dan ideologi
Jawa Tengah sebagai policy creator
bersama, tujuan yang jelas, arahan, dan
dalam pengembangan Desa Wisata
strategy yang jelas. Dalam hal ini,
Nongkosawit memiliki peran yang
Pemerintah Kota Semarang (Dinas
berbeda.
Kebudayaan dan Pariwisata
(DISBUDPAR) Kota Semarang) dan Dalam pembentukan dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah pengembangan Desa Wisata Nongkosawit
(Bappeda) Kota Semarang) memiliki muncul beberapa stakehoders yang
tujuan yang beda dalam pembentukan mendukung dan ikut mengembangkan
Desa Wisata Nongkosawit. Kelompok Desa Wisata Nongkosawit. Terjadinya
Sadar Wisata (POKDARWIS) Kandang hubungan antar stakeholders dalam
Gunung mengusulkan kepada pemerintah pengembangan Desa Wisata Nongkosawit
kota untuk merintiskan Kelurahan yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Nongkosawit menjadi salah satu desa (DISBUDPAR) Kota Semarang dan Badan
wisata di Kota Semarang. Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kota Semarang. Lalu Dinas
Dalam penetapan desa wisata tidak
Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata
luput dari peraturan-peraturan pemerintah
(DISPORAPAR) Jawa Tengah sebagai
terkait tentang desa wisata. Dinas
stakeholders pendukung dengan
Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata
menetapkan peraturan tentang desa wisata.
(DISPORAPAR) Jawa Tengah sebagai
stakeholder yang memiliki peran membuat Ansel dan Gash dalam (Tilano &
kebijakan bersama dengan pemerintah Suwitri, 2019) memberikan penjelasan
daerah (DPRD) membuat dan menetapkan terkait sistem kolaborasi akan dipengaruh
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah oleh suatu fenomena yaitu kepentingan
Nomor 2 Tahun 2019 Tentang dan visi yang dimiliki para stakeholders
Pemberdayaan Desa Wisata di Jawa untuk memenuhi tujuan yang ingin
dicapai. Fenomena yang mendorong dengan Kelurahan Nongkosawit yakni di
terbentuknya collaborative governance ini forum musrenbang setiap tahunnya untuk
dikarenakan adanya ketidakseimbangan menyampaikan aspirasi dan keluhan
sumber daya dan pengetahuan. Dimana di terkait pengembangan desa wisata.
Kelurahan Nongkosawit terdapat beberapa Sebagai koordinator, Kelurahan
potensi yang mendukung untuk Nongkosawit melakukan koordinasi
terbentuknya desa wisata dan perlu dengan OPD yang terkait dalam
dikembangkan dan memerlukan pihak permasalahan yang terjadi, dalam hal ini
yang lain seperti Dinas Kebudayaan dan Kelurahan Nongkosawit lebih sering
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan
Semarang, Badan Perencanaan dan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota
Pembangunan (Bappeda) Kota Semarang, Semarang. Badan Perencanaan
serta untuk membantu dalam Pembangunan (Bappeda) Kota Semarang
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit sebagai stakeholder yang memiliki peran
Kota Semarang. koordinator melakukan koordinasi dengan
OPD terkait perkembangan desa wisata
Koordinator
secara tidak langsung.
Gambar 2. Diagram Koordinator
Dalam hal ini Badan Perencanaan
Pembangunan (Bappeda) Kota Semarang
lebih sering melakukan koordinasi dengan

Kelurahan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Nongkosawit

(DISBUDPAR) Kota Semarang karena


Bappeda Kota
Dinas Semarang
Pokdarwis
Kandang Gunung
Pariwisata Kota
Semarang
merupakan tugasnya untuk pengelolaan
pariwisata di Kota Semarang termasuk
Masyarakat
Nongkosawit
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit.
Selain itu, Kelurahan Nongkosawit sebagai
koordinator mengkoordinasikan saran dan
Sumber : Peneliti kebutuhan masyarakat dan kelompok sadar
wisata terhadap Dinas Kebudayaan dan
Berdasarkan gambar diatas terdapat
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Semarang
tiga stakeholders yang memiliki peran
terkait dengan pengembangan Desa Wisata
sebagai koordinator dalam hal ini
Nongkosawit yang diadakan saat
Kelompok sadar wisata (POKDARWIS)
musrenbang akhir tahun.
Kandang Gunung melakukan koordinasi
Dalam peran koordinasi, kerjasama secara kontrak belum terjadi
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) antar Kelompok Sadar Wisata
Kandang Gunung selaku pengelola wisata (POKDARWIS) Kandang Gunung dengan
mengajak masyarakat untuk ikut serta Universitas Negeri Semarang dalam
dalam pengembangan Desa Wisata pengembangan Desa Wisata Nongkosawit.
Nongkosawit serta melakukan kerjasama Yang dilakukan oleh kedua stakeholders
dengan pihak swasta. Akan tetapi, tersebut adalah hanya rekomendasi tanpa
koordinasi Kelompok Sadar Wisata adanya kontrak. Pada pengembangan Desa
(POKDARWIS) Kandang Gunung dengan Wisata Nongkosawit masih belum
masyarakat masih belum optimal. dilakukannya kerjasama secara hukum
Sehingga hanya beberapa masyarakat yang dengan pihak swasta.
ikut serta dalam pengembangan Desa
Akan tetapi, menurut Bovaird
Wisata Nongkosawit. Selain itu, belum
dalam (Astuti et al., 2020), bentuk
adanya kerjasama dengan pihak swasta
kemitraan merupakan bentuk kerjasama
juga belum terjalin sampai saat ini.
yang lebih dari sekedar kontrak kerjasama.
Koordinasi antar masyarakat dan Kerjasama yang dilakukan ialah bentuk
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) kerjasama yang memiliki keprihatinan di
Kandang Gunung masih kurang. Banyak luar kontrak yang tertulis. Peran swasta
masyarakat yang belum mau ikut akan membantu dalam pengembangan
berpartisipasi dalam pengembangan Desa Desa Wisata Nongkosawit. Sehingga
Wisata Nongkosawit. Hal ini dikarenakan dalam bentuk proses koordinasi dalam
juga Kelompok Sadar Wisata Kandang penelitian ini, peran swasta dalam
Gunung (POKDARWIS) belum pengembangan desa wisata sangatlah
merangkul dan mengayomi masyarakat penting.
secara baik.

Menurut (Ansell & Gash, 2008)


komitmen dapat diilai berdasarkan
motivasi untuk ingin berpartisipasi dalam
tata kelola kolaboratif. Sehingga dalam hal
ini komitmen yang dimaksudkan mengacu
terhadap kontrak kerjasama dan surat
rekomendasi yang disetujui kedua belah
pihak yang terlibat. Dalam hal ini,
Fasilitator mudah atau tidak dapat diselesaikan
organisasi secara sendirian.
Gambar 3. 1 Diagram Fasilitator
Hubungan antara Kelurahan
Nongkosawit dengan Kelompok sadar
Dinas Bappeda Kota wisata (POKDARWIS) Kandang Gunung
Kelurahan Pariwisata Semarang
Nongkosawit Kota Semarang
Pokdarwis
dimana Kelurahan Nongkosawit
Kandang
Gunung memberikan bentuk fasilitas seperti
Dinas PU
Masyarakat
Kota Semarang Nongkosawit pelayanan administratif, pemberdayaan
Disporapar
Jawa Tengah
masyarakat, dan pembangunan fisik
melalui musrenbang. Dalam hal bentuk
Sumber : Peneliti
fasilitas pemberdayaan masyarakat yang

Berdasarkan diagram diatas diberikan Kelurahan Nongkosawit

terdapat enam stakeholders yang memiliki terhadap masyarakat masih belum berjalan

peran sebagai fasilitator. Meskipun dengan baik. Dikarenakan pemberdayaan

memiliki peran yang sama, dalam hal ini masyarakat sendiri memiliki arti untuk

terdapat perbedaan hubungan antara mengupayakan pembangunan oleh

Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) masyarakat untuk dapat melakukan

Kandang Gunung, Kelurahan aktivitas social guna mencapai tujuan

Nongkosawit, Dinas Kebudayaan dan bersama.

Pariwisata (DISBUDPAR) Kota


Dalam pengembangan Desa Wisata
Semarang, Dinas Pekerjaan Umum, Badan
Nongkosawit sendiri pemberdayaan
Perencanaan Pembangunan (Bappeda)
masyarakat masih sangatlah dibutuhkan
Kota Semarang dengan Dinas
untuk menimbulkan rasa ingin terlibat
Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata
dalam membangun dan mengelola wisata
(DISPORAPAR) Jawa Tengah.
di daerahnya sendiri. Dalam hal ini, peran

Menurut O’Leary dan Bingham Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)

dalam Sudarmo (2015) dalam (Astuti et Kandang Gunung sangatlah penting

al., 2020), proses kolaborasi memiliki dengan memberikan pengertian serta

konsep yang menggambarkan suatu proses sosialisasi secara rutin terkait dengan Desa

memberikan fasilitas dan pelaksanaannya Wisata Nongkosawit. Masyarakat

melibatkan banyak organisasi untuk Nongkosawit masih belum mau ikut

penyelesaian masalah yang dimana tidak terlibat dalam pengembangan Desa Wisata
Nongkosawit. Selain itu, berdasarkan
kutipan wawancara, kesadaran masyarakat mengadakan kegiatan rutin yaitu Gelar
terhadap wilayahnya sendiri yang menjadi Desa Wisata dan lomba kelompok antar
desa wisata masih sangatlah kurang kelompok sadar wisata (POKDARWIS) di
sehingga pengembangan Desa Wisata Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dilakukan
Nongkosawit dapat dikatakan belum untuk memberikan apresiasi dan semangat
berjalan secara optimal. kepada pengelola wisata untuk dapat terus
mengembangkan wisata di wilayahnya.
Dalam peran fasilitator, Dinas
Sehingga peran Dinas Kepemudaan,
Kebudayaan dan Pariwisata
Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR)
(DISBUDPAR) Kota Semarang
Jawa Tengah sebagai fasilitator dapat
memfasilitasi kelompok sadar wisata
dikatakan tidak langsung berhubungan
(POKDARWIS) dalam bentuk kegiatan
dengan pengembangan Desa Wisata
pelatihan tentang pengelolaan desa wisata,
Nongkosawit tetapi secara kesuluruhan
pelatihan tentang pengelolaan homestay,
desa wisata di Provinsi Jawa Tengah.
pendampingan pengelolaan desa wisata,
lomba pokdarwis, dan pendampingan Menurut (Nugroho et al., 2014),
pengelolaan homestay. Badan Perencanaan fasilitator merupakan stakeholders sebagai
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota fasilitator yang berperan menfasilitasi dan
Semarang dalam pengembangan Desa mencukupi apa yang dibutuhkan kelompok
Wisata Nongkosawit memfasilitasi wadah sasaran. Selain itu fasilitator adalah
diskusi salah satunya Forum Ekonomi pemandu proses, seseorang yang membuat
Lokal dimana Dinas Kebudayaan dan sebuah proses lebih mudah atau lebih
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Semarang yakin untuk menggunakannya (Hunter et
menjadi wakil pemerintah untuk mengikuti al., 1993). Diantara enam stakeholders
kegiatan tersebut dalam sector pariwisata. tersebut peran Dinas Pekerjaan Umum
Dalam pengembangan Desa Wisata Kota Semarang dalam pengembangan
Nongkosawit, Badan Perencanaan Desa Wisata Nongkosawit masih belum
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota berjalan dengan optimal. Dinas Pekerjaan
Semarang tidak berhubungan secara Umum (PU) Kota Semarang memiliki
langsung dengan Kelompok sadar wisata hubungan dengan Badan Perencanaan
(POKDARWIS) Kandang Gunung. Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Semarang dengan memfasilitasi
Berkaitan dengan memfasilitasi,
pembangunan umum seperti akses menuju
Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan
ke Desa Wisata Nongkosawit dan lampu
Pariwisata (DISPORAPAR) Jawa Tengah
jalan. Berdasarkan pendapat dari Pitana yang sama yaitu mengimplementasikan
dan Gayatri (2005) dalam (Sujendra & Ip, tugas dari masing-masing stakeholders
2019), peran fasilitator dalam yang berkaitan dengan pengembangan
pengembanan pariwisata adalah Desa Wisata Nongkosawit.
menyediakan segala fasilitas yang
Dalam hal implementasi,
mendukung dan diperlukan dalam
Kelompok sadar wisata (POKDARWIS)
pengembangan pariwisata. Akan tetapi,
Kandang Gunung melakukan tugasnya
berdasarkan kutipan wawancara masih
yaitu mengelola dan mengatur
banyak fasilitas-fasilitas lain seperti lahan
keberjalannya desa wisata dan melakukan
parkir dan area untuk acara adat yang
pengorganisasian secara internal
masih belum terdapat di wilayah Desa
pokdarwis. Sedangkan Dinas Kebudayaan
Wisata Nongkosawit.
dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota
Implementor Semarang melakukan tugasnya sebagai
lembaga pemerintah dalam mengurus
Gambar 4. Diagram Implementor
segala kegiatan kepariwistataan di Kota
Semarang.

Pokdarwis Dinas Berdasarkan Peraturan Daerah


Pariwisata
Kandang Kota
Gunung Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun
Semarang
2019 Tentang Pemberdayaan Desa Wisata
di Provinsi Jawa Tengah, dalam penerapan
Sumber : Peneliti implementasi oleh Kelompok Sadar
Wisata (POKDARWIS) Kandang Gunung
Berdasarkan diagram diatas
yaitu seluruh pengelolaan wisata di Desa
terdapat dua stakeholders yang memiliki
Nongkosawit dilakukan oleh Kelompok
peran sebagai implementor yaitu
Sadar Wisata (POKDARWIS) Kandang
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
Gunung. Selain mengelola seluruh
Kandang Gunung dan Universitas Negeri
kegiatan wisata Kelompok Sadar Wisata
Semarang. Bentuk implementasi dari
(POKDARWIS) Kandang Gunung juga
Kelompok sadar wisata (POKDARWIS)
melakukan koordinasi dengan Dinas
Kandang Gunung dan Dinas Kebudayaan
Kebudayaan dan Pariwisata
dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota
(DISBUDPAR) Kota Semarang untuk
Semarang dalam pengembangan Desa
membantu dalam mengatasi dan
Wisata Nongkosawit memiliki hubungan
mengelola Desa Wisata Nongkosawit.
Berdasarkan Peraturan Walikota Menurut (Nugroho et al., 2014),
Semarang Nomor 30 Tahun 2008 Tentang implementor adalah stakeholders
Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas pelaksana kebijakan yang di dalamnya
Kebudayaan dan Pariwisata Kota termasuk kelompok sasaran. Dalam hal ini
Semarang, tugas dari Dinas Kebudayaan peran yang dilakukan oleh Kelompok
dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Sadar Wisata (POKDARWIS) Kandang
Semarang yaitu melaksanakan segala Gunung adalah menjalankan tugas dan
urusan pemerintah daerah dalam bidang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
kebudayaan dan pariwisata serta memiliki (DISBUDPAR) Kota Semarang yaitu
fungsi sebagai pelaksanaan pembinaan, menjalankan fungsi dan tugasnya.
pemantauan, pengawasan dan Selain berkoordinasi dengan Dinas
pengendalian, serta monitoring, evaluasi Kebudayaan dan Pariwisata
dan pelapoan pelaksaan tugas Dinas (DISBUDPAR) Kota Semarang,
Kebudayaan dan Pariwisata Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
(DISBUDPAR) Kota Semarang. Kandang Gunung memiliki tugas untuk
saling berkoordinasi antar anggota. Akan
Dalam hal ini, sesuai dengan
tetapi masih ditemukannya perselisihan
perannya Dinas Kebudayaan dan
antar anggota yang mengakibatkan
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Semarang
komitmen anggota kurang kuat. Menurut
sudah melakukan tugasnya dengan benar
(Kurniasih, 2017) keberhasilan suatu
yaitu melakukan kegiatan pembinaan dan
program tidak hanya ditentukan oleh
pelatihan terhadap kelompok sadar wisata
kualitas kebijakannya tapi juga sistem
untuk dapat mengelola desa wisata supaya
kelembagaan di masyarakat. Kelompok
menjadi desa wisata yang dapat
Sadar Wisata (POKDARWIS) Kandang
berkembang dan maju. Kegiatan
Gunung sebagai lembaga masyarakat yang
pemantauan dan monitoring juga
memiliki kewenangan terhadap
dilakukan Dinas Kebudayaan dan
pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit,
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Semarang
perlu mengoptimalkan kinerja dari seluruh
dengan mengunjungi secara langsung ke
anggota sesuai dengan tugas kelompok
Desa Wisata Nongkosawit. Selain itu,
sadar wisata.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(DISBUDPAR) Kota Semarang juga
melakukan fungsi monitoring berdasarkan
laporan dari Kelurahan Nongkosawit.
Akselerator Tinngi, terdapat tiga poin penting sebagai
bentuk tanggungjawab dosen, mahasiswa,
Gambar 5. Diagram Akselerator
dan seluruh pihak yang berkaitan atau
memiliki keterlibatan dalam proses belajar
Pokdarwis
Kandang mengajar.
Gunung Masya
rakat
Wisat Nong
awan kosaw Universitas Negeri Semarang
it
Universitas
Negeri (Unnes) mengamalkan Tri Dharma
Semarang
Perguruan Tinggi seperti penelitian dan
Sumber : Peneliti pengembangan serta pengabdian kepada
masyarakat berupa menerjunkan
Peran akselarator sangatlah penting
mahasiswanya dalam program KKN.
dalam pengembangan desa wisata
Dalam mengelola desa wisata
dikarenakan mempercepat pencapaian
diperlukannya kolaborasi dengan
tujuan berdasarkan peran akselerator itu
stakeholder yang lain. Kolaborasi yang
sendiri. Kelompok sadar wisata
dilakukan seperti penerjunan mahasiswa
(POKDARWIS) Kandang Gunung
KKN akan membantu pada pengembangan
menjadi pihak yang menunjang
Desa Wisata Nongkosawit. Karena
keberhasilan desa wisata. Dalam hal ini
kegiatan-kegiatan KKN yang melibatkan
perannya bersama dengan bantuan dan
masyarakat serta memberikan banyak
partisipasi masyarakat sangatlah penting
edukasi akan membantu masyarakat di
karena pengelolaan dan keberhasilan desa
Kelurahan Nongkosawit menjadi lebih
wisata sangat bergantung kepada
baik. Selain itu kegiatan KKN dari
hubungan atau kolaborasi antar kedua
mahasiswa Universitas Negeri Semarang
stakeholders tersebut.
akan memberikan inovasi baru seperti
Selain Kelompok Sadar Wisata penemuan potensi untuk desa wisata dan
(POKDARWIS) Kandang Gunung dan pengembangan inovasi yang ada di Desa
masyarakat Nongkosawit, Universitas Wisata Nongkosawit.
Negeri Semarang menjadi stakeholder
Kegiatan kuliah kerja nyata akan
yang berperan sebagai akselerator dengan
memberikan banyak program-program
mangamalkan Tri Dharma Perguruan
unggulan untuk membenahi ataupun
Tinggi khususnya dalam pengabdian dan
memberikan ide-ide terkait dengan
pemberdayaan masyarakat serta penelitian.
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit.
Berdasarkan Tri Dharma Perguruan
Selain itu, kegiatan kuliah kerja nyata akan
memberikan dampak sepeti kunjungan di Nongkosawit dan Kelompok Sadar
wisatawan dikarenakan adanya digitalisasi. Wisata (POKDARWIS) Kandang Gunung.
Mahasiswa yang melakukan kegiatan
Berdasarkan pendapat dari Ansell
kuliah kerja nyata secara tidak langsung
dan Gash dalam (Tilano & Suwitri, 2019),
akan mempromosikan objek-objek atau
membangun kepercayaan antar
kegiatan yang ada di Desa Wisata
stakeholders di antara keterbatasan
Nongkosawit. Sehingga muncul
kapasitas dan perbedaan antar
ketertarikan wisatawan untuk berkunjung
stakeholders. Akan tetapi masih banyak
ke Desa Wisata Nongkoasawit.
hambatan yang terjadi di antara kedua
Selain ketiga stakeholders diatas, stakeholders tersebut. Masyarakat di Desa
wisatawan menjadi stakeholder yang Wisata Nongkosawi masih belum
berperan besar dalam mempercepat tujuan memahami bahwa daerahnya tersebut
pengembanga Desa Wisata Nongkosawit. merupakan desa wisata di Kota Semarang.
Di era serba digital ini, bagi wisatawan Sehingga masyarakat Nongkosawit
yang senang mengunjungi daerah wisata, tersebut hanya mengandalkan pokdarwis.
social media menjadi pilihan yang tepat Sistem kolaborasi memiliki arti bahwa
untuk mengeksplore atau mencari tahu terdapat pihak-pihak yang memiliki tujuan
terkait perkembangan wisata di daerahnya. bersama dan ingin mencapai tujuan
Promosi yang dilakukan oleh wisatawan tersebut. Tujuan antara pihak masyarakat
melalui social medianya akan memberikan dan pihak pokdarwis masih belum searah.
dampak yang sangat besar terhadap Serta kepercayaan masyarakat terhadap
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit. Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
Hal tersebut akan memunculkan dan Kandang Gunung dan antar masyarakat
menarik wisatawan lain untuk berkunjung Nongkosawit masih sangat perlu
karena melihat keunikan dari potensi alam ditimbulkan.
dan budaya di Desa Wisata Nongkosawit.
Menurut Ansel dan Gash dalam
Menurut (Nugroho et al., 2014) akselerator (Tilano & Suwitri, 2019), kepercayaan
merupakan stakeholders yang berperan sangat diperlukan dalam suatu proses
mempercepat dan memberikan kontribusi kolaborasi. Dengan adanya kepercayaan
agar suatu program dapat berjalan sesuai maka akan memudahkan proses kolaborasi
sasaran atau bahkan lebih cepat waktu mencapai tujuannya. Dalam hal ini
pencapaiannya. Stakeholders yang masih terdapat dua sisi dari masyarakat yang
memiliki permasalahan adalah masyarakat sepenuhnya percaya dengan kelompok
sadar wisata dan masyarakat yang belum Internal
memiliki kepercayaan penuh kepada
Berdasarkan penelitian diatas, faktor
Kelompok sadar wisata (POKDARWIS)
pendorong secara internal dalam
Kandang Gunung terhadap pengembangan
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit
Desa Wisata Nongkosawit. Akan tetapi
adalah keinginan Kelompok Sadar Wisata
kepercayaan tersebut tidak diimbangi
(POKDARWIS) Kandang Gunung dalam
dengan aksi, maksudnya adalah
memajukan pariwisata di Desa Wisata
masyarakat menjadi kurang berpartisipasi
Nongkosawit sangatlah tinggi. Sehingga
dalam pengembangan desa wisata. Hal ini
banyak sekali rencana-rencana dalam
serupa dengan Kelompok sadar wisata
pengembangan potensi wisata untuk Desa
(POKDARWIS) Kandang Gunung yang
Wisata Nongkosawit. Selain itu, meskipun
masih belum sepenuhnya percaya terhadap
kurangnya partisipasi masyarakat,
masyarakat. Kurangnya kepercayaan antar
keramahan yang diberikan oleh
stakeholders akan mengakibatkan
masyarakat kepada wisatawan sangatlah
terhambatnya perkembangan Desa Wisata
bauk karena keramahan masyarakat akan
Nongkosawit.
berpengaruh besar terhadap
Hubungan yang harmonis dan pengembangan Desa Wisata Nongkosawit
saling mendukung antara komponen sendiri.
pembangunan pariwisata berbasis Untuk fasilitas seperti jalan besar
masyarakat dapat dilihat dalam gambar serta akses menuju ke Desa Wisata
dibawah ini. Pada gambar ini tampak Nongkosawit sangatlah mudah. Dengan
ketiga unsur pariwisata berbasis menggunakan aplikasi google maps
masyarakat, yaitu sumber daya, wisatawan langsung dapat menuju ke Desa
masyarakat lokal, dan wisatawan saling Wisata Nongkosawit tanpa kesusahan.
memberi dan menerima manfaat Selain akses menuju lokasi yang memadai,
pengembangan pariwisata (Pebriyanti et Desa Wisata Nongkosawit berdasarkan
al., 2020). Pengaruh wisatawan terhadap pendapat masyarakat masih mengelola
pengembangan pariwisata sangatlah besar. budaya leluhur dengan baik. Setiap
Oleh karena itu, hubungan antar pengelola tahunnya, perasayaan budaya di Desa
wisata dengan wisatawan harus baik. Wisata Nongkosawit dilakukan agar
budaya tersebut terus berkembang dan
Faktor Pendorong dan Penghambat
tidak menghilang.
A. Pendorong
Eksternal masyarakat di Kelurahan Nongkosawit
masih belum optimal dipicu oleh beberapa
Letak dari Desa Wisata Nongkosawit
faktor.
berdekatan dengan Universitas Negeri
Faktor pertama adalah
Semarang sehingga memudahkan
pembentukan atau pengorganisasian
mahasiswa atau masyarakat sekitar lokasi
Kelompok sadar wisata (POKDARWIS)
mengunjungi Desa Wisata Nongkosawit.
Kandang Gunung. Meskipun bersifat
Selain itu, banyaknya kegiatan yang
sukarela, penyelesaian permasalahan antar
dilakukan di Desa Wisata Nongkosawit
internal anggota Kelompok sadar wisata
juga salah satunya adalah sering menjadi
(POKDARWIS) Kandang Gunung masih
tempat untuk pelaksanaan KKN untuk
perlu diperbaiki. Sehingga apabila terjadi
mahasiswa di universitas Kota Semarang.
kesalahpahaman dapat diselesaikan dengan
Hal ini akan membantu pengembangan
baik dan kepercayaan antar anggota dapat
Desa Wisata Nongkosawit karena dengan
meningkat.
berjalannya teknologi dan semakin
Dalam pengembangan Desa Wisata
terdepan pemikiran manusia maka
Nongkosawit sangat memerlukan
eksistensi Desa Wisata Nongkosawit akan
partisipasi seluruh masyarakat karena desa
mudah dicari oleh wisatawan dan
wisata sendiri itu terjadi karena keunikan
masyarakat sekitar.
dari kegiatan masyarakat setempat.
B. Penghambat
Menurut (Ansell & Gash, 2008)
Internal hambatan dari adanya proses kolaborasi
ialah biasanya terjadi adanya persaingan
Faktor penghambat pengembangan
antara kolaborator dengan pihak lain,
Desa Wisata Nongkosawit terdapat pada
enggan ikut berpartisipasi sepenuhnya
pihak kelompok sadar wisata dan
karena kesibukan, tidak yakin dengan
masyarakat. Peran penting dalam
hasil, atau kekhawatiran akan penolakan
pengembangan dan pengelolaan wisata
dari pendapat. Dalam hal ini, partisipasi
yang dilakukan oleh kelompok sadar
masyarakat di Kelurahan Nongkosawit
wisata (POKDARWIS) karena semua
masih belum optimal karena perbedaan
pengelolaan diatur oleh kelompok sadar
pendapat dan kesepahaman sehingga
wisata itu sendiri bersama dengan
menimbulkan konflik antar dusun.
masyarakat. Pengembangan sumber daya
Partisipasi masyarakat dalam
manusia di Kelompok sadar wisata
pengembangan memiliki arti dimana
(POKDARWIS) Kandang Gunung dan
terdapatnya keikutsertaan masyarakat
dalam pembangunan dan pengembangan Dengan adanya kemitraan dan
sehingga keterlibatannya memberikan kerjasama akan menjadi suatu strategi
manfaat dan hasil. Partisipasi masyarakat dalam mengembangan Desa Wisata
hanya dilakukan oleh masyarakat di Dusun Nongkosawit karena akan mendorong
Randusari saja. Masyarakat di Dusun produktifitas masyarakat disana. Akan
Randusari juga tidak semua ikut tetapi sampai sekarang kemitraan dan
berpartisipasi penuh. Banyak masyarakat kerjasama dengan pihak swasta belum
yang terima jadi saja. Partisipasi terjalin di Desa Wisata Nongkosawit.
masyarakat dalam pengambangan desa Kemitraan dan kerjasama harus terjalin
wisata akan terwujud secara optimal antar stakeholders karena proses
sebagai suatu kegiatan nyata yang pengembanan desa wisata akan sangat
terpenuhi dengan tiga faktor yang terbantu dengan adanya dua hal tersebut.
mendukung pengembangan tersebut, yaitu Kesimpulan
kesadaran, kemampuan, dan kesempatan
Dalam pengembangan Desa Wisata
bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi
Nongkosawit, terdapat lima peran yaitu
dalam prosesnya.
policy creator, koordinator, fasilitator,
Eksternal
implementor, dan akselerator.
Pada dasarnya dalam menjalankan
Dalam pengembangan Desa Wisata
fungsi pemerintahan kemitraan akan selalu
Nongkosawit terdapat faktor pendorong
terlibat. Menurut Gibson (2011) dalam
dan penghambat secara internal dan
(Astuti et al., 2020), bentuk kemitraan
eksternal. Faktor pendorong secara
melibatkan penduduk local, organisasi
internal dalam pengembangan Desa
masyarakat, sector publik maupun sector
Wisata Nongkosawit adalah keinginan
swasta. Manfaat dari kemitraan dan
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
kerjasama sendiri adalah mencegah
Kandang Gunung untuk terus berinovasi
terjadinya konflik antar stakeholders.
dengan mengembangkan dan menggali
Sinergitas yang baik akan tercipta dan
potensi wisata di Desa Wisata
terjalin dengan baik antara berbagai
Nongkosawit, keramahan masyarakat, dan
stakeholders. Dalam pengembangan Desa
potensi yang ada di Desa Wisata
Wisata Nongkosawit, masih belum adanya
Nongkosawit. Lalu secara eksternal adalah
bentuk kemitraan dan kerjasama dengan
lokasi yang dekat dengan Universitas
pihak swasta.
Negeri Semarang memudahkan untuk
mahasiswa melakukan penelitian dan
pengabdian sehingga dalam proses dalam pengembangan Desa Wisata
berjalannya perkembangan desa wisata Nongkosawit seharusnya membantu
akan terbantu. mengatasi permasalahan yang antar
masyarakat seperti permasalahan antar
Faktor penghambat secara internal
dusun.
dalam pengembangan Desa Wisata
Nongkosawit adalah peran kelompok sadar Kelompok sadar wisata (Pokdarwis)
wisata dan Kelurahan Nongkosawit Kandang Gunung seharusnya lebih
sangatlah penting untuk ikut mengajak, mengayomi, dan merangkul
memberdayakan masyarakat agar sadar masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
akan pentingnya partisipasi mereka dalam pengembangan Desa Wisata Nongkosawit
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit. dengan membuka semua saran serta opini
Partisipasi masyarakat terhadap masyarakat terhadap Desa Wisata
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit Nongkosawit. Kelompok sadar wisata
masih sangatlah rendah. Partisipasi (POKDARWIS) Kandang Gunung
masyarakat hanya dilakukan oleh seharusnya memberikan kesempatan
masyarakat di Dusun Randusari saja. kepada masyarakat yang lebih muda untuk
Masyarakat di Dusun Randusari juga tidak ikut berpartisipasi dan memberikan
semua ikut berpartisipasi penuh. Selain itu pendapat terkait inovasi dan segala
faktor penghambat secara eksternal dalam masukan untuk pengembangan Desa
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit Wisata Nongkosawit. Kelompok sadar
adalah belum adanya kemitraan atau wisata (POKDARWIS) Kandang Gunung
kerjasama secara legal. seharusnya berusahan untuk melakukan
kemitraan dan kerjasama dengan CSR atau
Saran
pihak swasta. Pemenuhan fasilitas sangat
Berdasarkan hasil penelitian yang diperlukan karena fasilitas menjadi
dilakukan, saran yang dapat diberikan penunjang pengembangan Desa Wisata
peneliti terkait pengembangan Desa Nongkosawit.
Wisata Nongkosawit adalah sebagai
DAFTAR PUSTAKA
berikut:
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Permasalahan internal antara masyarakat Nomor 2 Tahun 2019 Tentang
Pemberdayaan Desa Wisata di
di Dusun Randusari dan dusun lainnya Provinsi Jawa Tengah
seharusnya diselesaikan terlebih dahulu.
Surat Keputusan Walikota Semarang
Kelurahan Nongkosawit sebagai fasilitator Nomor 556/407 Tahun 2012
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah (2014). Koordinasi Pelaksanaan
Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Program Pengembangan Kawasan
Pemberdayaan Desa Wisata di Agropolitan di Kabupaten Nganjuk.
Provinsi Jawa Tengah Jurnal Pembangunan Dan Alam
Lestari., 5(1), 12–22.
Ansell, C., & Gash, A. (2008). https://jpal.ub.ac.id/index.php/jpal/art
Collaborative governance in theory icle/view/14
and practice. Journal of Public
Administration Research and Theory,
18(4), 543–571.
https://doi.org/10.1093/jopart/mum03
2
Astuti, R. S., Warsono, H., & Abd, R.
(2020). Collaborative Governance
dalam Perspektif Administrasi Publik.
Elista, A., Kismartini, & Rahman, A. Z.
(2020). Peran Stakeholder dalam
Program Pencegahan Kekerasan
dalam Rumah Tangga di Kota
Semarang. Journal of Public Policy
and Management Review, 10(3), 363–
377.
Handayani, F., & Warsono, H. (2017).
Analisis Peran Stakeholders Dalam
Pengembangan Objek Wisata Pantai
Karang Jahe Di Kabupaten Rembang.
Journal of Public Policy and
Management UNDIP, 6(1), 1–13.
Kurniasih, D.-. (2017). Model Penguatan
Kelembagaan Pada Program Sanitasi
Lingkungan BerbasisMasyarakat
(Slbm) Di Kabupaten Banyumas
(Suatu Pendekatan Collaborative
Governance). Sosiohumaniora, 19(1),
1–7.
https://doi.org/10.24198/sosiohumani
ora.v19i1.7888
Matthoriq, Zauhar, S., & Hermawan, R.
(2021). Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik ( JIAP ) Collaborative
Governance dalam Tata Kelola
Pariwisata-Desa ( Studi Pariwisata-
Desa “Bumiaji agrotourism” di Kota
Batu. JIAP Vol 7, No 1, Pp 20-29,
2021, 7(1), 20–29.
Nugroho, H. N., Zauhar, S., & Suaryadi.

You might also like