Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
ABSTRACT
The city of Semarang is one of the tourist destinations for foreign and domestic tourists.
Tourism villages were formed to empower the community so that they can act as direct actors
in an effort to increase readiness and concern for village potential or tourist attractions in
their respective villages. The development of the Nongkosawit Tourism Village can be said
to be still not developing well or seems slow like other tourist villages, allegedly because the
roles between the government, the community, and the private sector have not been optimal
in tourism development. In this study, researchers used descriptive qualitative research
methods. The results of this study are that there are five roles of stakeholders in the
development of the Nongkosawit Tourism Village, namely policy creator, coordinator,
facilitator, implementor, and accelerator. Stakeholders involved in the development of the
Nongkosawit Tourism Village are POKDARWIS Kandang Gunung, Semarang City Culture
and Tourism Office, Nongkosawit Village, Bappeda of Semarang City, Disporapar of
Semarang City Public Works Service, Central Java, Universitas Negeri Semarang, Tourist,
and the Nongkosawit community. The conclusion of this study is that the relationship
between stakeholders is still found that is not optimal so that it hinders the development of
the Nongkosawit Tourism Village. Suggestions from this research is the relationship between
internal stakeholders such as the community and POKDARWIS still needs to be improved
and the existing problems must be resolved immediately.
Keywords: Stakeholders, Role of Stakeholders, Tourism Village Development
PENDAHULUAN fasilitas yang menunjang seperti
pelabuhan, bandara, jalan tol, dan lainnya.
A. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu, Kota
Pada saat ini Pemerintah Republik Semarang sebagai kota dagang berubah
Indonesia mengunggulkan sektor menjadi kota wisata. Kota Semarang
pariwisata dalam memperoleh devisa menawarkan beragam tempat wisata
negara dikarenakan sebagai salah sektor dengan daya tarik dalam kegiatan
yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata seperti keragaman etnis,
negara. Kunjungan wisatawan asing yang keragaman budaya, warisan sejarah, serta
begitu banyak ke Indonesia tradisi dari kebiasaan dan kehidupan
mengakibatkan tambahan devisa negara masyarakat Kota Semarang. Hal tersebut
dari industri wisata sehingga memberikan peluang untuk memasarkan
mengakibatkan terjadinya wisatawan produk wisata yang beraneka ragam.
masuk ke dalam negara dan akan
Tabel 1. Data Wisatawan Kota
menambah valuta asing negara. Sehingga
Semarang Tahun 2016-2020
dapat diartikan pariwisata merupakan
bentuk suatu proses kepergian individu Wisatawan Wisatawan
Tahun
atau kelompok menuju ke tempat yang Mancanegara Domestik
berbeda.
2016 56.192 4.627.782
Provinsi Jawa Tengah merupakan
2017 59.672 4.964.804
salah satu provinsi yang berkembang
secara baik pada pertumbuhan ekonomi 2018 66.107 5.703.282
daerahnya. Dalam meningkatkan
2019 81.999 7,150,343
pertumbuhan ekonomi dan mendorong
produksi di Provinsi Jawa Tengah bidang 2020 388 252.839
pariwisata berperan konsekuensial,
Sumber:
sehingga kegiatan pariwisata terhadap
disporapar.jatengprov.go.id
perekonomian Jawa Tengah berdampak
Meningkatnya jumlah pengunjung
pada pengeluaran wisatawan mancanegara
merupakan bukti nyata bahwa Kota
maupun wisatawan nusatnara. Seiring
Semarang merupakan salah satu destinasi
dengan perkembangan zaman, Kota
wisata yang disukai oleh wisatawan asing
Semarang dengan potensi wisata yang
maupun domestik. Tujuan wisata di Kota
berlimpah terlebih banyaknya dukungan
Semarang dengan mengedepankan budaya,
alam, dan sesuatu yang unik menjadi minat membuat kebijakan serta perencanaan
wisatawan mengunjungi desa wisata. yang sistematis seperti penyediaan dan
Sehingga desa wisata menjadi salah satu pembangunan infrastruktur oleh
destinisasi wisatawan berkunjung ke Kota pemerintah untuk mendukung
Semarang. perkembangan pariwisata dan upaya untuk
peningkatan kualitas tenaga kerja di
Desa wisata di Kota Semarang
bidang pariwisata.
merupakan desa wisata terbaik bagi
wisatawan asing dan domestik. Dalam pengembangan Desa Wisata
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nongkosawit, peran pemangku
Walikota Semarang No. 556/407 tahun kepentingan merupakan salah satu dari
2012 Kota Semarang memiliki 3 desa sekian banyak permasalahan yang
wisata yang berada di 2 kecamatan, yaitu dihadapi dalam pengembangan Desa
Desa Wisata Nongkosawit dan Desa Wisata Nonkosawit. Permasalahan
Wisata Kandri terletak di Kecamatan pertama yang terjadi adalah permasalahan
Gunung Pati dan Desa Wisata Wonolopo pada kelompok sadar wisata. Pemahaman
yang terletak di Kecamatan Mijen. Seiring tentang desa wisata antar anggota berbeda
dengan perkembangan wisata khususnya sehingga menimbulkan kecemburuan dan
desa wisata di Kota Semarang, Desa mengurangi kekompakan antar anggota.
Wisata Nongkosawit masih terdengar POKDARWIS sendiri juga tidak
kurang familiar untuk wisatawan dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan
masyarakat di Kota Semarang. yang menyangkut pengembangan Desa
Wisata Nongkosawit dan kurang
Stakeholders menjadi peran yang
membimbing masyarakat sekitar (Putri &
sangat penting dalam pengembangan
Yuniningsih, 2019).
pariwisata yaitu pemerintah, swasta, dan
masyarakat (Handayani & Warsono, Selain itu, permasalahan juga
2017). Selain itu menurut Hertifah (2003) terjadi dengan masyarakat yang ada di
dalam (Elista et al., 2020), stakeholders Nongkosawit. Partisipasi masyarakat lokal
adalah pribadi ataupun gabungan beberapa yang rendah dan kesadaran masyarakat
orang atau instansi yang memiliki setempat akan desa wisata yang ada di
keabsahan dalam membangun suatu daerahnya (Yuliati & Suwandono, 2016).
program bersama. Berkaitan dengan Dalam pengembangan Desa Wisata
pengembangan pariwisata, peran Nongkosawit masih belum ada sektor
stakeholders salah satunya adalah privat yang mendukung pariwisata dan
memiliki kepentingan dalam B. Kerangka Teori
pengembangan pariwisata. Dalam hal ini,
Stakeholders
Pemerintah Kota Semarang sudah
melakukan upaya dalam pembangunan dan Stakeholders sendiri diklasifikasikan
pengembangan Desa Wisata Nongkosawit berdasarkan perannya dalam suatu
seperti pembangunan infrastruktur dengan program (Nugroho et al., 2014), antara
pembangunan jalan atau akses menuju lain:
desa wisata, lampu penerangan jalan,
a. Policy creator merupakan stakeholders
mengadakan pelatihan-pelatihan anggota
yang memiliki peran untuk mengambil
PODARWIS guna meningkatkan SDM,
keputusan dan menentukan suatu
serta ikut memfasilitasi kegiatan forum
kebijakan.
komunikasi desa wisata di Kota Semarang.
b. Koordinator merupakan stakeholders
Akan tetapi, masih ditemukan fasilitas-
yang memiliki peran untuk
fasilitas yang belum memadahi.
berkoordinasi antar stakeholder yang
Rumusan masalah dalam penelitian ini ikut perpartisipasi.
adalah: c. Fasilitator merupakan stakeholders
1. Bagaimana peran stakeholders dalam yang memiliki peran sebagai fasilitator
pengembangan pariwisata di Desa dan mencukupi kebutuhan objek yang
Wisata Nongkosawit Kota Semarang? dituju.
2. Apa faktor pendorong dan penghambat d. Implementor merupakan stakeholders
dalam pengembangan pariwisata di yang berperan dalam melaksanakan
Desa Wisata Nongkosawit Kota kebijakan yang di dalam kebijakan
Semarang? tersebut terdapat objek yang dituju.
e. Akselerator merupakan stakeholders
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah:
yang berperan seperti kontribusi dan
1. Untuk mengetahui peran stakeholders menetapkan waktu dengan tujuan agar
yang terlibat dalam pengembangan program yang dijalankan tepat dan
pariwisata di Desa Wisata sesuai sasaran serta waktu
Nongkosawit Kota Semarang. pencapaiannya lebih cepat
2. Untuk mengetahui faktor pendorong
Pariwisata
dan penghambat dalam pengembangan
pariwisata di Desa Wisata Pengembangan pariwisata merupakan
Nongkosawit Kota Semarang. tahapan dalam langkah-langkah yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang digunakan data primer dan sekunder.
telah ditentukan seta tujuan pembangunan Teknik pengumpulan data yang dilakukan
(Pebriyanti et al., 2020). yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data nya
Collaborative Governance
menggunakan pengumpulan data, reduksi
Collaborative governance adalah data, penyajian data, dan kesimpulan.
cara baru untuk memungkinkan pembuat Kualitas data ini menggunakan teknik
kebijakan yang beragam untuk berdiskusi, triangulasi.
mencapai kesepakatan, dan melibatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
aktor non-negara sebagai proses
pembuatan kebijakan kolektif yang A. Peran Stakeholders
bertujuan untuk melaksanakan kebijakan
Berdasarkan hasil penelitian
pemerintah dan mengelola program atau
terdapat lima peran yang dimiliki
aset publik (Ansell & Gash, 2008).
stakeholders dalam pengembangan Desa
Metode Penelitian Wisata Nongkosawit yaitu policy creator,
koordinator, fasilitator, implementor, dan
Penelitian ini menggunakan tipe
akselerator.
penelitian deksriptif kualitatif. Situs
penelitian ini adalah Desa Wisata Policy Creator
Nongkosawit, Kelurahan Nongkosawit,
Dalam pengembangan Desa Wisata
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Nongkosawit terdapat tiga stakeholders
Subjek penelitian yaitu teknik purposive
yang memiliki peran sabagai policy
sampling digunakan oleh peneliti dalam
creator yaitu Dinas Kebudayaan dan
pengambilan sampel secara sengaja yaitu
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota
POKDARWIS Kandang Gunung, Dinas
Semarang, Badan Perencanaan
Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Semarang, Masyarakat Nongkosawit, dan
Semarang, dan Dinas Kepemudaan,
Wisatawan Desa Wisata Nongkosawit.
Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR)
Serta teknik snowball sampling dimana
Jawa Tengah.
informan selanjutnya adalah Kelurahan
Nongkosawit, Bappeda Kota Semarang, Koordinator
Disporapar Jawa Tengah, dan LPPM
Dalam pengembangan Desa Wisata
Unnes. Jenis data yang digunakan adalah
Nongkosawit terdapat tiga stakeholders
data kualitatif. Sumber data yang
yang memiliki peran sabagai koordinator yang memiliki peran sabagai akselerator
yaitu Kelompok Sadar Wisata yaitu Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS) Kandang Gunung, (POKDARWIS) Kandang Gunung,
Kelurahan Nongkosawit, dan Badan Universitas Negeri Semarang, Wisatawan
Perencanaan Pembangunan Daerah Desa Wisata Nongkosawit dan masyarakat
(Bappeda) Kota Semarang. Nongkosawit.
Kelurahan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Nongkosawit
terdapat enam stakeholders yang memiliki terhadap masyarakat masih belum berjalan
memiliki peran yang sama, dalam hal ini masyarakat sendiri memiliki arti untuk
konsep yang menggambarkan suatu proses sosialisasi secara rutin terkait dengan Desa
penyelesaian masalah yang dimana tidak terlibat dalam pengembangan Desa Wisata
Nongkosawit. Selain itu, berdasarkan
kutipan wawancara, kesadaran masyarakat mengadakan kegiatan rutin yaitu Gelar
terhadap wilayahnya sendiri yang menjadi Desa Wisata dan lomba kelompok antar
desa wisata masih sangatlah kurang kelompok sadar wisata (POKDARWIS) di
sehingga pengembangan Desa Wisata Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dilakukan
Nongkosawit dapat dikatakan belum untuk memberikan apresiasi dan semangat
berjalan secara optimal. kepada pengelola wisata untuk dapat terus
mengembangkan wisata di wilayahnya.
Dalam peran fasilitator, Dinas
Sehingga peran Dinas Kepemudaan,
Kebudayaan dan Pariwisata
Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR)
(DISBUDPAR) Kota Semarang
Jawa Tengah sebagai fasilitator dapat
memfasilitasi kelompok sadar wisata
dikatakan tidak langsung berhubungan
(POKDARWIS) dalam bentuk kegiatan
dengan pengembangan Desa Wisata
pelatihan tentang pengelolaan desa wisata,
Nongkosawit tetapi secara kesuluruhan
pelatihan tentang pengelolaan homestay,
desa wisata di Provinsi Jawa Tengah.
pendampingan pengelolaan desa wisata,
lomba pokdarwis, dan pendampingan Menurut (Nugroho et al., 2014),
pengelolaan homestay. Badan Perencanaan fasilitator merupakan stakeholders sebagai
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota fasilitator yang berperan menfasilitasi dan
Semarang dalam pengembangan Desa mencukupi apa yang dibutuhkan kelompok
Wisata Nongkosawit memfasilitasi wadah sasaran. Selain itu fasilitator adalah
diskusi salah satunya Forum Ekonomi pemandu proses, seseorang yang membuat
Lokal dimana Dinas Kebudayaan dan sebuah proses lebih mudah atau lebih
Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Semarang yakin untuk menggunakannya (Hunter et
menjadi wakil pemerintah untuk mengikuti al., 1993). Diantara enam stakeholders
kegiatan tersebut dalam sector pariwisata. tersebut peran Dinas Pekerjaan Umum
Dalam pengembangan Desa Wisata Kota Semarang dalam pengembangan
Nongkosawit, Badan Perencanaan Desa Wisata Nongkosawit masih belum
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota berjalan dengan optimal. Dinas Pekerjaan
Semarang tidak berhubungan secara Umum (PU) Kota Semarang memiliki
langsung dengan Kelompok sadar wisata hubungan dengan Badan Perencanaan
(POKDARWIS) Kandang Gunung. Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Semarang dengan memfasilitasi
Berkaitan dengan memfasilitasi,
pembangunan umum seperti akses menuju
Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan
ke Desa Wisata Nongkosawit dan lampu
Pariwisata (DISPORAPAR) Jawa Tengah
jalan. Berdasarkan pendapat dari Pitana yang sama yaitu mengimplementasikan
dan Gayatri (2005) dalam (Sujendra & Ip, tugas dari masing-masing stakeholders
2019), peran fasilitator dalam yang berkaitan dengan pengembangan
pengembanan pariwisata adalah Desa Wisata Nongkosawit.
menyediakan segala fasilitas yang
Dalam hal implementasi,
mendukung dan diperlukan dalam
Kelompok sadar wisata (POKDARWIS)
pengembangan pariwisata. Akan tetapi,
Kandang Gunung melakukan tugasnya
berdasarkan kutipan wawancara masih
yaitu mengelola dan mengatur
banyak fasilitas-fasilitas lain seperti lahan
keberjalannya desa wisata dan melakukan
parkir dan area untuk acara adat yang
pengorganisasian secara internal
masih belum terdapat di wilayah Desa
pokdarwis. Sedangkan Dinas Kebudayaan
Wisata Nongkosawit.
dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota
Implementor Semarang melakukan tugasnya sebagai
lembaga pemerintah dalam mengurus
Gambar 4. Diagram Implementor
segala kegiatan kepariwistataan di Kota
Semarang.