You are on page 1of 15

Kajian Moral Kewarganegaraan.

Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

PROSES INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT MULTIETNIK DI DESA SUMBERTANGGUL


KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO
Intan Dwi Khusnul Afifa
15040254067 (PPKn, FISH, UNESA) intanafifa@mhs.unesa.ac.id
Maya Mustika Kartika Sari
0014057403 (PPKn, FISH, UNESA) mayamustika@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses integrasi sosial yang terjadi pada masyarakat suku
Jawa dan suku Bali di Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Subjek
penelitian ini, yaitu tokoh desa dan perangkat desa sejumlah delapan informan. Teknik analisis data
dilakukan dengan beberapa tahapan di antaranya pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Fokus penelitian yaitu tahapan dan upaya interaksi yang dilakukan masyarakat
Desa Sumbertanggul untuk saling berintegrasi menciptakan persatuan dan keharmonisan antar
masyarakatnya. Hasil dari penelitian ini dikaji dengan menggunakan teori struktural fungsional dari
Talcott Parsons. Proses integrasi sosial ini dilalui dengan beberapa tahapan, yaitu tahap awal masuknya
suku Bali ke Desa Sumbertanggul yang menimbulkan kontraversi ke arah resistensi masyarakatnya yang
didorong oleh adanya nilai ketuhanan. Tahap resistensi terdapat penolakan masyarakat yang
memunculkan proses integrasi sosial berupa akomodasi dan koordinasi yang didorong adanya nilai
ketuhanan dan kekeluargaan. Tahap adaptasi mewujudkan kerjasama dan asimilasi pada kegiatan antar
agama, akulturasi budaya dan penyesuaian bahasa. Keterlibatan masyarakat pada kegiatan bersama yang
mereka lakukan menunjukkan keberhasilan proses integrasi sosial yang mereka lakukan, sehingga
menghilangkan adanya sifat kesukuan di antaranya.
Kata Kunci: Masyarakat Desa Sumbertanggul, Proses Integrasi Sosial.

Abstract
This research aims to describe the process of social integration that occurs in Javanese people and
Balinese people in Sumbertanggul village, Mojosari District, Mojokerto Regency. This research uses
descriptive qualitative design research in methods of case studies. The data collection techniques in the
study using a deep interview, observation, and participant's documentation. The subject of this study, a
number of villages and other village eight informant. Data analysis techniques are carried out with several
phases including data collection, data reduction, data presentation and the withdrawal of the conclusion.
The focus of the researcht is the stage and effort of interaction in the community of Sumbertanggul
village to integrate with each other to create unity and harmony among the people. The results of this
research are examined by using the theory of structural functionalism of Talcott Parsons. The process of
social integration is undertaken with several stages, namely the initial stage entry of Balinese village
Sumbertanggul which raises the process disasosiatif be kontraversi towards the community's resistance
toher. Phase resistance dissociative process is found in the form of a rejection of society that are resolved
with the associative processes of cooperation in the form of negotiation/compromise, arbitration,
mediation, and koersi conducted by the Government of the village. The stage adaptation that manifested
from the associative processes in collaboration on activities between religion, acculturation and
assimilation. At this stage shows the strong integration of community that is manifested in the joint
activities they do. Thus, eliminating the tribal nature of them.
Keywords: Sumbertanggul Village Community, A Process of Social Integration.

PENDAHULUAN arti bahwa meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.


Indonesia merupakan negara multikultur yang memiliki Hal ini menjadi alat pemersatu di tengah kondisi bangsa
keragaman sosiokultural maupun geografis yang begitu yang multikultural di mana memiliki perbedaan suku,
kompleks terdiri atas sejumlah besar kelompok suku atau agama, ras dan antargolongan yang membentuk identitas
etnis, budaya dan agama, antargolongan bahkan bahasa bangsa Indonesia.
hingga adat istiadatnya yang masing-masing majemuk Selaras dengan pendapat Ahmadi (2010:285) adanya
hidup secara rukun dan berdampingan. Keberagaman bhinneka tunggal ika menunjukkan kondisi bahwa
Indonesia diikat oleh adanya konsensus yang tertuang sebenarnya masyarakat multikultural di Indonesia telah
dalam semboyan bhinneka tunggal ika yang mengandung dipersatukan oleh sistem nasional yang
Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul

mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan berbeda, yaitu suku Jawa dan Bali dan juga terdapat tiga
administrasi pemerintahan, politik, ekonomi dan sosial agama yaitu Islam, Hindu, dan Kristen. Hal ini sesuai
yang berpusat pada kota-kota. Namun, faktanya konflik dengan data jumlah penduduk Sumbertanggul
atas nama suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) berdasarkan etnis dan agama yang dapat dilihat pada
masih kerap kali mewarnai kehidupan multikultural di tabel berikut.
Indonesia. Konflik atas nama SARA disebabkan oleh Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
kurangnya penerimaan masyarakat terhadap perbedaan di No. Etnis Jumlah KK Jumlah (%)
sekitarnya. 1 Jawa 3.688 jiwa 79%
Beberapa konflik tersebut di antaranya dibuktikan
2 Bali 1.005 jiwa 21%
oleh penelitian Fahham (2010:323-325) yang
Jumlah 4.693 Jiwa __
mengungkapkan bahwa beberapa konflik sosial antar
etnis Melayu dan etnis Madura khususnya di Kabupaten Sumber : Kuisioner Pemutakhiran Data Indeks Desa
Membangun Tahun 2019
Sambas Kalimantan Barat yang diakar masalahi adanya
Etnis Jawa merupakan kelompok mayoritas yang
kurangnya penerimaan etnis Melayu terhadap etnis
tinggal di Desa Sumbertanggul dengan kalkulasi dalam
Madura bahkan cenderung ke arah penolakan. Konflik
persen sejumlah 79% disusul dengan populasi
antar kedua etnis ini menimbulkan trauma mendalam
masyarakat etnis Bali sebagai kelompok minoritas
bagi keduanya bahkan hingga sampai hari ini.
sejumlah 21%. Apabila dilihat dari jumlah penduduk
Penelitian Arkanudin (2006:191) mengungkapkan
berdasarkan agama yang dianutnya. Agama mayoritas
bahwa konflik antar etnik Dayak dan etnik Madura
yang dianut oleh masyarakat Desa Sumbertanggul ialah
disebabkan oleh beberapa faktor yang mengarah kepada
agama Islam sebagaimana tabel 2 berikut:
perbedaan budaya keduanya yang mendorong ke arah
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
sukarnya penerimaan akan perbedaan dan cenderung
No. Agama Jumlah KK Jumlah (%)
memicu konflik yang menelan banyak korban jiwa dan
harta juga menimbulkan stereotip negatif antar kedua 1 Islam 3.526 jiwa 75%
etnis yang akan dibawa sampai kapanpun. 2 Kristen 52 jiwa 1%
Firdaus (2017:8) dalam penelitiannya 3 Hindu 1.115 jiwa 24%
mengungkapkan bahwa penyebab konflik sosial yang __
Jumlah 4.693 jiwa
terjadi pada penduduk Dusun Seranggeh Pabrik dalam
Sumber : Kuisioner Pemutakhiran Data Indeks Desa
pembangunan rumah ibadah atau gereja bagi umat Membangun Tahun 2019
Kristen disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya, Adanya perbedaan agama dan suku tersebut justru
yaitu adanya perbedaan pendapat antara penganut agama, mampu menjadikan masyarakat Desa Sumbertanggul
perbedaan kepentingan peribadahan dan adanya hidup berdampingan secara rukun. Adanya perbedaan
penolakan pembangunan gereja dikarenakan berdekatan agama dan latar belakang etnis tidak menimbulkan
dengan masjid dan pemukiman masyarakat Islam. konflik yang berujung pada perpecahan. Bahkan, konflik
Beberapa konflik SARA tersebut menunjukkan di tengah beda agama dan suku jarang terjadi di desa
sebuah kondisi di mana penerimaan masyarakat terhadap tersebut. Interaksi antar masyarakatnya juga terbilang
perbedaan di sekitarnya masih terbilang rendah dan baik dan sangat harmonis.
kurang. Kondisi inilah yang menjadi salah satu Hal ini sesuai dengan penelitian Isbandi (2016)
penghambat terwujudnya integrasi sosial di tengah mengenai pola interaksi umat Hindu dan umat Islam di
kondisi masyarakat multikultural di Indonesia. Hal ini Desa Sumbertanggul dengan mendapatkan hasil
mengakibatkan kehidupan yang selaras dan harmonis di penelitian, yaitu: (1) Interaksi antar umat beragama di
tengah-tengah kondisi masyarakat Indonesia yang sana terjadi pada aktivitas-aktivitas sosial masyarakatnya.
multikultural sukar terwujud. Terciptanya kegiatan keagamaan melalui kearifan lokal
Berdasarkan hal itu, integrasi sosial dipandang dan keberhasilan penginternalisasian nilai dan norma
sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dapat agama demi menciptakan kerukunan bersama; (2) Pola
diwujudkan oleh masyarakat multikultural di Indonesia. interaksi masyarakat Desa Sumbertanggul baik karena
Hal ini dipandang penting demi membentuk jati diri semua elemen masyarakatnya saling menghargai. Hal itu,
bangsa dan mencegah adanya konflik serta perpecahan. menimbulkan reaksi saling toleransi dan meningkatkan
Mengingat adanya keragaman masyarakat Indonesia pengetahuan masyarakat dalam pendidikan multikultural
merupakan suatu kondisi yang rawan konflik. melalui peran para tokoh agama, perangkat desa, dan
Masyarakat Desa Sumbertanggul Kecamatan masyarakat yang berprofesi sebagai guru di desa tersebut.
Mojosari, Kabupaten Mojokerto memiliki penduduk asli
dan pendatang dengan terdapat tiga agama dan suku yang

1347
Kajian Moral Kewarganegaraan. Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

Letak tempat ibadah yang berbeda agama saling (berintegrasi). Penelitian ini penting dilakukan mengingat
berdekatan. Adanya letak yang berdekatan itupun tidak rawannya konflik yang bersebabkan oleh SARA di
pernah memicu konflik antar perbedaan agama. Aktivitas tengah kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk.
keagamaan maupun ritual tiap suku masing-masing dapat Integrasi sosial merupakan proses dan hasil dari
berjalan dengan baik. Meskipun, hal-hal semacam itu adanya interaksi sosial masyarakat. Menurut Soedarno
dikhawatirkan dapat memicu konflik seperti yang terjadi (2012:39) mendefinisikan integrasi sosial sebagai suatu
di daerah lain di Indonesia. Tetapi, pada faktanya proses dan hasil dari adanya hubungan atau interaksi
masyarakat Desa Sumbertanggul mampu menjalin sosial masyarakatnya baik secara individu maupun
hubungan yang harmonis serta interaksi yang baik di kelompok yang awalnya berbeda atau bertentangan
tengah perbedaan suku dan agama. menjadi bersatu, rukun dan seimbang. Integrasi sosial
Adanya kondisi yang rukun di tengah perbedaan suku dipandang sebagai suatu proses sosial akibat adanya aksi
dan agama di Desa Sumbertanggul tidak terjadi begitu atau interaksi sosial. Menurut Gilin dan Gillin (dalam
saja. Konflik di tengah perbedaan suku dan agama pada Ahmadi, 2010:280) syarat terjadinya proses sosial atau
awalnya juga pernah dirasakan oleh masyarakat Desa interaksi sosial tersebut ditandai dengan adanya kontak
Sumbertanggul. Konflik yang pernah terjadi kala itu sosial dan komunikasi sosial.
cenderung ke arah penolakan kondisi heterogen dari Maka, disimpulkan bahwa adanya kontak sosial dan
masuknya masyarakat pendatang yang berlatar belakang komunikasi sosial merupakan pendorong terjadinya
berbeda suku, agama dan budaya dengan masyarakat asli proses sosial yang digunakan untuk mewujudkan
Desa Sumbertanggul. integrasi sosial. Tanpa adanya kontak sosial dan
Adanya konflik tersebut tidak bertahan lama. Lambat komunikasi, proses sosial tidak mungkin dapat terjadi
laun masyarakat Desa Sumbertanggul kian memiliki dan integrasi antar masyarakatnya tidak akan pernah
kesadaran dalam menerima segala perbedaan demi terwujud. Proses integrasi sosial yang dimaksudkan
menciptakan persatuan, kehidupan yang rukun, damai dalam penelitian ini yaitu suatu tahapan atau upaya yang
dan harmonis di tengah kondisinya yang memiliki dilakukan untuk mewujudkan integrasi di tengah
perbedaan dari sisi suku, budaya dan agama. Konflik perbedaan kelompok suku atau etnik masyarakat Desa
seputar suku dan agama akibat masuknya agama dan Sumbertanggul.
suku yang berbeda oleh masyarakat pendatang dengan Proses integrasi sosial berlangsung melalui dua cara,
penduduk asli di Desa Sumbertanggul tidak lagi ditemui. yaitu asimilasi dan akulturasi. Menurut Abidin dan Beny
Kondisi masyarakat yang awalnya berseteru akibat (2014:166) proses integrasi sosial dapat berlangsung
penolakan terhadap masuknya masyarakat pendatang melalui proses-proses di antaranya (1) Asimilasi, adanya
yang memiliki latar belakang berbeda dengan masyarakat dua kebudayaan atau lebih yang saling memengaruhi satu
aslinya berangsur menemui titik damai. Hal ini tidak sama lainnya memunculkan kebudayaan baru dengan
terlepas dari adanya peran para tokoh masyarakat di Desa meninggalkan sifat asli; (2) Akulturasi, adanya suatu
Sumbertanggul, baik tokoh masyarakat secara formal, proses sosial yang terjadi pada kelompok sosial dengan
yaitu kepala desa dan jajaran anggota perangkatnya. kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing
Tokoh masyarakat informal yaitu tokoh agama, tokoh (baru), sehingga kebudayaan asing (baru) diserap atau
sesepuh desa sekaligus sebagai tokoh adat maupun para diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri/asal tanpa
stakeholder serta peran aparat keamanan desa yang meninggalkan sifat aslinya.
bertugas di Desa Sumbertanggul. Adapun beberapa tahapan yang ditempuh di dalam
Terciptanya suatu kondisi penolakan yang dilakukan proses integrasi sosial di antaranya sesuai penjelasan
oleh masyarakat Desa Sumbertanggul menjadi kondisi Susanto (2013:128) bahwa proses integrasi sosial tercipta
masyarakat yang damai, hidup berdampingan dan saling melalui beberapa fase atau tahapan, yaitu fase akomodasi,
menerima antar perbedaan dalam kurun waktu yang lama fase kerjasama (cooperation), fase koordinasi
bukan suatu hal yang dapat terjadi secara serta merta. (coordination) dan fase asimilasi. Fase-fase dalam
Berdasarkan hal tersebut, maka menarik untuk dilakukan mewujudkan proses integrasi sosial ini tercipta setelah
penelitian mengenai (1) Bagaimana proses integrasi adanya pertikaian atau pertentangan yang akhirnya
sosial dalam kehidupan masyarakat multikultural di Desa berupaya untuk saling bersatu.
Sumbertanggul Kecamatan Mojosari Kabupaten Proses integrasi sosial ini ditinjau dengan
Mojokerto; (2) Nilai-nilai apa saja yang berperan dalam menggunakan teori fungsionalisme struktural dari Talcott
proses sosial tersebut. Penelitian ini berfokus kepada Parsons dengan konsepnya yang disebut AGIL, yaitu
bagaimana proses atau tahapan yang dilakukan oleh Adaptation (adaptasi), sistem harus mengatasi kebutuhan
masyarakat Desa Sumbertanggul dalam menciptakan situasional yang datang dari luar. Ia diharuskan mampu
persatuan di tengah perbedaan di sekitarnya beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan
Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul

lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Goal masyarakat Hindu yang bersuku Jawa dan masyarakat
attainment (Pencapaian tujuan), yaitu sistem harus yang beragama Kristen yang bersuku Jawa atau Bali.
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah
Integration (Integrasi), yaitu sistem harus mengatur menggunakan teknik observasi partisipan, wawancara dan
hubungan yang menjadi komponennya. Ia harus dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian
mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional dianalisis dengan menggunakan model Miles dan
tersebut. Huberman yang memuat beberapa tahapan, yaitu
Latency (Latensi/pemeliharaan pola) di mana sistem pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
harus melengkapi, memelihara dan memperbarui penarikan kesimpulan.
motivasi individu dan pola-pola budaya yang
menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Abidin dan Beni (2014:408) tujuan Parsons Proses integrasi sosial dalam kehidupan masyarakat Desa
dengan analisis fungsionalnya adalah meneliti proses atau Sumbertanggul dilalui dengan beberapa tahapan di
mekanisme yang menghasilkan kesesuaian di dalam antaranya tahap awal masuknya suku Bali dengan
kehidupan sosial di masyarakat. AGIL difungsikan pengaruh agama hindu ke Desa Sumbertanggul yang
sebagai imperatif fungsional bagi sistem “tindakan”. menimbulkan kontraversi. Kontraversi tersebut berupa
tindakan negatif ke arah resistensi masyarakatnya. Proses
METODE ini didorong oleh adanya nilai ketuhanan. Tahap resistensi
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif terdapat penolakan masyarakat terhadap pembangunan
kualitatif dengan metode studi kasus. Tujuan penelitian Pura yang memunculkan proses integrasi sosial berupa
ini, yaitu mendeskripsikan proses integrasi sosial dan akomodasi dalam bentuk perundingan, arbitrasi, mediasi
nilai-nilai yang berperan di dalam proses integrasi sosial dan koordinasi berwujud koersi yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Pemerintah Desa didorong adanya nilai ketuhanan dan
Kabupaten Mojokerto. Lokasi penelitian berada di Desa kekeluargaan. Tahap adaptasi mewujudkan kerjasama dan
Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Kabupaten asimilasi pada kegiatan antaragama, akulturasi
Mojokerto. adat/budaya dan penyesuaian bahasa. Pada tahap ini dapat
Lamanya penelitian dimulai sejak pembuatan proposal dilihat adanya peran nilai toleransi, nilai kekeluargaan,
hingga penyusunan laporan penelitian yakni antara bulan nilai ketuhanan, dan nilai kebersamaan. Keterlibatan
Januari-Mei 2019. Peneliti secara langsung mengukiti masyarakat pada kegiatan bersama yang mereka lakukan
aktivitas masyarakat dengan keterlibatan secara setengah- menunjukkan keberhasilan proses integrasi yang mereka
setengah sesuai hasil data yang ingin didapatkan di dalam lakukan, sehingga menghilangkan adanya sifat kesukuan
proses integrasi sosial dalam kehidupan masyarakat di di antaranya.
Desa Sumbertanggul.
Subjek penelitian menggunakan teknik purposive Tahap Awal
sampling. Arikunto (2013:85) menyatakan bahwa Pada sekitar tahun 1970-an muncullah agama Hindu
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel karena adanya migrasi yang dilakukan oleh pendatang
sumber data dengan pertimbangan (kriteria) tertentu. dari Pulau Bali ke Desa Sumbertanggul. Mulai dari
Adapun kriteria yang dapat dijadikan sampel penelitian, sinilah kondisi homogen masyarakat Desa
yaitu (1) Masyarakat yang tinggal di Desa Sumbertanggul; Sumbertanggul mulai berubah menjadi heterogen karena
(2) Mengetahui latar belakang dan kondisi Desa penambahan penduduk dengan karakteristik
Sumbertanggul dengan baik; (3) Berkenaan langsung masyarakatnya yang berbeda dengan penduduk asli
dengan tokoh-tokoh pelopor masuknya agama dan suku secara tidak terstruktur. Masuknya agama Hindu yang
pendatang di Desa Sumbertanggul. menjadi agama masyarakat pendatang dari Bali dan
Subjek penelitian atau informan peneliti terdiri atas (1) disusul juga secara lebih kecil dan tidak terstruktur
tokoh masyarakat Desa Sumbertanggul, baik tokoh masuknya agama Kristen di Desa Sumbertanggul.
masyarakat secara formal, yaitu kepala desa dan ketua RT Adanya migrasi dari suku Bali ke Desa
(lebih khusus ketua RT dusun Sumbertanggul). Tokoh Sumbertanggul salah satunya dilatar belakangi usaha
masyarakat informal, yaitu tokoh agama Islam dan Hindu. untuk mencari pekerjaan di Jawa dan keyakinan bahwa di
Tokoh sesepuh desa sekaligus sebagai tokoh adat maupun sanalah tempat para leluhur tertua mereka, yaitu Kerajaan
para stakeholder Desa Sumbertanggul; (2) Masyarakat Majapahit. Hal inilah yang menjadikan semakin banyak
Desa Sumbertanggul yang beragama Islam dan bersuku masyarakat dari suku Bali yang bermigrasi dan menetap
Jawa, masyarakat yang beragama Islam dan bersuku Bali, di Desa Sumbertanggul. Didorong dari keyakinan bahwa
masyarakat yang beragama Hindu dan bersuku Jawa,

1349
Kajian Moral Kewarganegaraan. Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

asal usul agama Hindu di Bali ialah berawal dari Selain itu, anggapan bahwa kelompok yang berbeda
Kerajaan Majapahit yang ada di Jawa Timur. dengan mereka dinilai sesat ataupun menyimpang
Pada tahap ini terjadilah proses disosiatif dalam merupakan salah satu wujud tidak langsung dari adanya
bentuk kontraversi yang didorong oleh nilai ketuhanan rasa ketidaksukaan masyarakat.
dan ditandai oleh rasa ketidaksukaan/kontraversi atau
penolakan yang tidak dilakukan secara terang-terangan di
antara masyarakatnya. Ketidaksukaan atau kontraversi Tahap Awal Kontraversi
tersebut tercermin ke dalam prasangka negatif dan
menjaga jarak yang dilakukan oleh masyarakat suku Jawa
kepada masyarakat suku Bali. Hal inilah yang menjadi
Nilai Ketuhanan
cikal bakal munculnya konflik di masyarakat Desa
Sumbertanggul. Bagan 1. Tahap Awal Proses Integrasi Sosial Masyarakat
Masyarakat suku Jawa menganggap bahwa cara Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul
peribadatan suku Bali yang menganut agama Hindu itu
terlihat aneh karena menggunakan sesaji-sesaji dan tidak Tahap Resistensi (Penolakan/Perlawanan/Konflik)
sesuai dengan cara beribadah mereka sebagai muslim. Pada tahap ini terjadi adanya ketidaksukaan ke arah
Anggapan tersebut seperti yang diungkapkan oleh kontraversi masyarakat akan masuknya suku Bali dan
masyarakat Sumbertanggul, Sugiamah. Menurutnya, cara agama Hindu ke Desa Sumbertanggul. Hal tersebut
peribadatan umat Hindu tersebut dianggap aneh dan kemudian berkembang menjadi sikap pertentangan yang
menyimpang. masyarakat tunjukkan melalui ketidaksetujuan atau
Adanya prasangka negatif tersebut menjadi penolakan mereka terhadap pembangunan pura sebagai
penghambat antara kedua suku untuk saling berinteraksi tempat ibadah bagi umat Hindu. Konflik yang terjadi
satu sama lain. Berikut hasil wawancara bersama pada masyarakat Sumbertanggul dapat dilihat pada tahap
Sugiamah. ini.
“Adanya orang-orang Bali ke sini hingga ada Pembangunan pura bagi umat Hindu ditakutkan akan
beberapa keluarga sempat merasa agak heran menyaingi eksistensi agama Islam di Sumbertanggul.
saja. Cara mereka berdo’anya aneh. Ada juga Apabila pembangunan pura dilakukan, menandakan
ritual-ritual bikin sesaji. Patung dan bangunan
semakin kuatnya pengaruh Hindu di Sumbertanggul. Hal
candi pun disembah. Kami berpikir bahwa
jangan-jangan ini ajaran sesat. Masyarakat sini ini dikhawatirkan akan mengurangi populasi penganut
termasuk saya berpikir demikian sih. agama Islam di Sumbertanggul karena adanya
Dikarenakan yang masyarakat suku Bali lakukan perpindahan agama masyarakat seperti yang diungkapkan
sangat beda dengan yang kami lakukan sebagai Sugiamah.
orang Islam. Awalnya mereka masih belum “Konflik semakin memanas ketika orang Hindu
membaur seperti sekarang. Jadi, saya khawatir ingin membangun pura. Masyarakat khawatir
ada ajaran baru yang menyimpang masuk ke nantinya akan semakin banyak yang masuk
Sumbertanggul”(Wawancara tanggal 12 Mei Hindu atau murtad dari Islam. Padahal awalnya
2019). di sini Islamnya kuat. Masyarakat waktu itu takut
Berkembangnya prasangka atau stigma negatif oleh saja pengikut Islamnya menjadi berkurang”
penduduk asli Desa Sumbertanggul terhadap pendatang (Wawancara tanggal 12 Mei 2019).
dari suku Bali tersebut menyebabkan adanya hambatan Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan
bagi masyarakat suku Bali dan suku Jawa untuk dapat pertentangan/resistensi masyarakat dilihat dari adanya
membaur dan berinteraksi satu sama lainnya. Seolah ada penolakan terhadap pembangunan Pura yang ingin
jarak di dalam hubungan antara masyarakat suku Bali dilakukan oleh masyarakat suku Bali. Resistensi tersebut
dengan suku Jawa. sebagai wujud kekhawatiran masyarakat asli yang sangat
Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa menjaga identitas Keislamannya tetap menjadi mayoritas.
sejak awal masuknya suku Bali bersamaan dengan Sikap kekhawatiran ini logis memandang mobilitas
pengaruh agama Hindu ke Desa Sumbertanggul telah penduduk yang kebetulan memiliki latar belakang suku
menimbulkan ketidaksukaan ke arah kontraversi dan agama yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan
(penolakan atau keraguan terhadap suatu kelompok yang kesan bagi masyarakat setempat sebagai sikap ofensif
tidak diungkapkan secara langsung) yang dilakukan terhadap eksistensi mereka. Adanya kelompok pendatang
masyarakat asli karena wawasan sempit masyarakat yang memiliki kesamaan latar belakang suku dan agama
terhadap perbedaan agama yang ada di sekitarnya. yang berbeda dengan yang dianut mayoritas penduduk
Wawasan yang sempit tersebut juga didorong oleh tingkat setempat menimbulkan suatu polarisasi masyarakat
pendidikan masyarakat yang rendah. terutama dalam hal agama serta menimbulkan saling
Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul

curiga satu sama lain. Hal tersebut memicu perubahan meliputi Kapolsek, Kepala Desa dan perangkat”
struktur pada kelompok masyarakat secara lebih besar. (Wawancara tanggal 19 April 2019).
Sikap penolakan yang dilakukan oleh masyarakat Islam Musyawarah sebagai upaya menyelesaikan konflik di
Sumbertanggul dilihat adanya peran dari nilai ketuhanan sini dapat digunakan untuk melihat adanya nilai
di sana. kekeluargaan yang berperan di dalam proses integrasi
Nilai ketuhanan yang dimaksud ialah sebagai sosial masyarakat Desa Sumbertanggul, khususnya di
pemeluk agama Islam mereka menganggap hanya ajaran dalam menyelesaikan konflik. Adanya musyawarah
agamanya saja yang paling benar. Mereka yang bertindak sebagai wujud kompromi (perundingan) untuk melihat
tidak sesuai dengan agama yang dianutnya dianggap sesat bahwa adanya proses arbitrasi yang dilakukan oleh pihak
dan harus dimusuhi. Hal tersebut dikhawatirkan dapat ketiga yaitu pemerintah di dalam upayanya mendamaikan
mengganggu keutuhan eksistensi dari agamanya. Hal pihak-pihak yang terlibat konflik pembangunan rumah
tersebutlah yang menimbulkan adanya resistensi pada ibadah.
masyarakat Desa Sumbertanggul. Adanya mediasi juga terjadi di mana pemerintah
Aksi resistensi warga masyarakat yang kian memanas bersikap netral dalam memberikan keputusan sekaligus
yang dipicu oleh adanya pembangunan pura cukup bertindak secara koersi sebagai wujud adanya proses
beralasan, yaitu (1) Mengganggu masyarakat yang integrasi sosial berupa koordinasi. Koersi ini dilakukan
beragama Islam. Hal itu disebabkan rasa khawatir sebagai upaya di dalam penyelesaian permasalahan
terhadap keberadaan eksistensi umat Islam di disebabkan adanya argumen yang tidak segera
Sumbertanggul dengan adanya agama Hindu yang di menemukan titik temu di antara pihak-pihak yang
bawa oleh masyarakat pendatang dari Bali; (2) berkonflik.
Kurangnya bahkan tidak pernah ada komunikasi dari Akomodasi:
masyarakat suku Bali dengan masyarakat sekitar terkait Perundingan
pembangunan rumah ibadah menjadi bangunan pura / Kompromi,
Arbitrasi,
secara lebih permanen. Beberapa hal itu yang memicu
Mediasi
kian memanasnya resistensi yang dilakukan masyarakat
Desa Sumbertanggul dengan masyarakat suku Bali.
Aksi resistensi masyarakat tersebut akhirnya bisa Konflik/Pe-
Tahap
diatasi dengan adanya campur tangan pihak pemerintah nolakan Nilai
Resistensi
Desa Sumbertangul. Upaya penyelesaian konflik dari ketuhanan
penolakan pembangunan pura bagi umat Hindu tersebut dan nilai
kekeluargaan
diatasi dengan cara musyawarah. Pada tahap inilah proses
integrasi sosial dalam bentuk akomodasi diwujudkan.
Salah satu wujud akomodasi yang dilakukan ialah Koordinasi
musyawarah. Musyawarah dilaksanakan dengan cara : Koersi
mengumpulkan tokoh-tokoh perwakilan yang bertikai.
Adanya musyawarah ini juga sebagai wujud dari cara
masyarakat Desa Sumbertanggul dalam menyatukan Nilai Kekeluargaan
perbedaan dan menyelesaikan konflik.
Bentuk proses akomodasi terlihat pada kegiatan Bagan 2. Tahap Resistensi Proses Integrasi Sosial
musyawarah penyelesaian konflik pembangunan pura di, Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul
yaitu kompromi (perundingan) seperti yang diungkapkan
Tahap Adaptasi
oleh I Ketut Oka. Setelah melalui proses panjang dari adanya
“Pemerintah Desa mengumpulkan beberapa penolakan/resistensi masyarakat suku Jawa terhadap
perwakilan pihak umat Hindu dan umat Islam di
Balai Desa Sumbertanggul untuk masyarakat suku Bali. Kedua kelompok suku tersebut
bermusyawarah. Pihak Hindu diwakili oleh tiga mulai sepakat untuk bisa berdamai dan saling menerima
tokoh, yaitu mangku Wayan, Mangku Gede dengan adanya perbedaan di sekitarnya. Kesepakatan
bagus dan I Ketut Oka (umat Hindu Dharma). inilah yang akhirnya mendorong terwujudnya proses
Sedangkan, warga masyarakat yang datang integrasi sosial masyarakat ke arah terwujudnya
sekitar 150 orang. Padahal yang diundang persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Konsekuensi
seharusnya hanya 7 orang tokoh termasuk di
yang dihadapi oleh kedua kelompok tersebut ialah adanya
antaranya tokoh agama Islam dan tokoh sesepuh
desa. Pihak pejabat yang hadir di antaranya usaha untuk saling beradaptasi satu sama lainnya pasca
konflik yang terjadi. Adanya proses adaptasi tersebut

1351
Kajian Moral Kewarganegaraan. Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

dilakukan sebagai bentuk penerimaan antar anjangsana, yaitu berkunjung kepada kerabat dan
masyarakatnya dan sebagai usaha mewujudkan persatuan tetangga di sekitarnya. Hal itu dilakukan oleh
dan integrasi di masyarakatnya. orang-orang sini meskipun agamanya bukan
Islam. Kami sebagai umat Hindu juga demikian.
Pada tahap adaptasi ini terdapat proses integrasi sosial
Kami mengikut bagimana kebiasaan masyarakat
berupa kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat yang di sini”(Wawancara tanggal 19 April 2019).
terwujud dalam kegiatan saling membantu pada kegiatan Hal tersebut juga sesuai dengan penuturan Kuslan,
hari besar agama lainnya, misalnya pada acara hari besar salah satu tokoh agama di Sumbertanggul. Berikut
Islam yaitu Idul Adha. Pada perayaan Idul Adha tersebut penuturan dari Kuslan.
masyarakat suku Bali yang beragama Hindu juga ikut “Ketika kami merayakan lebaran Idul Fitri umat
membantu di dalam menguliti sapi yang sudah agama lain juga ikut salam-salaman atau
disembelih, memotong dan menimbangnya hingga anjangsana sesuai kebiasaan masyarakat di sini
membagi-bagikannya kepada masyarakat yang berhak meskipun mereka bukan Islam. Ketika ada acara
menerima. Meskipun, mereka sendiri tidak beragama keagamaan umat Hindu dan kami diundang tentu
kami ikut menghadirinya” (Wawancara 11 April
Islam.
2019).
Masyarakat suku Bali merasa biasa saja dan senang Adanya sikap toleransi beragama tersebut diharapan
karena bisa saling membantu pada kegiatan keagamaan mampu lebih mempermudah masyarakat untuk bisa
agama lainnya tanpa memandang perbedaan agama. saling beradaptasi satu sama lain. Kegiatan tersebut juga
Sesuai wawancara dengan Ida Ayu Made Sadnyari yang digunakan untuk menunjukkan kerukunan yang terjalin di
menyatakan sebagai berikut. antara masyarakat. Kerukunan tersebut salah satunya
“Meski berbeda agama kita berusaha saling dapat terlihat di dalam budaya salam-salaman ketika hari
toleransi/menghormati. Terutama dalam hal
raya Idul Fitri.
kegiatan keagamaan, misalnya ketika Idul Adha
terdapat penyembelihan hewan-hewan seperti Kegiatan toleransi dan gotong-royong sebagai wujud
sapi dan kambing. Kami yang Hindu ini juga proses integrasi sosial kerjasama juga terwujud ke dalam
bantu. Orang-orang muslim yang sembelih kegiatan masyarakat seperti doa bersama, perayaan
hewannya. Kita yang membantu menguliti, Maulid Nabi oleh muslim, perayaan Odalan atau hari
motong hingga membagikannya ke masyarakat. ulang tahun pura bagi umat Hindu, melayat tetangga yang
Meskipun, kami bukan muslim. Tapi, kami meninggal meskipun berbeda agama. Kerjasama
senang saja bisa membantu dan
dilibatkan”(Wawancara 14 April 2019). masyarakat juga dapat dilihat pada kegiatan kerja bakti
Hal tersebut juga didukung oleh Kuslan atau gotong-royong membangun mushola dan jalan
“Mereka juga ikut membantu atau berpartisipasi maupun membersihkan desa bersama-sama.
ketika ada hari raya Qurban. Mereka membantu Beberapa kegiatan tersebut dilakukan sebagai salah
menguliti dan sebagainya.”(Wawancara 11 April satu wujud kerjasama di antara masyarakat. Hal tersebut
2019). menunjukkan adanya nilai toleransi dan nilai
Berdasarkan wawancara dengan Ida Ayu Made kekeluargaan yang berperan di dalam upaya mewujudkan
Sadnyari dan Kuslan diketahui bahwa proses adaptasi proses integrasi sosial masyarakat. Beberapa kegiatan
masyarakat terhadap perbedaan di sekitarnya cenderung tersebut merupakan cara membangun kerjasama demi
mengarah kepada kerjasama dalam hal toleransi pada menciptakan kerukunan di antara masyarakatnya.
kegiatan keagamaan agama lain. Toleransi yang Pada tahap ini juga terdapat akulturasi budaya/adat,
dimaksud ialah saling menghadiri undangan atau ikut yaitu memadukan dan menyesuaikan budaya masyarakat
serta dalam kegiatan perayaan keagamaan umat agama dari masing-masing kelompok suku. Budaya suku Bali
lain. Adapun tujuan dari kerja sama dilakukan sebagai dan budaya suku Jawa saling dipadukan sebagai wujud
upaya untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kerukunan, saling beradaptasi, seperti yang diungkapkan oleh I
persatuan masyarakat dan upaya mengindari konflik Wayan Sudana.
bersebab adanya perbedaan. “Agama kami mengajarkan selalu berbuat baik
Proses integrasi sosial kerjasama diwujudkan ke kepada sesama. Meskipun kami orang Bali
dalam toleransi dan gotong-royong masyarakat pada sebagai minoritas di sini. Terbatas dalam
kegiatan keagamaan lainnya, seperti Idul Fitri yang melakukan kebiasaan kami di Bali. Tapi, kami
terdapat adat salam-salaman atau anjangsana berkunjung berusaha memadukannya dengan kebiasaan
masyarakat di sini. Salah satunya yaitu
kepada kerabat dan tetangga di sekitarnya, meskipun
memadukan unsur tradisi Jawa dan tradisi Bali
agamanya bukan Islam. Hal ini sesuai dengan penuturan I pada acara ruwah desa. Lomba hias dan pawai
Ketut Oka, sebagai berikut. hasil bumi juga memberi sesaji ke punden (lokasi
“Apabila umat Islam merayakan Idul Fitri yang dianggap keramat) itu khas tradisi Jawa.
terdapat kebiasaan salam-salaman atau Unsur tradisi Bali yang dipadukan ada di karak
Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul

setelah acara lomba hias gunungan. Dua


kebudayaan itu akhirnya berpadu menjadi
kebudayaan bersama. Itu yang bisa membuat
kami menjadi rukun dan saling menerima satu
sama lain sampai sekarang. Hal tersebut
menjadikan keberadaan kami sebagai
transmigran dari Bali sudah mulai diakui oleh
masyarakat sini”(Wawancara tanggal 15 Mei
2019).
Adanya akulturasi budaya tersebut diperkuat
pernyataan dari I Ketut Oka, sebagai berikut.
“Apabila di Bali acara ruwah desanya sangat Gambar 1. Kegiatan Ruwah Desa dan Sedekah Bumi
kental dengan kepercayaan Hindunya. Di Desa Sumber : Arsip pribadi peneliti
Sumbertanggul ruwah desanya sudah di
akulturasi dengan budaya agama Islam. Demi Kegiatan ruwah desa dan doa bersama dilakukan
menyatukan perbedaan tersebut dipadukanlah sebagai upaya membangun kerjasama antar masyarakat
acara ruwah desa masyarakat Jawa dengan yang berbeda suku dan agama demi menciptakan
sedikit unsur Bali” (Wawancara 19 April 2019).
kerukunan. Hal tersebut dapat dilihat dari saling
Berdasarkan wawancara dengan I Wayan Sudana dan
bergotong-royongnya masyarakat di dalam melakukan
I Ketut Oka diketahui bahwa proses adaptasi yang
segala persiapan, pelaksanaan kegiatan hingga
dilakukan oleh masyarakat Sumbertanggul mengarah
pembiayaan selama proses pelaksanaan ruwah desa dan
pada akulturasi kebudayaan masyarakat. Menurutnya,
doa bersama. Hal itu sesuai wawancara dengan Fauzi
adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu
selaku Kepala Desa Sumbertanggul yang menyatakan
memadukan kebudayaan masyarakat suku Bali dengan
bahwa segala pembiayaan ruwah desa ditanggung
kebudayaan masyarakat suku Jawa di Sumbertanggul
bersama.
sebagai upaya mewujudkan persatuan masyarakat.
“Acara ruwah desa kemarin hampir keseluruhan
Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan rutinan desa,
dana ditanggung oleh semua masyarakat melalui
yaitu ruwat desa dan sedekah bumi. Proses akulturasi iuran seikhlasnya. Hal ini sebagai bukti bahwa
budaya dilakukan sebagai wujud dari adanya kontak dan kerukunan masyarakat dan partisipasinya dalam
komunikasi sosial yang berlangsung secara terus kegiatan bersamanya itu sangat kuat”
menerus. Hal tersebut digunakan sebagai cara masyarakat (Wawancara tanggal 23 April 2019 ).
Desa Sumbertanggul dalam menyatukan perbedaan dan Proses pelaksanaan ruwah desa dan doa bersama
menyelesaikan konflik. Kontak sosial dilakukan sebagai lintas agama memperlihatkan adanya proses integrasi
wujud adanya interaksi antar masyarakat. sosial kerjasama yang di wujudkan ke dalam kegiatan
Adanya kelompok suku dengan kebudayaan masing- gotong-royong masyarakat di dalam menyelenggarakan
masing yang berbeda menimbulkan saling kegitan ruwah desa. Pendanaan acara dilakukan secara
berbenturannya kebudayaan dari kedua kelompok suku kesadaran kolektif antar masyarakatnya. Proses integrasi
tersebut. Oleh sebab itu, akulturasi budaya antara budaya sosial akulturasi budaya dan kerjasama dalam perayaan
suku Bali dengan budaya suku Jawa melalui kegiatan ruwah desa antar masyarakat pada kegiatan doa bersama
pawai dan sedekah bumi dalam serangkaian acara ruwah lintas agama menandakan adanya nilai kekeluargaan,
desa dipilih sebagai bentuk proses adaptasi sosial nilai toleransi, nilai ketuhanan dan nilai
masyarakat. Agar masyarakat dapat saling terintegrasi kebersamaan/solidaritas antar masyarakatnya.
satu sama lain. Adanya kegiatan doa bersama dilakukan pada malam
Hal ini dilakukan sebagai upaya saling diakuinya sebelum puncak acara ruwah desa yang diikuti oleh
identitas masing-masing kelompok dengan cara berbagai agama masyarakat, yaitu agama Islam, Hindu
akulturasi budaya tersebut. Akulturasi budaya merupakan dan Kristen menandakan adanya nilai toleransi
perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dan antarmasyarakat. Pelaksanaannya pun dilakukan secara
membentuk suatu kebudayaan baru, tanpa gotong-royong dalam memenuhi segala kebutuhan acara,
menghilangkan identitas kebudayaan asli. Hal ini sebagai misalnya pendanaan pengadaan makanan bagi para
upaya agar integrasi masyarakat dapat terwujud. peserta. Hal ini menandakan bahwa dalam kegiatan doa
Serangkaian kegiatan ruwah desa yang dilakukan bersama lintas agama terdapat proses integrasi sosial
dengan memadukan dua kebudayaan yang berbeda berupa kerjasama.
membuktikan keberhasilan integrasi sosial masyarakat Upaya lain yang dilakukan masyarakat dalam
Desa Sumbertanggul. keberhasilan integrasi sosial menjalin komunikasi dalam konteks komunitas juga
tersebut menjadikan masyarakatnya rukun dan bersatu. diwujudkan dalam kegiatan tersebut. Adapun selain doa

1353
Kajian Moral Kewarganegaraan. Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

bersama ada pula arisan RT yang dilakukan sebagai cara awalnya menolak keberagaman sekitarnya menjadi
masyarakat di dalam menjalin komunikasi dalam konteks menerima keberagaman itu dengan cara saling
komunitas. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara menyesuaikan satu sama lain. Adaptasi ini dilakukan
dengan Ida Ayu Sadnyari selaku warga masyarakat Desa sebagai wujud mewujudkan persatuan dan mencegah
Sumbertanggul. adanya konflik di antara masyarakat demi mewujudkan
“Ketika arisan bareng satu RT, misalnya di RT integrasi sosial masyarakatnya.
ini yang kebanyakan etnis Bali dan Jawa. Arisan
RT rutinan ini adanya tiap bulan. Kita khusus Tahap
satu RT ini bayar listriknya jadi satu, terus Adaptasi
banyak diskusi juga kalo misal dari kita ada
masalah. Tapi, selama ini sih tidak ada masalah,
mbak. Kita rukun-rukun saja. Meski di sini orang
Bali sama Jawanya jumlahnya sebanding. Acara Kerjasama Akulturasi Asimilasi ;
arisan RT yang dilakukan tiap bulan dan acara Budaya bahasa
doa bersama setahun sekali ini dimanfaatkan sehari-hari
sebagai sarana saling komunikasi antar
masyarakat sini yang punya perbedaan suku dan -Nilai Toleransi
agama. Agar masyarakatnya selalu rukun” -Nilai -Nilai -Nilai
(Wawancara 14 April 2019). Toleransi Kekeluargaan Toleransi
Akulturasi budaya pada tahap ini juga diiringi adanya -Nilai -Nilai Ketuhanan
proses integrasi sosial asimilasi yang nampak pada Kekeluargaan -Nilai
Kebersamaan/
penyesuaian masyarakat suku Bali dengan masyarakat Solidaritas
setempat dalam penggunaan bahasa Jawa dan sikap sopan
santun dalam kehidupan sehari-hari di Sumbertanggul. Bagan 3. Tahap Adaptasi Proses Integrasi Sosial
Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul
Hal ini sesuai dengan pemaparan I Wayan Sudana
sebagai berikut. Proses integrasi sosial yang terjadi pada kehidupan
“Orang-orang Bali di sini sehari-harinya masyarakat Desa Sumbertanggul dipengaruhi adanya
berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Hal peran nilai-nilai yang tumbuh di tengah masyarakatnya.
ini sebagai wujud adaptasi kami dengan Nilai-nilai tersebut di antaranya, ialah nilai kekeluargaan
masyarakat sekitar. Saya sendiri sudah 15 tahun dimana nilai merupakan suatu kekuatan pendorong
di sini. Bahasa Jawa saya bisa dibilang lebih baik sekaligus penentu tujuan di dalam bertindak secara
dari orang Jawa sini.” (Wawancara 15 Mei
individu maupun sosial. Adanya nilai kekeluargaan yang
2019).
Adanya penyesuaian diri masyarakat suku Bali tumbuh sejak lama pada masyarakat Desa Sumbertanggul
dengan bahasa masyarakat setempat sebagai cara yang menjadikan masyarakatnya mampu dengan mudah saling
dilakukan masyarakat khususnya suku Bali di dalam berinteraksi satu sama lain pasca konflik dari adanya
menjalin komunikasi dalam konteks komunitas dan perbedaan di antara mereka.
menyatukan perbedaan di antara masyarakatnya. Adanya Nilai kekeluargaan ini tercermin dari adanya aktivitas
proses asimilasi dalam hal bahasa ini juga dapat rekonsiliasi tanpa kekerasan yang terwujud dalam
digunakan untuk melihat adanya usaha untuk mengurangi musyawarah selama proses penyelesaian adanya
perbedaan di antara masyarakat yang dulunya pernah resistensi atau penolakan masyarakat setempat dengan
berkonflik guna mencapai kesepakatan untuk hidup masuknya pendatang suku Bali ke Desa Sumbertanggul
rukun berdampingan. Upaya tersebut dilakukan dengan dan upaya pembangunan pura yang mereka lakukan.
maksud menghilangkan adanya batas-batas perbedaan Nilai kekeluargaan masyarakat juga ditandai dengan
yang ada. Hal ini juga dapat dilihat adanya nilai toleransi adanya aktivitas sosial lainnya seperti gotong-royong
yang dilakukan oleh masyarakat suku Bali terhadap dalam kerja bakti membersihkan desa maupun saling
bahasa sehari-hari masyarakat Sumbertanggul dan membantu antar individunya.
sebagai wujud penyesuaian diri mereka. Adanya nilai kekeluargaan masih dijunjung tinggi
Berdasarkan beberapa hasil data tersebut dapat dilihat oleh masyarakat Desa Sumbertanggul. Hal itu ditandai
bahwa masyarakat Sumbertanggul sangat berupaya untuk dengan bentuk kegiatan yang mengarah pada hal-hal
saling beradaptasi satu sama lainnya dengan berbagai positif di dalam menjaga kerukunan masyarakatnya, yaitu
bentuk proses integrasi sosial, baik dalam bentuk kerja musyawarah mufakat dalam menyelesaikan segala
sama akulturasi budaya maupun asimilasi dalam hal permasalahan bersama, gotong-royong dalam kerja bakti,
bahasa yang digunakan sehari-hari. Proses adaptasi ini saling silaturrahim dan membantu tetangga yang
mendorong berubahnya pola pikir masyarakat dari yang kesusahan atau ada hajatan. Adanya nilai kekeluargaan
tersebut menimbulkan keakraban dan rasa dekat seperti
Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul

layaknya keluarga dalam masyarakat. Adanya kedekatan ataupun Jawa rumahnya samping-sampingan
ini dilihat bahwa masyarakat Desa Sumbertanggul telah gitu. Berderet. Di deretan RT-nya Pak Gede itu
mampu saling menerima perbedaan di sekitarnya. satu deret dari ujung ke ujung orang Bali semua.
Pada sisi depannya baru ada orang Jawanya juga.
Adanya rasa menerima perbedaan ini menjadi salah
Kakak saya kan rumahnya juga di situ. Kami di
satu wujud nilai toleransi dalam praktek kehidupan sini saling membaur saja satu sama lainnya,
multikultural yang diterapkan di masyarakat seperti yang mbak. Apabila sudah saling toleransi adanya
diungkapkan oleh Tilaar yaitu belajar hidup dalam perbedaan suku atau agama rasanya sudah tidak
perbedaan. Adanya nilai toleransi mengisyaraktkan ada, tidak terasa lagi”(Wawancara tanggal 12
bahwa masyarakat tersebut telah dapat belajar hidup Mei 2019).
dalam perbedaan untuk bisa saling menerima perbedaan Berdasarkan wawancara dengan Sugiamah tersebut
tersebut. Hal ini dapat menjadikan masyarakatnya tidak dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan masyarakat
merasakan lagi perbedaan di sekitar mereka karena Sumbertanggul sudah saling membaur. Adanya perbedan
kuatnya rasa penerimaan yang ada. Adanya rasa di sekitarnya tidak dihiraukan lagi atau hilang
penerimaan akibat dari nilai toleransi tersebut menandakan masyarakatnya telah mampu menerapkan
menghilangkan dinding-dinding perbedaan di antara salah satu nilai multikultural yaitu nilai toleransi untuk
masyarakat. Hilangnya dinding perbedaan tersebut saling menerima dan belajar hidup dalam perbedaan.
melahirkan adanya rasa kedekatan mereka yang sudah Masyarakat yang telah berusaha untuk belajar hidup
seperti keluarga, seperti yang diungkapkan oleh dalam perbedaan menjadikannya mampu saling
Sugiamah selaku warga masyarakat Desa Sumbertanggul. menerima satu sama lain.
“Tidak masalah, mbak. Orang-orang di sini Hal tersebut menimbulkan sikap saling menghargai
sangat rukun. Meskipun di sini ada beda suku dan menghormati adanya perbedaan dan menghilangkan
Bali dan suku Jawa. Tapi, itu tidak begitu adanya pemikiran bahwa sebenarnya mereka memang
dihiraukan lagi sekarang. Masyarakat sudah berbeda. Namun, mampu saling memahami dan bersatu
saling membaur sudah seperti keluarga meski satu sama lainnya. Adanya nilai toleransi ini berimbas
ada perbedaan di sekitarnya. Menurut saya, pada berubahnya pola pikir, hidup dan kebiasaan
adanya perbedaan itu entah beda suku atau
agama bukan halangan untuk bisa saling masyarakatnya. Perubahan itu menjadikan masyarakatnya
membaur dan membantu”(Wawancara tanggal jauh dapat berpikir terbuka dengan lingkungan
12 Mei 2019). sekitarnya.
Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa Adanya toleransi mendorong terwujudnya saling
masyarakat Sumbertanggul telah memiliki sikap menyesuaikan diri antar masyarakat satu dengan lainnya.
penerimaan akan perbedaan di sekitarnya dengan sangat Proses dan sikap penerimaan akan perbedaan pada
baik. Hal ini dapat dilihat dari telah hilangnya rasa masyarakat Sumbertanggul dilakukannya dalam bentuk
membeda-bedakan di antara masyarakatnya. Meski pada proses integrasi sosial kerja sama, akulturasi budaya,
kenyataannya mereka memang berbeda dari segi suku asimilasi dan amalgamasi yang di dalamnya terdapat
dan agama. Hilangnya rasa membeda-bedakan tersebut akulturasi dan penyesuaian tradisi dan budaya dari kedua
menjadikan masyakatnya dapat mudah membaur. Adanya suku tersebut. Adanya hal ini juga sebagai wujud dari
perbedaan itu tidak menjadi halangan bagi masyarakat adanya proses adaptasi sosial yang sudah dijelaskan pada
Desa Sumbertanggul untuk bisa saling berhubungan satu pembahasan sebelumnya.
sama lainnya. Adanya nilai toleransi ini akan memudahkan
Adanya kemudahan masyarakat untuk bisa saling masyarakatnya untuk bisa saling bersatu dan menghindari
membaur ini dapat dilihat salah satunya pada pola konflik dari adanya perbedaan itu sendiri. Hal itulah yang
pergaulan masyarakatnya yang tidak terkotak-kotak senantiasa diusahakan oleh masyarakat Desa
sesuai etnis atau agamanya. Namun, benar-benar sudah Sumbertanggul sehingga menciptakan kondisi
membaur satu sama lain. Hal serupa juga terlihat dari masyarakat yang mampu senantiasa rukun sampai
tempat tinggal masyarakatnya yang tidak membeda- sekarang. Nilai toleransi yang dimiliki oleh masyarakat
bedakan sesuai identitas etnis atau agamanya. Hal ini Desa Sumbertanggul mempunyai sifat
sesuai wawancara dengan Sugiamah selaku warga keagamaan/religius.
masyarakat Desa Sumbertanggul. Hal tersebut mengharuskan bagi pemeluknya untuk
“Tidak, mbak. Kita di sini hidupnya sudah dalam taat terhadap segala ketentuan dalam agamanya. Nilai
lingkup bermasyarakat. Adanya perbedaan itu agama yang dianut oleh masyarakat Desa Sumbertanggul
seharusnya tidak menghalangi kita dalam mendorong kepada setiap manusia untuk bersikap baik.
berhubungan, bertetangga, saling berkomunikasi
Manusia yang beragama tentu akan bersikap sesuai
dan bantu membantu. Di Dusun Sumbertanggul
ini masyarakatnya campur. Masyarakat suku Bali ketentuan yang ada pada ajaran agamanya.

1355
Kajian Moral Kewarganegaraan. Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

Adanya nilai toleransi pada masyarakat Desa royong dan tolong menolong antar masyarakatnya. Hal
Sumbertanggul sebagai wujud nilai-nilai ketuhanan yang ini sebagai wujud nilai kebersamaan dan solidaritas yang
dianut oleh setiap pemeluk agama ini kemudian masih kuat dimiliki oleh masyarakat Desa
membentuk perilaku dan pemikiran masyarakatnya untuk Sumbertanggul. Adanya nilai kebersamaan dan
bisa menjunjung tinggi sikap saling menghargai dan solidaritas ini menggambarkan bahwa hubungan timbal
toleransi terhadap umat agama lain demi menjaga balik atau interaksi antar masyarakat dapat terjaga dengan
kerukunan antar umat beragama. Nilai ketuhanan sebagai baik.
wujud implementasi ajaran agama berdampak pada Adanya nilai kebersamaan dan solidaritas
kelangsungan hidup sosial masyarakat yang masyarakatnya terwujud pada aktivitas-aktivitas
menunjukkan perilaku positif terhadap sesama untuk masyarakat di dalam menjaga kerukunan. Aktivitas
mewujudkan kerukunan tersebut. Berdasarkan tersebut di antaranya seperti melayat apabila ada tetangga
wawancara dengan Kuslan selaku tokoh agama Islam yang meninggal, bersilaturahim ketika hari raya, tolong
sekaligus tokoh sesepuh Desa Sumbertanggul. menolong ketika tetangga sedang kesusahan dan
“Ajaran tiap agama itu sebenarnya sama saja. berpartisipasi aktif dalam kegiatan rutin masyarakatnya
Perbedaannya hanya pada keyakinan masing- seperti acara ruwah desa dan sedekah bumi. Hal ini
masing orang saja. Ajaran Islam mengajarkan diungkapkan oleh I Made Pranayoga selaku tokoh adat
bahwa semua termasuk kita hidup di dunia ini
dan agama di Desa Sumbertanggul, sebagai berikut.
adalah ciptaan Allah dan berhak untuk hidup
sesuai dengan yang diyakininya. Setiap orang “Ketika waktu lalu ada terbangan di rumah
berhak hidup dengan siapapun, tidak boleh tetangga saya ikut hadir sekedar menghomati,
adanya saling membeda-bedakan siapapun itu, menikmati dan bantu-bantu kalo misal ada yang
sesuai dengan ajaran Islam sebagai rohmatan lil- bisa di bantu. Kami juga ikut bantu
‘alamin. Kita harus bisa saling membantu memakamkan tetangga kami yang Islam atau
dengan sesama tanpa mengharap imbalan Kristen. Ketika ada orang meninggal dari Islam
apapun. Saling menghargai keyakinan agama biasanya mengadakan tahlilan. Saya ikut hadir
orang lain, bersikap toleransi dan tetap saling dan baca tahlil juga. Apabila saya doanya dengan
menyayangi diantara sesama. Itu yang ada dalam cara Hindu dari kepercayaan Islam itu doanya ga
kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman bagi umat bakal diterima. Saya ikut juga baca doa-doa
Islam” (Wawancara tanggal 11 April 2019). Islam. Orang-orang bilang laa illaha illallah
Berdasarkan wawancara tersebut pada hakikatnya saya juga ikut baca laa illahaillallah. Semata
agar doa kami dapat diterima dan sampai ke
Tuhan Sang Maha Pencipta menciptakan setiap manusia
orang yang meninggal tersebut. Hal tersebut
itu sama. Hanya saja cara pemahaman mereka menuju tidak masalah bagi saya. Masyarakat umat Hindu
Tuhan saja yang berbeda. Namun, sebenarnya ajaran yang lainnya juga begitu. Jadi, hal ini
pada setiap agama itu sama saja, yaitu mengajarkan sikap membuktikan kuatnya nilai kebersamaan dan
saling menghargai, menghormati, menjaga kerukunan, solidaritas antar masyarakat”(Wawancara
saling mengasihi antar sesama meskipun berbeda tanggal 10 April 2019).
Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan
keyakinan, menjalin persaudaraan dan bersikap tolong
bahwa nilai kebersamaan dan solidaritas masih dijunjung
menolong. Sekalipun, ada rasa tidak suka terhadap
tinggi oleh masyarakat Desa Sumbertanggul. Hal itu
adanya perbedaan. Namun, harus disadari bahwa pada
dilihat dengan adanya kegiatan bersama yang mengarah
hakikatnya setiap manusia adalah makhluk Tuhan.
Perbedaan merupakan suatu keniscayaan yang harus kepada persatuan dan kerja sama antar masyarakat di
selalu disyukuri. antaranya gotong-royong, saling tolong menolong apabila
Adanya ajaran agama yang kuat dimiliki oleh setiap ada tetangga yang kesusahan, silaturahmi, melayat
tetangga yang meninggal, menghadiri undangan tetangga,
masyarakat Sumbertanggul inilah yang menjadikan
masyarakatnya memiliki rasa toleransi yang kuat antar mengikuti doa bersama lintas agama dengan khidmad,
dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan desa yang
pemeluk agamanya. Meskipun mereka berbeda dari sisi
diadakan bersama.
keyakinan agama, budaya dan identitas sukunya. Nilai-
Nilai kebersamaan dan solidaritas masyarakat dalam
nilai agama wajib dijalankan bagi para pemeluknya,
iuran suka rela untuk kegiatan ruwah desa maupun
karena sebagai dasar bagi setiap manusia untuk
melayat hingga membantu persiapan pemakaman
senantiasa terdorong melakukan hal-hal baik dan positif
tetangga yang meninggal menandakan bahwa bentuk
secara individu maupun kolektif, misalnya
mengimplementasikan nilai-nilai ajaran agama tersebut di kebersamaan masyarakat Desa Sumbertanggul bersifat
dalam kehidupan sosial sehari-hari. sesungguhnya, bukan artifisial. Artifisial di sini
Hubungan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa bermaksud bahwa adanya kebersamaan dan solidaritas
yang masyarakat Sumbertanggul tampilkan bersama hal
Sumbertanggul adalah masih terjaganya aktivitas gotong-
Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul

itu benar-benar menunjukkan bahwa masyarakatnya telah temuan data itu selanjutnya akan dikonfirmasikan dengan
memiliki kesadaran kolektif di dalam menerima segala teori di bawah ini.
perbedaan di sekitarnya. Menuju suatu kondisi masyarakat yang bersatu dan
Adanya penerimaan akan perbedaan ini menjadikan harmonis di tengah kondisinya yang memiliki
masyarakatnya memandang bahwa perbedaan tersebut keberagaman suku dan agama. Diperlukannya suatu
merupakan suatu keniscayaan dan anugerah dari Tuhan. proses integrasi sosial yang harus dilalui untuk dapat
Adanya perbedaan ini akan semakin menjadikan mewujudkan suatu tujuan akan adanya persatuan
masyarakatnya kian bersatu sesuai dengan cita-cita tersebut. Proses integrasi sosial terwujud oleh adanya
bangsa Indonesia sebagai negara yang majemuk atau interaksi sosial atau hubungan timbal balik antara
memiliki keanekaragaan suku, agama, budaya dan adat individu satu dengan individu maupun kelompok lainnya
yang berbeda-beda. Perbedaan ada bukan untuk yang saling memiliki perbedaan namun memiliki
dimusuhi, tetapi dihormati dan dilestarikan bersama.. Hal keinginan untuk bersatu dan memungkinkan terjadinya
ini seperti yang diungkapkan oleh Heri Kariyanto sebagai proses penyesuaian nilai-nilai sosial masyarakat di dalam
berikut. mencapai tujuan atau kesepakatan bersama. Proses
“Menurut saya dengan adanya perbedaan justru integrasi sosial masyarakat dapat dilihat dari aktivitas
kita akan semakin kuat rasa nasionalismenya. kebersamaan masyarakat secara kolektif di dalam
Hal tersebut karena kita dituntut untuk selalu hubungannya mewujudkan persatuan.
memahami dan menghormati juga menyadari
Berdasarkan hasil temuan data tersebut. Maka, sesuai
bahwa kita ini berbeda-beda. Seharusnya,
sebagai masyarakat Indonesia yang berbeda-beda dengan teori struktural fungsional yang dipopulerkan
kita harus menjunjung tinggi rasa persatuan dan oleh Talcott Parsons. Parsons (dalam Ritzer, 2010: 257)
kesatuan di tengah masyarakatnya” (Wawancara mengungkapkan dalam teori fungsionalisme
22 April 2019). strukturalnya sebuah konsep yang disebut AGIL yang
Berdasarkan wawancara tersebut bahwa di Desa memiliki empat imperatif fungsional yang diperlukan
Sumbertanggul penerimaan akan adanya perbedaan telah oleh seluruh sistem. Adapun AGIL di antaranya, yaitu
dapat dilihat dari pola pikir masyarakatnya yang Adaptation (Adaptasi), Goal Attainment (Pencapaian
menyatakan bahwa adanya perbedaan itu dianggap tujuan), Integration (Integrasi), dan Latency (Latensi).
sebagai anugerah yang harus selalu disyukuri. Tahap adaptasi mengisyaratkan bahwa sistem harus
Masyarakatnya dituntut harus bisa saling menghargai, mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar.
menghormati dan mengakui perbedaan itu dengan baik Sistem tersebut diharuskan mampu beradaptasi dengan
dan penuh tanggung Jawab untuk menjaga lingkungan dan mengyesuaikan lingkungan dengan
keberlangsungannya dalam kehidupan bersama yang kebutuhan-kebutuhannya. Adaptasi yang dilakukan oleh
rukun dan damai. masyarakat Sumbertanggul akan adanya perbedaan di
Hal tersebut dapat dilihat dari sudah tidak adanya sekitarnya. Adaptasi tersebut cenderung kepada beberapa
sikap saling membeda-bedakan di antara masyarakat bentuk proses integrasi sosial masyarakat, di antaranya
Desa Sumbertanggul. Masyarakat menganggap kerja sama, akulturasi budaya dalam hal upacara
perbedaan di antaranya itu sudah tidak ada. Kondisi yang perayaan rutinan masyarakat Desa Sumbertanggul
terlihat ialah masyarakatnya sudah bisa saling membaur, perpaduan antara unsur adat budaya Jawa dan adat
tolong menolong dan bekerja sama di dalam memenuhi budaya Bali. Penyesuaian sarana peribadatan umat Hindu
kebutuhan sehari-harinya. Hal inilah yang menjadikan dari suku Bali dengan kondisi lingkungan masyarakat
masyarakat Sumbertanggul yang memiliki perbedaan setempat. Akulturasi budaya dari adanya amalgamasi dari
suku, agama dan budaya tersebut dapat memiliki kondisi kedua suku. Adanya adaptasi sebagai bentuk penerimaan
yang rukun, harmonis dan cenderung ke arah persatuan masyarakatnya di lakukan atas dasar keinginan bersama
masyarakat. Meskipun, pernah mengalami konflik atas dan adanya kesadaran kolektif masyarakat.
kurangnya penerimaan terhadap perbedaan di tengah Adaptasi dalam teori struktural fungsional Talcott
masyarakatnya. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik Parsons ini juga berhubungan dengan adanya sub
kesimpulan bahwa proses integrasi sosial yang dilakukan ekonomi. Adanya adaptasi masyarakat Desa
menghasilkan kondisi masyarakat yang dipersatukan oleh Sumbertanggul juga terwujud dari adanya praktek take
adanya kegiatan dan kepentingan bersama dalam pola and give di masyarakatnya. Ketika ada hari raya umat
kehidupannya sehari-hari. agama lain. Maka, ia harus ikut merayakannya, misalnya
ikut bersalam-salaman, berkunjung kerumah tetangga,
Pembahasan
maupun memberikan uang sangu atau makanan kepada
Pada bagian ini adalah analisis hasil data dengan teori.
tetangga ketika hari raya.
Data yang diperoleh dari lapangan yang menghasilkan

1357
Kajian Moral Kewarganegaraan. Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

Tetangganya meskipun berbeda agama harus merupakan salah satu aturan yang sangat diterapkan dan
membalas serupa dengan apa yang diberikan kepadanya. dijaga kuat oleh masyarakatnya. Selain itu, segala perkara
Masih kuatnya rasa saling tolong menolong atau juga sangat diupayakan untuk diselesaikan sesuai aturan
membantu antar masyarakatnya sebagai wujud adanya dan hukum yang berlaku termasuk ketika ada resistensi
adaptasi ini juga dapat dilihat dari adanya pemberian masyarakat Desa Sumbertanggul ketika awal masuknya
bantuan berupa uang, jasa atau bahan makanan kepada pendatang juga diselesaikan secara kekeluargaan dan
tetangga yang membutuhkan, misalnya ketika ada aturan yaitu melibatkan pemerintah desa sebagai pembuat
tetangga yang anggota keluarganya meninggal. dan pelaksana setiap aturan yang ada di Desa
Kebiasaan yang berkembang di masyarakat ialah Sumbertanggul.
saling memberikan uang seikhlasnya untuk membantu Pada tahap latensi (pemeliharaan pola) sistem harus
proses pemakaman keluarga jenazah. Rasa tolong melengkapi, memelihara dan memperbarui motivasi
menolong dan kebersamaan masyarakat dapat dilihat dari individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan
adanya aktivitas masyarakat di dalam membangun mempertahankan motivasi tersebut. Hal tersebut perlu
mushola bersama. Hal ini juga berarti ketika ada umat dilakukan oleh masyarakat Desa Sumbertanggul untuk
lain yang juga membutuhkan bantuan perihal dapat memelihara pola hubungan di antaranya. Upaya
pembangunan rumah ibadah dan semacamnya. Oleh menjaga kerukunan dalam bermasyarakat adalah sangat
sebab itu, harus dibantu sebagai wujud take and give atau penting guna senantiasa terjaganya kehidupan sejahtera
pertukaran jasa maupun barang yang di lakukan oleh tanpa adanya konflik di masyarakat dan senantiasa
perindividu maupun perkelompok tersebut. terjaganya hilangnya rasa adanya perbedaan antar
Pada tahap goal attainment/pencapaian tujuan masyarakat Desa Sumbertanggul tersebut.
memuat bahwa adanya sistem harus mendefinisikan dan Adanya pemeliharaan pola hubungan menuju
mencapai tujuan-tujuan utamanya. Butuh waktu panjang kerukunan masyarakatnya ini dapat di wujudkan ke
yang harus di lalui suku Jawa dan suku Bali untuk bisa dalam penjagaan nilai-nilai di masyarakat ke dalam
memiliki perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola hidup pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh orang
yang awalnya memiliki habbits sebagai masyarakat tua. Hal tersebut dilakukan agar pemahaman dan tingkah
dengan kondisi homogen menuju masyarakat dengan laku masyarakat tetap berdasarkan akan nilai dan aturan
kondisi heterogen. Adanya perubahan pola pikir dan pola yang berlaku. Agar kerukunan di masyarakat juga
hidup masyarakatnya sebagai wujud penerimaan senantiasa terjaga sampai kapanpun.
masyarakat akan perbedaan di sekitarnya ke dalam Wujud nyata lainnya untuk dapat menjaga kerukunan
harapan untuk bisa mencapai tujuan bersama, yaitu di masyarakat ialah dapat dilihat pada aktivitas bersama
kerukunan, keharmonisan dan persatuan masyarakatnya masyarakat, menjaga adanya komunikasi di antara
yang kini telah mampu terwujud pada masyarakat Desa sesamanya misalnya dengan acara arisan RT,
Sumbertanggul. mengadakan acara doa bersama lintas agama dan
Meskipun, sampai sekarang prosesnya senantiasa bincang-bincang bersama antara masyarakat dengan
terus berlangsung. Percapaian tujuan tersebut kemudian FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) setempat.
terwujud ke dalam aktivitas sosial masyarakatnya seperti Agar adanya motivasi masyarakat untuk senantiasa
gotong-royong dan kerja sama masyarakatnya dalam menjaga kerukunan senantiasa terjalin kuat.
berbagai hal. Pada tahap integrasi mengindikasikan Adanya suatu kebutuhan yang mendesak dari kedua
bahwa sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian suku untuk saling berinteraksi dalam menyelesaikan
yang menjadi komponennya. Ia harus mengatur adanya resistensi di sekitarnya. Hal ini mengakibatkan
hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut. kedua suku tersebut harus saling beradaptasi di dalam
Integrasi masyarakat Desa Sumbertanggul terwujud mengusahakan penerimaan akan perbedaan di tengah
ke dalam hubungan sosial dan aktivitas masyarakatnya masyarakatnya. Berusaha saling mengadaptasi
sehingga mampu menghasilkan kondisi masyarakat yang lingkungan sekitarnya sesuai dengan kebutuhannya.
rukun hingga smapai sekarang. Tanpa adanya integrasi Sehingga terciptanya suatu kehidupan bersama yang
maka suku Jawa dan suku Bali tidak bisa bersikap rukun nyaman bagi kedua kelompok suku tersebut.
dan damai dalam menjalani kehidupan bersama. Integrasi Pada proses adaptasi kedua suku harus memiliki
bisa terwujud dari adanya kesamaan rasa, pemikiran dan tujuan yang ingin dicapai bersama dan saling berupaya
tujuan bersama. untuk mencapai tujuan tersebut. Pada upaya integrasinya
Salah satu wujud adanya integrasi ini dapat dilihat suatu sistem dari kedua suku tersebut harus saling bisa
dari adanya aturan dan hukum yang sangat ditegakkan di menyatukan kebutuhan dan kepentingan satu sama lain
masyarakat. Masyarakat Desa Sumbertanggul sangat dan saling mengelola hubungan yang baik meskipun
menentang adanya perkawinan lintas agama. Hal ini
Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multietnik di Desa Sumbertanggul

terdapat perbedaan keyakinan, adat istiadat, nilai-nlai lainnya. Adanya nilai kekeluargaan ini dapat mendorong
yang dianut ataupun dalam berpikir. seseorang untuk dapat bertindak saling membantu antar
Hal terakhir yang harus dilakukan ialah memelihara sesamnya tanpa memandang suku atau agamanya. Semua
pola hubungan dan budaya yang tercipta dari hasil dilakukan tanpa pamrih. Hal inilah yang menjadi
integrasi yang ada dengan baik ke dalam aktivitas sosial pembentuk kondisi kerukunan pada masyarakar Desa
masyarakatnya sehari-hari maupun ke dalam bentuk Sumbertanggul sampai saat ini. Nilai kekeluargaan ini
pendidikan orang tua. Hal tersebut dimaksudkan agar sangat berperan pada tahap resistensi dan adaptasi
kedua seluruh masyarakat Desa Sumbertanggul dapat masyarakatnya di dalam proses sosial kehidupan mereka.
saling bertahan dan berkembang dengan lingkungan Adanya nilai kekeluargaan tersebut menjadi dasar
sekitarnya. adanya rasa menerima perbedaan ini menjadi salah satu
Nilai-nilai yang mendasari masyarakat wujud nilai multikultural yaitu nilai toleransi. Adanya
Sumbertanggul dalam melakukan proses integrasi sosial nilai toleransi ini dapat menjadikan masyarakatnya tidak
hingga penerimaan dan penyesuaian masyarakat oleh merasakan lagi perbedaan di sekitar mereka. Hal ini
adanya perbedaan di sekitarnya merupakan nilai-nilai karena telah adanya rasa kedekatan mereka yang sudah
mulikultural yang senantiasa muncul dan terus berproses seperti keluarga. Hilangnya rasa membeda-bedakan antar
di dalam masyarakat. Adanya nilai multikultural tersebut masyarakatnya tersebut menjadikan masyakatnya dapat
seperti yang diungkapkan oleh Tilaar yang beberapa dengan mudah membaur dan adanya perbedaan itu
dapat ditemukan di dalam hubungan antar masyarakat sendiri terasa tidak pernah ada.
Sumbertanggul. Nilai-nilai tersebut di antaranya terdapat Adanya masyarakat yang telah mampu saling
peran dari adanya nilai ketuhanan/religius yang membaur dan menghilangkan adanya perbedaan di
bersumber dari ajaran yang terdapat pada masing-masing sekitarnya tersebut menjadikan masyarakatnya kian
agama baik Islam, Hindu dan Kristen. mudah dalam berinteraksi satu dengan lainnya. Adanya
Pada hakikatnya ajaran setiap agama adalah sama, interaksi itu akan menimbulkan rasa kebersamaan di
yaitu memberikan pedoman tentang bagaimana cara antara mereka. Adanya rasa kebersamaan juga dipicu
hidup sebagai manusia yang baik di dalam hubungannya oleh adanya kesamaan rasa dan pola pikir masyarakatnya.
di masyarakat. Ajaran pada setiap agama itu pasti sama- Adanya nilai kebersamaan di Desa Sumbertanggul
sama mengajarkan kebaikan dan hal positif, yaitu ditandai dengan bentuk kegiatan bersama yang mengarah
mengajarkan sikap saling menghargai, menghormati, kepada persatuan dan kerja sama antar masyarakat, di
menjaga kerukunan, saling mengasihi antar sesama antaranya gotong-royong, saling tolong menolong apabila
meskipun berbeda keyakinan, menjalin persaudaraan dan ada tetangga yang kesusahan, silaturahmi, melayat
bersikap tolong menolong khususnya dalam kondisi tetangga yang meninggal, menghadiri undangan tetangga,
masyarakat yang heterogen. mengikuti doa bersama lintas agama dengan khimad, dan
Pada proses integrasi sosial tersebut juga ditemui berpartisipasi dalam setiap kegiatan desa yang diadakan
adanya nilai kekeluargaan. Nilai kekeluargaan yang bersama.
dimaksud adalah nilai yang dimiliki oleh seseorang di Bentuk kebersamaan masyarakat Desa Sumbertanggul
dalam mewujudkan adanya kekompakan dan bersifat sesungguhnya, bukan artifisial. Hal ini
kebersamaan yang dapat didasari karena adanya suatu bermaksud bahwa adanya kebersamaan dan solidaritas
ikatan rasa dan tujuan yang sama, bukan karena adanya yang masyarakat Sumbertanggul tampilkan bersama hal
ikatan keturunan. Nilai kekeluargaan dapat hidup di itu benar-benar menunjukkan bahwa masyarakatnya telah
tengah-tengah masyarakat tidak terkecuali masyarakat memiliki kesadaran kolektif di dalam menerima segala
Desa Sumbertanggul. perbedaan di sekitarnya. Adanya penerimaan akan
Nilai kekeluargaan yang ada pada masyarakat Desa perbedaan ini menjadikan masyarakatnya memandang
Sumbertanggul diwujudkan ke dalam bentuk aktivitas bahwa perbedaan tersebut merupakan suatu keniscayaan
bersama antar masyarakatnya, di antaranya: rekonsiliasi dan anugerah dari Tuhan.
tanpa kekerasan yang terwujud dalam musyawarah Adanya perbedaan ini akan semakin menjadikan
selama proses penyelesaian adanya resistensi atau masyarakatnya kian bersatu sesuai dengan cita-cita
penolakan masyarakat setempat dengan masuknya bangsa Indonesia sebagai negara yang majemuk atau
pendatang suku Bali ke Desa Sumbertanggul dan upaya memiliki keanekaragaan suku, agama, budaya dan adat
pembangunan pura yang mereka lakukan. yang berbeda-beda. Indonesia sebagai negara yang
Adanya sifat kekeluargaan yang dimaksud tidak multikultural di mana perbedaan harus selalu diakui,
memandang adanya perbedaan suku, budaya, atau bahkan dihormati dan dilestarikan bersama. Hal ini dilakukan
keyakinan agama yang dianut. Tetapi, semua dipandang sebagai upaya di dalam menjaga persatuan dan kesatuan
sama karena manusia saling membutuhkan satu sama masyarakat Indonesia yang rawan konflik.

1359
Kajian Moral Kewarganegaraan. Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 1346 - 1360

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


Simpulan
Abidin, Y. Z., dan Beni, A. S. 2014. Pengantar Sistem
Proses integrasi sosial dalam kehidupan masyarakat Desa
Sosial Budaya di Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sumbertanggul berlangsung melalui beberapa tahapan,
yaitu tahap awal, tahap resistensi, dan tahap adaptasi. Ahmadi, Abu. 2010. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT.
Pada tahap awal masuknya suku Bali dengan pengaruh Rineka Cipta.
agama Hindu ke Desa Sumbertanggul menimbulkan Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu
kontraversi. Kontraversi tersebut berupa tindakan negatif Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
ke arah resistensi masyarakatnya. Proses ini didorong Arkanudin. 2006. Menelusuri Akar Konflik Antaretnik di
oleh adanya nilai ketuhanan. Pada tahap resistensi Kalimantan Barat. Jurnal Maediator, 7(2); (hlm.1-
didapati penolakan masyarakat terhadap pembangunan 17).
pura yang memunculkan proses integrasi sosial berupa Fahham, A. Muchaddam. 2010. Peran Tokoh Agama
akomodasi dalam bentuk perundingan, arbitrasi, mediasi dalam Penanganan Konflik Sosial di Kabupaten
dan koordinasi. Koordinasi yang muncul pada tahap ini Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Kajian, 15(2);
berwujud koersi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa (hlm.311-341).
didorong adanya nilai ketuhanan dan kekeluargaan. Firdaus. 2017. Konflik Pembangunan Rumah Ibadah di
Tahap adaptasi mewujudkan kerjasama dan asimilasi Desa Punti Kayu Kecamatan Batang Pranap
pada kegiatan antar agama, akulturasi adat/budaya dan Kabupaten Indagirihulu. Jurnal Online Mahasiswa
penyesuaian bahasa. Pada tahap ini dapat dilihat adanya FISIP, 4(2); (hlm.1-10).
peran nilai toleransi, nilai kekeluargaan, nilai ketuhanan, Isbandi, Khusniah. 2016. Pola Interaksi Umat Hindu dan
dan nilai kebersamaan. Keterlibatan masyarakat pada Islam di Desa Sumbertanggul Kecamatan Mojosari
kegiatan bersama yang mereka lakukan menunjukkan Kabupaten Mojokerto: Tinjauan Teori Struktural
keberhasilan proses integrasi di Desa Sumbertanggul. Hal Fungsionalisme Talcott Parsons. Skripsi, UIN Sunan
Ampel, Surabaya.
tersebut menghilangkan adanya sifat kesukuan di
antaranya. Adanya nilai-nilai multikultural memudahkan Soedarno, P. 2012. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gramedia
masyarakat Desa Sumbertanggul di dalam mewujudkan Pustaka Utama.
proses integrasi sosial mereka. Nilai-nilai multikultural Susanto, Astrid S. 2013. Pengantar Sosiologi dan
tersebut tercermin ke dalam beberapa nilai di antaranya Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Cipta.
nilai ketuhanan/religius yang menjadi pegangan hidup
masyarakat Desa Sumbertanggul, nilai kekeluargaan,
nilai toleransi, nilai kebersamaan, dan solidaritas.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian terkait proses integrasi sosial
dalam kehidupan masyarakat multietnik di Desa
Sumbertanggul Kecamatan Mojosari Kabupaten
Mojokerto mengungkapkan beberapa saran. Saran
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
yang bersifat membangun terutama bagi Masyarakat
Desa Sumbertanggul. Integrasi sosial merupakan suatu
hal yang sangat penting diwujudkan di tengah kondisi
masyarakat yang majemuk demi mewujudkan persatuan
dan menghindari konflik di tengah perbedaannya. Oleh
karena itu, masyarakat Desa Sumbertanggul perlu
senantiasa melakukan kegiatan bersama dalam hal
menghilangkan sifat kesukuan di antaranya.
Meningkatkan kesadaran akan penerimaan perbedaan
sebagai suatu anugerah terbesar dari Tuhan. Agar
masyarakatnya dapat senantiasa bersyukur dan
menjadikan perbedaan tersebut bukan sebagai
penghalang untuk mewujudkan persatuan atau integrasi
sosial.

You might also like