You are on page 1of 9
MANAJEMEN PENGAMANAN KEBAKARAN TAHUN 2023 A. PENDAHULUAN Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan Factor - faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan,suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah dicapainya. B. LATAR BELAKANG Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari: Sumber panas, seperti energi elektron (istrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya. Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya. Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni yang basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut asal semua permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut dan api akan mati seperti lilin yang kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut. Cc. PENGERTIAN 1. Berikut ini beberapa Definisi terkait dengan Kebakaran a. API: proses oksidasi cepat dari bahan bakar (berupa cair, padat dan gas) dipacu adanya sumber energi yang menghasilkan panas, asap dan cahaya. b. KEBAKARAN : Api yang tidak dikehendaki dan dikendalikan karena dapat menimbulkan kerugian baik harta — benda, korban jiwa, maupun terhentinya proses _pekerjaan/ produksi yang direncanakan sebelumnya, bahkan dapat menurunkan tingkat kredibilitas. AMAN KEBAKARAN ; potensi bahaya KEBAKARAN yang telah di- identifikasi dan dianalisa serta telah dikendalikan ke tingkat_ yang memadai, Dalam hal ini potensi kebakaran tidak bisa dieliminasi secara total, namun hanya dikurangi tingkat resikonya. D. MANAJEMEN PENGELOLAAN KEBAKARAN Manajemen _pengelolaan kebakaran merupakan suatu perangkat peraturan yang harus dimiliki suatu Puskesmas agar dapat mengelola kejadian kebakaran secara berkesinambungan dan tepat sehingga dapat meminimalisir kerugian akibat kebakaran. Dalam proses pengelolaan kebakaran terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, sebagai berikut : 1. Prinsip Pengelolaan Kebakaran a. Sistem Proteksi Kebakaran harus sudah diperhitungkan sejak awal perencanaan kegiatan pelayanan di Puskesmas . b. Penerapan —perancangan —gedung/ — bangunan — dan instalasinya memenuhi persyaratan regulasi dan standart sistem proteksi kebakaran. c. Manajemen — penanggulangan dan sarana_— Manajemen Keselamatan Kebakaran termasuk pertimbangan infrastruktur lingkungan d. Penerapan Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran secara Sistematis dan menyeluruh €. Pelaksanaan Audit Kebakaran secara berkala. E, IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA Untuk dapat mengevaluasi potensi kebakaran secara akurat dan tepat, diperlukan pemahaman secara rinci tentang karakteristik dari tipikal kebakaran yang mungkin terjadi berdasarkan kategori dan klasifikasi potensi kebakaran. 1. Potensi Kebakaran dibedakan atas : * Karakteristik bahan bakar, yaitu potensi kebakaran material yang terbakar seperti : kayu dan produk kayu, fiber dan textile, cairan yang mudah terbakar, gas, bahan kimia, bahan peledak, plastik dankaret, debu yang mudah terbakar dan meledak, * Potensi kebakaran gudang atau tempat penyimpanan bahan seperti gudang dalam ruangan terbuka dan tertutup, penyimpanan gas, cairan mudah terbakar. * Potensi kebakaran pada Puskesmas yang diklasifikasikan atas :/Ruang Perawatan, Ruang Tunggu, dll. 2. Contoh Potensi Bahaya Pada Proses Area : © Pengaturan tata letak dan timbunan bahan mudah terbakar seperti bahan baku, bahan pendukung proses dan produk ditinjau dari kemudahan penjalaran api karena aliran barang/ bahan yang bersifat terbuka antar proses * Masalah kendaraan/ peralatan pengangkut * Problem jumlah pekerja dan akses keluar + Ketersediaan dan _kelengkapan sisem proteksi kebakaran F. MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN Manajemen Penanggulangan Kebakaran merupakan Kerangka kerja pengelolaan kebakaran yang dituangkan dalam bentuk program kerangka Kerja jangka pendek dan panjang untuk memenuhi kebutuhan, tujuan dan sarana perusahaan. Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran merupakan suatu proses yang berkesinambungan, yang berarti harus dikajidan diperbaiki secara berkala untuk meningkatkan kinerja Penanggulangan Kebakaran. 1, Manfaat Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran a. c. Mewujudkan kepedulian dan tanggungjawab manajemen terhadap antisipasi_ bahaya kebakaran dan keadaan darurat lainnya, Pembinaan tanggung —_jawab dengan —Prinsip Penanggulangan Kebakaran adalah tanggung jawab seluruh karyawan, Memahami = bahwa —kebakaran —_—merupakan bencana yang memerlukan pengaturan rencana berupa tindakan pencegahan dan pengendalian yang sistematis, dan berkesinambungan untuk mengurangi dampak bencana, Menjamin aspek keselamatan terhadap kebakaran melalui kesiagaan Sumber daya manusia, sistem dan peralatan yang ada. 2. Pelaksanaan Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran * Pelaksanaan secara utuh dan berkesinambungan Sistem Manajemen Penanggulangan kebakaran mensyaratkan kepatuhan, ketaatan, dan konsistensi dalam — bentuk program jangka pendek dan panjang sesuai dengan tujuan dan sasaran Puskesmas . 3.Dukungan Yang Diperlukan Bagi Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran: a. Komitmen : suatu tekad atau kesanggupan dari pimpinan puncak yang dituangkan secara tertulis dengan singkat berisi_ kebijakan dan sasaran perusahaan di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran b. Personil —:_personil yang mempunyai wawasan aspekpenanggulangan kebakaran, c. Dana : semua kegiatan yang menggunakan sarana, sumberdaya manusia dan teknologi tidak akan terlepas dari kebutuhan dana . 4. Partisipasi_ : —partisipasi_—berdasarkan tugas dan tanggungjawab diantara tingkat jenjang jabatan, karena unsur penanggulangan kebakaran harus masuk kedalam semua kegiatn puskesmas. 4.Keberhasilan Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran,sangat ditentukan oleh: + Kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk tindakan dan perbuatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan program. + Semangat karyawan dalam melaksanakan program penanggulangan kebakaran sebenarnya tidak akan terlepas dari faktor dominan yang ada didalam perusahaan itu sendiri, walaupun ada juga faktor luar yang mempengaruhi, JENIS ALAT PEMADAM KEBAKARAN, BESERTA PROSEDUR PEMASANGAN DAN PEMELIHARAAN 1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) a. Pengertian Alat pemadam api ringan jalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. Jenis Alat Pemadam Api Ringan 1) Cairan (air); 2) Tepung Kering; 3) Fire extinguisher Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api_Ringan(APAR) 1) Pemasangan : + Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai_ dan —diambil_serta_—_diilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. ‘Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan, atau disesuaikan dengan kondisi tempat yang ada. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran. Penempatan alat_pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau abli Keselamatan Kerja, atau disesuaikan dengan rencana pengadaan APAR. Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah. Dilarang memasang dan menggunakan alat_ pemadam api ringan yang didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci, Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagiandepannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm. Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati. Ukuran panjang dan lebar_bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box) sehingga mudah dikeluarkan. Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 em dan permukean lantai. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C, kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman. 2) Pemeliharaan Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu : a) Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan; b) Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan; Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat. Pemeriksaan jangka 6 (enam) bulan meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Berisi atau tidaknya —tabung, _berkurang atau tidaknyatekanan dalam —tabung, = rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan dan mekanik penembus segel; b) Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan lebel harus selalu dalam keadaan baik; c) Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancaryang terpasang tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak; Cara-cara pemeriksaan lat perlengkapan _ pemadam api ringan dapat dilakukan dengan cara lain sesuai dengan perkembangan. H. DIKLAT PENANGGULANGAN KEBAKARAN Dalam upaya peningkatan pengetahuan serta ketrampilan sumber daya manusia yang dimiliki puskesmas , maka perlu dilaksanakan: 1.Pelatihan penggunaan alat pemadam api ringan bagi seluruh pegawai Puskesmas . 2.Sosialisasi_ prosedur tanggap darurat kebakaran bagi seluruh pegawai Puskesmas . 1. UPAYA PENANGANAN SAAT KEJADIAN MUSIBAH KEBAKARAN * Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan evakuasi Penanganan kebakaran 1. Upaya penyelamatan jiwa : 2) Rescue ( penyelamatan segera } 3) Triage (_seleksi —berdasarkan kegawatan untuk memberikan prioritas pelayanan ) 4) Evacuation ( melakukan transportasi ketempat yang di butuhkan dengan cepat dan aman) + Penyelamatan Sarana dan Prasarana Puskesmas o Merupakan seluruh Sarana dan Prasarana Puskesmas , meliputi: peralatan non medis, ambulans, peralatan medis, bahan medis habis pakai, obat, dll bila terjadi kebakaran harus di upayakan untuk diamankan / diselamatkan semaksimal mungkin, * Penyelamatan Dokumen Pasien, Pegawai © Penyelamatan Dokumen Pasien, Dokumen kepegawaian, Dokumen Keuangan dan Dokumen penting lainnya, bila kebakaran terjadi di ruang perkantoran ( administrasi, keuangan, medical record ) K. Sasaran a, Seluruh Pegawai di Lingkup Puskesmas, Pasien dan keluarga pasien L. Evaluasi Pleaksanaan kegiatan dan pelaporan © Dilakukan Evaluasi setiap 6 bulan sekali dan dibuatkan pelaporan tentang keadaan alat APAR. Evaluasi di lakukan secara berkala baik pada median yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat.

You might also like