You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman aktivitas listrik berupa grafik yang

dihasilkan oleh elektroda yang ditempelkan pada kulit. EKG memberikan

informasi tentang: Detak jantung atau irama jantung, posisi jantung, ketebalan

otot jantung atau pelebaran rongga jantung. jika ada kelainan rambatan

aktivitas listrik, hal ini memungkinkan adanya penyimpangannya, misalnya,

gangguan irama jantung, kelainan jantung bawaan, cedera karena pasokan darah

yang tidak mencukupi (iskemia atau infark), gangguan elektrolit atau obat-

obatan. (Stroobandt, R. X., Barold, S. S., & Sinnaeve, 2016).

EKG sangat mendukung diagnosis, walaupun diagnosis klinis seperti riwayat

pasien dan pemeriksaan fisik lebih diutamakan. Dalam beberapa kasus, EKG

sangat penting untuk menentukan penanganan pasien, karena dapat menilai

adanya gangguan irama jantung atau infark miokard (Hampton, J., & Hampton,

2019).

Menurut (Dharma, 2010) EKG adalah alat bantu diagnosis yang praktis,

sederhana, akurat dan hasilnya dapat segera dibaca serta hampir semua kelainan

dan kegawatdaruratan di bidang kardiovaskuler dapat dideteksi dengan EKG,

sehingga sebaiknya semua petugas kesehatan, termasuk dokter umum, perawat,

bahkan mahasiswa keperawatan harus mampu membaca kelainan-kelainan

grafik pada EKG.

1
2

Dalam standar keselamatan pasien (Joint Commission, 2016), dijelaskan bahwa

rumah sakit harus mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan untuk

memperbaiki kondisi kritis dari hasil tes diagnostik. Untuk itu perawat dituntut

bukan hanya mampu melakukan perekaman tapi harus mampu

menginterpretasikan hasil perekaman EKG. Menurut (Wu, 2012) dengan

penelitian Retention of Knowledge By Nurses After An Online Ecg Monitoring

Course, menyebutkan bahwa pengetahuan perawat untuk menginterpretasikan

EKG dapat meningkatkan kualitas pelayanan, pemberian asuhan keperawatan

pada klien. Sementara itu, peraturan menteri kesehatan republik Indonesia,

Nomor 43 tahun 2017 menyatakan bahwa melakukan perekaman EKG dan

interpretasi EKG merupakan kompetensi perawat pada jenjang ahli pertama.

Sementara itu kebijakan lain yang bersifat institusional, seperti Rumah Tarakan

Jakarta mengatakan bahwa kompetensi EKG merupakan kompetensi perawat

klinis II yaitu perawat DIII dengan masa kerja lebih 4 tahun, atau Ners dengan

masa kerja lebih 3 tahun.

Menurut (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008), perawat

perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam

menggunakan EKG untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

profesional kepada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Sedangkan dalam (Standarisasi prosedur operasional Rumah Sakit Pusat

Jantung Nasional Harapan Kita, 2018), dijelaskan bahwa perekaman EKG

termasuk pemeriksaan diagnostik, maka perawat yang melakukan perekaman

EKG harus mampu menginterpretasikan dan segera melaporkan jika ada hasil
3

perekaman EKG yang bermakna kritis. ke dokter penanggung jawab pasien

dalam waktu kurang dari 1(satu) jam.

Keterampilan dalam menginterpretasi EKG sangat dibutuhkan untuk seorang

perawat terutama di emergensi, karena perawat adalah profesional kesehatan

pertama yang menilai pasien dan melakukan perekaman EKG termasuk

interpretasinya (McGrath & Sampson, 2018). Irama EKG yang ditemukan pada

pasien henti jantung yaitu irama yang bisa diberikan terapi kejut listrik:

ventricular fibrillation (VF), pulseless ventricular tachycardia (pVT), serta

tidak dapat diterapi kejut listrik pulseless electrical activity (PEA), dan asystole

(Kleinman et al., 2015).

Mengingat pentingnya interpretasi EKG maka perawat dituntut untuk

meningkatkan kemampuan dalam interpretasi EKG, seperti EKG normal dan

aritmia. Menurut (Zhang and Hsu, 2013) kemampuan perawat dalam

melakukan interpretasi EKG belum optimal, kemampuan hanya sebatas

melakukan perekaman dan dalam interpretasi masih sangat minimal. pendapat

ini didukung oleh (SILA, 2018), terkait pengetahuan perawat dalam merekam

EKG cukup baik, namun evaluasi kemampuan perawat dalam

menginterpretasikan EKG dasar masih kurang.

Peneliti melakukan observasi pada Pendidikan nonformal EKG tanggal 10

November 2019 di Gorontalo, peserta semuanya merupakan perawat yang

sudah bekerja dan mampu melakukan perekaman EKG didapatkan nilai Pre

test, tentang dasar – dasar EKG dan aritmia, didapatkan rata – rata nilai kurang
4

dari 44,99 sebesar 51 %, nilai 45 – 55,99 sebesar 23 %, nilai 56 – 67,99 sebesar

21 % dan nilai 68 – 79,99 sebesar 5 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Marlisa (2019) bahwa mayoritas pengetahuan perawat dalam interpretasi EKG

adalah cukup dan berdasarkan observasi mayoritas pengetahuan perawat adalah

kurang. Hal ini dikarenakan masih banyak perawat yang belum pernah

mendapatkan pembekalan khusus EKG, baik melalui Pendidikan nonformal,

seminar dan workshop. Kemampuan untuk menginterpretasikan EKG dan

memahami listrik jantung adalah keterampilan yang berharga untuk semua

perawat sehingga perawat diharapkan menggunakan suatu metode belajar yang

mempermudah perawat dalam melakukan interpretasi EKG (Atwood &

Wadlund, 2015).

Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode memori grafis-urut

ditemukan menjadi metode yang berguna untuk mengajar EKG ( Zeng et al.,

2015). Sedangkan menurut (Rifai & Sulistyowati, 2017), setelah

membandingkan metode Pendidikan nonformal diklat dan modul, dengan hasil

tingkat kemampuan interpretasi EKG sesudah diberikan materi menggunakan

Pendidikan nonformal diklat lebih efektif dibandingkan hanya menggunakan

modul. Metode selanjutnya yaitu metode kuliah ,menurut (Fent, Gosai, &

Purva, 2016), Tidak ada perbedaan dalam nilai tes interpretasi EKG segera

setelah atau 3 bulan setelah mengajar di kelompok kuliah atau simulator. Oleh

karena itu, saat ini tidak ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa program

simulator EKG lebih unggul dari pada pengajaran tradisional. Sedangkan dalam

pengajaran EKG dengan metode CRIPS (Cardiac Rhythm Identification For


5

Simple People) diterapkan pada perawat agar dapat memahami EKG dengan

mudah (Atwood & Wadlund, 2015), jadi banyak sekali metode yang bisa

digunakan dalam meningkatkan kemampuan dalam interpretasi EKG, menurut

(Fent, Gosai, & Purva, 2015), beberapa metode pembelajaran EKG antara lain:

Self-directed learning, Workshop-based Teaching, Lecture-based Teaching,

Web-based learning, User-generated video Sharing, Contrastive teaching

Method dan Non-contrastive teaching method, didapatkan hasil tidak ada satu

metode atau format pengajaran yang paling efektif dalam interpretasi EKG.

Menurut Tilaar dalam (Johannes, 2018), bahwa workshop adalah pertemuan

khusus yang dihadiri sekelompok manusia yang bergerak dalam lingkungan

bidang kerja yang sejenis.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk membuat suatu metode baru

yang mudah dipelajari, dipahami dan diaplikasikan sehingga perawat yang

belajar menjadi termotivasi untuk mempelajari EKG mulai dari EKG normal

dan aritmia. Metode baru yang diusulkan disebut Metode Angka 3, metode ini

dibuat secara sistematis dengan menggunakan angka 3 sebagai tips dalam

mempelajari EKG strip normal dan aritmia dengan melibatkan peran aktif dari

peserta. Sebelumnya peneliti telah melakukan observasi setelah diterapkan

metode angka 3 pada Pendidikan nonformal keperawatan kardiovaskuler

tingkat dasar di Rumah Sakit Siloam Jakarta dan Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung, dari hasil observasi didapatkan 47% mengatakan Metode sangat

bagus, 13% mengatakan cukup bagus, 24% menyarankan dibuatkan buku, 7%

menyarankan waktu ditambah, 7% tidak mengisi.


6

Rumah Sakit Tarakan Jakarta sebagai Rumah Sakit tipe A yang sudah memiliki

layanan Pusat Jantung Terpadu (PJT) dan merupakan Rumah Sakit Pendidikan

tipe B, namun jumlah perawat yang sudah mengikuti Pendidikan nonformal

kardiovaskuler tingkat dasar, Pendidikan nonformal ICU dan Pendidikan

nonformal EKG masih terbatas. Manajemen RS Tarakan Jakarta terus

mengupayakan peningkatan ilmu pengetahuan dan kemampuan perawat dalam

interpretasi EKG Normal dan Aritmia. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan, dimana apabila ditemukan kelainan pada gambaran EKG

di ruang perawatan, terutama yang bermakna kritis dapat segera berkolaborasi

dan melakukan tatalaksana sesuai dengan standar prosedur. sehingga respon

penanganan pada kelainan EKG dapat lebih cepat dan kualitas pelayanan juga

meningkat. Untuk itu peneliti ingin mengetahui pengaruh Metode angka 3,

terhadap peningkatan kemampuan perawat dalam melakukan

interpretasi EKG normal dan aritmia di Rumah Sakit Tarakan Jakarta.

B. Rumusan Masalah

Perawat setelah melakukan perekaman EKG dituntut untuk dapat

menginterpretasikan, dan segera melaporkan jika didapat nilai kritis dari hasil

perekaman EKG. Untuk itu perawat yang melakukan perekaman EKG harus

memiliki kemampuan dalam menginterpretasikan hasil rekaman EKG,

Sedangkan jumlah perawat yang sudah mengikuti Pendidikan nonformal

kardiovaskuler tingkat dasar, Pendidikan nonformal ICU dan Pendidikan


7

nonformal EKG di Rumah Sakit Tarakan masih terbatas. Metode angka 3,

merupakan salah satu metode baru yang diusulkan untuk meningkatkan

kemampuan perawat dalam interpretasi EKG Normal dan Aritmia.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian: Kemampuan Perawat dalam Interpretasi EKG Normal dan

Aritmia dengan Metode Angka “3”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh metode angka 3 terhadap kemampuan interpretasi EKG

normal dan aritmia.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Karakteristik responden pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

b. Diketahui perbedaan nilai sebelum dan setelah diberikan perlakuan pada

kelompok intervensi terhadap kemampuan perawat dalam interpretasi

EKG normal dan aritmia.

c. Diketahui perbedaan nilai sebelum dan setelah diberikan perlakuan pada

kelompok kontrol terhadap kemampuan perawat dalam interpretasi

EKG normal dan aritmia.

d. Diketahui perbedaan nilai pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol terhadap kemampuan perawat dalam interpretasi EKG normal

dan aritmia.
8

e. Diketahui hubungan karakteristik responden terhadap kemampuan

perawat dalam interpretasi EKG normal dan aritmia,

f. Diketahui faktor dominan yang mempengaruhi kemampuan perawat

dalam interpretasi EKG normal dan aritmia,

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penelitian

Metode angka 3 dalam interpretasi EKG dapat dijadikan acuan dan bahan

pertimbangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan metode angka 3 pada kasus yang lebih komplek, misalkan

pengembangan metode angka 3 pada EKG Acute Coronary Syndrome

(ACS).

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Metode angka 3 dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan kompetensi

perawat dalam melakukan interpretasi EKG normal dan aritmia.

3. Bagi Pendidik Keperawatan

Metode angka 3 dapat dijadikan salah satu metode dalam mempelajari

interpretasi EKG normal dan aritmia di lingkungan Pendidikan keperawatan

baik secara formal maupun informal.

You might also like