You are on page 1of 23

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA
Nama Mahasiswa : Nirmalasari Tanda Tangan :
NIM : 112013178
Dokter Pembimbing : dr. Aulia Fitri Swity Sp.A
IDENTITAS PASIEN
PASIEN
Nama Lengkap : An. AD Suku Bangsa : Betawi
Tanggal Lahir : 5 Maret 2014 Agama : Islam
Umur : 4 tahun 9 bulan Pendidikan : Paud
Jenis Kelamin : Laki – laki Masuk RS : 11 Desember 2018
Alamat : Petojo Selatan, Gambir Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

ORANGTUA
AYAH
Nama lengkap : Tn. AA Agama : Islam
Tanggal lahir : 3 Mei 1986 Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Betawi Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Petojo Selatan, Gambir Penghasilan : Rp 4.000.000,00 /bulan
IBU
Nama lengkap : Ny. EM Agama : Islam
Tanggal lahir : 30 Mei 1986 Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Betawi Pekerjaan : IRT
Alamat : Petojo Selatan, Gambir Penghasilan :-

1
ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis dari ibu kandung pasien
Tanggal : 22 Desember 2018, pukul 07.00 WIB
Dilakukan di : Bangsal Melati RSUD Tarakan Kamar 5307

Keluhan utama : Demam sejak 6 hari SMRS.


Keluhan tambahan : nyeri perut, mual (+), muntah (+).

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien anak laki – laki masuk dari IGD RSUD tarakan dibawa oleh kedua orangtuanya dengan
keluhan demam 6 hari SMRS, demam diakui tinggi hanya saat sore hari dan turun di pagi hari,
mual (+), muntah (+), nyeri perut. Anak tampak lemas dan tidak mau bicara, napsu makan
berkurang, BAB (-). BB : 13 kg, TB : 105 cm, status gizi : gizi kurang. Diakui ibu pasien jika
berat badan pasien sebulan yang lalu 18 kg.
6 hari SMRS pasien mengeluhkan sariawan disertai demam saat sore hari, oleh ibu pasien
diberikan Sanmol dan demam menurun, tetapi demam kembali saat sore hari. 3 hari SMRS
demam semakin sering, ibu pasien juga meminumkan Sanmol rutin tiap 4 jam. 2 hari SMRS ibu
pasien akhirnya membawa pasien ke Puskesmas, setelah dilakukan cek darah di Puskesmas,
pasien dinyatakan menderita tipes, di Puskesmas pasien hanya diinfus lalu pulang. Di rumah
pasien kembali demam tinggi, akhirnya keesokan harinya ibu pasien membawa pasien ke IGD
RSUD Tarakan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu pasien mengakui jika pasien pernah dirawat beberapa hari di rumah sakit karena muntaber
saat berusia 1 tahun.

PENYAKIT DAHULU (Tahun, diisi bila ya (+), bila tidak (-))


(-) Sepis (-) Meningoencephalitis (-) Kejang demam
(-) Tuberkulosis (-) Pneumoni (-) Alergi lainnya
(-) Asma (-) Alergi Rhinitis (-) Gastritis
(+) Diare akut (-) Diare Kronis (-) Amoebiasis

2
(-) Disentri (-) Kolera (-) Difteri
(-) Tifus Abdominalis (-) DHF (-) Polio
(-) Cacar air (-) Campak (-) Penyakit Jantung Bawaan
(-) Batuk rejan (-) Tetanus (-) ISK
(-) Demam Rematik Akut (-) Penyakit Jantung Rematik (-) Kecelakaan
(-) Glomerulonephritis (-) Sindroma Nefrotik (-) Operasi

Riwayat penyakit keluarga :


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi + - Ayah, kakek, nenek,
kakak dan adik
Asma - + -
Tuberkolosis - + -
Hipertensi + - Kakek
Diabetes + - Kakek
Kejang Demam - + -
Epilepsi - + -
Hepatitis - + -

SILSILAH KELUARGA (FAMILY’S TREE)

Keterangan :

Perempuan

Laki - laki

Laki – laki sakit

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1. Kehamilan

3
 Perawatan antenatal : Kontrol rutin ke Puskesmas dan Rumah Sakit setiap bulan
 Penyakit kehamilan : Tidak ada, tidak pernah melakukan pemeriksaan radiologis, tidak
merokok, tidak mengkonsumsi obat – obatan saat hamil
2. Kelahiran
 Tempat kelahiran : Puskesmas
 Penolong persalinan : Bidan
 Cara persalinan : Spontan
 Masa gestasi : 39 minggu
3. Keadaan bayi
 Berat badan lahir : 3300 gram
 Panjang badan lahir : 51 cm
 Lingkar kepala : Tidak diketahui
 Langsung menangis : Langsung menangis kuat
 Pucat/Biru/Kuning/ : Tidak ada
 Nilai APGAR : Tidak diketahui
 Kelainan bawaan : Tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK) secara spontan.

Riwayat Perkembangan (Developmental History)


Gigi pertama : > 1 tahun
Psikomotor
Tengkurap : 3 bulan Bicara : 1 tahun
Duduk : 3 bulan Baca dan Menulis : 4 tahun
Berdiri : 9 bulan Berjalan : 10 bulan
*ibu hanya mengira – ngira perkembangan anak.
Kesan : Perkembangan anak sesuai usia

Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan selalu datang sesuai jadwal imunisasi di puskesmas.

4
- Hepatitis B : 3 kali ( usia 0, 1, 6 dan 4 bulan)
- BCG : 1 kali ( usia 1 bulan)
- Polio : 4 kali ( usia 0, 2, 4 dan 6 bulan)
- DPT : 3 kali ( 2, 4 dan 6 bulan)
- Hib : 3 kali ( 2, 4 dan 6 bulan)
- PCV : 3 kali ( 2, 4 dan 6 bulan)
- Rotavirus : 3 kali
- Campak : 2 kali (9 bulan dan 18 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.

Riwayat Nutrisi
Susu : ASI eksklusif 6 bulan, ASI sampai 2,5 tahun
Makanan padat : dimulai umur 8 bulan
Makanan sekarang : Makanan bervariasi, sejumlah yang mampu dimakan cukup.
Frekuensi 3-4x/ hari
Kesan nutrisi : Nutrisi cukup.

Riwayat Personal Sosial


Pasien merupakan anak pertama, pasien anak ini diasuh dengan orangtuanya. Tinggal dirumah
dengan ventilasi yang cukup, tidak ada yang merokok dalam rumah.

PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 22 Desember 2018 jam 07.00 WIB.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang, cukup aktif
Kesadaran : compos mentis

Tanda – tanda vital :


o Tekanan Darah : 100/80 mmHg

5
o Frekuensi nadi : 113 x/ menit, reguler, kuat
o Frekuensi nafas : 24 x/ menit, reguler, teratur
o Suhu : 37.0 oC
o SaO2 : 97 %
Berat Badan
Berat badan rata-rata : 16 - 18 kg
Berat badan tertinggi : 18
Berat badan sekarang : 14 kg.
Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 14 kg
Panjang badan : 105 cm
BB/U : -2 s/d -3 → anak kurus
TB/U : 0 s/d -2 → tinggi cukup
BB/TB : -2 s/d -3 → gizi kurang

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kulit
Warna : Merata Effloresensi : Tidak ada
Jaringan Parut : Tidak ada Pigmentasi :Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Merata Pembuluh darah : Tidak tampak kolateral


Suhu raba : Normal Lembab/Kering : Lembab
Keringat : Umum :- Turgor : Normal
Setempat : - Ikterus : Tidak ada
Lapisan lemak : Merata Edema : Tidak Ada

Kelenjar Getah Bening


Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba
Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba
Lipat paha : Tidak teraba
Kepala

6
Bentuk dan ukuran : Normocephali, simetris, ubun-ubun (fontanel) datar
Rambut dan kulit kepala : Warna hitam, distribusi merata, rambut ditempat lain
dalam batas normal, alopesia tidak ada, tidak mudah
dicabut, tidak ada tanda – tanda infeksi.
Mata : Bentuk normal, simetris, mata cekung (-), konjungtiva
anemis (-), sklera ikterik (-), refleks cahaya +/+
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen (-),
pembengkakan mastoid (-)
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-), nafas cuping
hidung (-), mukosa tidak anemis, epistaksis (-)
Mulut
Bibir : mukosa bibir lembab Trismus : Tidak ada
Tonsil : T1-T1 Faring : Normal, Pseudomembran (-)
Langit-langit : Tidak ada celah Lidah : Normal

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
massa.

Thoraks

Paru – Paru :
Inspeksi : Bentuk dada normal, pectus ekskavatum (-), pectum carinatum (-), simetris
dalam keadaaan statis maupun dinamis, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), retraksi sela iga (-), massa (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

7
Inspeksi : Tidak terdapat retraksi sela iga dan massa , iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak terdapat retraksi sela iga, nyeri tekan, dan massa, teraba iktus cordis pada
ICS IV 1 – 2 cm kearah medial midclavicula sinistra
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Cembung, simetris, supel, massa (-), bekas operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan dan massa (-), turgor kulit kembali cepat
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen
Auskultasi : Bising usus (+)

Anus dan Rektum : Tidak dilakukan


Genitalia : tidak dilakukan

Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, deformitas (-), edema -/-, CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, deformitas (-), edema -/-, CRT < 2 detik

Tulang belakang : Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-)


Pemeriksaan neurologis
Tingkat kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

Motorik
Tonus : Normot Normot
onus onus

Normot Normot
onus onus

PEMERIKSAAN PENUNJANG
8
Pemeriksaan laboratorium : 10 Desember 2018, Jam 23.35, di RSUD Tarakan
Hasil Unit Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 11.3 g/dL 13.3 ~ 16.6
Hematokrit 32.5 % 41.3 ~ 52.1
Eritrosit 4.27 juta/µL 4.29 ~ 5.70
Leukosit 6.90 103/mm3 3.58 ~ 8.15
Trombosit 218 103/mm3 172 ~ 359
MCV 76.1 % 86.1 – 101.9
MCH 26.5 Pg 27.5 – 32.4
MCHC 34.8 g/dl 30.7– 33.2
GDS 77 Mg/dL <140

Ringkasan (RESUME)
Anak laki-laki datang ke IGD RSUD Tarakan dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan
demam sejak 6 hari SMRS, demam tinggi pada sore hari. Keluhan disertai nyeri perut, mual,
muntah dan napsu makan menurun. Pada pemeriksaan TTV : HR : 140x/menit, RR : 38 x/menit,
S : 38.8ᵒC, BB : 13 kg, TB : 105 cm, status gizi : gizi kurang. Pada pemeriksaan lab 10
Desember 2018 didapatkan Hb : 11.3 g/dL, Ht : 32.5%, E : 4.27 juta/uL, MCV : 76.1 %, MCH :
26.5 pg, MCHC : 34.8%.

DIAGNOSIS KERJA
Dehidrasi sedang Low intake + susp demam tifoid.

DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis akut
Dengue Fever

PENATALAKSANAAN

9
Medikamentosa
Infus RL 70cc/ kgBB/ 8 jam
Selanjutnya RL 1000 cc/24 jam
Cefotaxime 3 x 500 mg IV
PCT 4 x 1½ cth

Non medikamentosa
Rawat inap
Tirah baring

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Follow Up
Tanggal 11 Desember 2018

S Masih terlihat lemas, pucat, sariawan (+), diare 2 hari yang lalu, nyeri perut

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


HR: 140x/menit RR: 38x/menit Suhu: 38.8oC
SpO2: 97%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik

10
A Susp demam tifoid

P Th/ lanjut
Nystatin 4x1 cc
Ranitidin 3x15 mg IV

Tanggal 12 Desember 2018

S Demam (+) semalam, sariawan, BAB (-) sudah 2 hari, nyeri perut

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


HR: 117x/menit RR: 27x/menit Suhu: 38ᵒC
SpO2: 99%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (+) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Susp demam tifoid

P Th/ dilanjutkan
Lactolac Syr 3x5 ml

Tanggal 13 Desember 2018

S Demam (+) semalam, belum BAB (-) sudah 3 hari, nyeri perut

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


HR: 114x/menit RR: 26x/menit Suhu: 36,5ᵒC
SpO2: 99%
Kepala : Normocepali

11
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (+) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Susp demam tifoid

P Cefotaxime stop → ganti Ceftriaxon 2x 500 mg IV


Th/ lain lanjut
Rencana periksa Tubex + H2T ulang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 13 Desember 2018, Jam 10:29, di RSUD Tarakan
Hasil Satuan Nilai Rujukan
URINALISA
Urin Rutin
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.030 1.002 – 1.030
pH 6.0 4.5 – 8.0
Protein Urin Trace (-) Negatif
Glukosa Urin (Reduksi) Negatif (-) Negatif
Keton Negatif (-) Negatif
Darah Samar Negatif (-) Negatif
Bilirubin Negatif (-) Negatif
Urobilinogen 0.2 Mg/dL 0.1 – 1.0
Nitrit Negatif (-) Negatif
Leukosit Esterase Negatif (-) Negatif
Mikroskopis
Eritrosit 2-3 /LPB <3
Leukosit 0-1 /LPB <5
Silinder Negatif (-) Negatif

12
Sel Epitel Positif <7
Kristal Negatif (-) Negatif
Bakteria Negatif (-) Negatif
Lain-lain Negatif

Hasil Unit Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 10.9 g/dL 13.3 – 16.6
Hematokrit 30.8 % 41.3 – 52.1
Eritrosit 4.19 106/uL 4.29 – 5.70
3
Leukosit 5.82 10 /uL 3.58 – 8.15
Trombosit 200 103/uL 172 – 359
MCV 73.5 % 86.1 – 101.9
MCH 26.0 Pg 27.5 – 32.4
MCHC 35.4 g/dl 30.7 – 33.2
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 0 % 1–2
Neutrofil 66 % 54 – 62
Limfosit 31 % 5 – 15
Monosit 3 % 2–8
Laju Endap Darah
Laju Endap Darah 11 mm/ jam <= 15

Tanggal 14 Desember 2018

S Demam (+), BAB (+) sedikit, mencret, belum mau makan, sariawan

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 100/70 HR: 115x/menit RR: 20x/menit Suhu: 37,9ᵒC
SpO2: 99%
Kepala : Normocepali

13
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (+) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Susp demam tifoid

P Th/ IVFD dilanjutkan


Ceftriaxone 500 mg drip dalam NS 100 cc 1 jam
Periksa widal

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 Desember 2018, Jam 10:29, di RSUD Tarakan


Imunoserologi Hasil Nilai Rujukan
Widal
Typhus – H (+) 1/320 Negatif
Paratyphus A-H Negatif Negatif
Paratyphus B-H Negatif Negatif
Paratyphus C-H Negatif Negatif
Typhus – O Negatif Negatif
Paratyphus A-O Negatif Negatif
Paratyphus B-O Negatif Negatif
Paratyphus C-O Negatif Negatif

Tanggal 15 Desember 2018

S Demam (+) mulai turun, BAB mencret 1x, sariawan (+)

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 90/70 mmHg HR: 114x/menit RR: 29x/menit Suhu: 36,9oC
SpO2: 99%

14
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (+) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Demam Tifoid

P Th/ dilanjutkan
Aloclair spray 2x/hari

Tanggal 16 Desember 2018

S Demam (+) semalam, BAB (+), sariawan (+)

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 100/80 mmHg HR: 117x/menit RR: 23x/menit
Suhu: 36,8ᵒC SpO2: 99%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (+) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Demam Tifoid

P Th/ dilanjutkan

15
Tanggal 17 Desember 2018

S Demam (+) semalam, BAB (+), napsu makan membaik

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 90/70 mmHg HR: 110x/menit RR: 25x/menit
Suhu: 37,1ᵒC SpO2: 99%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (+) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Typhoid abdominal

P Th/ antibiotik dilanjutkan


USG abdomen

Tanggal 18 Desember 2018

S Demam (+) menurun, nyeri perut kanan bawah (+), BAB (+)

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 100/80 mmHg HR: 115x/menit RR: 20x/menit
Suhu: 36,7ᵒC SpO2: 99%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)

16
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Supel, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat, Nyeri tekan McBurney (+)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Typhoid abdominal

P Th/ dilanjutkan
USG → Jumat

Tanggal 19 Desember 2018

S Demam (+) menurun, nyeri perut (+), BAB ampas (+) , makan mulai mau

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 90/70 mmHg HR: 112x/menit RR: 20x/menit
Suhu: 36,9ᵒC SpO2: 99%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Cembung, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat, Nyeri tekan (+)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Typhoid abdominal

P Th/ dilanjutkan
USG → Jumat

Tanggal 20 Desember 2018

S Demam berkurang, nyeri perut berkurang, makan mau, LP : 47 cm

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


17
TD : 100/80 mmHg HR: 118x/menit RR: 23x/menit
Suhu: 37,0ᵒC SpO2: 99%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Cembung, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Typhoid abdominal

P Rontgen BNO 3 posisi


Injeksi antibiotic dilanjutkan

Tanggal 21 Desember 2018

S Demam (-), nyeri perut berkurang, makan mau, LP : 49 cm

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 100/80 mmHg HR: 115x/menit RR: 24x/menit
Suhu: 36,5ᵒC SpO2: 99%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-

18
Abd: cembung, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Typhoid abdominal

P Cek hasil USG abdomen, jika baik rencana besok pulang

USG Abdomen 21 Desember 2018, di RSUD Tarakan


Kesan : - Tak tampak appendicitis
- Tak tampak kelainan pada organ-organ intra abdominal
Tanggal 22 Desember 2018

S Tidak ada keluhan, BAB (+), Makan >>, LP : 49 cm

O KU: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis


TD : 90/70 mmHg HR: 113x/menit RR: 24x/menit
Suhu: 37,1ᵒC SpO2: 98%
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia -/-
Hidung: Nafas cuping hidung( - )
Mulut : Sianosis (-)
Leher : PKGB (-)
Dada : Simeris , retraksi -, nafas spontan
Pulmo: SN vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abd: Cembung, bu (+), NTE (-) turgor kembali cepat
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2
A Typhoid abdominal

P Boleh pulang

ANALISA KASUS
Pada kasus diatas, pasien anak laki-laki usia 4 tahun 9 bulan dibawa orangtuanya ke IGD
RSUD Tarakan dengan keluhan demam sudah 6 hari. Dilakukan cek darah dan

19
didapatkan Hb, Ht, dan eritrosit menurun. Saat dibawa ke IGD anak dengan penurunan
kesadaran.

Pada kasus, awalnya pasien di diagnosa dehidrasi sedang dengan low intake + susp demam
tifoid. Keluhan yang timbul adalah demam terutama sore hari, pucat, lemas, penurunan
nafsu makan dan nyeri perut. Pada status gizi didapatkan gizi kurang dan anak termasuk
dalam kategori kurus. Setelah dilakukan tes widal dan didapatkan Typhus – H (+) 1/320
lalu diagnosa pasien menjadi demam tifoid. Dalam perawatan juga sempat didapatkan
nyeri tekan McBurney, setelah dilakukan USG abdomen, tidak tampak appendicitis dan
tidak tampak kelainan pada organ-organ intra abdominal.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah RL 1000/24 jam, PCT 4x1½ cth k/p,
nistatin 4x1cc, lactolac syrup 3x 5ml, aloclair spray 2x / hari, Ceftriaxone drip 2x500,
ranitidine 3x15mg.
Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan jika anak demam dan mempunyai salah satu tanda
berikut : diare atau konstipasi, muntah, nyeri perut, sakit kepala atau batuk, terutama jika demam
telah berlangsumg selama 7 hari atau lebih dan diagnose lain sudah disisihkan.
Gambaran kuncinya adalah :
- Demam lebih dari 7 hari
- Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas
- Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
- Delirium
- Hepatosplenomegali
- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan icterus
- Dapat timbul dengan tanda yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermi
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi : leukopeni, aneosinofilia, limfositosis relative, trombositopenia (pada demam tifoid
berat)
Serologi : interpretasi harus dilakukan dengan hati-hati.
Pada hasil lab pasien tanggal 13 Desember 2018 didapatkan :
Aneosinofilia → Eosinofil : 0%

20
Limfositosis relative → 31%
Pada hasil imunoserologi tanggal 14 Desember 2018 didapatkan :
Typhus – H : 1/320
Penatalaksanaan

1. Non Medika Mentosa


b) Tirah baring
Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat membantu.
c) Nutrisi
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat adalah yang
paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun tidak memperburuk kondisi
usus. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan
perforasi. Diet untuk penderita demam tifoid, basanya diklasifikasikan atas diet cair,
bubur lunak, tim, dan nasi biasa.
d) Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan
kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang
optimal. Kebutuhan kalori anak pada infus setara dengan kebutuhan cairan rumatannya.
e) Kompres air hangat
Mekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh yaitu
dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap
panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai
berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh
pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh
hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini
menyebabkan pembuangan/ kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat
(berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai
keadaan normal kembali. Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Aden
(2010) bahwa tubuh memiliki pusat pengaturan suhu (thermoregulator) di hipotalamus.

21
Jika suhu tubuh meningkat, maka pusat pengaturan suhu berusaha menurunkannya
begitu juga sebaliknya.

2. Medika Mentosa
a) Simptomatik
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik. Bila mungkin
peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol dengan
dosis 10 mg/kg/kali minum, sedapat mungkin untuk menghindari aspirin dan
turunannya karena mempunyai efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran
cerna yang masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah mungkin.
Bila tidak mampu intake peroral dapat diberikan via parenteral.

b) Antibiotik
Antibiotik yang sering diberikan adalah :

 Chloramphenicol, merupakan antibiotik pilihan pertama untuk infeksi tifoid fever


terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan untuk anak- anak 50-100 mg/kg/hari
dibagi menjadi 4 dosis untuk pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari.
Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari setelah demam turun. Pemberian
Intra Muskuler tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat
diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Pada kasus malnutrisi atau didapatkan
infeksi sekunder pengobatan diperpanjang sampai 21 hari. Kelemahan dari antibiotik
jenis ini adalah mudahnya terjadi relaps atau kambuh, dan carier.

 Cotrimoxazole, merupakan gabungan dari 2 jenis antibiotika trimetoprim dan


sulfametoxazole dengan perbandingan 1:5. Dosis Trimetoprim 10 mg/kg/hari dan
Sulfametoxzazole 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis. Untuk pemberian secara syrup
dosis yang diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum sehari diberi 2 kali selama 2
minggu. Efek samping dari pemberian antibiotika golongan ini adalah terjadinya
gangguan sistem hematologi seperti Anemia megaloblastik, Leukopenia, dan
granulositopenia. Dan pada beberapa Negara antibiotika golongan ini sudah
dilaporkan resisten.

22
 Ampicillin dan Amoxicillin, memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan
dengan chloramphenicol dan cotrimoxazole. Namun untuk anak- anak golongan obat
ini cenderung lebih aman dan cukup efektif. Dosis yang diberikan untuk anak 100-
200 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis selama 2 minggu. Penurunan demam biasanya
lebih lama dibandingkan dengan terapi chloramphenicol.

 Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime), merupakan pilihan


ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan lebih dari Chloramphenicol dan
Cotrimoxazole serta lebih sensitive terhadap Salmonella typhi. Ceftriaxone
merupakan prototipnya dengan dosis 100 mg/kg/hari IV dibagi dalam 1-2 dosis
(maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari. Atau dapat diberikan cefotaxim 150-200
mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila mampu untuk sediaan Per oral dapat
diberikan Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari.

Pada pasien diberikan :

1. RL 1000/hari
2. PCT 4 x 1½ cth
3. Nistatin 4x 1cc
4. Lactolac Syrup 3 x 5mg
5. Aloclair spray 2x / hari
6. Ceftriaxone drip dalam NaCl 100 cc 2x 500
7. Ranitidine 3x15mg

23

You might also like