You are on page 1of 56

EVALUASI DAN PERENCANAAN ULANG SALURAN

DRAINASE PADA RUAS JALAN BOROBUDUR


KECAMATAN LOWOKWARU

Tugas Perencanaan Drainase Kota

Disusun Oleh :

KHAIRUL UMAM

201810340311139

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah sengga penulis dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Perencanaan Drainase Kota yang berjudul “Evaluasi dan Perencanaan Ulang
Saluran Drainase Pada Ruas Jalan Borobudur Kecamatan Lowokwaru”
dengan baik, walaupun mungkin dalam bentuk ataupun sistematika penulisan yang
belum sepenuhnya benar.

Makalah ini, di buat atas dasar untuk kepentingan penulis yang dimana
sebagai penunjang nilai dalam mata kuliah Perencanaan Drainase Kota, dan sebagai
bahan pembelajaran demi kelangsungan proses belajar mengajar di kelas. Sehingga
kritik dan saran dari Dosen Pengajar dan pembaca, sangatlah diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Untuk itu, penulis mengemukakan permohonan maaf
yang sebesar- besarnya dan terima kasi yang sebanyak-banyaknya kepada semua
pihak yang turut membantu penulis, dalam menyelesaikan makalah ini

Malang, 12 September 2023

Khairul Umam

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................ 2


Daftar Isi ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAUHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
1.3 Batasan Masalah........................................................................................... 7
1.4 Tujuan .......................................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penilitian ........................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drainase ...................................................................................................... 8
2.1.1 Sistem Jaringan Drainase ................................................................ 8
2.1.2 Jenis Drainase.................................................................................. 9
2.1.3 Pola Jaringan Drainase .................................................................... 10
2.2 Analisa Hidrologi ........................................................................................ 12
2.2.1 Data Curah Hujan ............................................................................ 13
2.2.2 Analisa Frekuensi Dan Probabilitas ................................................ 14
2.2.3 Koefisien Pengaliran (C) ................................................................. 18
2.2.4 Waktu Konsentrasi .......................................................................... 19
2.2.5 Intensitas Hujan ............................................................................... 20
2.2.6 Debit Banjir Rancangan .................................................................. 20
2.3 Analisa Hidrolika ........................................................................................ 21
2.3.1 Kapasitas Saluran ............................................................................ 21
2.4 Perhitungan Pertumbuhan Penduduk .......................................................... 23
2.5 Debit Air Kotor ........................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Gambar Umum ............................................................................................ 25
3.2 Data ............................................................................................................. 26
3.3 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 26
3.4 Diagram Alir ............................................................................................... 28

3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Debit Banjir ................................................................................... 29
4.1.1 Curah Hujan Rata-Rata ................................................................... 29
4.1.2 Analisa Frekuensi ............................................................................ 29
4.1.3 Hujan Rancangan Metode Log Pearson Type III ............................ 30
4.2 Analisa Debit .............................................................................................. 33
4.2.1 Menentukan Koefisien Pengaliran (C) ............................................ 33
4.2.2 Analisa Debit Air Kotor .................................................................. 35
4.2.3 Analisa Debit Air Hujan .................................................................. 38
4.3 Evaluasi Saluran Eksisting .......................................................................... 41
4.3.1 Kapasitas Saluran ............................................................................ 41
4.3.2 Evaluasi Kapasitas Saluran ............................................................. 42
4.3.3 Perencanaan Ulang Saluran ............................................................. 43

BABV PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 45
5.2 Saran ........................................................................................................... 45
Daftar Pustaka ..................................................................................................
Lampiran .........................................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

KotatMalang merupakan kotatterbesar keduatdi Jawa Timur setelah


Surabayaidan kota terbesar ke-12 (dua belas) di Indonesia. Hal ini membuat
kotaaMalang menjadi pusat pendidikan, pemerintahan, permukiman dan
pariwisata. Oleh karena itu, fasilitas yang terdapat harus dapat menunjang
kenyamanan, keamanan, dan bebas dari genangan ataupun banjir yang dapat
mengganggu terhadap transportasi dan kegiatan masyarakat. Dengan bertambahnya
penduduk di kota Malang membuat lahan hijau dan resapan air di kota Malang
semakin berkurang sehingga menyebabkan limpasan air permukaan semakin
meningkat. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pembuangan sampah yang
tidak pada tempatnya sering memenuhi saluran drainase dan menyebabkan saluran
tersumbat. Sampah dapat mengurangi keefisienan saluran drainase. Di beberapa
tempat juga banyak saluran tersumbat karena di timbun oleh masyarakat setempat.

Gambar 1.1 Kondisi Banjir di jalan Borobudur

Pada jalan Borobudur kearah Soekarno Hatta sering terjadi genangan setinggi
15 cm atau sejajar dengan median yang dapat mengganggu pengguna jalan yang

5
melewati jalan tersebut. Genangan mulai muncul saat hujan deras melanda kota
Malang. Dampak dari genangan tersebut adalah membuat kemacetan di ruas jalan
Borobudur adapun dampak yang lain adalah pengendara motor maupun mobil yang
lewat akan terkena air dari lajur yang berlawanan. Untuk kondisi yang mungkin
menimbulkan masalah genangan air saat hujan deras pada ruas jalan Borobudur
ialah:

1. Jl. Borobudur memiliki kemampuan untuk mengalirkan air atau kapasitas


drainasenya tidakacukup untuk memenuhialuapan air hujan, sehingga pada
musim hujan air meluap ke jalan sehingga menyebabkan banjir.
2. Bertambahnya penduduk sehingga mengakibatkan debit domestik meningkat
dan berpengaruh terhadap saluran drainase.
3. Terjadinya air limbah lumpur akibat penumpukan sedimen akibat
pertumbuhan dan perkembangan penduduk.
4. Mengurangitdaerahtresapantakibattpembangunanttanpatmemperhitungkant
daerah resapan.
5. Lubang masuk air saluran drainase kurang di perbesar sehingga air tidak
mampu masuk secara baik pada saluran drainase.
6. Jarak antar inlet yang berjauhan sehingga tidak dapat menampung air yang
akan masuk dalam saluran drainase.

Berdasarkan permasalahan dan kejadian langsung yang telah disebutkan di atas


yang cenderung mejadi masalah di Jalan Borobudur adalah point 1 dan 5. Maka
penulis akan melakukan evaluasi kemampuan drainase dan inlet yang berada di
Jalan Sukarno Hatta kearah Jalan Borobudur mampu atau tidak
untukkmenampungddebitnrencana dengan kala ulang 5 tahun. Setelah di
pertimbangkan ulang selanjutnya penulis dapat merencanakan saluran tersebut
harus di rencanakan ulang atau tidak. Jika di lakukan perencanaan ulang dengan
merubah ukuran saluran dengan sasaran agar saluran drainase dapat menampung
debit dan mengurangi genangan yang terjadi di Jalan Borobudur dengan waktu
ulang yang telah direncanakan

1.2 Rumusan Masalah

6
Masalah evaluasi dan perencanaan ulang saluran drainase Jalan Borobudur
meliputi :

1. Apa yang menyebabkan drainase pada ruas Jalan Borobudur meluap?


2. Berapatbanjirtrencana dan debit rumahatangga denganaprobabilitast5
tahun?
3. Berapa dimensiadrainase dengan evaluasi terhadap saluran eksisting dan
debit domestik?
1.3 Batasan Masalah

Penulias membatasi masalah agar pembahasan tidak meluas dan bertentangan


dengan tujuan awal penelitian. Batasan masalahnya adalah

1. Survey dilakukan hanya di kawasan jalan Borobudur.


2. Perhitungan debit banjir desain menggunakan kala ulang 5 tahun.
3. Data curah hujan yang digunakan 5 tahun dari tahun 2016 hingga 2020.
4. Tidak menghitungan Rancangan Anggaran Biaya (RAB).
1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Memahami penyebab banjir atau luapan pada drainase jalan Borobudur.


2. Mengetahui besar curah hujan rancangan 5 tahun yang menghitung
hidrologi dengan Lg Pearson Type III.
3. Saluran mana saja yang harus direncanakan ulang atau diperbesar
dimensinya.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat untuk Penulis
1. Sebagai pendalaman wawasan dan pengalaman mengenai
perencanaan dan pengevaluasian saluran drainase pada wilyah.
2. Menumbuhkan sifat kemandirian, kemampuan dan kerja keras.
1.5.2 Menfaat untuk Mahasiswa Pembaca dan Masyarakat
1. Dapat dijadikan pengalaman dan informasi bagi mahasiswa untuk
dapat mengevaluasi dan merencanakan ulang saluran darinase.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase adalah
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air menurut Dr. Ir. Suripin,
M.eng. Sedangkan pengertian drainase secara umum adalah sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air berlebihan dalam suatu
konteks pemanfaatan tertentu. Drainase merupakan suatu cara untuk membuang
kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, dan juga merupakan cara
untuk menghadapi akibat dari kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948: 1).

Drainase merupakan salah satu prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat


bagi kehidupan yang aman dan nyaman.Saluran drainase ini berfungsi sebagai
tempat untuk mengalirkan air permukaan ke sumber air permukaan di bawah
permukaan tanah. Dapat disimpulkan bahwa drainase adalah suatu sistem untuk
menangani air yang berlebihan. Adapun kelebihan air yang perlu ditangani adalah
limpasan diatas permukaan tanah (surface flow atau surface runn off ) dan aliran
bawah tanah (Subsurface flow atau Subflow). Drainase sangat dibutuhkan bila
kelebihan air menggenang pada daerah-daerah yang mempunyai peran yang sangat
penting seperti daerah perkotaan, pertanian, industri, dan pariwisata

2.1.1 Sistem Jaringan Drainase

PekerjaantDrainase adalah pekerjaan yang kompleks, dan dibandingkan


dengan pekerjaan pengendalian banjir, mungkin memerlukan biaya, tenaga dan
waktu yang lebih tinggi. Secara fungsional, sulit untuk secara jelas memisahkan
sistemtdrainase dari sistemtperlindungan banjir.

1. SistemlDrainaseeMayor

8
Sistem drainaseoMayortyaitu sistem saluran yang mengumpulkan
dan mengalirkantair dari suatu daerahotangkapantair hujan (batchment
Area). Secara umumosistem drainase initdisebutojuga dengan sitem
salurannpembuangan utama (main sytem) atauddrainase primer. Sistem
jaringan ini mengakomodir aliran besar dan berskala besar seperti kanal
dan sungai. Metodeoperencanaanodrainase ini umumnya digunakan cara
kala ulang dalamt5-10ttahun dannpengukuranitopografi yang rinci
diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.
2. SistemmDrainaseeMikro
Sistem Drainase Mikro atau Sistem Drainase dan Bangunan
Drainase Tambahan menampung air dan drainase dari daerah tangkapan
(catchmentaarea). Secaratkeseluruhan, sistem drainase mikro mencakup
salurantdrainase mikrotdi sepanjang sisi jalan.
2.1.2 Janis Drainase

Drainase dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Menurut Sejarah Terbentuknya


a. Drainase Alamiah ( Natural Drainage )
Saluran drainase ini terbentuk secara alami, tidak ada unsur campur tangan
manusia.
b. Drainase Buatan (Artificial Drainage )
Dibentuk berdassarkan analisis ilmu drainase untuk menentukan debit
akibat hujan, dantukurantsaluran.
2. MenuruttLetaktSaluran
a. Drainase AtastTanah (SurfacetDrainage) Saluran drainase tanah yang
digunakan untuk mengalihkan limpasan permukaan.
b. DrainasetBawah permukaantTanah (SubtSurfacetDrainage)
c. Saluran drainase yang dimaksudkan untuk mengalirkan limpasan
permukaan melalui suatu mediao(pipa) di bawah permukaanotanah
karena suatu alasan tertentu.

9
3. Menurut Fungsi Saluran
a. SingleoPurpose
Saluran yang dirancang untuk mengalirkan hanya satu jenis limbah.
b. MultytPurpose
Sebuah saluran yang dirancang untuk membuang beberapa jenis limbah
campuran atau bolak-balik.
4. Menurut Kontruksi
a. SalurantTerbuka
Yaitu sistem saluranoyang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan ( Sistem Terpisah ), namun
kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campur.
b. Saluran Tertutup
Sauran tertutup yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu
kesehatan lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah
perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
seperti kota Metropolitan dan kota besar lainny
2.1.3 Pola Jaringan Darinase

Dalam perencanaan sistem drainase suatu kawasan harus memperhatikan pola


jaringan drainasenya.Pola jaringan drainase pada suatu kawasan atau wilayah
tergantung dari topografi daerah dan tata guna lahan kawasan tersebut.Adapun
tipe atau jenis pola jaringan drainase sebagai berikut :

1. Siku
Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir
berada di tengah kota.

10
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

3. Grid iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.

5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

11
6. Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan
cocok untuk daerah dengan topografi datar.

2.2 Analisis Hidrologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir
bumidan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi. Pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,hujan batu, hujan es dan salju,
hujan gerimis atau kabut. pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat
berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh
tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu dnegan tiga cara yang berbeda :
 Evaporasi / transpirasi ; air yang ada dilaut, didaratan, disungai, di tanaman
dang sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bitik – bitnik yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
bentuk hujan, salju, dan es.
 Infiltrasi / pekolasi ke dalam tanah ; air yang bergerak ke dalam tanah melalui
celah – celah dan pori – pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.

12
 Air permukaan ; air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau, makin landau lahan dan makin sedikit pori – pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar.
2.2.1 Data Curah Hujan

Ada tiga cara untuk menentukan curah hujan rata-rata di suatu wilayah. Hal
ini dapat diperoleh dari data curah hujan di stasiun stasiun curah hujan ata dari
badan meteorologi, iklim dan geofisika. Anda dapat menggunakan metode berikut
untuk menentukan curah hujan.
a. Metode Rerata Aljabar
Metode ini menggunakan dengan cara merata-ratakan hujan diseluruh DAS.
Salanjutnya mengambil nilai rata-rata pengukuran hujan didalam cakupan
area tersebut.
R = 1/n (R1 +R2+R3+……+Rn
Keterangan :
R = curah hujan daerah
n = jumlah pos pengamatan
R1,R2,Rn = curah hujan di tiap pos pengamatan
b. Metode Thiessen
Metode ini masing-masing penakaran mempunyai daerah pengaruh yang
dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap
penghubung diantara dua pos penakar.
𝐴1𝑅1+𝐴1𝑅2+⋯…..+𝐴𝑛𝑅𝑛
R=
𝐴1+𝐴2+⋯…..+𝐴𝑛
Keterangan :
R = curah hujan daerah
R1,R2,Rn = curah hujan di tiap pos pengamatan
A1,A2,An = luas daerah tiap pos pengamatan
c. Metode Isohyet
Metode ini harus menggambarkan kotur tinggi hujan yang sama (isohyet)
𝑅𝐴+𝑅𝐵 𝑅𝐵+𝑅𝐶 𝑅𝑛+𝑅𝑛
𝐴𝐴( )+𝐴𝐵( )+⋯…..+𝐴𝑛( )
2 2 2
R=
𝐴1+𝐴2+⋯…..+𝐴𝑛

13
Keterangan :
A = luas daerah
R = tinggi curah hujan rata-rata area
RA,RB,….Rn = tinggi curah hujan di pos A, B, …n
AA,AB,….An = luas daerah pengaruh pos A, B, …n
2.2.2 Analisa Frekuensi dan Probabilitas

Analisa frekuensi bertujuan untuk menentukan jenis distribusi curah hujan


yang sesuai berdasarkan nilai bulanan, koefisien kurtosis, dan koefisien variasi
yang diperoleh dari kriteria statistic yang ada. Statistik yang banyak digunakan
dalam bidang hidrologi memiliki empat distribusi frekuensi. Acuan yang digunakan
menurut Suripin (2004) yaitu dalam buku tersebut terdapat tabel yang menjelaskan
tentang syarat pemilihan frekuensi yang cocok digunakan. Dapat dilihat dalam tabel
2.1 sebagai berikut :

Tabeli2.11Syarat Pemilihan Distribusi Frekuensi


Distribusi Frekuensi Ck Cs
Gumbel 5.4002 1.1396
Normal 3.0000 0.0000
Log Person III Bebas Bebas
Log Normal 3. Cv
Sumber : Suripin (2004)

Dalam melakukan pemilihan sebaran frekuensi sebelumnya menghitung


Cs, Cv, dan Ck. Ini didapatkan dari parameter statistik yang terkait dengan analisis
data :

- Hitung nilai rata – rata :


∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖
̅
𝑋=
𝑛
- Hitung Harga simpangan Baku
∑𝑛𝑖=1(Xi − 𝑥̅ )2 0.5
𝑠=[ ]
𝑛−1
- Hitung koefisien Kemencengan :

14
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑠 3
- Hitung koefisien Kurtosis
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)4
𝐶𝑘 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)𝑠 4
- Hitung koefisien variasi
𝑆
𝐶𝑣 =
𝑥̅
Keteragan :
n = jumalh data
Xi = data ke-i
𝑥̅ = rata-rata data
S = simpangan
2.2.2.1. Distribusi Normal

Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.


Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal,
mempunyai persamaan sebagai berikut :
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇 𝑆
Dimana :
𝑋𝑇 − 𝑋̅
𝐾𝑇 = 𝑠

Dimana :
𝑋𝑇 = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode
ulang T- tahunan
𝑋̅ = Nilai rata – rata hitung variat
𝐾𝑇 = Fakor frekuensi, merupakan fungsi dan peluang atau
periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang
digunakan untuk analisis peluang.
2.2.2.2. Distrubisi Log Normal

15
Dalam distribusi log normal dan X diubah kedalaman
bentuk logaritmik Y = log X. jika variable acak Y = log X
terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti
distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal perhitungan
curah huajn rencana menggunakan persamaan berikut ini :
𝑌𝑇 = 𝑌̅ + 𝐾𝑇 𝑆
𝑌𝑇 − 𝑌̅
𝐾𝑇 =
𝑆
Dimana :
𝑌𝑇 = perkiraan niali yang diharapkan terjadi dnegan periode ulang T-
tahun
𝑌̅ = nilai rata – rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat dan
𝐾𝑇 = factor frekuensi merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.
2.2.2.3. Distribusi Log Pearson Type III

Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III,


mempunyai langkah – langkah perumusan sebagai berikut :
- Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X
- Hitung harga rata – rata :
∑𝑛𝑖=1 log 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
log 𝑋̅ =
𝑛
- Hitung Harga simpangan Baku
∑𝑛𝑖=1(log 𝑋𝑖 − log 𝑥̅ )2 0.5
𝑠=[ ]
𝑛−1
- Hitung koefisien Kemencengan :
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝐿𝑜𝑔𝑋𝑖 − log 𝑋̅)3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑠 3
- Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan
rumus :

16
log 𝑋𝑇 = log 𝑋̅ + 𝐺 . 𝑠
Dimana :
G = Variabel standar (standardized Variable) untuk X besarnya
tergantung koefisien kemencengan
Tabel 2.2 Nilai G untuk ditribusi log person tipe III

Periode Ulang (Tahun)


Kemencengan 2 5 10 25 50 100 200 1000
(Cs) Peluagn (%)
50 20 10 4 2 1 0,5 0,1
3,0 -0,360 -0,402 1,180 2,278 3,152 4,051 4,970 7,350
2,5 -0,360 0,518 1,250 2,262 2,048 3,845 4,652 6,600
2,2 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705 4,444 6,300
2,0 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605 4,298 5,910
1,8 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499 4,147 5,660
1,6 -0,254 0,675 1,329 2, 163 2,780 3,388 3,990 5,390
1,4 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271 3,828 5,110
1,2 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149 3,661 4,820
1 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022 3,489 4,540
0,9 -0,148 0,769 1,339 2,0 18 2,498 2,957 3,401 4,395
0,8 -0,132 0,780 1,336 1,998 2,453 2,89 1 3,312 4,250
0,7 -0,116 0,790 1,333 1,967 2,407 2,824 3,223 4,105
0,6 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 3,132 3,960
0,5 -0,083 0,808 1,323 1,910 2,311 2,686 3,041 3,81S
0,4 -0,066 0,816 1,3 17 1,880 2,261 2,6 15 2,949 3,670
0,3 -0,050 0,824 1,309 1,849 2,211 2,544 2,856 3,525
0,2 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763 3,380
0,1 -0,017 0,836 1,292 1,785 2, 107 2,400 2,670 3,235
0 0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576 3,090
-0,1 0,017 0,836 1,270 1,761 2,000 2,252 2,482 3,950
-0,2 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2, 178 2,388 2,810
-0,3 0,050 0,853 1,245 1,643 1,890 2,104 2,294 2,675
-0,4 0,066 0,855 1,23 1 1,606 1,834 2,029 2,201 2,540
-0,5 0,083 0,856 1,216 1,567 1,777 1,955 2, 108 . 2,400
-0,6 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016 2,275
-0,7 0,116 0,857 1,183 1,488 1,663 1,806 1,926 2,150
-0,8 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733 1,837 2,035
-0,9 0,148 0,854 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749 1,910
-1 0,164 0,852 1, 128 1,366 1,492 1,588 1,664 1,800
-1,2 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449 1,501 1,625

17
-1,4 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318 1,351 1,465
-1,6 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197 1,216 1,280
-1,8 0,282 0,799 0,945 1,03S 1,069 1,087 1,097 1,130
-2 0,307 0,777 0,89S 0,959 0,980 0,990 1,995 1,000
-2,2 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905 0,907 0,910
-2,5 0,360 0,711 0,771 0,793 0,798 0,799 0,800 0,802
-3 0,396 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667 0,667 0,668
Sumber : Hirologi Teknik Soemarto (1987)

2.2.2.4. Distribusi Gumbel

Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel


mempunyai perumusan sebagai berikut :
𝑋 = 𝑋̅ + 𝑠 𝐾
Dimana :
𝑋̅ = harga rata – rata sampel
𝑠 = standar deviasi
Nilai K (Faktor probabilitas) untuk harga – harga ekstrim Gumbel
dapat dinyatakan dalam persamaan :
𝑌𝑇𝑟 − 𝑌𝑛
𝐾=
𝑆𝑛
Dimana :
𝑌𝑛 = reduced mean yang tergantung jumlah sampel
𝑆𝑛 = reduced standard deviation yang tergantung jumlah sampel
𝑌𝑇𝑟 = reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan
𝑇𝑟 − 1
𝑌𝑇𝑟 = − ln{ − ln }
𝑇𝑟
2.2.3 Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien pengaliran (runoff coefficient) adalah perbandingan anatara


jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas diatas permukaan tanah (surface run-
off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmofer (hujan total yang terjadi).
Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi
tanah. pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan

18
adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari. Koefisien pengaliran
mempunyai nilai antara, dan sebaiknya nilai pengaliran untuk analisis dipergunakan
nialai terbesar atau nilai maksimum.
2.2.4 Waktu Konsentrasi

Menurut welsi (2008: 35) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalirakan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke
titik control yang ditentukan dibagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya waktu
konsentrasi dapat dibagi menjaadi :
a. Inlet time (𝑡0 ), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuyk mengalir di atas
permukaan tanah menuju saluran drainase.
b. Conduit time (𝑡𝑑 ), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai titik control yag ditentukan bibagian hilir.
Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh factor –
factor berikut ini :
- Luas daerah pengaliran
- Panjang saluran drainase
- Kemiringan dasar saluran
- Debit dan kecepatan aliran
Harga Tc ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut ini :
𝑇𝑐 = 𝑡0 + 𝑡𝑑
Dimana :
2 𝑛
𝑡𝑑 = [ 𝑥 3.28 𝑥 𝐿 𝑥 ]
3 √𝑠
dan
𝐿𝑠
𝑡𝑑 =
60 𝑉
Dimana :
𝑇𝑐 = waktu konsentrasi (jam)
𝑡0 = Inlet time ke saluran terdekat
𝑡𝑑 = conduit time sampai ketempat pengukuran (menit)
𝑛 = angka kekasaran manning

19
S = kemiringan lahan (m)
L = panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan didalam saluran (m)
V = kecepatan alira didalam saluran (m/detik)

2.2.5 Intensitas Hujan

Untuk menghitung intensitas hujan yang terjadi dalam satu jam, digunakan interval
yang ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

2
𝑅24 24 3
𝐼= ( )
24 𝑡𝑐
Keterangan :

I = Intensitas hujan rerata (mm/jam)

R24 = curah hujan efektif dalam satu hari (mm)

tc = waktu konsentrasi hujan (jam)

2.2.6 Debit Banjir Rancangan

Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran
drainase untuk mencegah terjadnya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan
raya, sebagai rencana debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun, yang
mempunyai makna kemungkinan banjir maksimum tersebut disamai atau dilampaui
1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 200 kali dalam 100 tahun.

Perencanaa debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya dihadapi
dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk menentukan debit
aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara air hujan dengan
limpasannya (Metode Rasiobal). Untuk debit air limbah rumah tangga
diestimasikan 25 liter perorang perhari. Adapun rumusan perhitungan debit rencana
Metode Rasional adalah sebagai berikut :

Q = 0.002778 C.I.A

Dimana :

20
Q = Debit Banjir Rancangan (m3/dt)

C = koefisien aliran permukaan

I = intensitas hujan

A = luas daerah pengaliran (km2)

2.3 Analisa Hidrolika


2.3.1 Kapasitas Saluran
Air hujan yang dikeringkan yang ditemukan di suatu tempat harus segera
dikeringkan untuk menghindari genangan air. Untuk mengalirkan air ke waduk.
Laju aliran dipengaruhi oleh bentuk, kemiringan dan kekasaran saluran. Kapasitas
saluran dihitung menggunakan rumus berikut :
1. Luas Penampang Trapeisum
A = (b + m x h) x h
2. Keliling trapezium
P = b = 2 x h x (m2 + 1)0,5
3. Luas Penampng Persegi Panjang
A =bxh
4. Keliling Persegi Panjang
P = b + 2h
5. Luas Penampang segitiga
A = m x h2
6. Keliling Segitiga
P = 2h √1 + 𝑚2
7. Luas penampang Lingkaran
A = 1/8 (Ø-sin Ø) d2
8. Keliling Lingkaran
P =½xØxd
9. Jari-jari Hidrolis
R = A/P
10. Kecepatan Aliran

21
1
V = x R x 2/3 x S1/2
𝑛
11. Kontinuitas
Q =AxV

Keeterangan :

V = kecepatan aliran dalam saluran (m/dt)

A = luas penampang basah (m)

Q = debit (m2/dt)

R = jari-jari hidrolis (m)

n = koefisien kekasaran manning

m = kemiringan dinding saluran

h = tinggi saluran (m)

w = tinggi jagaan (m)

S = kemiringan dasar saluran

P = keliling basah saluran (m)

Setelah didapatkan debit rencana yaitu debit air hujan dan debit air kotor,
kemudian dimaksudkan ke dalam rumus manning, dimana harga dari kemiringan
dasar saluran (s) ditentukan dengan harga koefisien manning (n) diperoleh
berdasarkan bahan lapisan yang diinginkan, serta harga A dan R tergantung lebar
saluran (b) yang diinginkan dengan memperhatikan tanah, maka didapatkan
didapatkan dimensi saluran yang dikehandaki. Dalam pendimensian saluran
drainase, akan dihitung juga banyaknya air hujan serta air kotor yang dileawati oleh
saluran tersebut.

22
Tabel 2.6 Nilai Koefisien Kekasaran Manning (n)

Saluran Keterangan n Manning


Lurus, baru, seragam,
0,016 - 0,033
landai dan bersih
Berkelok, landai dan
0,023 - 0,040
Tanah berumput
Tidak terawat dan kotor 0,050 - 0,140
Tanah berbatu, kasar dan
0,035 - 0,045
tidak teratur
Batu Kosong 0,023 - 0,035
Pasangan
Pasangan batu belah 0,017 - 0,030
Halus, sambungan baik
0,014 - 0,018
dan rata
Beton
Kurang halus dan
0,018 - 0,030
sambungan kurang rata
Sumber : Ven Te Chow (1997)

2.4 Perhitungan Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Menurut Suhardjono (1984), kita dapat menghitung jumlah penduduk


dengan rumus sebagai berikut :

a. Metode Geometrik
𝑃𝑛
r =
𝑃𝑛+1
Keterangan :
r = rata-rata pertumbuhan penduduk
Pn = perkiraan jumlah penduduk pada tahun terakhir rencana
Pn+1 = jumlah penduduk pada tahun berikutnya
𝑟1+𝑟2+𝑟3+⋯…..+𝑟𝑛
R rata-rata = 𝑛

Analisa prediksi pertumbuhan penduduk sampai tahini rencana :


Pn = Po x (1 + r rata-rata)n
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun akhir
Po = jumlah penduduk pada tahun awal
Rrata-rata = rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu perencanaan (tahun)

23
b. Pertumbuhan penduduk Eksponensial
Pn = Po x er-n
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Po = jumlah penduduk pada awal tahun
r = angka pertumbuhan penduduk
n = jangka waktu dalam tahun
e = bilangan pkok dari system bilangan logaritma(2,7182828)
2.5 Debit Air Kotor
Menurut Suhardjono (1984), debit air limbah berasal dari air buangan,
yang berasal dari aktivitas penduduk dari kawasan pemukiman, fasilitas,
bangunan komersial dan lain-lain. Dengan kata lain, ketika merencanakan
perkiraan total limbah, ada tiga kategori utama.
1. Air buangan rumah tangga.
2. Peresapan air permukaan (hujan) dan air tanah.
3. Air sisa industri dan komersial.

Rumus yang digunakan untuk menghitung air debit kotor adalah :

𝑃𝑛 𝑥 70% 𝑥 𝑄𝑘𝑒𝑝
Qdomestik = 𝐴

Keterangan :

Q = debit air kotor (m3/det/km20

Qkep = jumlah kebutuhan air (l/dt/orang)

Pn = jumlah penduduk

A = luas daerah (km2)

sedangkan untuk besar konsumsi non domestik antara 10-30%


darikebutuhan domestik.

Qnon domestic = 10% x Qdomestik

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum daerah Tinjauan


Kecamatan Lowokwaru merupakan kecamatan yang terdapat di
KotaaMalang yang juga merupakan daerah terpadat di Kota Malang.
KecamatannLowokwaru memiliki area dengan luas 22,60 Km2, serta data
penduduk yang diperoleh dari BPS pada tahun 2020 sebanyak 198.839 jiwa.
KacamatanLLowokwaru secara administratif di sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Singosari, di sebelah timur dengan Kecamatan Blimbing
dan Kecamatan Klojen, di sebelah Selatan dengan Kecamatan Sukun dan di
sebelah Barat dengan Kecamatan Dau

Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kota Malang


(sumber : Pemerintah Kota Malang)

25
Gambar 3.1 Peta Potensi Bencana
(sumber : BPBD Kota Malang)
Gambar 3.2 menjelaskan bahwa jalan Borobudur Kota Malang
sering terjadi banjir. Lingkaran hitam menjelaskan letak jalan Borobudur atau
tempat penelitian.
3.2 Data
Dalam Penelitian ini, data yang dibutuhkan adalah data sekunder yaitu
sebagai berikut :
1. Peta topografi
2. Peta tata guna lahan
3. Peta jaringan saluran drainase
4. Data curah hujan 5 tahun terakhir
5. Data jumlah penduduk
3.3 Prosedur Penelitian
1. Mengumpulkanidataicurahihujaniharianimaksimum yang diperoleh dari
stasiun hujaniterdekat.

26
2. Hitung curah hujan harian maksimum untuk daerah tersebutimenggunakan
metode Log PearsoniTipeiIII.
3. Selanjutnya mencocokan distribusi yang memenuhi syarat.
4. MenghitunggCurah hujan dengan rencana kala ulang 5 tahun
5. Kelengkapan distribusi diperiksa menggunakan metode ChiSquear dan
Smirnov Kolmogorov.
6. Meghitung Koefisien pengaliran
7. Menghitunggkapasitas saluran existing
8. Menentukan dimensi saluran tetap atau saluran diperbarui hingga
memenuhi syarat saluran yang dapat menampung debit yang ada.
9. Selesai

27
3.4 Diagram Alir
Mulai

Pengumpulan Data :
1. Peta Topografi
2. Peta Tata Guba Lahan
3. Peta Jaringan Drainase
4. Data Curah Hujan
5. Data Jumlah Penduduk

Menghitung Curah Menghitung Luas Daerah Menghitung Menghitung


Hujan Maksimum (A) Menghitung Koef. Pertumbuhan Kapasitaas
Pengaliran Jumlah Penduduk Saluran

Menghitung Curah
Hujan Rancangan
dengan Metode Log
Pearson Type III

Uji Kesesuain
Data

Menghitung
Intensitas Hujan

Menghitung Debit Menghitung Debit


Air Hujan Air Kotor

Menghitung Debit Rancangan

Menggunakan
Dimensi Saluran Qran > Qkap
yang Ada

Merencanakan Ulang
Dimensi Saluran

Menghitung Dimensi
yang Dibutuhkan

Mulai

28
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Debit Banjir

Analisa debit banjir dipergunakan untuk menentukan dimensi saluran yang


akan direncanakan, sehingga debit banjir yang ada dapat diteruskan ke pembuangan
akhir (sungai).

4.1.1 Curah Hujan Rata-rata

Data curah hujan yang digunakan adalah data dari stasiun pengukuran hujan
yang paling dekat dengan daerah penelitian. Data yang tersedia adalah data tahunan
dari tahun 2016 sampai 2020. Hujan harian maksimum ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Curah Hujan

No Tahun Curah Hujan Max (mm)


1 2016 97,867
2 2017 58,190
3 2018 92,562
4 2019 48,559
5 2020 109,832
Sumber : Perhitungan

4.1.2 Analisa Frekuensi


Analisa frekuensi digunakan untuk menentukan metode distribusi yang
sesuai dengan syarat distribusi. Untuk pemilihan metode distribusi tergantung dari
parameter statistik berupa koefisien kepencengan (skewnes), koefisien
keseragaman data (variant). Perhitungan parameter statistik tersebut ditunjukan
pada tabel 4.2.

29
Tabel 4.2. Analisa Frekuensi Curah Hujan

No Tahun Xi x (Xi-x) (Xi-x)^2 (Xi-x)^3 (Xi-x)^4


1 2016 97,867 81,402 16,465 271,089 4463,410 73489,010
2 2017 58,190 81,402 -23,212 538,783 -12506,071 290287,164
3 2018 92,562 81,402 11,160 124,544 1389,907 15511,287
4 2019 48,559 81,402 -32,843 1078,644 -35425,587 1163472,370
5 2020 109,832 81,402 28,430 808,248 22978,251 653264,850
Jumlah 407,009 0,000 2821,308 -19100,089 2196024,682
Sumber : Hasil perhitungan

Dari tabel 4.2 dapat dihitung parameter statistic sebagai berikut :

1) Rata-rata hitung
407,009
x = = 81,402 mm
5
2) Standar Deviasi

2821,308
S =√ = 26,558
5−1

3) Koefesien Kepencengan (Skewness)


5 x (−19100,089)
Cs = = -0,4249
(5−1)x(5−2)x26,5583
4) Koefesien Kurtosis (Ck)
5 x 2196024,682
Ck = = -0,92
(5−1)x(5−2)x(5−3)x26,5584

5) Koefesien Variasi (Cv)


26,558
Cv = = = 0,326 mm
81,402

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka distribusi frekuensi yang
dipilih dan memenugi syarat adalah Log Pearson Type III.

4.1.3 Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson Type III

30
Hasil perhitungan curah hujan maksimum digunakan untuk menghitung
besarnya debit yang akan melewti saluran drainase. Dalam menentukan curah hujan
maksimum dengan menggunakan kala ulang 2 tahun dan 5 tahun dengan
menggunakan Log Person type III.

Tabel 4.3. Perhitungan Curah Hujan Rancangan Motede Log Pearson Type III

Xi (Log Xi- (Log Xi- (Log Xi-


No Tahun Log Xi Log x
(mm) Log x) Log x)^2 Log x)^3
1 2020 109,832 2,041 1,890 0,151 0,0228 0,0034
2 2016 97,867 1,991 1,890 0,101 0,0102 0,0010
3 2018 92,562 1,966 1,890 0,077 0,0059 0,0005
4 2017 58,190 1,765 1,890 -0,125 0,0156 -0,0020
5 2019 48,559 1,686 1,890 -0,204 0,0414 -0,0084
Jumlah 407,009 9,449 0,000 0,0959 -0,0055
Sumber : Hasil perhitungan

Dari hasil tabel dapat dihitung parameter statistic sebagai berikut :

1) Rata-rata (Log x̅)


9,449
(Log x̅) = = 1,890 mm
5
2) Standar Deviasi

0,0959
S =√ = 0,155
5−1

3) Koefesien Kepencengan (Skewness)


5 x (−0,0055)
Cs = = -0,6137
(5−1)x(5−2)x0,1553

Menentukan nilai G dengan interpolasi dari tabel 1.4 nilai G untuk distrubusi Log
Pearson Type III.

31
Tabel 4.4. Nilai G Distribusi Log Pearson Type III

Cs1 = -0,6 G21 = 0,099 G51 = 0,857

Cs2 = -0,7 G22 = 0,166 G52 = 0,857

Cs = -0,6137 G2 =? G5 = 0,857

Interpolasi :

Kala ulang 2 tahun :

(−0,6137−(−0,6))×(0,166−0,099)
G2 = 0,099 +
(−0,7)−(−0,6)

= 0,108

Kala ulang 5 tahun :

G5 = 0,857

Selanjutnya menghitung Log X2 dan Log X5 dengan rumus sebagai berikut :

Log X2 = Log x̅ + (G2 x Sd)

= 1,890 + (0,108 x 0,155)

= 1,907

32
X2 = 10log X2

= 101,907

= 80,635 mm

Tabel 4.5. Curah Hujan Rancangan

Kala Ulang Cs G Sd Log X X (mm)


2 -0,614 0,108 0,155 1,907 80,635
5 -0,614 0,857 0,155 2,022 105,305
sumber : hasil perhitungan

4.2 Analisa Debit


4.2.1 Menentukan Koefisien Pengaliran

Dalam menentukan koefisien pengaliran yaitu dengan memperkirakan


adanya pembangunan dan pengembangan daerah ditahun-tahun berikutnya.
Pembangunan dan pengembangan ini sangat berpengaruh terhadap perencanaan
saluran drainase yang akan dihitung dengan melihat koefisien pengaliran C pada
tabel 2.5.

Penentuan nilai koefisien pengaliran ( C ), direncanakan berdasarkan harga


Crata-rata ( 𝐶̅ ) pada setiap ruas daerah pengaliran.

∑𝐴𝑖 𝑥 𝐶
𝐶̅ =
∑𝐴𝑖

Dimana :

𝐶̅ = C rata-rata

∑𝐴𝑖 = Luas daerah pengaliran

C = Koefisien pengaliran

Untuk mencari nilai koefisien pengaliran untuk area A, sebagai berikut :

∑[(𝐴𝑖1 𝑥 𝐶1)+(𝐴𝑖2 𝑥 𝐶2)+(𝐴𝑖3 𝑥 𝐶3)]


𝐶̅ =
∑(𝐴𝑖1+𝐴𝑖2+𝐴𝑖3)

33
Untuk perhitungan koefisien pengaliran area selanjutnya dapat dilihat pada
tabel 4.6.

Tabel 4.6 Perhitungan Koefisien Pengaliran C


Nama Luas Area Tata Guna Luas Tata Guna Koef. Crata-
Saluran (A) (km2) Lahan Lahan (km2) Pengaliran rata
Perumahan 0,0014 0,7
SKr 1-2 0,0020 0,76
Jalan Aspal 0,0006 0,9
Perumahan 0,0015 0,7
SKr 2-3 0,0022 0,76
Jalan Aspal 0,0007 0,9
Perumahan 0,0017 0,7
SKr 3-4 0,0024 0,76
Jalan Aspal 0,0007 0,9
Perumahan 0,0022 0,7
SKr 4-5 0,0031 0,76
Jalan Aspal 0,0009 0,9
Perumahan 0,0024 0,7
SKr 5-6 0,0034 0,76
Jalan Aspal 0,0010 0,9
Perumahan 0,0027 0,7
SKr 6-7 0,0038 0,76
Jalan Aspal 0,0011 0,9
Perumahan 0,0020 0,7
SKr 7-8 0,0028 0,76
Jalan Aspal 0,0008 0,9
Perumahan 0,0016 0,7
SKr 8-9 0,0023 0,76
Jalan Aspal 0,0007 0,9

Perumahan 0,0025 0,7


SKn 1-2 0,0035 0,76
Jalan Aspal 0,0011 0,9
Perumahan 0,0015 0,7
SKn 2-3 0,0022 0,76
Jalan Aspal 0,0007 0,9
Perumahan 0,0018 0,7
SKn 3-4 0,0026 0,76
Jalan Aspal 0,0008 0,9
Perumahan 0,0018 0,7
SKn 4-5 0,0025 0,76
Jalan Aspal 0,0008 0,9
Perumahan 0,0015 0,7
SKn 5-6 0,0021 0,76
Jalan Aspal 0,0006 0,9
Perumahan 0,0025 0,7
SKn 6-7 0,0035 0,76
Jalan Aspal 0,0011 0,9
Perumahan 0,0011 0,7
SKn 7-8 0,0015 0,76
Jalan Aspal 0,0005 0,9
Perumahan 0,0021 0,7
SKn 8-9 0,0030 0,76
Jalan Aspal 0,0009 0,9
Rata-rata 0,76
Sumber : Perhitungan

34
4.2.2 Analisa Debit Air Kotor

Debit air kotor merupakan debit yang berasal dari air kotor buangan gedung,
instansi, rumah tangga dab sebagaianya. Untuk menghitung jumlah air kotor yang
akan melalui saluran drainase sebelumnya harus mengetahui jumlah kebutuhan
rata-rata dan jumlah penduduk yang ditinjau. Untuk mengetahui jumlah penduduk
di tahun yang akan datang dapat menggunakan rumus pertumbuhan penduduk
dengan cara aritmatik.

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk mulai tahun 2011-2020 berdasarkan


persamaan sebagai berikut :

Pn = Po (1+r)n

Contoh Perhitungan

Pn = Jumlah penduduk pada takhir tahun periode

Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi

r = Rata-rata pertumbuhan penduduk

n = Kurun waktu proyeksi

Dengan cara yang sama proyeksi pertumbuha penduduk dengan metode


Arimatika secara lengkap disajikan pada tabel sebegai berikut :

Data jumlah penduduk yang diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlah penduduk yang ada di sekitar daerah studi pada tahun 2020 adalah 25.449
jiwa. Sebelum menghitung jumlah penduduk pada tahun 2025 yaitu menentukan
tinggi pertumbuhan penduduk ( r ) yang di peroleh dari tabel perhitungan dibawah
ini dengan menentukan rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun dalam satuan
persen (%).

35
Tabel 4.7 Perhitungan Tinggi Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk


No Tahun
Penduduk Penduduk per tahun (%)
1 2011 24325 - 0
2 2012 24485 160 0,658
3 2013 24650 165 0,674
4 2014 24777 127 0,515
5 2015 24909 132 0,533
6 2016 25033 124 0,498
7 2017 25152 119 0,475
8 2018 25259 107 0,425
9 2019 25360 101 0,400
10 2020 25449 89 0,351
11 2021 25543 94 0,369
12 2022 25652 109 0,427
13 2023 25773 121 0,472
Rata-rata 0,453
Sumber : hasil perhitungan

Didapatkan :

r = 0,453 %

n = 5 (2023-2028)

Persamaan Aritmatika

Pn = Po (1+rrata-rata)n

= 25773 (1+0,00453)5

= 26362 jiwa

Maka pertumbuhan penduduk pada tahun 2028 direncanakan kurang lebih


26362 jiwa.

𝑃𝑛 𝑥 70 % 𝑥 𝐾𝑎𝑏
Qdomestik =
𝐴

Dimana :

36
Pn = Proyeksi jumlah penduduk pada tahun ke n

70% = Besarnya air bersih yang akan menjadi air limbah

K = Kebutuhan air bersih rata-rata kota sedang 150 liter/hari/orang atau sama
dengan 0,001736 liter/detik/orang

A = Luas wilayah kelurahan Mojolangu 2,88 km2

Maka :

𝑃𝑛 𝑥 70 % 𝑥 0,001736
Qdomestik =
2,88

26362 𝑥 70 % 𝑥 0,001736
=
2,88

= 11,123 lt/dt/km2

= 0,011123 m3/dt/km2

Sehingga debit air per-km2 = 0,011123 m3/detik rancana besarnya debit yang akan
dimasukkan ke dalam saluran digunakan persamaan sebagai berikut :

Untuk saluran SKr 1-2 :

Qak = Qdomestik x luas area pengaliran

= 0,011123 x 0,0020

= 0,000022 m3/dt

Untuk perhitunga debit air kotor selanjutnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

37
Tabel 4.8 Perhitungan Debit Air Kotor

Luas Area
Nama Q domestik Qak
Layanan (A)
Saluran
km2 m3/dt/km2 m3/dt
SKr 1-2 0,0020 0,0111 0,000022
SKr 2-3 0,0042 0,0111 0,000024
SKr 3-4 0,0066 0,0111 0,000027
SKr 4-5 0,0097 0,0111 0,000035
SKr 5-6 0,0131 0,0111 0,000038
SKr 6-7 0,0169 0,0111 0,000042
SKr 7-8 0,0198 0,0111 0,000031
SKr 8-9 0,0220 0,0111 0,000026

SKn 1-2 0,0035 0,0111 0,000039


SKn 2-3 0,0058 0,0111 0,000025
SKn 3-4 0,0083 0,0111 0,000029
SKn 4-5 0,0109 0,0111 0,000028
SKn 5-6 0,0130 0,0111 0,000024
SKn 6-7 0,0161 0,0111 0,000035
SKn 7-8 0,0177 0,0111 0,000017
SKn 8-9 0,0207 0,0111 0,000033
Sumber : perhitungan

4.2.3 Analisa Debit Air Hujan


 Luas area pengaliran = 0,0020 km2
 Panjang saluran = 100,27 meter
 Kemiringan dasar saluran = 0,001
 Koefisien pengaliran (C) = 0,76
 Curah hujan rancangan = 105,305 mm
 Debit air kotor = 0,000022 m3/dt
 Koefisien manning (n)(beton) = 0,014

Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya perhitungan debit air hujan pada
saluran 1-2 adalah sebagi berikut :

4.2.3.1. Waktu Konsentrasi

tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,385

38
Dimana :

tc = waktu konsentrasi (jam)

L = panjang saluran (km)

S = kemiringan saluran (m/m)

Maka :

tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,385

= 0,0195 . 0,100270,77 . 0,001-0,385

= 0,0474 jam

4.2.3.2. Intensitas Hujan

Perhitungan intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi direncanakan


dengan menggunakan rumus di bawah ini :

2
𝑅24 24 ⁄3
I = ( 24 ) × ( 𝑡 )
𝑐

Diketahui :

Hujan harian maksimum (R24) = 105,305 mm

Waktu knsentrasi tc = 0,0474 jam

Maka :

2⁄
105,305 24 3
I =(
24
) × (0,0474)

= 278,668 mm/jam

4.2.3.3. Perhitungan Debit Air Hujan

Debit air hujan (Qah) dapat dicari dengan menggunakan rumus rasuonal
seperti contoh perhitungan saluran SKr 1-2 sebagai berikut :

Qah = 0,278 x C x I x A

39
= 0,278 x 0,76 x 278,668 x 0,0020

= 0,11807 m3/dt

4.2.3.4. Perhitungan debit Banjir Rancangan

Banjir rencana dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Qrenc = Qah + Qdomestik

= 0,11807 + 0,00002

= 0,11809 m3/dt

Selanjutnya untuk perhitungan saluran yang lainnya dapat dilihat pada


tabel berikut :

Tabel 4.9 Perhitungan Debit Rancangan

Luas
Kemiri
Area Panjang
Nama ngan tc R24 I Qah Qak Qrenc.
Layanan Saluran
Saluran saluran
(A)
Km2 m jam mm mm/jam m3/dt m3/dt
SKr 1-2 0,0020 100,27 0,001 0,0474 105,305 278,668 0,118 0,00002 0,118
SKr 2-3 0,0042 110,07 0,001 0,0509 105,305 265,643 0,236 0,00002 0,236
SKr 3-4 0,0066 120,1 0,001 0,0545 105,305 254,013 0,355 0,00003 0,355
SKr 4-5 0,0097 156,91 0,001 0,0669 105,305 221,439 0,456 0,00003 0,456
SKr 5-6 0,0131 169,29 0,001 0,0710 105,305 212,973 0,591 0,00004 0,591
SKr 6-7 0,0169 190,59 0,001 0,0778 105,305 200,403 0,717 0,00004 0,717
SKr 7-8 0,0198 140,27 0,001 0,0614 105,305 234,556 0,979 0,00003 0,979
SKr 8-9 0,0220 114,7 0,001 0,0526 105,305 260,084 1,211 0,00003 1,211

SKn 1-2 0,0035 177,34 0,001 0,0736 105,305 207,954 0,156 0,00004 0,156
SKn 2-3 0,0058 110,39 0,001 0,0511 105,305 265,248 0,322 0,00002 0,323
SKn 3-4 0,0083 129,59 0,001 0,0578 105,305 244,288 0,431 0,00003 0,431
SKn 4-5 0,0109 127,23 0,001 0,0570 105,305 246,604 0,567 0,00003 0,567
SKn 5-6 0,0130 107,29 0,001 0,0500 105,305 269,155 0,741 0,00002 0,741
SKn 6-7 0,0161 176,26 0,001 0,0732 105,305 208,607 0,712 0,00003 0,712
SKn 7-8 0,0177 75,9 0,001 0,0383 105,305 321,488 1,200 0,00002 1,200
SKn 8-9 0,0207 149,25 0,001 0,064 105,305 227,202 0,991 0,00003 0,991
Sumber : hasil perhitungan

40
Tabel 4.10 Area Layanan dan Debit Rencana

Luas
Luas
Nama Area Qranc
Area Layanan Area
Saluran layanan
km2 km2 m3/dt
SKr 1-2 A1 0,0020 0,0020 0,118
SKr 2-3 A1+A2 0,0022 0,0042 0,236
SKr 3-4 A1+A2+A3 0,0024 0,0066 0,355
SKr 4-5 A1+A2+A3+A4 0,0031 0,0097 0,456
SKr 5-6 A1+A2+A3+A4+A5 0,0034 0,0131 0,591
SKr 6-7 A1+A2+A3+A4+A5+A6 0,0038 0,0169 0,717
SKr 7-8 A1+A2+A3+A4+A5+A6+A7 0,0028 0,0198 0,979
SKr 8-9 A1+A2+A3+A4+A5+A6+A7+A8 0,0023 0,0220 1,211

SKn 1-2 A1 0,0035 0,0035 0,156


SKn 2-3 A1+A2 0,0022 0,0058 0,323
SKn 3-4 A1+A2+A3 0,0026 0,0083 0,431
SKn 4-5 A1+A2+A3+A4 0,0025 0,0109 0,567
SKn 5-6 A1+A2+A3+A4+A5 0,0021 0,0130 0,741
SKn 6-7 A1+A2+A3+A4+A5+A6 0,0031 0,0161 0,712
SKn 7-8 A1+A2+A3+A4+A5+A6+A7 0,0015 0,0177 1,200
SKn 8-9 A1+A2+A3+A4+A5+A6+A7+A8 0,0030 0,0207 0,991
Sumber : hasil perhitungan

4.3 Evaluasi Saluran Drainase


4.3.1 Kapasitas Saluran

Bentuk penampang pada saluran Skr 1-2 berbentuk persegi dengan data
sebagai berikut :

 Tinggi Saluran (h) = 0,80 m


 Lebar saluran (b) = 0,80 m
 Kemiringinan saluran (S) = 0,01
 Koefisien kekasaran manning (n) = 0,014
 Luas penampang (A) =bxh
= 0,80 x 0,80
= 0,64 m2
 Kaliling basah (P) = b + 2h

41
= 0,80 + 2 x 0,80
= 2,4 m
 Jari-jari hidrolis (R) =A/P
= 0,64 / 2,4
= 0,267 m
1
 Kecepatan aliran (V) = R2/3 x S1/5
𝑛
1
= x 0,2672/3 x 0,011/5
0,014

= 2,959 m/dt
 Debit kapasitas (Q) =AxV
= 0,64 x 2,959
= 1,894 m3/dt

Tabel 4.11 Perhitunga Kapasitas Saluran Eksisting

Nama b h A P R V Q kap
S n
Saluran (m) (m) (m2) (m) (m) (m/dt) (m3/dt)
SKr 1-2 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894
SKr 2-3 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894
SKr 3-4 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894
SKr 4-5 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894
SKr 5-6 1,0 1,2 0,01 0,014 1,20 3,4 0,353 3,567 4,281
SKr 6-7 1,0 1,2 0,01 0,014 1,20 3,4 0,353 3,567 4,281
SKr 7-8 1,0 1,2 0,01 0,014 1,20 3,4 0,353 3,567 4,281
SKr 8-9 1,0 1,2 0,01 0,014 1,20 3,4 0,353 3,567 4,281

SKn 1-2 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327
SKn 2-3 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327
SKn 3-4 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327
SKn 4-5 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327
SKn 5-6 0,5 0,8 0,01 0,014 0,40 2,1 0,190 2,365 0,946
SKn 6-7 0,5 0,8 0,01 0,014 0,40 2,1 0,190 2,365 0,946
SKn 7-8 0,5 0,8 0,01 0,014 0,40 2,1 0,190 2,365 0,946
SKn 8-9 0,5 0,8 0,01 0,014 0,40 2,1 0,190 2,365 0,946
Sumber : hasil perhitungan

4.3.2 Evaluasi Kapasitas Saluran

42
Setelah diperoleh nilai kapasitas saluran yang ada selanjutnya perlu dilakukan
evaluasi dengan cara dibandingkan antara debit banjir rancangan (Qran) dengan
kapasitas saluran (Qkap).

Tabel 4.12 Evaluasi Kapasitas Saluran

Nama A Qrenc Qkap Qkap-


S Kondisi
Saluran (m2) (m3/dt) (m3/dt) Qrenc
SKr 1-2 0,0020 0,01 0,213 1,894 1,681 Aman
SKr 2-3 0,0042 0,01 0,188 1,894 1,705 Aman
SKr 3-4 0,0066 0,01 0,283 1,894 1,611 Aman
SKr 4-5 0,0097 0,01 0,364 1,894 1,530 Aman
SKr 5-6 0,0131 0,01 0,472 4,281 3,809 Aman
SKr 6-7 0,0169 0,01 0,573 4,281 3,708 Aman
SKr 7-8 0,0198 0,01 0,781 4,281 3,500 Aman
SKr 8-9 0,0220 0,01 0,967 4,281 3,314 Aman

SKn 1-2 0,0035 0,01 0,124 1,327 1,202 Aman


SKn 2-3 0,0058 0,01 0,257 1,327 1,069 Aman
SKn 3-4 0,0083 0,01 0,344 1,327 0,983 Aman
SKn 4-5 0,0109 0,01 0,453 1,327 0,874 Aman
SKn 5-6 0,0130 0,01 0,592 0,946 0,354 Aman
SKn 6-7 0,0161 0,01 0,568 0,946 0,378 Aman
Tidak
SKn 7-8 0,0177 0,01 0,958 0,946 -0,012
Aman
SKn 8-9 0,0207 0,01 0,791 0,946 0,155 Aman
Sumber:hasil perhitungan

4.3.3 Perencanaan Ulang Saluran

Setelah diketahui saluran yang tidak dapat menampung debit yang ada maka
dilakukan perencaan ulang drainase yang sudah ada. Dalam mengubah dimensi
saluran drainase sebisa mungkin tidak terlalu mengubah dimensi saluran dan
merencanakan inlet untik saluran. Perencanaan dilakukan dengan mencoba-coba
lebar dan tinggi saluran sehingga didapatkan kapasitas tampungan yang cukup
optimal.

43
Tabel 4.13 Evaluasi dan Rekomendasi Dimensi Saluran

Desain Qkap-
Eksisting S n A P R V Q kap Qrenc Kondisi
Nama Baru Qrenc
Saluran b h b h
(m) (m) (m) (m) (m2) (m) (m) (m/dt) (m3/dt) (m3/dt)
SKr 1-2 0,8 0,8 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894 0,213 1,681 Aman
SKr 2-3 0,8 0,8 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894 0,188 1,705 Aman
SKr 3-4 0,8 0,8 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894 0,283 1,611 Aman
SKr 4-5 0,8 0,8 0,8 0,8 0,01 0,014 0,64 2,4 0,267 2,959 1,894 0,364 1,530 Aman
SKr 5-6 1,0 1,2 1,0 1,2 0,01 0,014 1,2 3,4 0,353 3,567 4,281 0,472 3,809 Aman
SKr 6-7 1,0 1,2 1,0 1,2 0,01 0,014 1,2 3,4 0,353 3,567 4,281 0,573 3,708 Aman
SKr 7-8 1,0 1,2 1,0 1,2 0,01 0,014 1,2 3,4 0,353 3,567 4,281 0,781 3,500 Aman
SKr 8-9 1,0 1,2 1,0 1,2 0,01 0,014 1,2 3,4 0,353 3,567 4,281 0,967 3,314 Aman
0 0
SKn 1-2 0,7 0,7 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327 0,124 1,202 Aman
SKn 2-3 0,7 0,7 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327 0,257 1,069 Aman
SKn 3-4 0,7 0,7 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327 0,344 0,983 Aman
SKn 4-5 0,7 0,7 0,7 0,7 0,01 0,014 0,49 2,1 0,233 2,707 1,327 0,453 0,874 Aman
SKn 5-6 0,5 0,8 0,5 0,8 0,01 0,014 0,4 2,1 0,190 2,365 0,946 0,592 0,354 Aman
SKn 6-7 0,5 0,8 0,5 0,8 0,01 0,014 0,4 2,1 0,190 2,365 0,946 0,568 0,378 Aman
SKn 7-8 0,5 0,8 0,6 0,8 0,01 0,014 0,48 2,2 0,218 2,589 1,243 0,958 0,285 Aman
SKn 8-9 0,5 0,8 0,5 0,8 0,01 0,014 0,4 2,1 0,190 2,365 0,946 0,791 0,155 Aman

44
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan maslah dan hasil analisa dengan perhitungan kapasitas


saluran drainase jalan Borobudur Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, dengan ini
penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Penyebab penting dari meluapnya saluran drainase pada ruas jalan


Borobudur adalah dimensi drainase yang ada tidak mampu menampung
debit rancangan.
2. Berdasarkan pada hasil perhitungan debit banjir rancangan terbesar kala
ulang 5 tahun adalah sebesar 0,967 m3/dtk.
3. Setelah dilakukan evaluasi curah hujan rancangan kala ulang 5itahun
diperoleh titik yang harus dievaluasi yaitu pada saluran SKn 7-8. Agar
saluran mampu menampung curah hujan rancangan maka dilakukan
perencanaan ulang dengan memperbesar dimensi saluran. Untuk saluran
SKn 7-8, diperlebar saluran sebesar 0,1 m, dari dimensi 0,5 m x 0,8 m
menjadi 0,6 m x 0,8 m dengan kapasitas saluran 1,243 m3/dt.

5.2 Saran

1. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan diharapkan ada upaya dari
Pemerintah Daerah mengenai saluran drainase pada area yang ditinjau
yang rawan terjadi banjir.
2. Pengawasan dan pemeliharaan terhadap saluran yang tertimbun sedimen
serta inlet yang tertutup oleh pertokoan baru sehingga menghalangi air
masuk ke dalam saluran drainase.
3. Mengadakan sosialisasi terhadap masyarakan bahwa pentingnya menjaga
lingkungan agar terhindar dari bencana akibat ulah masyarakat yang
membuang sampah sembarangan.

45
LAMPIRAN
LAPORAN SURVEY SALURAN DRAINASE
Lokasi : Jl. Borobudur, Mojolangu , Kec. Lowokwaru, Malang
Tanggal : Minggu, 20 Agustus 2023
Waktu : 16.00-……..

Dimensi (cm)
No. Saluran Jenis saluran Keterangan
b hs

1 Kiri Segi empat 80 80

Tertutup

2 Kiri Segi empat 80 80

Terdapat plastik, kardus


dan botol minuman

3 Kiri Segi empat 80 80

Terdapat plastik dan


botol minuman

4 Kiri Segi empat 80 80

Terdapat plastik,
dedaunan dan botol
minuman
5 Kiri Segi empat 80 80

Tettutup

6 Kiri Segi empat 80 80

Tertutup

7 Kiri Segi empat 154 163

Terdapat sampah dan


batu

8 Kiri Segi empat 100 120

Inlet tertutup sampah


dan tanah

9 Kiri Segi empat 100 120

Tertutup
10 Kiri Segi empat 100 120

Tertutup
11
12

13 Kanan Segi empat 80 80

Tertutup

14 Kanan Segi empat 80 80

Tertutup

15 Kanan Segi empat 80 80

Tertutup

16 Kanan Segi empat 80 80

Tertutup
17 Kanan Segi empat 50 80

18 Kanan Segi empat 50 80

Terdapat sampah dan


dedaunan

19 Kanan Segi empat 50 80

Terdapat sampah
plastik, daun kering

20 Kanan Segi empat 50 80

Terdapat sampah
plastik, daun kering

21 Kanan Segi empat 50 80

Terdapat sampah daun


kering
22 Kanan Segi empat 50 80
Tertutup

You might also like