You are on page 1of 21
Figih Qurban sebagai Esensi Ibadah Keluarga Sekai Jo ple Uleg al Oleg gh5 5d Ab SITS © 33, Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga "Imran melebihi segala 8 umat (di masa mereka masing-masing), Coba perhatikan ayat ini ada yang beda, ketika disebut ibrohim AS beserta keluarga dan juga imron AS beserta keluarganya. Nabi ADAM AS tidak disebut keluarganya karena ada salah satu anggota keluarganya yang tidak TAAT kepada ALLAH SWT, dan juga NABI NUH keluarga ( istri dan anak tidak taat ). Kemudian lagi yang hebatnya keempat nama diatas 3 merupakan Nabi dan Rasul, tetapi “Imron adalah manusia biasa { orang yang diberi iImu dan Hikmah yang mana menurunkan MARYAM dan ISA AS ). Sehingga hilang persepsi dari manusia bahwa ahhhhh, wajar kalau keluarga IBROHIM taat he mbah nya NAbI eh. Keluarga dalam bahasa arab setidaknya memiliki derivasi = l= (AMALUn ini keluarga besar dengan seluruh keturunannya) Gal = ( AHLUN keadaan fisik anggota keluarga sering disebut AHLUL BAIT) Lafazh ghiun dibagi kepada dua, pertama ahiv al-rajuf dan ahfu al-islam. Ahlu al-rojufadalah keluarga yang: senasab dan seketurunan, dan mereka berkumpul dalam satu tempat tinggal. Ditunjukkan dalam Al-Quran surah At-Tahrim ayat 6: Spb Sab; “wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” {1} Maksudnya ‘ahi’ dalam ayat ini adalah istri dan anak-anak serta yang dikaitkan dengan keduanya Terhadap ayat di atas, Ibn Katsir mengungkapkan riwayat dari ‘Ali ra. bahwa yang dimaksud dengan “peliharalah dirimu dan keluargamu” adalah didik dan ajarilah mereka. ‘Ali ibn Abi Thalhah dari Ibn ‘Abbas menyebutkan, “Berbuatlah ketaatan kepada Allah, pelihararalh dirimu dari berbuat maksiat kepada-Nya, dan perintahkaniah mereka agar senantiasa berzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari api neraka” |S], Sedangkan Mujahid berkata, “Bertakwalah kepada Allah dan bantulah keluargamu untuk sama-sama bertakwa kepada-Nya. Apabila kamu saksikan mereka berbuat suatu kemaksiatan, maka cegahlah mereka dari perbuatannya.” Hal ini pula yang dikatakan al-Dhahhak dan Mugatil bahwa sudah menjadi kewajiban seorang muslim mengajari keluarganya, termasuk kerabat, budak laki-laki dan budak wanita yang dimilikinya, beruna segala perintah dan larangan Allah SWT. [6] QS. Al-Tahrim ayat 6 tersebut sejalan dengan makna sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud dan al-Turmudzi berikut [A Mele ogepcold cps Be a Ny caer aoe Abs 131 SLAM pall tye Artinya: Perintahkantah anak-anak wntwk mengerjakan shalat jika ia sudat berusia tujuh tahun. Apabita fa sudah berusia sepuluk tahun, maka pukullah dia (untuk mendidik jika ternyata ia belum mau mengerjakan-nya). Dan ghlu a-isiam adalah keluarga yang seagama seperti yang terdapat dalam Al-Quran surah Hud ayat 40: esSil BIS oe Ud ad 5 1 55 gal oe Ss @ Wi szeshispepsyilel sc labs 40. Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur!™®l telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit: Keluarga yang dimaksud dalam ayat inl adalah seorang istri yang beriman dan juga anaknya yang beriman Sedangkan istri dan anak yang tidak beriman atau kafir bukanlah keluarga, berdasarkan ayat 46 surah Hud : Gedle 25815 | Sop LG ASS py @ jase aohy 45. Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkala: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." (HUD ) ae 2 ma: ie < nye WG gels 93d (ad AB ALlAl tye pal AB ¢ ohn li Srbpebllin KS of allel gil le a “dia (alloh) berfirman, “wahai Nuh? Sesunggubnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidok baik".[2] Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." ( HUD) 47, Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohen kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Oan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." (MUD ) as Bier ili se hs Dan berilah peringatan pada ahli keluargamu dan kerabat terdekat QS. Al-Syu'ara (26/47: 214) ‘Asyirah adalah keluarga keturunan yang berjumlah banyak, hal itu berasal dari kata dan kata ini menunjukkan pada bilangan yang banyak. Goal Qurba adalah keluaga yang ada hubungan kekerabatan baik yang termasuk ahli waris maupun yang tidak termasuk, yang tidak mendapat warisan tapi tence keluarga kekerabatan seperti pada surah an-Nisa’ ee Less etcnill la gM, 5 Ls eal aides! GB iit bead BF of eo eg oll Slab 7, Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. Dan keluarga kerabat yang bersifat umum, yang ada hubungan kerabat dengan ibu dan bapak seperti pada surah an-Nisa’ re es @ Uyak Tying] Ipdsis 8, Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat!?7®l, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu [274] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik, [270]. Kerabat di sini maksudnya : kerabat yang tidak mempunyei hak werisan dari harte benda pusaka. Kenapa ibadah dalam keluarga itu penting ? sll S5Nl aigDg Ssh UG Guile I 8) 063 I gall 1B Sphap Coohpll 5918 be bel Uiio ols Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat: “Tahukah engkau siapakah yang mandul?” Para sahabat menjawab; “Orang yang mandul ialah orang yang tidak mempunyai anak". Lalu Rasulullah bersabda; Orang yang mandul ialah orang yang memepunyai banyak anak, tetapi anak-anaknya tidak memberi manfaat kepadanya sesudah ia meninggal dunia”. (HR. Ahmad) Imam Al Qurthubi Rahimahullahy berkata; “Tidak ada perniagaan yang membahagiakan pandangan laki-laki kecuali ia mendapatkan anak-anaknya menjadi shalih dan mereka senantiasa memikirkan agama Allah”. Jadi, tidak semua anak bisa menjadi investasi akhirat. Dan memang tidak banyak orang tua shalih yang mampu mencetak anak-anaknya menjadi shalih, sehingga bermantaat panjang untuk kehidupan orangtuanya di masa tua atau di akhirat kelak. ling ole alt pho alll gins J a al SE Dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: “Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya: Bagaimana (aku bisa mencapai) semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu’. (HR. Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya) Dish ad opis Abbie ce Aoi 37, Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebuhagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dibormati, Ya Tuan kami (yang demikian itu} agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri reakilsh merck dari buab-buahan, Mudsb-mudahan mereka bersyukur. ( SURAH IBROHIM ) 127, Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami Camatan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui", 128. Ya Tuhan kami, jadikanl: kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diamtara anak cucu kami umat yang wnduk path kepada Engkou dan tunjukkanlah kepada kami eara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah Taubat kami, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. 129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As- Sunnah) serta mensucikan mereka, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. 130, Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh ditinya sendiri, dan sungguh kami Telah memilihnya{90] di dunia dan Sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang salch. 131. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patublah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”. ( SURAH AL-BAQOROH ) [90] di antaranya menjadi; Imam, rasul, bonyak keturananaya yang menjadi nabi, diberi gear Khalilullah ou gutics fi wi OM 93 8G et Oe AT a ossl 102, Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu, Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu:; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”, 103, Tatkala keduanya Telah herserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), ¢nyatalah kesabaran Keduanya ) 104. Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 105. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi iu[1284] Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 106, Sesunggubnya Ini benar-benar suatu ujian yang: nyata, 107. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar{ 1285) (1284) yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itm benar dari Allah s.w,L dan wajib melaksana- kanya. [1285] sesudah nyata kesabaran dan Ketaatan Ibrahim dan I: Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seckor sembelihan (kambing), peristiwa Ini an pada hari raya haji nail as, Maka Allah melarang menyembelih menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilak Menurut Bahasa, Qurbvan berasal dari bahasa Arab QORUBA yang berarti : dekat. Qurban berarti Pendekatan (PeDeKaTe), Maksudnya ibadah qurban ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ ala (Fagoreub). Menurut istilal, Qurban berarti acara penyembelihan binatang ternak yang dilakukan pada hari raya haji (Idull Adha), yaitu tanggal 10, hari Tasyrik (11. 12 dan 13) Dzulhijjah, yang bertujuan untuk ‘pada Allah swt mendekatkan diri Qurban bahasa arabnya adalah Su! (al-udhiyah) diambil dari kata al (adh-ha). Makna .+“s! (adh-ha) adalah permulaan siang setelah terbitnya matahari dan dhuha yang selama ini sering kita gunakan untuk sebuah nama sholat, yaitu sholat dhuha di saat terbitnya matahari hingga menjadi putih cemerlang. Adapun 4.7! (al-udhiyah / qurban) menurut syariat adalah sesuatu yang disembelih dari binatang. ternak yang berupa unta, sapi dan kambing untuk mendekatkan diri kepada Allah yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyrik, Hari Tasyrik adalah hari ke 11, 12, dan 13 Dzulhijah, Be AB ah OE (clea 5 pila all al 5) “Sema hari-hari Tasyriq adalah (Waktu) menyembelih qurban” (HR, Ad-Daruguthni dan Al Baihagi didalam ‘As-Sunanul Kubro) Bulan Dzulhijjah & Qurban 1. Keutamaan Bulan Dzulhijjah Salah satu bulan yang memiliki keistimewaan selain bulan Ramadhan adalah bulan Dzulhijah. Sebagai muslim yang senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT tentu Kita tidak akan menyia-nyiakan bulan yang satu ini. Ke istimewaan bulan Dzulhijjah diantaranya disebutkan bahwa 10 hari pertama di bulan itu dijadikan salah satu media bersumpah oleh Allah SW. Dan kita tahu bahwa ketika ada salah satu makhluk-Nya yang dijadikan imewaan yang sangat luar biasa sumpah dalam ayat al-Quran, maka hal itu tidaklah menunjukkan kecuali yang dimiliki oleh makhluk terpilih tersebut, Maka ketika 10 hari yang kita bahas ini ternyata juga menjadi salah satu media sumpah itu, maka sedikit tergambarlah dalam benak kita betapa luar biasanya 10 hari tersebut. Dan tahukah anda? Ayat yang dimaksud adalah ayat kedua dari surat Al Fajr juz 30. Allah SWT berfirman, 4 “Dan demi malam-malam yang sepuluh” (Al Fajr: 2) gf" Re gh a By, AUN AL ly ys anne DG) lle cad MMB LS ga 93 pe Nyy a pas cal AM Aigo y : gNh eR gd yl nyo " ph on con gall!) eal lla! all pli Gla": lo ghze adie cl Se vag Jal! git oe gl ph ag ne yh She Ye Dye Gh algn ys UE a dae gd eh ee ce et gi gs yh Deals em ae sie aha Bg) pe a iy ain coe Sa yeah 2 DE 2 ly): ode Gt or ol Sand pha) SSH om SUN TEs ego phe a Ses ok ce ce a ee pales ally

Inge i Lae GS Termasuk juga ketika berbury dengan tombak dan aniing: Seandainya sengojo tidak membaca maka sembelibon- a> Y ups MALS pemnall adali dle ay Se -nya tetop sah. Nomun ditukumi makruh jika sengoja tidak memboco bosmaltah. jopsy Hukum Baca Takbir Ketika Menyembelih Setelah membaca basmalleh kemudian disunnahkan juga membace takbir (Allahu Akbar]. Imam an-Nawawi (w’ 676 H) dalam kita al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa Pore uiomo syefiveh aA |) Nai aa ae pS lol de label 5 sepokat bahwa ab. Q xh Ss - sunnahkan membaca takbie bersamaan dengan basmaliah. Maka hendakliah dia mengucapkan *bismillahi woliahu akbar’. (An Nawawi, Al Majmu’ Syorh akMuhadzdzab, hal. 410 jlid. 8). Doa Ketika Menyembelih Qurban Selain membaca basmallah, takbir dan shalawat disunnahkan juga berdoa dengan mengucapkan “Aflehurama Tall, mink wa jaika tagobbal minay”. mam ar-Nawawi(w. 676 H] dalam Kitab a-Majmu? Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa aly Lee gl Ryemnll ded, OF Gone Disunnahkan ketika menyembelth bersomaan dengan basmallah uMfuk berdod : Allahumma minka wa iaika taqobbal minny (ya Allah ini darimu dan untukeu, maker terimalah qurban dariku), «ge ha Hukum Menghadap Kiblat Saat Menyembelih Sebelum melakukan proses penyerbelihan disunnahkan untuk menghadap ke arah kiblat bagi penjagal/ penyembelih. Begitu juga hewan yang disembelih disunnahkan untuk dihadapkan ke kiblat. Imam an-Nawawi (ww. 676H) dalam kitab al-Majmu" Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa: Menghadap ke kiblat bagi penyembelth, |S 3 mime ity Well Small arghy Abd! pwlill SLE! dion menghadapkan hewan gurban ke arah hiblat hukumnnya mustahab (sunnah), Holi disunnabkan al semua penyembelinan, namun oda hadvu dan qurban songat -Llata! Lt! by sigh ob oS) ines disuonohkan. {An Nawawi, Al Majmu Syarh alMuhadzdzab, hal, 408 jlid. 8) Ketika hewan dihadapkan ke arah kiblat disunnahkan posisi badan hewan qurban untuk dimiringkan tidur diatas bagian kirinya, Brarti pasisi kepala berada diarah selatan. Bukan diarah utara Bahkan para ulama syatiiyah menganjurkan untuk mengikat semua kakinya kecuali kaki Kanan, Kaki kanan dilepas saja. Imam an-Nawai (w. 676 H] dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhtadzdzab. 2 Saluran Harus Putus Saat Menyembelih Dalam madzhab syaflly ade 2 saluran yang wajib putus ketika hewan disernbelil, Yaitu saluran nafas (hulgum} dan saluran makanan (rari. Imam sreavacd ‘Al-Hisni (w. 829 H) dalam kitab Kifayatul, pie menyebutkan bahwa DL egpally pyle ee ee ce Oped be by Agar sesembelihan menjadi halal maka harus memotong semua bagian Hulqum (saluran nafes} = olan” (saluran makanan) dengan alat (pisau). fAHHisni, Xifayatul Akyar, hol. 525). Bolehkah Mewakilkan Penyembelihan Para ulama syafiiyah menganjurkan bagi penggurban untuk menyembelih hewan gurbannya dengan tangannya sendiri tanpa diwakilkan. Namun jike ingin mewakilkan kepada orang lain make hukumnya boleh. Berikut ini ketentuan dalam mewakilken penyembelihan: 1. Untuk wanita dianjurkan untuk mewakilkan penyembelihan hewan qurbannya kepada seorang laki-laki 2. Afhalnya mewakilkan penyembelihan hewan kepada erang muslim yang fagih dalam masalah figih urban 3. Tidak boleh mewakilkan penyembelihan kepada kafir nan ablikitab, Termasuk kepada orang yang murtad, 4. Boleh mewakilkan penyembelihan kepada ahli kitab. Dan halal sesembelihannya, 5. Boleh mewakilkan penyembellhan kepada anak kecil (mumayyie), tapi hukumnya makruh Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam kitab a-Mojmu’ Syarh al-Muhadedzab men yebutkan bahwa: Imam Spafily dan uloma syafiiyah berkata: dionjurkan menyembelih quebon dengan : tangenayo senairi. imam ol-Mawordi berkata; Le ce? ft SE Ol LE ee att UY tse Ju kecuali seorang wanita disunnahkan baginya Ny gilt IU Dhay Lerealy mewakilkan kepada laki-laki, Ban boleh bagi ° 3 : ASS Lad ope Lge Ge pria & wanita untuk mewakilkan penyembelih- PY cele le Ley LLaally atladlty reall oly be ty eats gan ge Sh ney ol ly al an kepada orang lain yang muslim dan paham lima figih qurban. Dan tidak boleh mewekilkan kepada non ahi kitab dan murtad. Diperbolebkan .\ mewokikan kepado ahii kitab, wonita dan anak kecil, namun makruh hukuminya mewokilkon ke anak kecil, (An-Nawawl, At Majmu’ Syarh al-Muhadzdeab, hal, 405 jilid, 8). SE St Wheel LU ey lly Telah benar odanya dal-dail shatih bahwa Wabi ths “He AL ghee pil OF Seema! gal ad Muhammad SAW berqurban 10Dekor unta YOO (aia, ay paid pull tye tp sels pe Ualual Sy beliau hadiahkan disuatu hari pada hari aahr, beliou meayembelih 60.Jebih dari unta tersebut. Con memerintahkan sahabat Ali bin Ste! pli ary as alto, Le ABI Therlb untuk menyembelh sisonyer sampai sempurna 100 ekor. (An Nawawl, Al Majmu” Syarh al- Muhadedzab, hat, 405 fil. 8). Haruskah Menyaksikan Penyembelihan Para ulama syafiyah menganjurkan bagi penequrban yang mewakilkan penyembelihannya kepads orang lain untuk ikut serta menyaksikan proses penyembelinan, Dan ini hukumnya sunnah, bukan wajib, Seandainya tidak hadi pun tidak apa apa. Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam kitab al-Majmu’ Syarh al Muhadedzab menyebutkan bahwa Spa syne sf Say lad sAgows paar ot JS5 13) Contes Disunnahken jika mewakilkan penyembelihan untuk ikue hadir io, ZaloLil JU gly axle alll a allt Saey of ae all oo menyaksikan penyembelihan. Karena oda riwayat dari Abu Soidte*> c-* 5,3 Job Gl Gag ti thes! 2) ott Lge abil al-Khudri bahwo Nabi SAW bersabda kepada Fatimah: “berdicilah : untuk qubonmu dan soksikanlah, Sesungguhnya teteson “teee! thay A153 oye Wale Le LU pity darah yang pertamo bisa mengampuni dosamu yang telah ialu”. HR. al-Baihag!. Hukum Potong Rambut & Kuku Menurut madzhab syafitiy hukum memotong rambut dan kuku hukumnya adalah makruh saja. Tidak sampai haram. Tentu afdholnya bagi orang yang sudah berniat gurban jangan memotong rambut serta kukunya sampai nanti selesai menyembelih qurban, Namun jika terlanjur memotongnya maka tidak apa apa juga, Qurbannya tetap sal dan dia tidak berdosa. Imarn an-Nawawi (w. 676 H) dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdeab menyebutkan bahwa: j deal oid pS jell 8 il, atl aif of Lake Menurut madzhab kami (sya ly) bara sesungquinya ‘memotong rambut dan keuku bagi pengqurban pada 10 hari pertome di bulon Dzulhijiah hukumoya —«. Bellow hanya melarang hol itu kavena—& : kelaparan yang dalam! sebogian masyorakat. sekingaa =, 5 beliau ingin agor orang yong kayr memberikan makanan See Cth its es Xin abet uo {doging qurban) kepado orang miskin. kami menyimpan dan mengambil daging poha kambing, flu komi memakannya setelah 15 hari. (HR. Bukhari ). SH a5 6 4 ZHtt ple ee, Melakukan qurban, dimana qurban tersebut bukan atas dirinya saja, tapi juga atas nama almarhum ibunya atau ayahnya. Karena sewaktu mereka hidup belum pernah berqurban sama sekali, Maka pada kasus ini, bolehkah seorang anak berqurban atas nama ibu/ayahnya yang telah meninggal? Karena pada hakikatnya qurban dianjurkan bagi yang masih hidup, punya kelebihan harta, tentunya muslim baligh dan berakal. Dan Nabi SAW pernah bersabda: Gouas 35585 98 aad alg dae a O6 bs Siapa yang memiliki kelapangan (kefuasan harta) tapi tidak menyembelih qurban, janganlah mendekati tempat shalat kami”. (HR. Ahmad, tbnu Majah dan Al-Hakim) Anjuran berqurban dari nabi SAW diatas tentunya ditujukan kepada umatnya yang masih hidup. Bukan yang sudah meninggal. Maka bagaimana pendapat para ulama figih mengenai qurban untuk orang yang telah meninggal ini, Berikut pendapat dari ulama figih yang bisa dikumpulkan penulis 1. Tidak Sah Pendapat ini, merupakan pendapat resmi dalam madzhab Asy-Syafi’. Dijelaskan Imam An- Nawawi dalam kitab beliau ALMInhal: ys jogs @) O| Cua Ge V9 AS) abe pill ge Aouad Vg Tidaklah seseorang melakukan qurban atas orang lain tanpa seijinnya, dan tidak pula atas mayyit (arang yang telah meninggal), jika almarhum tidak berwasiat untuk berqurban. Jadi kalau seandainya tidak ada wasiat dari orang yang telah meninggal tersebut untuk ber - qurban semasa hidupnya, maka qurban atas almarhum tersebut tidak sah menurut pendapat pertama ini. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab beliau juga menjelaskan sebagai berikut: “Dalil yang dipakai pendapat madzhab Asy-Syafi'i tidak boleh berqurban atas orang yang telah meninggal adalah firman Allah: [39 penal] { gi 3 LAID gu Tidaklah bagi manusia kecuali apa yang dia usahakan. (QS.An-Najm: 39) 9} Kalau seandainya hanya melaksanakan wasiat dari almarhum maka boleh. qurbannya sah. Dengan ketentuan, wajib bagi yang menjalankan wasiat tersebut untuk membagikan semua daging hewan qurban kepada fagir miskin. Tidak buat yang melakukan qurban dan tidak boleh pula memberikannya kepada orang kaya”. 2. Boleh dan Sah Pendapat jumhur ulama yaitu ulama Hanafiyah dan Hanabilah, Berdasarkan hadis Ali ds opal aleag Que ll boo oi] sMBy og lang ule all he ol ge rey OF aie ail ody LUe al, Bahwasanya Ali RA perngh berqurban ates nabi SAW dengan menyembelih dua ekor kibasy. Dan beliau berkata; Bahwasanya nabi SAW menyuruhnya melakukan yang demikian, (HR, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ahmad, Hakim dan Al-Baihaki) Pendapat kedua ini mengambil kesimpulan bahwa Ali menyembelih dua ekor hewan qurban, dimana satu hewan qurban atas diri beliau, dan satunya adalah qurban Nabi SAW yang telah meninggal pada waktu itu. Al-Kasani (w. 587H) salah seorang ulama Hanafiyah menjelaskan, dalil yang digunakan madzhab Hanafi dalam masalah ini adalah istihsan. GU gan OF ee ay ete Gog aie Fuse UI jg ail Lay cual ge oylill ats I gall of Olay! = be 8 ga gia OB Oly - dial go GY ae Fly daa oe lensed emivS Grud - plug dule ail sho CBW eS Sige aia 8 BU aged gle aie god 15S ae Oi ol jgee cual ol Jd - ed ol US. Berdasarkan istihsan, kematian tidak menghalangi seorang bertagarrub (melakukan keboikan) atas orang yang telah meninggal. Dengan dalil seseorang boleh bersedekah untuk -nya dan menghajikannya. Dan dalam sebuah hadis shahih juga disebutkan, “bahwa -sanya rasulullah SAW berqurban dengan dua ekor kibasy, dimana satu kibasy adalah qurban beliau, dan satu - nya lagi untuk qurban umataya yang tidak/belum pernah berqurban.” Diantara umatnya termasuk juga yang telah meninggal dunia sebelum dia berqurban. Ini menunjukkan bahwa boleh melakukan kebaikan atas orang yang meninggal dunia. Jika dia menyembelihkan qurban atasnya, orang yang meninggal tersebut akan mendapat ganjaran pahala atas kebaikan tersebut Al-Buhuti (w.1051H) salah ulama Hanabilah dalam kitab beliau juga menyebutkan: St (96 Ane sl (Ley Janss) igi! debates areal dont PUD ue oe lpia (baad ous oe) Sonal Ayan BB.n09 SI os (Le OF) Soul (4) Qurbannya orang yang sudah meninggal dunia lebih utame dari qurbannya orang yang masih hidup. Karena ketidakberdayaan mayyit dan dia lebih membutuhkan pahala. Pelaksanaan qurban atas mayyit sama seperti pelaksanaan qurban orang yang hidup, dari yang dimakan dagingnya, disedekahkan dan dihadiahken. Namun hal yang berbeda antara ulama Hanafiyah dan Hanabilah terkait boleh tidaknya daging qurban atas mayyit dimakan atau dikonsumsi sendiri buat yang melakukan qurban. Karena qurbannya bukan atas dirinya, tapi atas mayyit atau orang yang telah meninggal yang dia ingin hadiahkan pahala qurban. Madzhab hambali dalam hal ini membolehkan, sedangkan madzhab Hanafi mereka melarang daging qurbannya itu untuk diambil, dimakan orang yang berqurban kalau qurban itu statusnya wasiat atau perintah dari yang meninggal semasa hidupnya. Tapi kalau qurban tersebut merupakan bentuk sukarela, bukan wasiat, maka yang melakukan qurban boleh mengambil, memakan daging qurban tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan imam Ibnu Abdin salah seorang ulama Hanafiyah berikut BS JSS a a ge G8 lg lpn JH pale gr Gaal dapl opel dy yo ye ged a) fl (Cpe G89 Ag all calgtlly Gey elle de als) Kalau ada ahii waris yang berqurban untuk orang yang sudah meninggal karena perintahnya (wasiat), maka ahli waris ini wajib menyedekahkan daging qurban tersebut tanpa mengambil untuk memakannya, Topi, kalau qurban tersebut dilakukan karena sukarela berbuat baik ke - pada yang meninggal, dia baleh memakan, karena statusnya dia pemilik qurban, dan bagi yang meninggal pahalanya. 3, Makruh Pendapat ini merupakan pendapat dari ulama Malikiyah, Bagi mereka makruh berqurban atas orang yang telah meninggal dunia. Sebagaimana dikatakan Al-Kharsyi ulama Malikiyah: Ving US Gf aylglt pasa Blabally #Ly!l tos Call ge pet Of part 05s aol as (UH) Cys Oe Nylady MeS Ubi] Cytol Wy Cal Lay a 1S Makruh bagi seorang lakukan qurban atas orang yang telah meninggal. Karena khawatir - kan menjadi riya atu pamer. Dan juga tidak ada dalil dari nabi atas yang demikian itu. Kecuali atas permintaan almarhum semasa hidupnya, maka bagi ahli waris melaksanakannya Imam Malik juga mengatakan: Osea! gd Ge Gedy O] eee Yo Dan aku tidak merasa takjub kepada orang yang berqurban atas orang tuanya yang telah meninggal dunia. Dalam sebuah riwayat lain, imam Malik juga berucap : Aelia) usps Gl oySi Aku memakruhkan mengirim (pahala qurban ) bagi orang yang sudah meninggal. Dari pendapat para fuqaha di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Para ulama figih bersepakat kalau status qurban atas orang yang meninggal tersebut adalah wasiat almarhum, maka ahli warisnya sebisa mungkin untuk melaksanakan. Dan daging qurbannya berdasarkan pendapat jumhur harus disedekahkan kepada faqir miskin semuanya. 2. Sedangkan kalau qurban itu statusnya hanya sukarela, menghadiahi almarhum yang di kubur. Semata-mata berbuat baik untuk mereka. Maka disinilah mereka terbagi kedalam tiga pendapat: 1. Tidak Sah, 2. Sah, 3. Makruh. 3. Ketiga pendapat di atas sama-sama memiliki dalil yang.cukup kuat. Mana yang paling benar dan rajih. Wallahua’lam. Setidaknya ada tiga teknis penyembelihan hewan yang dikenal bangsa Arab yaitu nahr, dzabh, dan ‘agar. Berikut ini penjelasannya: 1. Nabr ini biasanya hanya dilakukan untuk menyembelih unta, yaitu dengan cara menusuk lehernya dengan benda tajam seperti tambak dan lainnya, di mana untanya dalam keadaan ber diri tegak. Dengan cara penusukan di leher ini, maka darah unta segera mengalir deras keluar dan unta mati seketika. Cara ini lebih mudah dilakukan, karena tanpa membaringkan unta yang butuh tenaga banyak orang. Nahr ini cukup dilakukan satu orang saja, tanpa bantuan siapa pun. Cara ini dibenarkan dalam syariah, bahkan penyembelihan hewan udhiyah di dalam nash Alquran justru dalam bentuk nahr. 2. Dzabhu adalah menyembelih seperti yang umumnya kita kenal saat ini. Caranya dengan mengiris leher hewan udhiyah hingga putus urat nadi dan jalan pernafasan, Inilah cara yang paling sering kita saksikan, di mana dengan golok seorang penyembelih mengiris urat nadi hewan yang telah digeletakkan di atas tanah, Kata dzabaha ini banyak terdapat di dalam Alguran, salah satunya adalah firman Allah SWT yang mengganti penyembelihan atas Nabi Ismail AS dengan seekor kambing yang gemuk. DE milo d13435 "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS Ash-Shaffat: 107) 3. Agar adalah menebas leher unta ketika unta itu masih berdiri, sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran. eke abe pecee SEH) peek Ae I OE \gi& 5 45LI! lojaas "Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan." (QS Ak-A‘raf : 77). Beda nahr dengan aqar hanya pada penggunaan alatnya saja, yaitu nahr dengan cara ditusuk, sedangkan ‘agar dengan cara ditebas. Mayoritas ulama madzhab As-Syafi'iyah mengatakan jika dalam satu keluarga ada yg. menyembelih hewan qurban, maka pahala qurban itu diberikan pada si pequrban dan juga pada keluarganya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Al-imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj Syarh Muslim 13/122 : Sym cot Wage Jateoly igolens olay (daone dal gay teone diy taoes ot UA gl) olny ule abl ro agi peel celta nate gg ilgtll J ine gSl tly aay al ey sie bel! Sena “Sabde Rasulullah Shallaliahu Alaihi Wasallam yang berbunyi ‘Ya Allah terimalah qurban dari Muhammad, dari keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad (HR. Muslim), hadits ini adalah dati! bolehnya searang berqurban atas airinya dan kelvarganya, dan mereka bersekutu dalam pahala qurbannya. Inilah yang dipilih dalam madzhab kami dan oleh mayaritas ulama figih pada umumnya." Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Keaubl ple Boos Jal ue "Hendaklah setiap satu ‘ahlu bait! (keluarga) menyembelih satu qurban setiap tahunnya" (HR. Abu Daud) ‘Abu Ayyub Al-Anshori saat ditanya: aly Foca USS OW: JUS F lau “Bagaimanakah qurban yg dilaksanakan di masa Rasulullah Shallaliahu Alaihi Wasallam? Ia menjawab: Seseorang berqurban dengan seekor kambing atas dirinya dan ahiu baitnya (keluarganya)” (HR. Tirmidzi) Dari dalil dan pernyataan di atas, mayoritas ulama khususnya dari madzhab As-Syafiiyah ber - pendapat bahwa 1 jatah qurban berupa 1 ekor kambing, 1/7 sapi atau 1/7 unta disembelih atas nama 1 orang. Namun pahalanya musytarak atau diberikan kepada dirinya sebagai peng - gurban dan pada keluarganya (ahlul baitnya) juga. Yang menjadi perbedaan pendapat adalah kata ‘ahlu bait’ (dalam bahasa indonesia biasa diterjemahkan sebagai 'Keluarga’). Keluarga yang bagaimanakah yang akan ikut mendapatkan pahala qurban tersebut 1. Tinggal Serumah Dengan Pequrban. Sebagian ulama madzhab As-Syafilyah berpendapat bahwa keluarga yg ikut mendapat pahala qurban adalah ye orang-orang tinggal serumah dengan si pequrban. Al-Khatib As-Syirbini dan As-Syihab Ar-Ramly termasuk yg mendukung pendapat ini. Dalam “Fatawa Ar-Ramly" (4/67) disebutkan ; As-Syihab Ar-Ramly stil ay pall lg fas: "page tly Aces U3 agian alg « Cay Gly Aclar Se Areal Aiaw 5215 lm = hw ditanya: “Vike salah satu anggota rumah ity berqurban, apakah pahala kesunnahan Strid: qurban itu memberi bagian pada orang-orang yg tinggal serumah (dengan sald asi". pengqurban), walaupun tidak ada hubungan kekerabatan diantara mereka? Ar-Ramly menjawab : Benar." Jika merujuk pada pendapat Ar-Ramly, maka istri & anak-anak dari si pequrban, pembantu, satpam, dll, yang tinggal serumah dengan si pequrban akan ikut mendapatkan pahalanya. 2. Dalam Tanggungan Nafkah Pequrban. Ulama lain dari madzhab Syafii berpendapat lain. Keluarga yg ikut mendapat pahala qurban adalah orang-orang yg berada dalam tanggungan nafkah si pequrban. Ibnu Hajar al-Haitami termasuk yg mendukung pendapat ini. Dalam "Tuhfatul Muhtaj" 9/345 Al-Haitami mengatakan Le J8 glg oly Gate Andi agaery le: Lua Cusll Jal ol,all al aires "Kata ahlu bait (dalam hadits diatas) bermakna orang-orang yg berada dalam tanggungan nafkah orang yg sama, walau nafkah yg bersifat sunnah" Artinya, jika si pequrban punya anak dan istri ye tidak tinggal serumah dengannya, namun. berada dalam tanggungan nafkah si pequrban, maka mereka ikut mendapat pahala qurbannya. 3, Serumah, Dinafkahi, dan Punya Hubungan Keluarga Dengan Pequrban. Madzhab Maliki member 3 syarat yg harus dipenuhi agar ikut mendapat pahala qurban. Yakni: a. Tinggal serumah dengan pequrban b. Dinafkahi oleh pequrban. c, Punya hubungan kekerabatan dengan pequrban, Jika satu poin itu tidak terpenuhi, maka tidak bisa ikut kebagian pahala qurbannya. Hal ini disampaikan oleh Muhammad Bin Yusuf al-Abdari dalam kitabya "At-Taj Wal Ikll” (4/364); "(Syaratnya adalah) jika tinggal serumah Neg Oly dale Baily « AI ry39 « dae (Sue Of dengan pequrban, punya hubungan kekerabatan dengannya, dan dinafkahi olehnya walau nafkah yg sifatnya sunnah". Kesimpulan Mayoritas ulama dati madzhab As-Syafiiyah berpendapat bahwa jika dalam 1 keluarga ada yg menyembelih 1 qurban, maka pahala qurban itu diberikan padanya dan kepada keluarganya juga, Namun para ulama berbeda pendapat tentang kriteria keluarga yang ikut mendapat pahala qurban. Sebagian ulama mengatakan bahwa kriterianya adalah orang-orang yang tinggal serumah dengan si pequrban. Sebagian yang lain mengatakan bahwa yang ikut mendapat pahalanya adalah mereka yang berada dalam satu tanggungan nafkah dengan si pequrban. Ada pula yang mensyaratkan 3 hal sekaligus, yakni serumah, punya hubungan kekerabatan, dan dinafkahi oleh si pequrban. batasan ketentuan di dalam syariat bahwa kurban patungan hanya diperbolehkan maksimal untuk 10 orang mudlabhi (pekurban) dengan objek hewan kurban berupa unta, 7 orang pekurban bila objeknya adalah berupa sapi. Adapun untuk kambing, hanya diperbolehkan bila diperuntukkan untuk 1 orang pekurban saja. Dan di Indonesia, umumnya kurban bersama itu dilakukan dengan rupa sapi. Nah, adakah cantolan hukum mengenai kurban yang diambil dari kas instansi tersebut? Inilah yang hendak kita bahas dalam kesempatan tulisan ini. Setidaknya ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setiap tahun berkurban sebanyak 2 ekor kambing. Satu di antaranya untuk pribadi Nabi, dan satu lainnya untuk umat beliau. Hadits ini secara tidak langsung dianggap sebagai dalil pokok bagi kurban. patungan dan kurban yang dilakukan aleh sebuah instansi/yayasan. Di dalam Tuhafatu al- Muhtaj ‘ala Syarh al-Minhaj, disebutkan secara tegas bahwa: eo diy Gey Lape lj Gaal § 55 ake HG ual as on add ST gta ay ele CdS Ad alle ye ABE Ad yy BLS” Dan disunnahkan bagi Imam untuk menyembelih hewan kurban berupa unta budnah yang diambil dari kas Baitul Mal yang ditujukan atas nama umat islam semua di tempat melaksana - kan sholat dan juga berkurban untuk dirinya sendiri, Hadits riwayat al-Bukhari. Jika tidak mudah mendapatkan unta budnah, maka cukup dengan seekor kambing. Dan jika berkurban untuk umat Islam ini diambil dari kas miliknya sendiri, maka ia boleh melakukannya sekira ia mau.” (Tuhafatu al-Muhtaj, Juz 8, halaman 1). Di dalam Nihayatu al-Muhtaj, dijelaskan lebih lanjut bahwa kebolehan mengambil dana untuk kurban dari kas yayasan atau instansi adalah dengan catatan jika dana kas itu longear. ei by Se Gueltesll Ge GUI plan Sig “Sesungguhnya seorang imam hendaknya menyembelih kurban atas nama kaum muslimin yang diambil dari kas baitul mal, jika kas tersebut longgar” (Nihayatu al-Muhtaj, juz 8, halaman 144). Disunnahkannya imam atau pemimpin instansi/yayasan itu untuk berkurban dengan pola semacam adalah karena syara’ mendudukkan seorang pemimpin sebagai representasi dari keseluruhan anggota (yaqum maqama al-kulli).“B0) alas “Dan sebagian ahli bait dan imam, Allah menjadikan kedunya sebagai representasi dari umat Islam seluruhnya (yang ada diinstansi itu).” (Nihayatu al-Muhtaj, juz 8, halaman 144). Pelaksanaan kurban yang diatasnamakan seluruh anggota yang terlibat dalam instansi tersebut bersifat tidak menggugurkan tuntutan berkurban bagi orang yang kaya yang ada dalam instansi. ag! (13! Jge> 3p ‘ Si ge “Tuntutan berkurban, tidak gugur atas orang yang kaya yang disebabkan kurbannya Imam. Karena yang dimaksud dengan penyembelihan kurban oleh imam itu adalah hanya semata tercapainya pahala kurban secara umum untuk orang muslimin (yang terlibat dalam instansi)” (Nihayatu al-Muhtaj, juz 8, halaman 144). Jika kurban yang dilakukan atas nama instansi itu bersifat ditentukan/mu’ayyanah sehingga statusnya adalah menempati derajat kurban wajib, maka beriaku segala ketentuan mengenai kurban walib juga berlaku atas pemimpin instansi dan sekaligus anggota instansi.s\3, Jig és : 255 Peel be Cady fal G2 Cama dasy “Dan sekira daging kurban tersebut terhalang memakannya bagi pihak yang berkurban wajib, maka jika kurban dalam instansi itu ditentukan (sebagai kurban wajib), maka berlaku pula ketentuan tersebut atas mudlahhi dan anggota instansi. Namun, bila tidak diwajibkan, maka tidak ada pula ketentuan yang berlaku atasnya” (Nihayatu al-Muhtaj, Juz 8, halaman 144). Meski sebuah instansi sudah melaksanakan kurban yang diatasnamakan anggotanya, namun kurban oleh instansi tersebut hukumnya sunnah dan menempati derajat sedekah sebab bersekutu di luar batas yang telah ditentukan syara’ dalam pahala kurban adalah bukan karakteristik kurban, “Bersekutu dalam pahala kurban (di luar batas yang ditetapkardioe St (ui) Gigi! g SLdyin” (Nihayatu al-Muhtaj, juz 8, halaman 144). Bersekutu dalam pahaia aengan kapasitas seoin cari yang ditentukan syara’, hukumnya menempati derajat sedekah bersama. Itulah sebabnya, karena kas instansi merupakan kas bersama, maka kurban yang sudah dilakukan oleh instansi tidak mampu menggugurkan tuntutan melaksanakan perintah berkurban secara pribadi atas orang kaya yang ada di dalam lembaga instansi tersebut. 2 AAR ta de chal ga g a args al ote gs “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak, Maka makaniah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikantah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir” (QS. Al-Hajj: 28) BS 88 i 3 ie Bl wotles Oddly Og SES wl) AM ties GUIS Faas gold “dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu peroleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kame menyembelih -nya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makaniah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada pada - nya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianiah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS. Al-Hajj: 36) Hadits Rasulullah saw : «lg355)5 Gis 1483 ge Lol ag! be BES “Dahulu saya melarang kalian memaken daging hewan, maka (sekarang) makanigh darinya dan simpanlah” ~ ADLdy Sal wale - etl J58s Imam As-Syafii meriwayatkan dari Malik dari Abi Az-Zubair dari Jabir bahwasanya nabi Muhammad saw pernah melarang makan daging hewan qurban diatas tiga hari, lalu kemudian setelah itu beliau bersabda: lgss3I5 1935535 15° “Makanlah dan ambillah bekal (darinya) serta simpaniah” Dari ayat dan hadits diatas, serta hadits-hadits lainnya, juga temuan lapangan dari para sahabat, tabiin dan para ulama, akhirnya para ulama, khsusunya dari empat madzhab menyepakati utamanya dalam qurban yang hukumnya sunnah: Dalam madzhab Hanafi, Imam Al-Kasani menulis sebuah hadits dalam kitabnya bad’ (5/80): Bahwasanya Rasulullah saw “20 4o alas Hos BUS isi Ae Op 6 ai bersabda: “Jika salah satu diantara kalian berqurban maka hendakiah dia memakan sebagian daging qurbonnya dan memberimakan orang iainnya dari sebagiannya” I 385 [28 exon] (oa ably Gis gb5) - ala fe - - 9388 | 36 ‘e] cam Dan lebih afdhal agar dimakan sepertiga, lg}s3ip ie 1gBS gplo5l o. é dan sepertiganya untuk menjamu keluarga dan para sahabat, serta disimpan sapertigitna: sesuai dengan firman Allah (QS. Al-Hajj: 36) dan (QS. Al-Hajj: 28), juga hadits Rasulullah saw: “Dahulu saya mefarang kalian (menyimpan) daging qurban, maka sekarang makanlah dan simpanlah” Dalam madzhab Maliki, Ibnu Rusyd menuliskan dalam kitabnya Bidaych Al-Mujtahid (2/201 {all ots totes ge 183) ile ig Glens Fad yo BE SI jgils Amal 5! Je tyldtiy ial doa - apis [36 igen] (Fatly Ul Ipbebls) < Jl as . [28 a] Para ulama sepakat bahwa mereka yang bergurban diminta untuk memakan —\j.45)5 \ghdiass sebagian dari daging hewan sembelihan tersebut, menyedekahkannya, sebagaimana firman Allah (QS. Al-Hajj: 28) dan (QS. Al-Hajj: 36), serta hadits Rasulullah saw: “Makanlah, sedekah - kanfah, dan simpanlah”, Dalam madzhab As-Syafii, Imam As-Syafii sendiri (al- ee 2/246) menegaskan bahwa: ee de Hewan qurban itu adalah ibadah — DEESIS Aalablg ABT J Sy Sls ttt So Elis Sm tally yang diizinkan untuk dimakan, disedekahkan, dan disimpan Mengomentari pernyatan Imam As-Syafii tersebut, maka Imam Al-Mawardi (ALHawi: 15/115) menjelaskan bahwa: TRIG ESI St Gag Of Cyd (pernyataan) tersebut mencakup empat hal dalam peruntukan hewan\:38) sisiga sels 6b qurban; Pertama: Dimakan. Kedua: Disedekahkan kepada orang miskin. Ketiga: Dihadiahka kepada orang kaya. Keempat: Disimpan. Sesuai dengan ayat: aall9 Ailll lgaably (gis Ig Bb “Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta” (QS.Al-Hajj: 28) Dan ayat ini secara teks menunjukkan tiga keperuntukan, yaitu; dimakan, disedekahkan (kepada fakir) dan dihadiahkan kepada orang kaya. Sedangkan untuk perihal bolehnya menyimpan, maka landasan dasarnya adalah hadits riwayat Imam As-Syafii dari Malik dari Abdullah bin Abu Bakr dari ‘Amrah binti Abdurrahman dari Aisyah ra: “Sesungguhya dahulu saya melarang kalian itu karena pada waktu itu sedang ada bencana, maka sekarang makaniah, sedekahkaniah dan simpaniah” Terkait prosentase antara 4 hal diatas, maka Imam Al-Mawardi (Al-Hawi: 15/116-117) lanjut - kan, bahwa Imam As-Syafii mempunyai dua pendapat; pendapat lama dan pendapat baru. Ipbabbly Ugo Ig} 108 Std di SY aby tpl Je Glass ant Gulls 549 Bb - gall g We 28 igo ( AaB Gat Adapun pedapat lama adalah: Separuhnya untuk dimakan dan disimpan, sedangkan Separuh - nya lagi untuk disedekahkan, sesuai dengan firman Allah (QS. Al-Hajj: 28) 7 h de Glassy oA agg ebb sais BE OI - {Akal Disunnhakan untuk memakan sepertiga dari hewan qurbannya, menghadiahkan sepertiganya, dan menyedekahkan sepertiganya. Jikapun memakan lebih dari sepertiganya maka hukumnya boleh, Imam Ahmad berkata: Kami berpendapat sesuai dengan hadits Abdullah: Dia yang berqurban memakan sepertiganya, memberi makan siapa saja yang dia mau sepertiganya, dan bersedekah dengan orang miskin sepertiganya. Pendapat dalam madzhab ini juga mengambil hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra perihal bentuk qurbannya nabi, lbnu Abbas ra berkata: diy Jibs! Je bias 555 «b GN diac e188 Galadg «WI “(Betiau) memberi makan keluarganya sepertiga, memberi makan tetangganya sepertiga, dan bersdekah kepada mereka yang meminta sepertiga” (HR. Abu Musa Al-Ashfahani) Dan ini juga pendapat dari sahabat Ibnu Mas’ud dan Umar, dan tidak diketahui ada sahabat lainnya yang berselesih pendapat, maka kondisi seperti ini seperti ijma’, begitu tegas lbnu Qudamah

You might also like