You are on page 1of 45

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. P USIA 15 TAHUN


DENGAN OBESITAS DI PUSKESMAS KAMPUNG DALAM PARIAMAN
KABUPATEN PADANG PARIAMAN

NAMA : EZY YUNITA

NIM : 2115901212

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. P USIA 15 TAHUN


DENGAN OBESITAS DI PUSKESMAS KAMPUNG DALAM

Oleh :
Ezy yunita (2115901212)

Telah diseminarkan di depan penguji


Pada tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Darmayanti, S.Tr. Keb) ( )


Ketua Prodi Kebidanan

Universitas Fort De Kock

(Febriniwati Rifdi, S.ST, M.Biomed)

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sedang menghadapi kemungkinan meledaknya penderita
obesitas. Proporsi berat badan lebih dan obesitas pada dewasa umur >18 tahun
menunjukkan peningkatan yaitu 10,5% pada tahun 2007 dan 14,8% pada
tahun 2013 serta 21,8% pada tahun 2018 dengan indikator obesitas dewasa
yaitu IMT ≥27 (Depkes, 2008; Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi obesitas pada
remaja umur 16-18 tahun sebanyak 1,6%, meningkat menjadi 4% pada tahun
2018. Sedangkan prevalensi obesitas pada remaja umur 16-18 tahun di
Provinsi Sumatera Selatan sebesar 2% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2018). Pada remaja kejadian kegemukan dan obesitas merupakan
masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa (Mokolensang
dkk., 2016).
Obesitas merupakan kondisi kelebihan berat badan akibat tertimbunnya
lemak. Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial,
diantaranya adalah asupan zat gizi makro berlebih, frekuensi konsumsi fast
food yang sering, kurangnya aktivitas fisik, pola makan tidak seimbang,
riwayat orang tua mengalami obesitas, serta tidak sarapan (Kurdanti dkk.,
2015; Gozali & Saraswati, 2017). Aktivitas fisik merupakan kunci utama
keseimbangan energi yang menyumbang pengeluaran energi.
Obesitas terjadi pada kondisi asupan energi jauh melebihi penggunaan
energi. Karbohidrat termasuk dalam zat gizi makro yang merupakan sumber
energi utama bagi tubuh. Tingginya asupan karbohidrat dan asupan protein
menjadi faktor risiko obesitas pada anak. Pada kondisi obesitas, tingginya
asupan karbohidrat menyebabkan glukosa disimpan dalam bentuk trigliserida
di jaringan adiposit. Asupan protein yang tinggi melebihi kebutuhan
menyebabkan protein akan disimpan di jaringan adiposit. Lemak didalam
tubuh diserap dalam bentuk asam lemak bebas dan disimpan dalam bentuk

3
trigliserida di jaringan adiposit. Obesitas pada dasarnya disebabkan oleh
kelebihan jaringan adiposit (Ayu dkk., 2018). Konsumsi makanan dengan
tinggi lemak dalam jangka waktu yang panjang dan tanpa ada aktivitas untuk
pengeluaran energi dapat meningkatkan risiko terjadinya kegemukan.
Aktivitas fisik yang sangat ringan memiliki faktor risiko 9,5 kali lebih
besar untuk menyebabkan terjadinya kegemukan dibandingkan dengan
aktivitas fisik ringan (Praditasari & Sumarmi, 2018). Salah satu faktor yang
berperan dalam timbulnya obesitas faktor genetik. Dalam waktu yang telah
lama para ilmuwan mengamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal
dari keluarga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, 40
– 50% anak-anaknya akan berisiko obesitas, sedangkan bila kedua orang tua
obesitas, 80% anak-anaknya akan berisiko obesitas (Misnadiarly, 2007). Hasil
penelitian ditemukan terdapat hubungan obesitas orangtua terhadap kejadian
obesitas pada remaja (Gozali & Saraswati, 2017).
Obesitas menggambarkan akumulasi lemak pada adiposit yang dapat
terjadi apabila asupan kalori dari konsumsi makanan melebihi kebutuhan
metabolisme tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas fisik.
Obesitas pada awal kehidupan dapat menimbulkan peningkatan risiko obesitas
pada masa dewasa serta menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas
selama masa dewasa (Mistry & Puthussery, 2015). Obesitas pada remaja
meningkatkan risiko terjadinya penyakit seperti tekanan darah, kolesterol,
tingkat trigliserida dan juga diabetes, sehingga menjadi faktor meningkatnya
risiko stroke iskemik, jantung koroner, diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit
metabolisme lainnya (Rossouw et al., 2012).
Berdasarkan dari uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk menyusun
Laporan kasus Kelola Asuhan Kebidanan pada Remaja Nn. P Usia 15 tahun
dengan Obesitas di Puskesmas Ophir Kabupaten Pasaman Barat.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Remaja Nn. P Usia 15 tahun dengan


Obesitas di Puskesmas Kampung Dalam ?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada Remaja Nn. P


Usia 15 tahun dengan Obesitas di Puskesmas Kampung Dalam

2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melakukan pengkajian data subjektif
b. Untuk dapat melakukan pengkajian data objektif
c. Untuk dapat melakukan Assesment
d. Untuk dapat melakukan Planning
e. Untuk dapat melakukan Pendokumentasi

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk penelitian
selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk dinas kesehatan dibidang
kesehatan remaja. Sehingga bisa dapat menjadi pertimbangan dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi remaja.

b. Bagi orangtua (ibu)


Diharapkan dapat mendukung anaknya untuk melakukan pola hidup
sehat sehingga dapat terhindar dari obesitas.

c. Bagi remaja
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang nutrisi pada remaja
sehingga remaja terhindar dari obesitas dan segala komplikasinya.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

a. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya obesitas
yaitu ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi (Betty,
2004). Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi
tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan dalam
bentuk lemak di jaringan tubuh (Nelm, et, al 2011). Sehingga obesitas adalah
terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu
yang lama dan dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan
IMT/U umur 5-18 tahun (Kemenkes, 2010).

b. Fisiologi Obesitas
Zat gizi makro dan mikro menghasilkan energi yang diperlukan oleh
tubuh. Asupan zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak bila di
konsumsi berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Asupan lemak
lebih banyak menghasilkan energi dibandingkan dengan karbohidrat atau
protein. Setelah makan, lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan
sampai dibutuhkan kembali sebagai energi. Oleh karena itu asupan lemak
berlebih akan lebih mudah menambah berat badan. Kelebihan asupan protein
juga dapat diubah menjadi lemak tubuh. Asupan protein yang melebihi
kebutuhan tubuh, maka asam amino akan melepas ikatan nitrogennya dan diubah
melalui serangkaian reaksi menjadi trigiserida. Kelebihan karbohidrat akan
disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen akan disimpan didalam
hati dan otot. Kemudian lemak akan di simpan disekitar perut dan dibawah kulit
(Kharismawati, 2010).

c. Pengukuran Obesitas
Pengukuran Obesitas Menurut Supariasa dkk, 2012 pengukuran status gizi
dapat dilakukan dengan metode antropometri. Metode ini menggunakan
pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, dan tebal lapisan kulit.
Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan kebutuhan gizi. Antropometri
6
dapat memberikan informasi tentang riwayat gizi masa lampau. Tingkat obesitas
dapat dihitung menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut :

d. Dampak Obesitas
Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian,
sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila kemudian berlanjut
hingga dewasa akan sulit di atasi. Beberapa dampak yang terjadi dalam jangka
panjang menurut Damayanti, 2008 diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sindrom resistensi insulin
Bagi anak yang mengalami kegemukan sekitar perut, terutama yang
bertipe buah apel, umumnya mengalami penurunan jumlah insulin dalam
darah. Akibatnya hal tersebut memicu anak terserang Diabetus Millitus tipe
2. Penderita DM tipe 1 selain memiliki kadar glukosa yang tinggi, juga
memiliki kadar insulin yang tinggi atau normal. Keadaan inilah yang disebut
sindrom resistensi insulin atau sindrom X.

b. Tekanan Darah Tinggi


Obesitas adalah salah satu penyebab utama yang mempengaruhi
tekanan darah. Sekitar 20-30% anak yang kegemukan mengalami hipertensi.
Dikatakan hipertensi jika mengalami tekanan darah tinggi yaitu systole lebih
besar dari 140 mmHg, dan diastole lebih besar dari 90 mmHg.

c. Penyakit Jantung Koroner


Penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah
koroner.Risiko terkena penyakit jantung koroner semakin meningkat seiring
dnegan perubahan terjadinya penambahan berat badan yang berlebihan.
Penyakit jantung koroner tidak selalu akibat kegemukan, tetapi diperburuk
oleh faktor risiko lain yang terjadi pada masa kanakkanak seperti hipertensi,
kolesterol tinggi dan diabetes.

7
d. Gangguan pernafasan seperti asma, nafas pendek, menggorok saat tidur dan
tidur apnue (terhentinya pernafasan untuk sementara waktu ketika sedang
tidur). Hal ini disebabkan karena penimbunan lemak yang berlebihan di
bawah diagragma dalam dinding dada yang menekankan paru-paru.

e. Gangguan tulang persendian


Beban tubuh anak yang terlalu berat mengakibatkan gangguan ortopedi
dan gangguan lain yang sering dirasakan adalah nyeri punggung bawah dan
nyeri akibat radang sendi.

e. Faktor Risiko Obesitas


Faktor risiko obesitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar
faktor risiko obesitas yaitu jenis kelamin, faktor genetik dan faktor lingkungan,
antara lain aktivitas fisik, asupan makan, sosial ekonomi (Putri, 2015). Di bawah
ini adalah faktor – faktor risiko terjadinya obesitas :
a. Keturunan
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak
tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun
lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat
metabolisme ini menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim
lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu
peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena
enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigiserida dalam darah yang
dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk di
simpan sehingga lama kelamaan menyebabkan penambahan berat badan
(Purwati, 2005).
Parental fatness merupakan faktor keturunan yang berperan besar.
Jika kedua orang tua obesitas, 80% anaknya akan menderita obesitas,
namun jika salah satu orang tuanya obesitas maka kejadian obesitas 40%
dan bila kedua orang tuanya tidak obesitas maka prevalensinya menjadi
14% (Pramudita, 2011). Sehingga faktor keturunan orang tua menderita
obesitas mempengaruhi kejadian obesitas pada anak.

8
Faktor keturunan akan menentukan jumlah unsur sel lemak dalam
lemak yang melebihi ukuran normal, sehingga secara otomatis akan
diturunkan kepada bayi selama kandungan. Sel lemak pada kemudian hari
akan menjadi tempat penyimpanan kelebihan lemak atau ukuran sel lemak
akan mengecil tetepi masih tetap berada di tempatnya (Henuhili, 2010).

b. Konsumsi Makan
Konsumsi makan adalah semua jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi setiap hari (Palupi, 2014). Secara biologis makanan berfungsi
memenuhi kebutuhan energi, zat gizi dan komponen kimiawi yang
dibutuhkan tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Metabolisme zat gizi yang terjadi di dalam tubuh berperan menghasilkan
energi, membangun sel, dan memelihara keseimbangan elektrolit dan sistem
daya tahan tubuh (Kusfriyandi, 2017).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status
gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang dapat
digunakan secara efisien (Almatsier, 2009). Obesitas muncul pada usia
remaja cenderung berlanjut ke dewasa dan lansia (Arisman, 2010).
1) Konsumsi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat makanan yang paling cepat mensuplai
energi sebagai bahan bakar tubuh, terutama saat kondisi tubuh lapar.
Setelah makanan yang mengandung karbohidrat dikonsumsi,
karbohidrat akan segeara dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi
(Adi, 2017). Karbohidrat akan menyumbang 4 kalori di dalam
makanan. Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih
dapat menyebabkan faktor risiko obesitas. Konsumsi obesitas melebihi
kecukupan akan disimpan dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan
lain yang akan menimbulkan masalah kesehatan.

2) Konsumsi Lemak
Lemak dalam tubuh yaitu lipoprotein (mengandung trigiserida,
fosfolipid, dan kolestreol) yang berhubungan dengan protein. Lemak
akan menghasilkan kalori tertinggi dibandingkan dengan zat gizi makro

9
lainnya yaitu sebesar 9 kalori didalam makanan. Sumber utama lemak
adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang
tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya) (Doloksaribu, 2017).
Lemak lebih banyak menghasilkan energi dibandingkan dengan
karbohidrat atau protein.Setelah makan, lemak dikirim kejaringan
adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan kembali sebagai energi.
Oleh karena itu konsumsi lemak berlebih akan lebih mudah menambah
berat badan (Kharismawati, 2010).

3) Konsumsi Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang penting bagi
tubuh selain karbohidrat dan lemak.Protein selain berguna sebagai
sumber energi, protein juga dapat berfungsi untuk memelihara sel-sel
didalam tubuh pada masa pertumbuhan.Makanan yang tinggi protein
biasanya memiliki lemak yang tinggi pula sehingga dapat menyebabkan
obesitas (Damayanti, 2017). Protein akan menyumbang energi sebesar
4 kalori didalam makanan. Kelebihan asupan protein juga dapat diubah
menjadi lemak tubuh.konsumsi protein yang melebihi kebutuhan tubuh,
maka asam amino akan melepas ikatan nitrogennya dan diubah melalui
serangkaian reaksi menjadi trigiserida (Kharismawati, 2010).

c. Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan adalah
pendapatan keluarga dan harga pangan. Meningkatnya pendapatan akan
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas
yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan keluarga akan
menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun
kuantitas (Nurfatimah, 2014).
Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh
promosi iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan
gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan
masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak
diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan

10
seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari – hari,
sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan pada
pertimbangan selera dibandingkan dari aspek gizi (Sulistyoningsih, 2011).
Pemilihan bahan makanan yang salah akan menyebabkan kurangnya
asupan buah sayur sehari-hari. Mengkonsumsi buah sayur merupakan upaya
yang dapat mencegah terjadinya kejadian obesitas, karena dapat mengurangi
rasa lapar tetapi tidak menimbulkan lemak (Musadat, 2010). Konsumsi
sayur dan buah adalah bagian dari stategi dalam mengontrol kegemukan dan
obesitas (He et al, 2004). Penelitian Drapeau 2004 menyatakan bahwa
konsumsi makanan tinggi serat, seperti konsumsi buah-buahan dan sayuran
berhubungan dapat mencegah kenaikan berat badan.

d. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan
ini disebabkan karena jaringan penyusun tubuh dan aktivitasnya. Jaringan
lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki.
Sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot. Hal ini
menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi dari pada
perempuan (Sulistyoningsih, 2011).
Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan
laki – laki disebabkan proporsi lemak tubuh pada wanita lebih tinggi dan
banyak tersimpan di daerah panggul dibandingkan pria yang tersimpan di
perut (Anggraini, 2012). Menurut WHO 2000, perempuan lebih cenderung
mengalami peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecenderungan perempuan terhadap asupan makan sumber
karbohidrat yang lebih banyak sebelum masa pubertas, sementara
kecenderungan laki-laki mengkonsumsi makanan kaya protein. Kebutuhan
zat gizi anak laki – laki berbeda dengan anak perempuan dan biasanya lebih
tinggi karena anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi (Sari,
2011).
Hasil penelitian Sartika, 2011 menyatakan bahwa anak usia 5-15
tahun, laki – laki memiliki resiko obesitas sebesar 1,4 kali dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini disebabkan kemungkinan wanita lebih sering
11
membatasi makanan yang dikonsumsi untuk mendapatkan tubuh idaman
mereka yaitu tinggi langsing.

e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh dihasilkan oleh otot rangka
yang mengeluarkan energi. Penggunaan energi bervariasi tergantung tingkat
aktivitas fisik dan pekerjaan yang berbeda.Aktivitas fisik berguna untuk
melancarkan peredaran darah dan membakar kalori.Aktivitas fisik akan
membakar energi yang masuk, sehingga jika asupan kalori berlebih serta
kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan akan menyebabkan tubuh
mengalami kegemukan. Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko hipertensi,
penyakit jantung koroner, stroke, diabetes (Widiantini dan Tafal, 2014).
Hasil penelitian Suryaputra dan Nadhiroh, 2012 terdapat perbedaan yang
bermakna pula pada aktivitas fisik remaja obesitas dengan non obesitas,
dimana sebagian besar anak yang obesitas hanya memiliki aktivitas ringan.

f. Hubungan Antara Keturunan dengan Obesitas


Hubungan Antara Keturunan dengan Obesitas Orang tua yang memiliki
berat badan berlebih overweight maupun obesitas merupakan prediktor
terjadinya obesitas pada anak. Bila kedua orang tua obesitas sekitar 80%
anaknya akan mengalami obesitas, dan bila kedua orang tua tidak obesitas maka
kejadian obesitas pada anak sekitar 40% (Budiyati, dkk 2013). Mekanisme
kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek resting metabolik rate (RMR),
proses pembakaran dalam tubuh di luar kegiatan olah raga, kecepatan oksidasi
lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek. Dengan demikian kerentanan terhadap
obesitas ditentukan secara genetik sedangkan lingkungan menentukan ekspresi
fenotip (Fachrunnisa, dkk 2016).
Peningkatan risiko menjadi obesitas disebabkan oleh pengaruh gen atau
faktor lingkungan dalam keluarga. Gen Leptin adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kegemukan. Leptin adalah protein yang dihasilkan oleh sel
adipose. Setelah leptin dihasilkan lalu dialirkan dalam darah menuju
hipotalamus untuk mengontrol penyimpanan lemak (Pasanea, 2011). Menurut
D’Adamo (2009), seseorang yang mengalami kelebihan berat badan kadar leptin

12
dalam tubuhnya meningkat. Leptin melalui sirkulasi darah mengalir ke
hipotalamus untuk berikatan dengan reseptor leptin. Interaksi ini menghasilkan
pembentukan ɑ-MSH dan CART, oleh nucleus arkuatus hipotalami. Fungsi dari
pembentukan ɑ-MSH dan CART menekan rasa lapar di hipotalami (Shufian,
dkk 2014). Pada penderita obesitas kadar leptin meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar insulin, hal inilah yang membuat para peneliti percaya
bahwa resistensi leptin merupakan pemicu resistensi insulin. Leptin merupakan
hormon yang berhubungan dengan gen obesitas. Leptin mempengaruhi kerja
hipotalamus dalam mengatur jumlah lemak tubuh, kemampuan membakar lemak
menjadi energi dan rasa kenyang (rasa setelah cukup makan).
Keadaan resisten leptin , tubuh akan menjadi tidak optimal sehingga akan
terjadi obesitas dan gangguan metabolisme tubuh lain. Leptin juga turut
membantu kerja hormon insulin yaitu hormon yang berfungsi merangsang sel-
sel tubuh untuk menurunkan gula darah (D’Adamo 2009). Faktor keturunan ikut
campur dalam menentukkan jumlah sel lemak dalam tubuh, karena pada saat ibu
yang obesitas hamil, unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran
normal secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi secara otomatis
(Cahyono, 2008).
Penelitian yang dilakukan Badan Internasional Obesity Task Force (IOTF)
dari badan WHO yang mengurusi masalah kegemukan pada anak menyebutkan
hasil yang berbeda, bahwa faktor genetik hanya berpengaruh 1% dari kejadian
obesitas pada anak sedangkan 99% disebabkan faktor lingkungan (Anggraeni,
2008). Peran faktor keturunan dapat dibuktikan oleh peningkatan prevalensi
obesitas dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir pada individu dengan riwayat
obesitas.
Penelitian Sartika, 2011 menyatakan anak yang memiliki ayah obesitas
memiliki peluang obesitas sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan anak yang
memiliki ayah tidak obesitas. Riwayat obesitas pada orangtua berhubungan
dengan genetik/hereditas anak dalam mengalami obesitas. Hasil penelitian
Anggraeni, 2008 menyatakan kecenderungan obesitas terjadi pada anak yang
memiliki ayah obesitas, terdapat 72,4% ayah yang memiliki anak obesitas.

13
g. Konsumsi Buah Sayur
a. Pengertian Buah Sayur
Buah sayur memiliki kalori yang rendah dan merupakan sumber serat
dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral (Febiana dan Sulaeman,
2014). Sayur-sayuran dan buah-buahan juga merupakan sumber serat
pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan dan hampir selalu
terdapat pada hidangan sehari-hari, baik dalam keadaan mentah (lalapan
sehat) atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan
(Santoso, 2011).
b. Kandungan Gizi
Buah sayur mengandung zat gizi seperti vitamin, mineral serat larut
dan tidak larut, karbohidrat, protein, lemak.Masing-masing buah sayur
mengandung zat gizi yang berbeda-beda. Kandungan utama buah sayur
adalah vitamin dan mineral (Dalimartha dan Adrian, 2011). Sumber
vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah yaitu vitamin A, vitamin C,
kalium, dan serat, sedangkan di dalam sayuran terdapat sumber vitamin A,
vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat, serta tidak
mengandung lemak dan kolesterol (Almatsier, 2009).
Zat makanan lainnya dalam buah sayur diantaranya adalah serat
makanan (dietary fiber), enzim, pigmen (karoten, klorofil, dan flavonoid),
senyawa yang menyerupai vitamin dan mineral (karnitin, kholin, koenzin
Q10, dan inositol), serta substansi zat makanan minor (glutation dan
phytoestrogen) (Febritriani, 2014).
c. Anjuran Konsumsi Buah Sayur
Masyarakat Indonesia terutama balita dan anak usia sekolah
dianjurkan untuk mengkonsumsi buah sayuran 300-400 gram perorang
perhari bagi remaja dan orang dewasa sebanyak 400-600 gram perorang
perhari Kemenkes (2017). WHO (2003) menganjurkan jumlah konsumsi
sayur buah adalah sejumlah 400 gr sehari yang di terbagi menjadi 250
gram/hari sayur dan 150 gram/hari buah.

14
d. Serat Pangan
Serat adalah bagian dari tanaman yang tidak dapat di serap
tubuh.Kehadiran serat dalam pola konsumsi makanan memang sangat
penting. Serat makanan memiliki fungsi mencegah terjadinya sembelit,
mencegah wasir, menurunkan berat badan dan mencegah terjadinya
penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes milletus dll (Makaryani,
2013).
1) Jenis Serat Pangan
Berdasarkan sifat fisik-kimia dan manfaat gizinya, serat dalam
makanan dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu : larut (soluble)
dan tak larut (insoluble) dalam air. Serat yang larut cenderung
bercampur dengan air dengan membentuk jaringan gel (seperti agar-
agar) atau jaringan yang pekat, sedangkan serat tidak larut umumnya
bersifat higroskopis: mampu menahan air 20 kali dari beratnya. Serat
larut lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu LDL (low
density lipoprotein) dan meningkatkan kadar HDL (high density
lipoprotein). Serat larut juga membuat cepat kenyang sehingga
bermanfaat untuk mengontrol berat badan.Serat yang berasal dari biji-
bijian (cereals) umumnya bersifat tidak larut, sedangkan serat dari
sayur, buah dan kacangkacangan cenderung bersifat larut (Widianarko
dkk, 2000).
2) Sumber Serat
Sayur dan buah memiliki manfaat bagi tubuh antara lain sebagai
sumber vitamin dan serat, terpenting adalah menopang kehidupan
manusia untuk menjaga agar tubuh tetap sehat. Kecukupan asupan
serat kini dianjurkan semakin tinggi, mengingat banyak manfaat yang
menguntungkan untuk kesehatan tubuh.Asupan serat dibutuhkan oleh
tubuh sebesar 25 gr/hari. Apabila asupan serat rendah, maka dapat
menyebabkan obesitas yang berdampak terhadap peningkatan tekanan
darah dan penyakit degeneratif (Apriany, 2012). Asupan serat yang
rendah dapat meyebabkan gizi lebih, karena cenderung mengkonsumsi
makanan tinggi lemak yang lebih mudah dicerna dibandingkan serat

15
(Setyawati V dan Rimawati E, 2016). Kurang konsumsi buah sayur
dapat meningkatkan risiko kegemukan pada seseorang, karena
konsumsi buah sayur yang cukup akan menyediakan serat yang dapat
mencegah terjadinya kegemukan (Irfan, dkk. 2012).
e. Hubungan Konsumsi Buah sayur dengan Obesitas
Buah – buahan dan sayuran adalah sumber serat serta makanan yang
paling mudah dijumpai dalam menu masyarakat (Harista, 2012). Buah
sayur berfungsi sebagai pembawa lemak dan kolesterol ke luar tubuh,
melancarkan defekasi, mengandung flavonoid sebagai penghalang zat
potensial penyebab kanker, antivirus, antialergi dan antiperadangan,
mengandung enzim yang penting bagi sistem saluran pencernaan dan
penyerapan gizi, mengandung potasium tinggi untuk mencegah hipertensi
dan menjaga kesehatan pembuluh darah jantung (Karomah, 2013).
Menurut WHO, 2003 masyarakat yang kurang mengkonsumsi buah dan
sayur akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit
degeneratif seperti obesitas, PJK (Penyakit Jantung Koroner), diabetes,
hipertensi, kanker usus besar dan lain-lain.
Mengkonsumsi buah sayur merupakan upaya yang dapat mencegah
terjadinya kejadian obesitas, karena di dalam buah sayur terdapat serat
yang dapat mengurangi rasa lapar tetapi tidak menimbulkan kelebihan
lemak dan sebagainya.Serat larut air seperti pektin serta beberapa jenis
hemiselulosa mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk
cairan kental dalam saluran pencernaan. Makanan yang kaya akan serat,
dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian serat tersebut akan menarik
air dan akan memberikan rasa kenyang lebih lama sehingga akan
mencegah makan berlebihan. Makanan yang mengandung serat kasar lebih
tinggi biasanya akan mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak
yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas (Santoso, 2011).
Hasil penelitian Sari, 2012 menyatakan bahwa sebanyak 8,9% remaja
yang tidak konsumsi buah sayur memiliki status gizi lebih dan 9,4%
remaja yang sering mengkonsumsi buah sayur memiliki status gizi lebih
dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi

16
buah sayur dengan status gizi remaja. Hasil penelitian Kusteviani, 2015
menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku konsumsi sayur dan atau
buah dengan obesitas abdominal pada usia produktif (15-64 tahun) di Kota
Surabaya.

8. Aktivitas Fisik
a. Pengertian Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh untuk melakukan kegiatan yang
dilakukan saat bekerja, bermain, berolahraga dll yang membutuhkan
pengeluaran energi yang dihasilkan oleh otot rangka (Wiardani,
2017).WHO/FAO 2003 menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel
utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran
energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam
dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL). Salah satu target dalam
modifikasi gaya hidup pada obesitas adalah meningkatan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan dalam jumlah yang cukup
dalam sehari dapat mengontrol berat badan, meningkatkan kesehatan dan
kebugaran sehingga dapat mengurasi risiko bebagai penyakit (CDC, 2015).
b. Pengukuran Aktivitas Fisik
PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram
berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut
FAO/WHO/UNU (2001).

Keterangan:

● PAL : Physical activity level (tingkat aktivitasfisik)

● PAR: Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan

untuk tiap jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

17
Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dikategorikan sebagai berikut :
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL


Ringan (sedentary lifestyle) 1.40 – 1.69
Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 1.70 – 2.40
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001).

c. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas


Rendahnya aktifitas merupakan faktor yang meningkatkan kegemukan
(Vertikal, 2012). Aktivitas fisik berperan penting dalam pengeluaran
energi sehingga dapat mencegah munculnya gizi lebih.Pengeluaran energi
tersebut merupakan akibat dari penggunaan energi untuk aktivitas fisik itu
sendiri maupun hubungannya dengan metabolisme basal. Kaitannya
dengan metabolisme basal dijelaskan bahwa aktivitas fisik berperan dalam
memelihara dan membentuk massa otot. Massa otot ini akan
mempengaruhi metabolisme basal dimana jumlah massa otot akan
meningkatkan angka metabolisme basal.
Dengan meningkatnya angka metabolisme basal maka pengeluaran
energi semakin besar sehingga dapat membakar sel lemak dalam
tubuh.Selain itu, dijelaskan pula bahwa seseorang yang aktif mempunyai
angka metabolisme basal 5-10% lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tidak aktif (Vertikal, 2012). Jenis aktifitas dalam pelaksanaannya
harus memperhatikan frekuensi, durasi dan intensitas serta di sesuaikan
dengan umur dan kondisi fisik seseorang.Aktivitas seseorang umumnya
tergolong menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang, berat. Semakin berat
aktivitas yang dikeluarkan maka semakin besar energi yang diperlukan.
Kemajuan teknologi seperti televisi, komputer dan internet juga
mengakibatkan anak menjadi malas bergerak. Anak – anak lebih tertarik
untuk menghabiskan sebagian besar waktunya dengan melakukan aktivitas
pasif, antara lain bermain video game, game online berinternet dan
menonton acara televisi yang setiap hari anak menghabiskan waktu sekitar
3 jam untuk menonton siaran televisi. Berbagai aktivitas pasif tersebut

18
tidak membutuhkan banyak energi. Akibatnya, mereka pun berisiko
mengalami obesitas (Damayanti, 2008).
Hasil penelitian Anggraeni, 2008 anak obesitas (60%) yang
menghabiskan waktu lebih dari 8 jam untuk tidur dalam sehari terdapat
hubungan yang signifikan antara lamanya waktu yang dihabiskan tidur
dalam sehari dengan status gizi obesitas. Serta adanya hubungan dengan
lamanya menonton tv ≥ 2 jam (69,7%) dengan status gizi obesitas. Hasil
penelitian Wulandari, dkk 2016 menyatakan adanya hubungan antara
aktivitas fisik ringan (81,8%) dengan obesitas pada remaja di SMA Negeri
4 Kendari. Hasil penelitian Nuraliah 2014 mengenai aktivitas fisik yang
dilakukan oleh remaja obesitas dengan tidak obesitas menunjukkan
sebagian besar reponden melakukan aktivitas ringan, terutama untuk
remaja yang status gizi obesitas. Hasil penelitian Saragih, 2015
menyatakan sebagian besar remaja yang gemuk dan normal melakukan
aktivitas fisik yang sedang (81,5%). Hasil penelitian Aini, 2013
menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada remaja yang tingkat
aktivitasnya sedang-berat (53%) lebih besar dari pada remaja yang
aktivitasnya ringan (47%).

19
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. P USIA 15 TAHUN
DENGAN OBESITAS DI PUSKESMAS KAMPUNG DALAM
KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Tanggal : 16 Juli 2022


Pukul : 09.00
I. Pengkajian Data Subjektif
1) Identitas
Nama : Nn. P
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Pendidikan/Kelas : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kampung Dalam
2) Anamnesa
a. Keluhan Utama : Nn. P mengatakan merasa mudah lelah dan
tidak percaya diri dengan berat badannya
b. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 9 tahun
Siklus : 30 hari
Teratur / tidak : tidak
Lama : 5-7 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Sifat darah : encer
Dismenorea : tidak ada
Fluor albus : tidak ada
c. Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang : tidak ada
20
b) Riwayat penyakit yang lalu : tidak ada
c) Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
d) Riwayat operasi : tidak ada
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktifitas sehari-hari : sekolah, tidak mengikuti aktivitas apapun
di sekolah, tidak pernah berolahraga
Pola makan dan minum : makan 5-8x/hari dan makanan
selingan tiap pagi dan malam sebelum tidur sering makan coklat,
minum 7-8 gelas/hari
Istirahat : istirahat siang 1-2 jam, tidur malam
7-8 jam
Personal higiene : mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari,
keramas 2x seminggu, ganti celana
dalam 2x Pola Kebiasaan
a) Merokok : tidak ada
b) Minum alkohol : tidak ada
c) Minum jamu : tidak ada
d) Obat-obatan : tidak ada
e. Pelaksanaan Kegiatan Spiritual : Ya

II. Pengkajian Data Objektif


1. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit
N : 80 x/menit S : 36, 70C
TB : 165 cm BB : 74 kg
LILA : 28,6 cm
IMT : 27,2
Lingkar Perut : 110 cm
21
2. Pemeriksaan fisik khusus
a) Wajah :Bulat, tidak pucat, tidak ada kelainan
b) Rambut : tidak ada kelainan
c) Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera putih
d) Mulut : bibir tidak pucat, tidak kering
e) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe
f) Dada dan Aksila: tidak ada kelainan
g) Abdomen : tidak ada kelainan
h) Ekstremitas : tidak ada kelainan

III.Assesment
Diagnosa : Nn. P usia 15 tahun dengan obesitas
Masalah : Nn. P mengatakan merasa tidak percaya diri
Kebutuhan : 1) Beri support mental pada Nn. P
2) KIE pola makan yang baik dan olahraga

IV. Planning
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada Nn. P dan orang tuanya bahwa
kondisi umum Nn. P baik. TD : 120/80 N: 80x/i S: 36,7 ºC R : 20x/i
2. Berikan motivasi agar klien tidak perlu merasa malu akan kondisi berat
badannya
3. Anjurkan klien untuk mengubah pola makan yang baik dan benar. Seperti
makan 2-3x/hari dengan porsi yang tidak berlebihan, dan pemenuhan
nutrisi dengan makanan bergizi seimbang seperti nasi, lauk, tahu, tempe,
telur, susu, sayur-sayuran, buah-buahan, dan sebagainya dengan porsi
yang tidak berlebihan
4. Anjurkan klien untuk banyak berolahraga pada pagi dan sore hari
5. Anjurkan klien olahraga 2 hari dalam seminggu
6. Anjurkan klien untuk melakukan kunjungan jika ada keluhan
7. Dokumentasikan tindakan

22
DATA PERKEMBANGAN

KUNJUNGAN 2

Tanggal 22 Juli 2022 Pukul 13.00 WIB

S : Subyektif

Nn. P mengatakan merasa mudah lelah dan tidak percaya diri dengan berat
badannya

Nn. P mengatakan sudah mulai mengatur pola makan

Nn. P mengatakan sudah mulai melakukan olahraga

O : Obyektif

Keadan umum : baik

Kesadaran : composmentis

TTV:

TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit

N : 80x/menit S : 36,70 C

TB : 165 cm BB : 73 kg
LILA : 28 cm
IMT : 26
Lingkar Perut : 109 cm
A : Asessment

Nn. P umur 15 tahun dengan obesitas

P : Planning

1. Memberitahu bahwa keadaan Nn. P saat ini dalam keadaan baik.

23
2. Menganjurkan klien untuk mempertahankan pola makan yang sekarang
dan lebih ditingkatkan
3. Menganjurkan klien untuk lebih sering berolahraga pada pagi dan sore
hari
4. Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan jika ada keluhan

KUNJUNGAN 3

Tanggal 30 Juli 2022 Pukul 13.00 WIB

S : Subyektif

1. Nn. P mengatakan berat badannya sudah mulai berkurang

2. Nn. P mengatakan sudah mengatur pola makannya

3. Nn. P mengatakan sudah sering melakukan olahraga

O : Obyektif

1. Keadan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV :
TD : 120/80 mmHg
R : 20 x /menit
N : 80 x /menit
S : 36,7°C
TB : 165 cm BB : 72 kg
LILA : 27 cm
IMT : 25,5
Lingkar Perut : 108,5 cm
A : Asessment
Nn. P umur 15 tahun dengan obesitas

P : Planning
24
1. Memberitahu bahwa keadaan Nn. P saat ini dalam keadaan baik

2. Mengajurkan pada Nn. P untuk tetap menjaga pola makan dan rajin
berolahraga

3. Memberikan support mental pada Nn. P bahwa ia harus semangat dan


tidak usah merasa malu

4. Mengingatkan Nn. P untuk kontrol ulang jika ada keluhan

25
BAB IV

ANALISIS KASUS

Pada kasus ini pasien mengatakan merasa lelah dan merasa tidak percaya
diri dengan tubuhnya. Dari pengkajian yang dilakukan diketahui IMT 27,2 dan
Lingkar perut 110 cm. Menurut WHO,IMT idealnya adalah 22 - 25. Interpretasi
BMI Secara Umum Berat Badan Kurang/Underweight : BMI dibawah 20, Berat
Badan Normal /Healthy Weight : BMI 20-24.9, Berat Badan Lebih/Overweight :
BMI 25-29.9, Obesitas/Very Overweight atau Obese : BMI diatas 30 Harus segera
bertindak menurunkan berat badan anda dengan diet dan berolahraga, datang ke
dokter anda untuk ber-konsultasi. Lingkar Pinggang yang normal atau sehat
adalah dibawah 88 cm (35 inches) untuk wanita dan dibawah 102 cm (40 inches)
untuk pria.
Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki –
laki disebabkan proporsi lemak tubuh pada wanita lebih tinggi dan banyak
tersimpan di daerah panggul dibandingkan pria yang tersimpan di perut
(Anggraini, 2012). Menurut WHO 2000, perempuan lebih cenderung mengalami
peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecenderungan perempuan terhadap asupan makan sumber karbohidrat yang lebih
banyak sebelum masa pubertas, sementara kecenderungan laki-laki
mengkonsumsi makanan kaya protein. Kebutuhan zat gizi anak laki – laki berbeda
dengan anak perempuan dan biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki
aktivitas fisik yang lebih tinggi (Sari, 2011).
Dalam pola makan sehari-hari Nn. P sering makan selingan coklat. Hal ini
sejalan dengan teori bahwa biasanya obesitas timbul karena jumlah kalori yang
masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar, keadaan ini
bila berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan lemak
yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas. Misalnya satu batang
coklat sehari yang dikonsumsi, ini setara dengan kelebihan 100 kalori per hari,
bila berlangsung terus menerus, akan berakibat penambahan 5 kg berat badan
dalam 12 bulan, atau lebih dari 50 kg dalam 10 tahun.
26
Selain itu dari hasil pengkajian diketahui bahwa Nn. P selain sekolah tidak
melakukan aktivtas lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh untuk melakukan kegiatan yang
dilakukan Wiardani, (2017), dimana saat seseorang bekerja, bermain, berolahraga
dll yang membutuhkan pengeluaran energi yang dihasilkan oleh otot rangka
WHO/FAO 2003 menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah
angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi. Besarnya
aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical
Activity Level (PAL). Salah satu target dalam modifikasi gaya hidup pada
obesitas adalah meningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan secara
teratur dan dalam jumlah yang cukup dalam sehari dapat mengontrol berat badan,
meningkatkan kesehatan dan kebugaran sehingga dapat mengurasi risiko bebagai
penyakit (CDC, 2015).
Hasil penelitian Nuraliah 2014 mengenai aktivitas fisik yang dilakukan oleh
remaja obesitas dengan tidak obesitas menunjukkan sebagian besar reponden
melakukan aktivitas ringan, terutama untuk remaja yang status gizi obesitas. Hasil
penelitian Saragih, 2015 menyatakan sebagian besar remaja yang gemuk dan
normal melakukan aktivitas fisik yang sedang (81,5%). Hasil penelitian Aini,
2013 menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada remaja yang tingkat
aktivitasnya sedang-berat (53%) lebih besar dari pada remaja yang aktivitasnya
ringan (47%).

27
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan pendokumentasian
SOAP. Pada kasus obesitas pada Nn. P maka dapat disimpulkan bahwa :

a Pada pengkajian didapatkan data subyektif bahwa Nn. P sering merasa


lelah dan merasa tidak percaya diri dengan tubuhnya. Data objektif
menunjukkan Nn. P dalam keadaan umum baik dengan tanda-tanda
vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik didapatkan IMT dan
lingkar perut diatas batas normal

b Berdasarkan hasil pengkajian dari data subyektif dan data obyektif


yang sudah dilakukan, diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Nn. P
dengan obesitas

c Planning yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah


yang dialami oleh Nn. P

B. Saran
Sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan penulis menyimpulkan suatu saran sebagai berikut :

1. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mengembangkan materi yang telah
diberikan baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan dan juga
menambah referensi-referensi agar bisa dijadikan evaluasi dalam
memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan obesitas sesuai
dengan standart pelayanan minimal.

2. Puskesmas
Tempat pelayanan disarankan untuk mempertahankan serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan pada

28
kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
Kebidanan.

3. Klien
Setelah mendapatkan pelayanan kebidanan pada kesehatan pada remaja
diharapkan wawasan pasien bertambah sehingga dapat mendeteksi dini
jika ada penyulit dan dapat diminimalkan resiko-resikonya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Adi, AC. 2017 ”Karbohidrat” dalam Hardinsyah dan Supariasa, Dewa Nyoman
(Ed). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.EGC : Jakarta.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Anggraeni, S. 2008. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak Taman Kanak – kanak
Kota Bogor.[Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. IPB.

Anggraini, S. 2012. Faktor Lingkungan dan Faktor Individu Hubungannya


Dengan Konsumsi Makanan Pada Mahasiswa Asrama Universitas Indonesia
Depok.[Skripsi]. UI.

Apriany, REA. 2012. Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT
Terkait Dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di RSUD Tugurejo
Semarang. [Skripsi]. UNDIP.

Arisman, MB., 2010. Obesitas, Diabetes Militus & Dislipidemiia. Jakarta: EGC

Ayu, D., Primashanti, D., & Sidiartha, I. G. L. (2018). Protein Dan Lemak
Dengan Angka Kecukupan Gizi Pada Anak Obesitas. Medicina, 49(2), 173–
178. https://doi.org/10.15562/medi.v49i2.66

Betty L. Lucas. 2004. Nutrition in Childhood. In: Manhan LK, Stump SE.
Krause’s Food, Nutrition, & Diet therapy 11th Ed. United States of America:
Elsevier

Budiyati,WD., Hartoyo M. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh Ayah dan Ibu
Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Di SD Islam Al-Azhar
14 Kota Semarang. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah 2013.

Cahyono, J.B. Suharjo B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta:
Kanisius

Center of Disease Choronic (CDC).2015 Physical Activity. [Site 2017


Sept.20]Available from :www.cdc.gov/Physial activity

D’Adamo JP & Whitney C. 2009. Diabetes [penerjemah: Setyandhini ET].


Jakarta. PT Bentang Pustaka.

Dalimartha S dan Adrian F. 2011.Khasiat Buah sayur.Penebar Swadaya. Jakarta.


Ebook.

Damayanti, AD. 2008. Cara Pintar Mengatasi Kegemukan Anak.


Jakarta :Curvaksara.
30
Damayanti. D. 2017 ” Protein” dalam Hardinsyah dan Supariasa, Dewa Nyoman
[Ed]. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.EGC : Jakarta

Doloksaribu, B. 2017 ” Lemak” dalam Hardinsyah dan Supariasa, Dewa Nyoman


[Ed]. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.EGC : Jakarta.

Fachrunnisa, J., Abrori, C., Rahmawati, Dwita A. 2016. Analisis Faktor Risiko
Kejadian Obesitas Pada Anak Perkotaan di Beberapa Sekolah Dasar
Kabupaten Jember. Journal of Agro

Febriana, R dan Sulaeman, A. 2014. Kebiasaan Makan Sayur dan Buah Ibu Saat
Kehamilan kaitannya dengan Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia Pra
Sekolah. Jurnal Gizi Masyarakat

Febritriani, R. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi


Buah Sayuran Siswa SMK Negeri 2 Kota Cirebon. [KTI] Prodi Gizi Cirebon
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Gozali, T. O., & Saraswati, M. R. (2017). Hubungan Obesitas Pada Orangtua


Dengan Terjadinya Obesitas Pada Anak Remaja SMA Di Kota Denpasar,
Provinsi Bali. Jurnal Penyakit Dalam Udayana, 1(1), 22– 29.
https://doi.org/10.36216/jpd.v1i1.11

Harista,R.A & Lisiswanti, R. 2012. “Depresi pada Penderita Dieabetes Mellitus


Tipe 2”. Majority. Vol. 4,No.9 : 1-5

Henuhili, Victoria. 2010. Gen – gen Penyebab Obesitas dan Hubungannya


Dengan Perilaku Makan. [Skripsi]. Fakultas MIPa. Universitas Negeri
Yogyakarta

Irfan, BB, dan Hendrayati. 2012. Pola Konsumsi Sayur, Buah dan Aktivitas
Sedentari Mahasiswa Obesitas di Universitas Hasanuddin. Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Hasanuddin.

Karomah A. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih
Pada Anak Prasekolah Di TK Salman ITB Ciputat. Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. Diunduh
pada tanggal 23 Juni 2018 pukul 21.25 WIB

Kemenkes RI. 2017. Tingkatkan Konsumsi Buah sayur Nusantara Menuju


Masyarakat Hidup Sehat.http://www.depkes.go.id/pdf.php

31
Kharismawati R.2010. Hubungan Tingkat Asupan Energi, Protein, Lemak,
Karbohidrat, Dan Serat Dengan Status Obesitas Pada Siswa SD [Internet].
Program Studi Ilmu Gizi;

Kurdanti, W., Suryani, I., Syamsiatun, N. H., Siwi, L. P., Adityanti, M. M.,
Mustikaningsih, D., & Sholihah, K. I. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
11(4), 179. https://doi.org/10.22146/ijcn.22900

Makaryani, RY. 2013. Hubungan Konsumsi Serat Dengan Kejadian Overweight


Pada Remaja Putri SMA Batik 1 Surakarta. KTI. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Misnadiarly. (2007). Obesitas sebagai Faktor Risiko beberapa Penyakit. Jakarta:


Penerbit Yayasan Obor Indonesia.

Mistry, S. K., & Puthussery, S. (2015). Risk factors of overweight and obesity in
childhood and adolescence in South Asian countries: A systematic review of
the evidence. Public Health, 129(3), 200–209.
https://doi.org/10.1016/j.puhe.2014.12.004

Mokolensang, O. G., Manampiring, A. E., & . F. (2016). Hubungan Pola Makan


Dan Obesitas Pada Remaja Di Kota Bitung. Jurnal EBiomedik, 4(1).
https://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016.10848

Musadat, Anwar. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegemukan


Pada Anak Usia 6-14 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan. [Tesis], Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Nelm. M,. Kathryn S., Keren L., Sara Long R., 2011. Nutrition Therapy and
Pathophyysiology.2.nd Edition USA. Wadwordth.p.238-255

Nurfatimah. 2014. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Pada Anak


Usia 6-12 Tahun Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta.
[Skripsi]. Ilmu Keperawatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah
Jakarta.

Palupi, M. 2014.Pengaruh Pemberian Makronutrien (Taburia) Terhadap Asupan


Makan Balita Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit.[Tesis]. UNDIP.

Pasanea S. 2011. Analisis hubungan persepsi kegemukan dengan pola konsumsi


pangan dan aktivitas fisik mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama, Institut
Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, IPB. Bogor.

32
Praditasari, J. A., & Sumarmi, S. (2018). Asupan Lemak, Aktivitas Fisik Dan
Kegemukan Pada Remaja Putri Di Smp Bina Insani Surabaya Fat Intake,
Physical Activity and Obesity among Adolescent Girls in SMP Bina Insani
Surabaya. Media Gizi Indonesia, 13 No. 2(2018), 117–122.
https://doi.org/10.20473/mgi.v13i2.117-122

Pramudita.RA.2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota


Bogor.[Skripsi]. Bogor. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi
Manusia. IPB.

Purwati, S., Rahayuningsih, S., Salimar. 2005. Perencanaan Menu Untuk


Penderita Kegemukan. Penebar Swadaya. Jakarta

Putri SR. 2015. Hubungan Asupan Makan Terhadap Kadar Trigiserida Pada
Mahasiswa Obesitas Di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. [Skripsi].
Univesitas Lampung.

Rossouw, H. A., Grant, C. C., & Viljoen, M. (2012). Overweight and obesity in
children and adolescents: The South African problem. South African Journal
of Science, 108(5–6). https://doi.org/10.4102/sajs.v108i5/6.907

Santoso. A. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Magistra No. 75 th. XXIII Maret.ISSN 0215-9511.

Santoso. A. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Magistra No. 75 th. XXIII Maret.ISSN 0215-9511.

Sari, R.I. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja Usia
12-15 Tahun di Indonesia tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta

Setyawati VA dan Rimawati E. 2016.Pola Konsumsi Fast Food dan Serat Sebagai
Faktor Gizi Lebih Pada Remaja.Unnes Journal of Public Health. ISSN 2252-
6781.

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.Yogyakarta Graha


Ilmu.

Supariasa dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Vertikal, LA. 2012. Aktivitas Fisik, Asupan ENergi, Dan Asupan Lemak
Hubungannya Dengan Gizi Lebih Pada Siswa SD Negeri Pondok CIna 1
Depok Tahun 2012. [Skripsi].Depok. FKM UI.

WHO .2017. Obesity and overweight [Internet]. WHO. Tersedia pada:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/

33
WHO. 2001. Human energy requirements: WHO.

Wiardani.NK. 2017. ”Penatalaksanaan Diet Obesitas” dalam Hardinsyah dan


Supariasa, Dewa Nyoman [Ed]. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. ECG: Jakarta.

Widianarko B. A, Rika P, & Ch. Retnaningsih. 2000. Seri Iptek Pangan Vol 1:
Teknologi, Produksi, Nutrisi & Keamanan Pangan. Semarang: Jurusan
Tekpang Unika Soegijapranata.

Widiantini, W dan Tafal Z. 2014.Aktivitas Fisik, Stres,dan Obesitas Pada Pegawai


Negeri Sipil.Vol. 8, No.7, Februari.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

34
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


OBESITAS PADA REMAJA

Pokok Bahasan : Obesitas pada Remaja


Jam/waktu : Juli 2022
Sasaran : Klien
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Bidan Fort De Kock
Tempat : Puskesmas Kampung Dalam

A. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien mampu mengetahui seputar


materi Obesitas pada Remaja

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan secara daring klien dapat mengerti tentang :

a. Penyebab timbulnya obesitas

b. Cara mengukur obesitas

c. Pengertian berat badan sehat/ideal

d. Pentingnya berat badan sehat/ideal

e. Cara Mencapai berat badan ideal

f. Olahraga yang baik

B. METODE

Metode yang digunakan adalah Konseling

35
C. KEGIATAN PENYULUHAN

36
No. Waktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
1. 3 Menit Pembukaan :

● Membuka kegiatan dengan ● Menjawab

mengucapkan salam. salam

● Memperkenalkan diri ● Mendengarkan

● Kontrak waktu ● Memperhatikan

● Menjelaskan tujuan dari penyuluhan ● Memperhatikan

● Menyebutkan materi yang akan ● Memperhatikan

diberikan
2. 10 menit Isi :

● Menjelaskan tentang : ● Memperhatikan

1) Penyebab timbulnya obesitas


2) Cara mengukur obesitas
3) Pengertian berat badan
sehat/ideal
4) Pentingnya berat badan
sehat/ideal
5) Cara Mencapai berat badan ideal
6) Olahraga yang baik.

3. 5 Menit Evaluasi :

● Memberikan kesempatan kepada ● Memberi

peserta untuk bertanya pertanyaan

● Meminta peserta untuk menjelaskan ● Memberi

kembali materi yang telah penjelasan


disampaikan dengan singkat tentang materi
menggunakan bahasa peserta sendiri yang telah
disampaikan.
● Memberikan 37 pertanyaan kepada
D. EVALUASI

1. Apa yang dimaksud dengan obesitas ?

2. Bagaimana mnegukur obesitas ?

Jawab :

1. Apa yang dimaksud dengan obesitas?


Penumpukan jaringan lemak yang berlebihan dalam tubuh

2. Bagaimana mnegukur obesitas ?


Menghitung BMI dan lingkar pinggang

DAFTAR PUSTAKA
Asmayuni, K. S. (2007). Kegemukan (Overweight) Pada Perempuan Umur 25-50
Tahun (Di Kota Padang Panjang Tahun 2007). Jurnal Kesehatan Masyarakat,
II (1), 111–115.
Beck, M. E. (2011). Ilmu Gizi Dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit-Penyakit
Untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta: Yayasann Essentia Medica.
Kemenkes RI. (2013). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.
1995/ MENKES/SK/XIV 2010 tentang Stantar Antropometri Penilaian Status
Gizi.
Linda, D. (2011). Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah (2nd ed.). Jakarta: EGC
Suryaputra, K dan Nadhiroh, S. R. (2012). Perbedaan Pola Makan Dan Aktifitas
Fisik Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara Kesehatan,
16(1), 45–50.

38
MATERI

1. Mengapa Bisa Terjadi Obesitas ?


Biasanya obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui
makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar, ke-adaan ini bila
berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan
lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas. Misalnya
satu batang coklat sehari yang dikonsumsi, ini setara dengan kelebihan 100
kalori per hari, bila berlangsung terus menerus, akan berakibat penambahan
5 kg berat badan dalam 12 bulan, atau lebih dari 50 kg dalam 10 tahun.
Disamping itu, keadaan lingkungan seseorang dan factor keturunan juga
berpengaruh akan timbulnya obesitas. Selain obat-obatan tertentu, beberapa
hormon tertentu yang mempengaruhi nafsu makan seseorang dapat pula
menimbulkkan obesitas. Kalori per hari, bila berlangsung terus menerus,
akan berakibat penambahan 5 kg berat badan dalam 12 bulan, atau lebih dari
39
50 kg dalam 10 tahun. Disamping itu, keadaan lingkungan seseorang dan
factor keturunan juga berpengaruh akan timbulnya obesitas. Selain obat-
obatan tertentu, beberapa hormon tertentu yang mempe-ngaruhi nafsu
makan seseorang dapat pula menimbulkkan obesitas.

2. Bagaimana Mengukur Obesitas?


Tempatkan timbangan badan di kamar mandi anda, inilah langkah
pertama tanda anda mulai sadar akan pentingnya memperoleh berat badan
yang sehat. Ada dua cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui
apakah kita sudah memiliki berat badan yang ideal. Pertama adalah
mengukur BMI (Body Mass Index), yang kedua adalah mengukur Lingkar
Pinggang atau Waist Circumference.
a. BMI (Body Mass Index)
Dengan mengukur tinggi badan (dalam meter) dan berat badan (dalam
kilogram), kemudian masukkan ke dalam rumus sebagai berikut : Contoh
seseorang dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan 160 cm, maka
didapatkan. Contoh seseorang dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan
160 cm, maka didapatkan Untuk orang Asia, BMI normal rata-rata adalah
20 - 23, sedangkan menurut WHO, idealnya adalah 22 - 25. Jika BMI di
atas 25, maka kita harus berhati-hati agar ketat menjaga diet serta
berolahraga secara teratur.
Interpretasi BMI Secara Umum Berat Badan Kurang (Underweight :
BMI dibawah 20) Pikirkan untuk mengkonsumsi makanan dengan kalori
lebih, perlu konsultasi ke dokter atau ahli gizi. Berat Badan Normal
(Healthy Weight : BMI 20-24.9). Pertahankan terus diet anda dan tetap
teratur berolahraga. Berat Badan Lebih (Overweight : BMI 25-29.9 Segera
sadar untuk mulai menurunkan berat badan anda dengan berdiet dan
berolahraga. Obesitas (Very Overweight atau Obese : BMI diatas 30 Harus
segera bertindak menurunkan berat badan anda dengan diet dan
berolahraga, datang ke dokter anda untuk ber-konsultasi.

b. Waist Circumference (Lingkar Pinggang )

40
Letakkan pengukur pada pinggang tepat di atas tulang panggul,
ukurlah lingkar pinggang pada saat mengeluarkan nafas. Lingkar Pinggang
yang normal atau sehat adalah dibawah 88 cm (35 inches) untuk wanita
dan dibawah 102 cm (40 inches) untuk pria.

3. Apa Yang Dimaksud Dengan Berat Badan Sehat atau Ideal ?


Berat Badan yang sehat atau ideal (Healthy Weight) adalah berat
badan seseorang bukan underweight, bukan pula overweight (kegemukan)
atau obesitas, berarti BMI 20-25, lingkar pinggang dibawah 88 cm untuk
wanita dan dibawah 102 cm untuk pria. Berat Badan yang sehat atau ideal
akan membuat kita sehat secara fisik, tampil percaya diri, baik dari segi
psikososial, dan tentu saja kualitas hidup menjadi lebih baik.

4. Mengapa Memiliki Berat Badan yang Ideal itu Sangat Penting?


Selain penting untuk kesehatan dan kualitas hidup, kita harus
mengenal betapa bahayanya seseorang apabila mempunyai berat badan
berlebihan atau obesitas. Obesitas dapat diikuti dengan beberapa komplikasi
atau penyakit, misalnya :

a. Diabetes Mellitus
Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka
mempunyai kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan
bertambahnya ukuran lingkaran perut dan panggul, terutama pada obesitas
tipe sentral atau android, menimbulkan resistensi insulin, suatu keadaan
yang menyebabkan insulin tubuh tidak dapat bekerja dengan baik, maka
terjadilah kencing manis.

b. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih
dari sepertiga orang obesitas.

c. Gagal Jantung

41
Sekalipun tanpa tekanan darah yang tinggi, obesitas sendiri sudah
dapat mengakibatkan kelemahan otot jantung atau cardiomyopathy,
sehingga mengganggu daya pompa jantung.

d. Stroke
Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah,
maka orang obesitas sangat mudah terserang stroke.

e. Gagal Nafas
Akibat kegemukan menyebabkan kesukaran bernafas terutama pada
waktu tidur malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menim-bulkan
penurunan kesadaran sampai koma.

f. Nyeri Sendi
Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, nyeri sendi umumnya
pada sendi-sendi besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki.
Pengapuran dan bengkak sendi akan bertambah dengan bertambahnya usia
atau memasuki masa menopause.

g. Batu Empedu
Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul
batu empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal; pada obesitas
dengan BMI lebih dari 45, ditemukan angka 7 kali lipat.

h. Psikososial
Masalah obesitas bukan semata-mata masa-lah medis, tetapi juga
menimbulkan banyak persoalan psikososial, si gemuk bukan hanya
mengalami kesukaran belajar, tidak memperoleh pendidikan dengan baik,
tetapi juga kelak sukar mendapatkan pekerjaan yang baik, termasuk
hubungan sosial, keluarga, dalam hal berteman, umumnya mengalami
hambatan yang berdampak pada kepribadian dan kejiwaan seseorang.

42
Depresi, reaksi cemas, atau stres, banyak didapatkan pada orang gemuk,
terutama kaum wanita.

i. Kanker
Laporan terbaru WHO memperkirakan obesitas dan hidup yang santai
bertanggung jawab atas timbulnya kanker payudara, usus besar,
endometrium, ginjal, dan esofagus. Di Inggris, 20-30 ribu kasus kanker per
tahun terdapat pada kaum obesitas. Terbukti pula hubungan kuat antara
obesitas dengan risiko timbulnya kanker pankreas, rahim, prostat, dan
indung telur.

j. Angka Kematian Meningkat


Penelitian dari Framingham Heart Study di Amerika Serikat
menemukan bahwa pria maupun wanita dengan usia lebih dari 40 tahun
dan berat badan berlebihan atau BMI lebih dari 30, diperkirakan umurnya
7 tahun lebih pendek daripada orang dengan berat badan normal.

5. Bagaimana Mencapai Berat Badan Ideal ?


Ada beberapa tips yang bisa kita pegang untuk mencapai berat badan ideal :
a. Jangan makan lebih, katakan tidak kepada makanan ekstra. Banyak orang
tidak tahu apakah ia benar-benar lapar, mungkin saja sebenar-nya hanya
haus, coba minum 1 - 2 gelas air dulu, dan tunggu 10 - 15 menit kemudian
untuk mengetahui apakah memang anda lapar atau tidak.

b. Makan perlahan, gigit lebih kecil dan kunyah dengan baik. Jangan sampai
sangat lapar sehingga makan dengan cepat dan lahap. Ingat, perlu waktu
sekitar 20 menit bagi makanan dalam perut untuk memberi pesan bahwa
anda sudah kenyang.

c. Bila perlu makanan kecil, cari snack rendah kalori seperti buah, atau roti
gandum.

d. Bila makan bersama, sibukkan diri anda dengan melayani yang lain;
jangan berpikir untuk menghabiskan makanan sisa karena takut atau

43
sayang makanan yang terbuang. Hindari makanan fastfood, junkfood, atau
makanan all you can eat.

e. Bila anda memasak, hindari banyak mencicipi; pilih masakan yang rendah
lemak, baca label makanan dengan baik. Sebagai pedoman, jangan
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak total lebih dari 8 gram
dan lemak jenuh lebih dari 3 gram per 100 gram makanan. Lebih baik
masak dengan cara dikukus, dibakar, direbus, atau dalam atau dalam
microwave, daripada digoreng atau dipanggang.

f. Hindari alkohol, karena kalorinya tinggi tapi nutrisi lainnya sangat kurang.
Minum kopi atau teh tanpa gula, mungkin pada dua minggu pertama terasa
pahit, akan tetapi kelak anda akan merasakan yang tawar itu juga sedap.

g. Saling mengingatkan dengan teman atau keluarga untuk makanan yang


sehat.

h. Makan yang seimbang, artinya yang dimakan dan diminum sesuai dengan
kalori yang dibutuhkan.

i. Hindari godaan, jangan menyimpan banyak camilan di kamar atau tempat


kerja, jangan belanja makanan pada saat anda lapar.

j. Pilih makanan kaya serat karena lebih cepat mengenyangkan. Batasi


pemakaian garam dalam makanan.

6. Jangan Lupa Olahraga !


Kebiasaan hidup santai (sedentary life), nonton tv atau main game
sambil terus mengunyah makanan kecil akan berdampak obesitas. Suka naik
lift atau eskalator ketim-bang naik tangga juga merupakan kebiasaan buruk.
Mulailah berolahraga dengan teratur, minimum 3 kali seminggu, dan paling
sedikit 20 menit lamanya setiap kali anda berolahraga. Selanjutnya biasakan
berolahraga setiap hari, jalan 30 menit tiap hari akan membakar 150 kalori,
dan dapat menurunkan berat badan hingga 6-7 kilogram dalam setahun.
Selain menurunkan berat badan, olahraga meningkatkan metabolic rate, otot

44
menjadi lebih besar, otot ini akan membakar kalori lebih banyak daripada
lemak.
Pilih olahraga yang anda senangi dan anda merasa enjoy. Yang ringan
seperti pekerjaan sehari-hari, misalnya menggosok, menyapu, berkebun,
jalan, naik turun tangga; bila olahraga “resmi”, dianjurkan jogging, sepeda
statis, berenang, senam, dansa, dan aerobik. Selanjutnya biasakan
berolahraga setiap hari, jalan 30 menit tiap hari akan membakar 150 kalori,
dan dapat menurunkan berat badan hingga 6 - 7 kilogram dalam setahun.
Selain menurunkan berat badan, olahraga meningkatkan metabolic rate, otot
menjadi lebih besar, otot ini akan membakar kalori lebih banyak daripada
lemak. Pilih olahraga yang anda senangi dan anda merasa enjoy. Yang
ringan seperti pekerjaan sehari-hari, misalnya menggosok, menyapu,
berkebun, jalan, naik turun tangga; bila olahraga “resmi”, dianjurkan
jogging, sepeda statis, berenang, senam, dansa, dan aerobic

45

You might also like