You are on page 1of 15

Nama : Sopian Muhammad Aripin

NIM. 6111201109

Mata Kuliah : Protokoler dan Kehumasan

Dosen : Bayu Septiansyah, S.IP., M.Si

Judul Buku : Managing Public Relations

Penulis : James E.Grunig, Todd Hunt

Penerbit dan Tahun : CBS Collage Publising, 1984

CRITICAL REVIEW

Buku “Managing Public Relations”

A. PENDAHULUAN
1) CHAPTER 1
-Konsep Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat adalah salah satu metode yang digunakan masyarakat untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan dan menyelesaikan pertentangan antara
sikap, gagasan, lembaga, dan kepribadian yang saling bertentangan. Hubungan Masyarakat
sangat penting bagi pemerintahan karena Pemerintahan yang modern akan terhenti jika
pemerintah tidak dapat terus menerus berbicara kepada masyarakat sebagai individu dan
kelompok-kelompok berbeda dimana mereka berasal. Tidak hanya itu Public Relation ini
merupakan bagian dari manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya. Dalam
komunikasi ini adanya pengelolaan, merencanakan, dan melaksanakan komunikasi untuk
organisasi secara keseluruhan. Humas ini juga sebagai upaya terencana untuk
mempengaruhi opini melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab,
berdasarkan komunikasi dua arah yang saling memuaskan.
Hubungan masyarakat adalah peraturan manajemen khusus yang membantu
membangun komunikasi, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara organisasi dan
publiknya, melibatkan pengelolaan permasalahan atau permasalahan, membantu
manajemen untuk tetap mendapat informasi dan tanggap terhadap opini publik,

1
menggambarkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani
kepentingan publik, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara
efektif, dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang baik dan etis sebagai
alat utamanya.
Humas ini juga sebagai upaya terencana untuk mempengaruhi opini melalui karakter
yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, berdasarkan komunikasi dua arah yang
saling memuaskan. Public Relation berfungsi sebagai manajemen yang dapat mengevaluasi
sikap publik, mengidentifikasi kebijakam prosedur individua tau organisasi untuk
kepentingan publik dan merencanakan serta melaksanakan program untuk mendapatkan
pemahaman dan penerimaan public.
3 Kelebihan Hubungan Masyarakat :
1) Hubungan masyarakat telah membuat organisasi lebih responsif terhadap publiknya
dengan menyalurkan umpan balik dari publik ke manajemen.
2) Praktisi melayani kepentingan publik dengan memberikan suara yang jelas dan jelas di
forum publik untuk setiap ide, individu, atau lembaga.
3) Praktisi menambah pengetahuan masyarakat dengan memberikan informasi melalui
media bahwa media sendiri tidak mempunyai tenaga dan anggaran.

2) CHAPTER 2
-Asal Usul dan Struktur Public Relation Kontemporer
Hubungan Masyarakat ini sudah setua peradaban, sampai pertengahan abad ke-19 dan
awal abad ke-20, namun Sebagian besar sejarawan hubungan Masyarakat menelusuri asal-
usul dan peran-peran yang menyerupai hubungan Masyarakat hingga zaman kuno. Pada
zaman kuno, Hubungan Masyarakat saat itu ssebuah komunikasi informasi mempengaruhi
sudut pandang atau Tindakan yang dapat ditelusuri dari peradaban paling awal.
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas, para politisi dan pemimpin kelompok
oposisi semakin banyak menggunakan media cetak untuk mengkomunikasikan sudut
pandang mereka kepada publik. Contoh-contoh dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah
yang menggunakan kegiatan-kegiatan seperti hubungan masyarakat sebelum para praktisi
mulai menyebut diri mereka sebagai agen pers, humas, atau konselor hubungan masyarakat
sudah cukup untuk menunjukkan bahwa komunikasi yang dikelola – hubungan masyarakat
– sudah setua sejarah itu sendiri. Mereka menunjukkan bahwa teknik Public Relation yang
digunakan saat ini telah digunakan selama berabad-abad. Dan hal ini menunjukkan bahwa

2
kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang humas, yaitu kemampuan berpikir dan
berkomunikasi, selalu ada sepanjang Sejarah.
Dalam Hubungan Masyarakat ini seorang Humas bekerja mengurusi urusan public,
informasi public, komunikasi, atau promosi. Selain itu struktur praktisi humas dapat
menyiapkan siaran pers, membantu reporter mengembangkan berita, mengedit publikasi
pegawai, menyiapkan pameran, mewawancarai pejabat pemerintah, melakukan survei
ilmiah terhadap opini publik, dan melakukan survei ilmiah terhadap opini publik, dan lain-
lain.
Tujuan Humas disini adalah sebagai model informasi publik, tujuannya adalah untuk
penyebaran informasi dan pada hakikatnya sebagai jurnalis yang bertugas untuk
melaporkan informasi obyektif tentang organisasinya kepada publik dengan cara
berkomunikasi dua arah.
Ada 4 model dalam Sejarah dalam tahap-tahap perkembangan dalam Sejarah Hubungan
Masyarakat :
1. Model agen pers atau publisitas muncul pertama kali, pada periode 1850 hingga 1900,
segera mengikuti contoh sejarah yang di gambarkan sebagai aktivitas yang mirip
dengan hubungan Masyarakat.
2. Model informasi publik dimulai sekitar tahun 1900 dan berlanjut sebagai model utama
hubungan masyarakat hingga tahun 1920an. Model ini hampir selalu digunakan di
lembaga pemerintah, dan merupakan model yang paling populer di asosiasi, lembaga
nirlaba, dan organisasi Pendidikan.
3. Model asimetris dua arah dikembangkan pada tahun 1920an. Model simetris dua arah
muncul kemudian, pada tahun 1960an dan 1970an, dan bahkan saat ini para praktisi
baru mulai mengadopsinya. Penganutnya berada pada perusahaan bisnis, terutama
perusahaan yang menghadapi persaingan yang cukup besar. Mayoritas perusahaan-
perusahaan ini menjual produk konsumen.
4. Model Simetris dua arah, asal usul model ini lebih sulit di telusuri, ha linin disebabkan
karena para praktisi baru mulai mempraktikkan model tersebut.

Diantara ke-4 model tersebut yang sering digunakan ini adalah Model Informasi Publik.
Karena Model ini hampir selalu digunakan di lembaga pemerintah, dan merupakan model
yang paling populer di asosiasi, lembaga nirlaba, dan organisasi Pendidikan.

3
3) CHAPTER 3
-Hubungan Masyarakat dan Tanggung Jawab Publik
Pada chapter ini membahas tentang hubungan masyarakat dan tanggung jawab publik,
yang dimana di dalamnya penulis menjelaskan bahwa tanggung jawab publik tidak pernah
bisa menjadi keputusan yang pasti. Namun pada akhirnya, publiklah yang menentukan
apakah organisasi telah bertanggung jawab. Oleh karena itu, para profesional hubungan
masyarakat harus membantu organisasi menyadari ketika publik meyakini bahwa
organisasi tersebut berperilaku tidak bertanggung jawab. Mereka kemudian harus
menyarankan bagaimana organisasi dapat bersikap responsif terhadap publiknya. Pada saat
yang sama, para profesional humas juga harus membantu publik memahami perilaku
organisasi, sehingga mereka dapat membuat penilaian mengenai tanggungjawab atas
perilaku tersebut berdasarkan pengetahuan, bukan berdasarkan desas- desus dan sindiran.
Tanggung jawab publik adalah prinsip dasar hubungan masyarakat. Jika suatu organisasi
tidak perlu bertanggung jawab kepada publiknya, maka ia juga tidak memerlukan fungsi
humas. Penulis juga membahas mengapa hubungan masyarakat harus bertanggung jawab
kepada publik, dalam hal ini penulis menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut dengan
menggunakan dua cara. Salah satu pendekatannya adalah dengan menekankan altruisme
atau organisasi mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab meskipun hal tersebut
bukan demi kepentingan mereka.
Selain itu chapter ini juga menjelaskan bahwa tanggung jawab publik dihasilkan dari
komunikasi, negosiasi, dan kompromi antar sistem yang saling menembus. Hal ini bukan
merupakan akibat dari kepatuhan penuh terhadap sistem luar atau kendali penuh terhadap
sistem lain tersebut. Hubungan masyarakat ini adalah fungsi komunikasi, oleh karena itu
manajer hubungan masyarakat jarang mempunyai kekuasaan untuk menjadikan suatu
organisasi bertanggung jawab secara publik. Hubungan masyarakat dapat mereka lakukan
adalah mengomunikasikan kepada subsistem organisasi apa yang masyarakat yakini
sebagai perilaku organisasi yang tidak bertanggung jawab. Mereka juga dapat
melaporkan kepada publik apa yang telah dilakukan organisasi, baik yang bertanggung
jawab atau tidak bertanggung jawab, dan apa yang dilakukan untuk memperbaiki
area yang tidak bertanggung jawab tersebut. Jadi hubungan masyarakat juga harus
bertanggung jawab untuk menjaga kebebasan untuk berperilaku. Dan itu perlu sebuah
komuikasi dan hubungan masyarakat yang berfungsi untuk menunjukkan apa yang telah
dilakukan untuk menjadi kembali bertanggung jawab.

4
4) CHAPTER 4
-Professionalisme dalam Public Relations
Pada chapter ini membahas tentang professionalisme dalam public relations, yang
dimana di dalamnya penulis menjelaskan bahwa para ilmuwan sosial telah mendefinisikan
profesionalisme lebih sebagai sebuah karakteristik dari praktisi individu dibandingkan
sebagai sebuah karakteristik dari suatu pekerjaan. Mungkin ada pengacara profesional,
dokter, jurnalis atau praktisi hubungan masyarakat. Mungkin juga terdapat praktisi non-
profesional di setiap kelompok. Namun, kita dapat mengatakan bahwa suatu pekerjaan
menjadi sebuah profesi ketika mayoritas praktisinya memenuhi syarat sebagai
profesional. Oleh karena itu, penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa profesional
mempunyai lima karakteristik utama:
1. Seperangkat nilai- nilai profesional: Secara khusus, para profesional percaya bahwa
melayani orang lain lebih penting dari pada keuntungan ekonomi mereka sendiri.
2. Keanggotaan dalam organisasi profesi yang kuat: Organisasi profesi memberikan para
profesional kontak dengan profesional lain yang mereka perlukan untuk menjaga
kesetiaan terhadap profesinya.
3. Ketaatan pada norma profesi, profesi yang sejati mempunyai kode etik dan tata cara
penegakannya.
4. Tradisi intelektual dan pengetahuan yang mapan. Suatu profesi harus mempunyai
kumpulan pengetahuan yang unik dan mapan.
5. Keterampilan teknis diperoleh melalui pelatihan profesi. Definisi tersebut menekankan
bahwa para profesional memiliki keterampilan teknis yang diperlukan untuk
memberikan layanan yang unik dan penting. Definisi tersebut juga menekankan
bahwa mereka memperoleh keterampilan ini melalui pendidikan profesional yang
telah ditentukan dalam jangka waktu lama. Karena para profesional mengembangkan
keterampilan khusus.

Selain itu penulis juga menjelaskan tentang profesional hubungan masyarakat sering kali
bekerja untuk manajer yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang hubungan
masyarakat. Akibatnya, para professional memiliki lebih banyak otonomi untuk bekerja
sesuai keinganan mereka dibandingkan sebagai organisasi tempat mereka bekerja
berdasarkan keinginan mereka. Otonomi tersebut menguntungkan masyarakat, karena para
professional memaksa organisasi untuk berinovasi dan menjadi bertanggung jawab.

5
5) CHAPTER 5
-Unsur Manajemen Hubungan Masyarakat
Konsep Manajemen Sistem, para ahli teori sistem menggunakan konsep input, output,
throughput, dan umpan balik untuk menggambarkan perilaku suatu sistem. Sistem
menerima masukan dari lingkungan, baik sebagai informasi atau sebagai materi-energi.
Untuk manajemen kehumasan, kita hanya perlu memperhatikan informasi sebagai
masukan. Masukan informasi ke dalam sistem mengidentifikasi masalah yang membuat
sistem tidak seimbang dengan sistem yang saling menembus di lingkungannya. Sistem
memproses masukan dari lingkungan melalui aktivitas yang dikenal dalam bahasa sistem
sebagai throughput. Dalam istilah yang lebih umum, sistem mengatur masukan informasi
yang mereka terima dan merumuskan solusi terhadap masalah yang menghasilkan masukan
tersebut. Sistem kemudian melepaskan output ke dalam lingkungan. lingkungan dalam
upaya memulihkan keseimbangan dengan sistem yang saling menembus. Setelah keluaran
tersebut berdampak pada lingkungan, Saat ini, sistem mencari umpan balik dari lingkungan
untuk menentukan apakah sistem telah memecahkan masalah yang telah diidentifikasi.
Proses ini berlanjut hingga sistem kembali ke keseimbangan dengan sistem yang saling
menembus. Dengan kata lain, organisasi mungkin dengan sengaja melakukan hal-hal yang
mempengaruhi lingkungan mereka. Mereka melakukannya ketika mereka bermaksud
untuk mencapai keseimbangan pergerakan baru yang lebih memuaskan bagi mereka.
Namun untuk mencapai sesuatu yang baru, mereka harus berinteraksi dengan
lingkungannya dan kemudian dengan dirinya sendiri Manajer hubungan masyarakat harus
memahami empat konsep khusus (Fungsi, Struktur, Proses dan Feedback) ketika mereka
mengelola subsistem hubungan masyarakat suatu organisasi atau subsistem komponen
departemen hubungan masyarakat. Konsep-konsep ini menguraikan lebih lanjut gagasan
tentang input, output, troughput, dan umpan balik.

6) CHAPTER 6
-Mendefinisikan dan Memilih Tujuan dan Sasaran
Sasaran adalah tujuan akhir yang digeneralisasikan yang memberikan kerangka kerja
untuk pengambilan keputusan dan perilaku, namun terlalu luas untuk banyak membantu
dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Tujuan adalah hasil akhir dari solusi yang
diharapkan terhadap permasalahan sehari-hari yang dapat kita gunakan untuk mengatasi
masalah dan untuk mengevaluasi apakah kita telah memecahkannya. Departemen PR
secara keseluruhan biasanya mempunyai tujuan: komunikasi dua arah, saling pengertian
6
antara organisasi dan publiknya, penerimaan publik terhadap organisasi. Praktisi yang
bekerja di departemen tersebut, bagaimanapun, harus menentukan tujuan yang lebih
spesifik untuk merencanakan dan mengevaluasi program PR individu dan untuk
merencanakan dan mengevaluasi kegiatan mereka sehari-hari. Kedua tujuan ini, jika
tercapai, akan menggerakkan departemen menuju tujuan hubungan masyarakatnya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan dapat diukur, namun kemajuan menuju tujuan tidak
dapat diukur kecuali dengan mengukur tujuan yang secara logis berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan.
Organisasi mempunyai banyak tujuan dan tujuan tersebut berubah seiring dengan
perubahan lingkungan. Mereka juga berasumsi bahwa tidak ada satu tujuan yang lebih
penting dibandingkan tujuan lainnya. Oleh karena itu, tidak mudah untuk mengetahui siapa
yang menentukan tujuan organisasi Pennings dan Goodman berpendapat bahwa organisasi
mempunyai beberapa konstituen, baik di dalam maupun di luar organisasi. Konstituen
internal adalah individu dan departemen yang membentuk organisasi. Konstituen eksternal
dapat berupa organisasi atau organisasi lain yang membeli, menjual, atau menggunakan
produk atau layanan organisasi, konsumen pemerintah, atau masyarakat. Masing-masing
konstituen mempunyai suara dalam menentukan tujuan organisasi, namun beberapa
konstituen memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan konstituen lain dalam
pengambilan keputusan. Itu semua tergantung pada seberapa sentral dan independennya
daerah pemilihan terhadap organ tersebut. Daerah dengan kekuasaan paling besar di dalam
dan di luar organisasi membentuk koalisi dominan organisasi. Koalisi tersebut menentukan
tujuan organisasi yang seharusnya, dan organisasi menggunakan tujuan tersebut untuk
menentukan seberapa besar kontribusi masing-masing departemen terhadap keberhasilan.
Teori Pennings dan Goodman menyatakan bahwa organisasi akan memasukkan tujuan
hubungan masyarakat dalam definisi mereka tentang efektif. Hal ini akan terjadi ketika
departemen hubungan masyarakat dan publik eksternal utama seperti pemerintah,
konsumen, atau kelompok penekan menjadi bagian dari koalisi dominan organisasi. Orang-
orang humas pada umumnya tidak mempunyai kebebasan untuk berperilaku sebagai
profesional kecuali mereka merupakan bagian dari koalisi yang dominan. Jadi, ketika
publik eksternal atau departemen hubungan masyarakat menjadi bagian koalisi yang
dominan, mereka memiliki kekuatan untuk memasukkan tujuan-tujuan seperti tanggung
jawab sosial. pemahaman publik, atau komunikasi dua arah antar tujuan organisasi. Ketika
sebuah organisasi mempunyai tujuan seperti itu, akan mudah untuk melihat nilai dari PR
dan mengembangkan tujuan komunikasi yang dapat ditunjukkan oleh departemen PR.
7
7) Chapter 7
-Mengidentifikasi Hubungan Organisasi dengan Publik
Pada bab sebelumnya membahas tentang Unsur Humas Manajemen, terdapat penelitian
formatif dan evaluative. Penelitian formatif membantu manajer merencanakan program
hubungan masyarakat. Sedangkan penelitian evaluative menentukan seberapa sukses
program tersebut. Penelitian mengenai public merupakan penelitian formatif. Pada saat
yang sama ketika manajer humas melakukan penelitian untuk mengidentifikasi publiknya,
mereka juga harus mengajukan pertanyaan kepada anggota public potensial tersebut untuk
menentukan sejauh mana tujuan komunikasi organisasi telah terpenuhi sebelum program
humas dimulai. Selain itu diperlukan juga dalam menentukan seberapa banyak masyarakat
mengetahui organisasinya, apa gagasan dan sikap yang dimiliki masyarakat mengenai
organisasi, dan perilaku seperti apa yang telah dipraktikan oleh masyarakat. Melihat sejauh
mana tujuan humas telah terrcapai sebelum suatu program dilaksanakan akan menunjukkan
apakah informasi baru harus diberikan kepada public atau apakah informasi yang salah haru
diperbaiki. Hal ini juga akan menunjukkan apakah sikap dan perilaku yang sudah ada.
Sehingga dapat menentukan apakah harus diubah atau diperkuat.

8) Chapter 8
-Penganggaran dan Pengambilan Keputusan
Pada chapter ini penulis membahas mengenai penganggaran dan pengambilan
keputusan, yang dimana di dalamnya penulis menjelaskan bahwa Anggaran dapat
didefinisikan sebagai “label harga” dari sebuah program hubungan masyarakat atau sebagai
rencana keuangan untuk program tersebut. Manajer hubungan masyarakat menyiapkan
dua jenis anggaran, anggaran administratif dan anggaran program. Anggaran
administrasi adalah anggaran untuk menganggarkan seluruh departemen humas. Ini
menunjukkan berapa banyak uang yang telah dialokasikan untuk berbagai program
atau kategori anggaran lainnya untuk jangka waktu tertentu, yang biasanya satu
tahun. Anggaran administratif ini juga harus dibangun dari anggaran program yang
disusun oleh manajer hubungan masyarakat tingkat menengah. Setiap manajer tingkat
menengah umumnya akan memiliki tanggung jawab terhadap kelompok publik
potensial, seperti publik media, pemerintah, komunitas, atau karyawan. Anggaran
program mengalir langsung dari proses perencanaan hubungan masyarakat yang dijelaskan
oleh molekul perilaku.

8
Penulis juga menjelaskan bahwa sebagian besar pekerjaan dalam mengembangkan
anggaran dilakukan pada segmen tertentu dari molekul perilaku. Di segmen tersebut,
manajer humas menentukan biaya program alternatif sehingga mereka kemudian dapat
memilih program yang paling efektif dan efisien di segmen molekul yang dipilih.
Anggaran bagaimanapun juga mempunyai nilai praktis yang besar dalam segmen
konfirmasi dan perilaku dari proses manajemen. Dalam segmen batasan, persetujuan
anggaran akhir memberikan wewenang kepada manajer untuk melanjutkan suatu
program. Ia kemudian dapat melanjutkan pelaksanaan program dan membelanjakan uang
yang dialokasikan. Di dalam segmen perilaku, manajer dapat menggunakan anggaran
yang disetujui untuk memantau kemajuan program. Mereka kemudian terus bertanya
apakah lebih banyak uang yang dibelanjakan daripada yang dianggarkan. Jadi teknik
penganggaran dan pengambilan keputusan yang dapat membantu manajer hubungan
masyarakat dalam mendefinisikan, memilih, dan membangun segmen molekul
evioraal. Manajer organisasi jenis lain secara rutin kami menggunakan teknik ini.
Manajer humas juga akan menggunakan teknik- teknik ini, karena humas menjadi
semakin canggih dan dilaksanakan dengan cara yang sama seperti proses organisasi
lainnya.merinci teknik- teknik yang umumnya digunakan dalam bagian berperilaku
dalam proses humas.

9) Chapter 9
-Evaluasi Penelitian
PR bukan hanya sekedar tindakan kreatif. dalam pengelolaan humas, kita tidak
disarankan untuk menegaskan bahwa kita di bidang PR adalah "berbeda". Korporasi
mendapat pelayanan yang lebih baik, dan menurut saya begitu pula dengan profesinya,
ketika humas dengan sengaja mencoba menyesuaikan diri dengan prosedur standar
perusahaan, dengan memenuhi tes kinerja yang sama seperti fungsi dan manajer lainnya.
Stamm telah mendefinisikan empat "pertanyaan strategis" yang harus ditanyakan oleh
seorang manajer hubungan masyarakat sebelum melakukan penelitian evaluatif. Ia
berargumentasi, pada dasarnya, evaluasi harus dilakukan pada semua tahap pengambilan
keputusan dan dilakukan secara terus-menerus, tidak hanya pada saat penyelesaian suatu
program.
Kapan? Pertanyaan evaluatif dan penelitian harus ditanyakan selama perencanaan-
konstruksi dan pemilihan segmen molekul perilaku. Jika tidak, Anda mungkin tidak dapat
mengidentifikasi masalah hubungan masyarakat dengan tepat. Sebuah program yang
9
dirancang untuk memecahkan masalah yang salah tidak akan memiliki peluang untuk
berhasil. Gabungkan pertanyaan evaluasi dengan studi untuk mendefinisikan publik,
seperti dijelaskan dalam Dimana? Seringkali, evaluasi memang demikian dilakukan dari
sudut pandang organisasi.
Banyak praktisi humas yang takut terhadap evaluasi, khususnya mereka yang
menduduki posisi nonmanajerial. Mereka berasumsi bahwa satu-satunya keputusan yang
dapat diambil adalah keputusan boleh/tidak boleh jalan. Mereka takut bahwa evaluasi yang
tidak menguntungkan dapat merugikan pekerjaan atau proyek kesayangan mereka. Untuk
mengurangi rasa takut Anda terhadap evaluasi, capailah pemahaman dengan supervisor
Anda bahwa Anda akan mengevaluasi untuk memperbaiki program atau mengganti
program dengan program yang lebih baik-bukan untuk mencari tahu program mana yang
harus dihentikan atau orang yang mana.
Mengerjakan Evaluasi dapat berupa evaluasi “proses” atau “hasil”. Sejauh ini, kita telah
membahas sebagian besar evaluasi hasil, yaitu bagian dari efektivitas program hubungan
masyarakat. Evaluasi proses juga penting.

10) Chapter 10
-Kendala Hukum
Amandemen Pertama Konstitusi AS menjamin kebebasan berpendapat, baik bagi
organisasi maupun individu. Manajer hubungan masyarakat jelas bergantung pada hak
tersebut untuk memfasilitasi komunikasi maksimal antara organisasi mereka dan
publiknya.Namun demikian, banyaknya peraturan publik yang berkembang dan terus
berubah memberikan banyak hambatan terhadap kebebasan arus informasi dalam
masyarakat kita. Dalam dekade terakhir, badan pengatur pemerintah khususnya telah
mengumumkan peraturan dan keputusan yang mempunyai implikasi terhadap apa yang
boleh atau tidak boleh dikatakan atau dicetak oleh praktisi PR atas nama suatu organisasi.
Selain itu, perubahan penafsiran undang-undang yang mencakup pencemaran nama baik,
hak cipta, dan privasi mengharuskan manajer hubungan Masyarakat.
Secara historis, organisasi, termasuk korporasi, telah menikmati banyak hak asasi
manusia yang sama dengan individu. Pengadilan telah memutuskan bahwa sebuah
organisasi, meskipun organisasi tersebut mencantumkan profesi sebagai motif utamanya,
berhak untuk berpartisipasi dalam pertukaran gagasan bebas di masyarakat kita.
Keputusan-keputusan hukum telah menegaskan bahwa seiring dengan hak organisasi untuk

10
berbicara, terdapat pula hak yang lebih penting yaitu hak individu untuk mendengar. Debat
publik harus dilakukan secara ekstensif dan bersifat antagonistik, agar warga negara dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Hak organisasi untuk mengakses perhatian publik dijelaskan secara lebih spesifik
dalam kasus media penyiaran. Karena terbatasnya jumlah saluran, dan “hak istimewa” yang
dinikmati oleh mereka yang memiliki izin penyiaran, Komisi Komunikasi Federal pada
tahun 1949 mengumumkan Doktrin Kewajarannya, yang menyerukan “kewajiban
afirmatif” untuk menyediakan persentase yang wajar waktu tayang untuk meliput isu-isu
publik, dan "kewajiban yang seimbang" untuk menyajikan sudut pandang yang
berlawanan."

11) CHAPTER 11
-Hubungan Media
Hubungan media menempati posisi sentral dalam hubungan masyarakat karena media
berfungsi sebagai "penjaga gerbang", yang mengendalikan informasi yang mengalir ke
publik lain dalam suatu sistem sosial. Pekerja media sebenarnya bukanlah publik dalam
artian mereka dipengaruhi oleh konsekuensi organisasi yang tidak berdampak pada orang
lain. Namun, dalam arti lain, mereka adalah publik. Mereka mencari dan memproses
informasi sama seperti orang lain. Hampir setiap departemen hubungan masyarakat
mempunyai bagian yang dikhususkan untuk hubungan pers, manajer tingkat menengah
atau atas untuk mengelola bagian tersebut, dan beberapa teknisi komunikasi yang menulis
untuk media dan membantu media meliput organisasi.
Sebuah studi terhadap juralis dan praktisi hubungan masyarakat di Texas pada tahun
1975 menunjukkan adanya kesenjangan yang besar antara keduanya mengenai nilai
spesialis hubungan media terhadap surat kabar. Dari jurnalis yang disurvei: 59 persen
berpendapat bahwa humas dan pers adalah mitra dalam penyebaran informasi, berbeda
dengan 89 persen praktisi PR. 48 persen berpendapat bahwa orang-orang humas membantu
wartawan mendapatkan berita yang akurat, lengkap, dan tepat waktu, dibandingkan dengan
91 persen praktisi PR. 78 persen percaya bahwa humas telah mengacaukan saluran
komunikasi dengan peristiwa semu dan kalimat palsu, dibandingkan dengan 42 persen
praktisi PR. 82 persen mengatakan staf PR menghalangi reporter untuk menemui orang
yang seharusnya mereka temui, dibandingkan dengan 38 persen dari staf.PR praktisi. 84
persen mengatakan materi PR biasanya merupakan publisitas yang disamarkan sebagai
berita, dibandingkan dengan 29 persen persen praktisi PR. 89 persen percava bahwa orang-
11
orang PR tidak memahami permasalahan jurnalistik seperti memenuhi tenggat waktu,
menarik minat pembaca, dan memanfaatkan ruang sebaik-baiknya, dibandingkan dengan
39 persen praktisi PR. orang-orang. Ketika menunjukkan fakta mengenai perasaan negatif
mereka terhadap orang-orang humas, hanya 10 persen jurnalis yang setuju bahwa humas
adalah profesi yang setara statusnya dengan jurnalisme; 76 persen orang PR bertahan
sangat setuju dengan pernyataan itu.

12) CHAPTER 12
-Hubungan Karwayan dan Anggota
Program hubungan karyawan modern dapat ditelusuri ke perkembangan publikasi
karyawan selama Perang Dunia I dan khususnya selama Perang Dunia II. Ketika industriAS
melakukan ekspansi untuk mendukung dua upaya perang tersebut, industri tersebut
mendapati dirinya mempunyai sejumlah besar karyawan baru yang belum mengembangkan
kesetiaan yang tepat terhadap organisasi tersebut dan tujuan-tujuannya. Organisasi
mengembangkan pub perusahaan mensosialisasikan pegawainya ke organisasi negara.
Suatu sistem batasan yang dirancang untuk mengendalikan dan menyalurkan perilaku para
anggotanya. Organisasi sering kali menggunakan komunikasi untuk meyakinkan
karyawannya bahwa hambatan tersebut baik baqi mereka atau untuk mengompensasi
hambatan tersebut dengan menggembar-gemborkan pencapaian atau aktivitas karyawan
yang "memanusiakan" hambatan tersebut. Oleh karena itu, seperti yang akan kita lihat nanti
di bab ini, konsep pengenalan batasan yang diperkenalkan di Bab 7 sangat penting untuk
memahami perilaku komunikasi karyawan.
Saat ini, hampir setiap organisasi memiliki semacam program hubungan karyawan di
dalam departemen hubungan masyarakatnya-program yang kini berfungsi lebih dari
sekadar memproduksi surat kabar atau majalah karyawan. Banyak program hubungan
karyawan yang terus memberikan propaganda atau materi tidak berbahaya yang dirancang
untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Namun banyak yang mendapati bahwa
program tradisional tidak lagi mengontrol atau memotivasi karyawan-kalaupun memang
demikian.
Menurut laporan Burson-Marsteller, program tradisional ini "bertentangan dengan sifat
masyarakat kita, yang didasarkan pada hak untuk menyampaikan keluhan, mengungkapkan
pendapat, dan menyuarakan ketidaksetujuan." Perusahaan-perusahaan yang tercerahkan,
tambah laporan itu, menyadari bahwa mereka "tidak dapat berfungsi dengan cara yang
bertentangan dengan keinginan masyarakat luas." Para peneliti organisasi juga telah
12
mempelajari bahwa hambatan-hambatan harus dilonggarkan jika karyawan ingin merasa
puas dengan pekerjaan mereka dan menjadi pekerja yang produktit. Oleh karena itu,
menurut Burson-Marsteller, perusahaan-perusahaan yang memiliki pencerahan telah
"membangun jembatan antara manajer dan mereka yang dikelola sehingga karyawan dapat
bersuara tanpa takut akan pembalasan."

13
B. KESIMPULAN
Hubungan masyarakat adalah salah satu metode yang digunakan masyarakat untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan dan menyelesaikan pertentangan antara sikap,
gagasan, lembaga, dan kepribadian yang saling bertentangan. Hubungan Masyarakat sangat
penting bagi pemerintahan karena Pemerintahan yang modern akan terhenti jika pemerintah
tidak dapat terus menerus berbicara kepada masyarakat sebagai individu dan kelompok-
kelompok berbeda dimana mereka berasal. Hubungan Masyarakat ini sudah setua peradaban,
sampai pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20, namun Sebagian besar sejarawan
hubungan Masyarakat menelusuri asal-usul dan peran-peran yang menyerupai hubungan
Masyarakat hingga zaman kuno. Pada zaman kuno, Hubungan Masyarakat saat itu ssebuah
komunikasi informasi mempengaruhi sudut pandang atau Tindakan yang dapat ditelusuri dari
peradaban paling awal.

Tanggung jawab publik dihasilkan dari komunikasi, negosiasi, dan kompromi antar sistem
yang saling menembus. Hal ini bukan merupakan akibat dari kepatuhan penuh terhadap sistem
luar atau kendali penuh terhadap sistem lain tersebut. Hubungan masyarakat ini adalah fungsi
komunikasi, oleh karena itu manajer hubungan masyarakat jarang mempunyai kekuasaan
untuk menjadikan suatu organisasi bertanggung jawab secara publik. Profesional hubungan
masyarakat sering kali bekerja untuk manajer yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang
hubungan masyarakat. Akibatnya, para professional memiliki lebih banyak otonomi untuk
bekerja sesuai keinganan mereka dibandingkan sebagai organisasi tempat mereka bekerja
berdasarkan keinginan mereka. Otonomi tersebut menguntungkan masyarakat, karena para
professional memaksa organisasi untuk berinovasi dan menjadi bertanggung jawab.

Sasaran adalah tujuan akhir yang digeneralisasikan yang memberikan kerangka kerja untuk
pengambilan keputusan dan perilaku, namun terlalu luas untuk banyak membantu dalam
pengambilan keputusan sehari-hari. Tujuan adalah hasil akhir dari solusi yang diharapkan
terhadap permasalahan sehari-hari yang dapat kita gunakan untuk mengatasi masalah dan untuk
mengevaluasi apakah kita telah memecahkannya. Departemen PR secara keseluruhan biasanya
mempunyai tujuan: komunikasi dua arah, saling pengertian antara organisasi dan publiknya,
penerimaan publik terhadap organisasi.

14
C. CRITICAL REVIEW
Pada buku Managing Public Relations karya James E.Grunig ini dijelaskan bahwa public
relations itu berkaitan dengan pengelolaan hubungan antara suatu organisasi atau perusahaan
dengan pemangku kepentingan eksternalnya, seperti klien, konsumen, media, pemerintah dan
masyarakat umum. Buku ini juga menggaris bawahi pentingnya tanggung jawab publik dalam
hubungan masyarakat dan menjelaskan mengenai peran dan tanggung jawab manajer PR dalam
organisasi, seperti merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program PR. Buku ini
menyoroti pentingnya mengukur keberhasilan program PR dan memberikan alat atau metode
yang berguna untuk mengukur dampaknya dan menyediakan wawasan mendalam tentang
strategi komunikasi yang efektif dan prinsip-prinsip dasar yang mendukung praktik hubungan
masyarakat yang sukses. Buku mengenai Managing Public Relations ini sebenarnya cukup
lengkap untuk orang yang ingin mendalami tentang managing PR, akan tetapi buku tanpa
terjemahan Bahasa Indonesia ini membuat pembaca yang khususnya tidak memiliki
kemampuan dalam berbahasa asing akan merasa kesulitan. Selain itu, banyaknya studi kasus
dalam buku ini membuat pembaca yang awam akan Public Relations mengalami kesulitan
memahami maksud dari penjelasan dari studi kasus tersebut.

15

You might also like