You are on page 1of 32

FRAKTUR RAHANG

Disusun oleh : Setly Marianty Tohan Agnes pretty

PEMBIMBING Drg Alamanda W.Priyono Drg.Susiani Widjojo KEPANITERAAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS.BHAKTI YUDHA DEPOK PRIODE 4 OKTOBER- 6 NOVEMBER 2010

KATA PENGANTAR
Fraktur Rahang | 1

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nya penulis bisa menyelesaikan referat berjudul Fraktur Rahang ini. Referat ini dibuat sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Kepaniteraan Ilmu Penyakit gigi dan mulut. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun makalah ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasanya maupun sistematikanya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Drg. Alamanda W Priyono dan Drg. Susiani Widjojo selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu Penyakit gigi dan mulut di RS Bhakti Yudha Depok, yang telah memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan referat ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada perawat poliklinik gigi, staf-staf RS Bhakti Yudha serta rekan rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini. Akhir kata penulis berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya masalah Fraktur mandibula.

Jakarta, Oktober 2010

Penulis,

DAFTAR ISI

Fraktur Rahang | 2

KATA PENGANTAR................................................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................................


1.1

Latar

Belakang..................................................................................................................
1.2

Epidemiologi.......................................................................................................

............. BAB II. FRAKTUR MANDIBULA............................................................................................. 2.1 Definisi.............................................................................................................................. 2.2 Anatomi............................................................................................................................. 2.3 Klasifikasi.......................................................................................................................... 2.4 Frekuensi........................................................................................................................... 2.5 Etiologi.............................................................................................................................. 2.6 Patofisiologi...................................................................................................................... 2.7 Manifestasi Klinis.............................................................................................................

Fraktur Rahang | 3

2.8 Gejala dan Tanda............................................................................................................... 2.9 Diagnosis........................................................................................................................... 2.10 Petatalaksanaan............................................................................................................... 2.11 Komplikasi......................................................................................................................

BAB III FRAKTUR MAKSILA............................................................................................... 3.1. definisi.............................................................................................................................. 3.2 etiologi........................................................................................................................... 3.2. klasifikasi......................................................................................................................... 3.4. penatalaksanaan................................................................................................................ 3.5. komplikasi........................................................................................................................ BAB IV KESIMPULAN.............................................................................................................. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................

Fraktur Rahang | 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Fraktur atau patah tulang rahang adalah hilangnya kontuinitas pada rahang. Pada daerah rahang meliputi tulang rahang atas (maxilla), rahang bawah (mandibula) yang diakibatkan oleh trauma pada wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. Begitu banyak struktur penting di daerah wajah, maka penatalaksanaan trauma maksilofacial perlu terus dikembangkan guna mencapai hasil yang memuaskan baik dari segi kosmetik maupun perbaikan fungsi.
Fraktur Rahang | 5

Wajah adalah ikon seseorang. melalui wajah, karakter seseorang dapat dikenali, sebab wajah mengandung banyak arti. Karena wajah disusun dari beragam tulang belulang. Tulang-tulang wajah terdiri dari mandibula, maksila, zigoma, nasal dan otot-ototnya. Apabila suatu kejadian kecelakaan menyebabkan suatu jejas di daerah wajah yang menyebabkan patah tulang wajah (fraktur maxilofacial), maka dapat dipastikan bentuk wajah akan berubah menjadi kurang proporsional. Cacat pada wajah bukan sekadar mengganggu penampilan. Tapi, lebih dari itu karena di daerah wajah juga banyak struktur penting, maka trauma maxilofacial juga berhubungan dengan gangguan penglihatan, gangguan bicara, gangguan menelan, gangguan jalan nafas, sampai cedera otak. Begitu banyak struktur penting di daerah wajah inilah, maka penatalaksanaan trauma maksilofacial perlu terus dikembangkan guna mencapai hasil yang memuaskan baik dari segi kosmetik maupun perbaikan fungsi. 1.2. Epidemiologi Fraktur mandibula dan maxilla merupakan fraktur yang jarang ditemui di rumah sakit Bhakti Yudha Depok. Hal ini dibuktikan sepanjang tahun 2009 dari 11.693 pengobatan di poliklinik gigi rumah sakit bakti yudha depok, 4 dengan fraktur rahang.

BAB II FRAKTUR MANDIBULA 2.1 DEFINISI Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung. Fraktur mandibula dapat terjadi pada bagian korpus, angulus, ramus maupun kondilus.

2.2 ANATOMI
Fraktur Rahang | 6

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot otot mengunyah.

Mandibula dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus dental inferior dan nervus mentalis.

Fraktur Rahang | 7

Sistem vaskularisasi pada mandibula dilakukan oleh arteri maksilaris interna, arteri alveolar inferior, dan arteri mentalis.

2.3 KLASIFIKASI Menurut R. Dingman dan P.Natvig pada tahun 1969 fraktur pada mandibula dibagi menjadi beberapa kategori, yakni :
A. Menurut arah fraktur (horizontal/vertikal) dan apakah lebih menguntungkan dalam

perawatan atau tidak


B. Menurut derajat keparahan fraktur (simpel/tertutup/mengarah ke rongga mulut atau

kulit).

C. Menurut tipe fraktur (Greenstick/kompleks/kominutiva/impaksi/depresi)

Fraktur Rahang | 8

D. Menurut ada atau tidaknya gigi dalam rahang (dentulous, partially dentulous,

edentulous) E. Menurut lokasi (regio simfisis, regio kaninus, regio korpus, angulus, ramus, prosesus kondilus, prosesus koronoid)

Fraktur Rahang | 9

2.4 FREKUENSI Secara umum, paling sering terjadi pada korpus mandibula, angulus dan kondilus, sedangkan pada ramus dan prosesus koronoideus lebih jarang terjadi. Berdasarkan penelitian, dapat diurutkan seperti berikut :

Korpus 29 %
Fraktur Rahang | 10

Kondilus 26% Angulus 25% Simfisis 17% Ramus 4% Proc.Koronoid 1%

2.5 ETIOLOGI Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar adalah pengendara sepeda motor. Sebab lain yang umum adalah trauma pada muka akibat kekerasan, olahraga. Berdasarkan penelitian didapatkan data penyebab tersering fraktur mandibula adalah :
Kecelakaan berkendara 43% Kekerasan 34% Kecelakaan kerja 7% Jatuh 7% Olahraga 4% Sebab lain 5%

Fraktur mandibula dapat juga disebabkan oleh adanya kelainan sistemik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur patologis seperti pada pasien dengan osteoporosis imperfekta.

Fraktur Rahang | 11

2.6 PATOFISIOLOGI Derajat keparahan fraktur sangat bergantung pada kekuatan trauma. Karena itu fraktur kominutiva dapat dipastikan terjadi karena adanya kekuatan energi yang besar yang menyebabkan trauma. Berdasarkan penelitian pada 3002 pasien dengan fraktur mandibula, diketahui bahwa adanya gigi molar 3 bawah meningkatkan resiko terjadinya fraktur angulus mandibula sampai 2 kali lipat.

2.7 MANIFESTASI KLINIS Pasien dengan fraktur mandibula umumnya datang dengan adanya deformitas pada muka, baik berupa hidung yang masuk kedalam, mata masuk kedalam dan sebagainya. Kondisi ini biasa disertai dengan adanya kelainan dari fungsi organ organ yang terdapat di muka seperti mata terus berair, penglihatan ganda, kebutaan, anosmia, kesulitan bicara karena adanya fraktur mandibula, maloklusi sampai kesulitan bernapas karena hilangnya kekuatan untuk menahan lidah pada tempatnya sehingga lidah menutupi rongga faring.

2.8 GEJALA & TANDA Tanda tanda patah pada tulang rahang meliputi :
1. Dislokasi, berupa perubahan posisi rahang yg menyebabkan maloklusi atau tidak

berkontaknya gigi-gigi rahang bawah dan gigi- gigi rahang atas 2. Pergerakan rahang yang abnormal, dapat terlihat bila penderita menggerakkan rahangnya atau pada saat dilakukan .
3. Rasa sakit pada saat rahang digerakkan

4. Pembengkakan pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi daerah fraktur. 5. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur bila rahang digerakkan. 6. Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur.
7. Diskolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan 8. Disability, terjadi gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan mulut. Fraktur Rahang | 12

9. Hipersalivasi dan Halitosis, akibat berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan.
10. Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi di bawah

nervus alveolaris.

2.9 DIAGNOSIS Diagnosis pasien dengan fraktur mandibula dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pertama tama melakukan inspeksi menyeluruh untuk melihat adanya deformitas pada muka, memar dan pembengkakan. Langkah berikut yang dilakukan adalah dengan mencoba merasakan tulang rahang dengan palpasi pada pasien. Setelah itu lakukan pemeriksaan gerakan mandibula. Setelah itu dilanjutkan dengan memeriksa bagian dalam mulut. Pasien dapat diminta untuk menggigit untuk melihat apakah ada maloklusi atau tidak. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan satbilitas tulang mandibula dengan meletakkan spatel lidah diantara gigi dan lihat apakah pasien dapat menahan spatel lidah tersebut. Untuk pemeriksaan penunjang, yang paling penting untuk dilakukan adalah rontgen panoramik, sebab dengan foto panoramik kita dapat melihat keseluruhan tulang mandibula dalam satu foto. Namun pemeriksaan ini memberikan gambaran yang kurang detil untuk melihat temporo-mandibular joint, regio simfisis dan alveolar. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan foto rontgen polos. Dapat dilakukan untuk melihat posisi oblik-lateral, oklusal, posteoanterior dan periapikal. Foto oblik-lateral dapat membantu mendiagnosa fraktur ramus, angulus dan korpus posterior. Namun regio kondilus, bikuspid dan simfisis seringkali tidak jelas. Foto oklusal mandibula dapat memperlihatkan adanya diskrepansi pada sisi medial dan lateral fraktur korpus mandibula. Posisi posteroanterior Caldwell dapat memperlihatkan adanya dislokasi medial atau lateral dari fraktur ramus, angulus, korpus maupun simfisis.

Fraktur Rahang | 13

Pemeriksaan CT-scan juga dapat digunakan untuk membantu diagnosa fraktur mandibula.CT-scan dapat membantu untuk melihat adanya fraktur lain pada daerah wajah termasuk os.frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbital dan seluruh pilar penopang kraniofasial baik horizontal maupun vertikal. CT-scan juga ideal untuk melihat adanya fraktur kondilus.

2. 10 PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada fraktur mandibula mengikuti standar penatalaksanaan fraktur pada umumnya. Pertama periksalah A(airway), B(Breathing) dan C(circulation). Bila pada ketiga topik ini tidak ditemukan kelainan pada pasien, lakukan penanganan terhadap fraktur mandibula pasien. Bila pada pasien terdapat perdarahan aktif, hentikanlah dulu perdarahannya. Bila pasien mengeluh nyeri maka dapat diberi analgetik untuk membantu menghilangkan nyeri. Setelah itu cobalah ketahui mekanisme cedera dan jenis fraktur pada pasien berdasarkan klasifikasi oleh Dingman dan Natvig. Bila fraktur pada pasien adalah fraktur tertutup dan tidak disertai adanya dislokasi atau ada dislokasi kondilus yang minimal, maka dapat ditangani dengan pemberian analgetik, diet cair dan pengawasan ketat. Pasien dengan fraktur prosesus koronoid dapat ditangani dengan cara yang sama. Pada pasien ini juga perlu diberikan latihan mandibula untuk mencegah terjadinya trismus. Kunci utama untuk penanganan fraktur mandibula adalah reduksi dan stabilisasi. Pada pasien dengan fraktur stabil cukup dengan melakukan wiring untuk menyatukan gigi atas dan bawah. Untuk metode ini dapat dilakukan berbagai tindakan. Yang paling
Fraktur Rahang | 14

banyak dilakukan adalah dengan menggunakan wire dengan Ivy loops dan dilakukan MMF (maxillomandibular fixation).

Fraktur Rahang | 15

Fraktur Rahang | 16

Dapat juga dipasang archbar dan dilakukan IMF (intermaxillary fixation), dilakukan fiksasi eksternal, dipasang screw, pemasangan Gunning splint juga banyak dilakukan karena bisa memfiksasi namun pasien tetap dapat menerima asupan makanan.

Fraktur Rahang | 17

Fraktur Rahang | 18

Fraktur Rahang | 19

Pada fraktur kominutiva maupun fraktur fraktur yang tidak stabil atau fraktur dengan dislokasi segmen ditangani dengan pembedahan dengan ORIF (open reduction internal fixation) baik yang rigid maupun non rigid.

Fraktur Rahang | 20

Fraktur Rahang | 21

2.11 KOMPLIKASI Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur mandibula umumnya jarang terjadi. Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi atau osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi lainnya. Tulang mandibula merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan penyembuhan fraktur baik itu malunion ataupun non-union. Ada beberapa faktor risiko yang secara spesifik berhubungan dengan fraktur mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion ataupun non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi, kemudian aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing, tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat pada mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan fungsi. Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan osteotomi secara tepat untuk merekonstruksi bentuk lengkung mandibula. Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya komplikasi antara lain sepsis oral, adanya gigi pada garis fraktur, penyalahgunaan alkohol dan penyakit kronis, waktu mendapatkan perawatan yang lama, kurang patuhnya pasien dan adanya dislokasi segmen fraktur.

Fraktur Rahang | 22

BAB III FRAKTUR MAKSILLA

3.1 DEFINISI Fraktur maksilofacial adalah fraktur kerangka tulang muka bersama dengan bermacam tingkat keterlibatan jaringan lemak yang menutupinya, bersama dengan cedera bangunan sekitarnya seperti mata, sinus paranasal 3.2 ETIOLOGI Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis Imperfekta Osteoporosis
Fraktur Rahang | 23

Penyakit metabolik

3.4 KLASIFIKASI 1. fraktur prosesus alveolar 2. fraktur 1/3 muka bagian tengah 3. fraktur nasal kompleks 4. fraktur zygomatic kompleks

3.4.1

FRAKTUR PROSESUS ALVEOLARIS meliputi gigi yang tanggal, subluskasi atau fraktur dan sering terkait dengan

fraktur alveolus. Diagnosis biasanya jelas karena adanya kekacauan pertumbuhan gigi, tetapi jelas ini mungkin tidak diperhatikan bila mereka bersama dengan cedera yang meluas di mana-mana

Gambaran klinis : 1. Bibir luka/bengkak 2. alveolus terlihat 3. gigi goyang/frakture 4. Khas : malokulsi

3.4.2

FRAKTUR LE FORT (LeFort Fractures) Fraktur Le Fort (LeFort Fractures) merupakan tipe fraktur tulang-tulang wajah yang adalah hal klasik terjadi pada trauma-trauma pada wajah. Fraktur Le Fort diambil dari nama seorang ahli bedah Perancis Ren Le Fort (1869-1951) yang mendeskripsikannya pertama kali di awal abab 20.

Fraktur Rahang | 24

Gambar 1. Fraktur LeFort

Fraktur Le Fort dibagi atas 3, yaitu : Le Fort I(frakture horizontal)

Garis Fraktur berjalan dari sepanjang maksila bagian bawah sampai dengan bawah rongga hidung. Disebut juga dengan fraktur guerin. Kerusakan yang mungkin : a.Prosesus alveolaris b. d. Bagian dari sinus maksilaris Bagian bawah lamina pterigoid c.Palatum durum

Gambaran klinis : Pembengkakan muka,echymosis,luka wajah Pembekakan bibir atas


Fraktur Rahang | 25

Laserasi mukosa labial Gangguan oklusi Hidung terluka Maxilla moveable 1. 2. 3. downward back ward : cross bite upward : open bite

Fracture impacted pendarahan dari Sinus maxillaries ke hidung hingga menyebabkan gangguan pernafasan.

Le Fort II(fracture vertical) Garis fraktur melalui tulang hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita dan menyeberang ke bagian atas dari sinus maksilaris juga ke arah lamina pterogoid sampai ke fossa pterigo palatine. Disebut juga fraktur pyramid. Fraktur ini dapat merusak system lakrimalis, karena sangat mudah digerakkan maka disebut juga fraktur ini sebagai floating maxilla (maksila yang melayang) Garis Fraktur melalui sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui fissure orbitalis superior melintang kearah dinding lateral ke orbita, sutura zigomatikum frontal dan sutura temporo-zigomatikum. Disebut juga sebaga cranio-facial disjunction. Merupakan fraktur yang memisahkan secara lengkap sutura tulang dan tulang cranial.

Fraktur Rahang | 26

Gambaran klinis tampak pembengkakan tengah muka meliputi hidug,bibir dan mata. Pendarahan dilubang hidung Displacement maxilla kebelakang karena tarikan M.pterygoideus externus.

Le Fort III(tranversal fracture) Disebut juga : fraktur suprazigomatic atau fraktur zygomatico compound Fraktur yang mengakibatkan lepasnya seluruh tulang 1/3 muka bagian tengah dari basis cranii mengenai Daerah mata Dasar hidung Region ethmoid
Fisura intraorbital

Processus zygomaticus Telinga

Gambaran klinis : Pendarahan ke sinus maxilaris,hidung,palatum dan faring Pendarahan pada konjugtiva bulbi Pembengkakan kelopak mata dan ecchymosis N.opthalmicus terjepit menyebabkan buta Paralisis nervus motorik mata menyebabkan diplopia Paralisis N.facialis permanen/temporer

3.4.3. FRAKTUR ZYGOMATIC KOMPLEKS Adalah fraktur tulang zigomatikus disekitar garis sutura zigomatiko-frontalis, zigomatiko-maksilaris dan bagian-bagian dari tulang frontalis, maksila dan temporalis terlibat dalam fraktur ini dan oleh karenanya disebut sebagai kompleks zigomatikus.
Fraktur Rahang | 27

Tulang zigomatikus didorong kedalam oleh kekuatan yang mematahkan dan ini menyebabkan perataan muka pada sisi yang cedera yang pada fase awal ditutup oleh oedem. Gambaran klinis : Os zygomatic menonjol Pendarahan Udem Parestesi pipi,hidung,bibir atas

3.4.4. FRAKTUR NASAL KOMPLEKS Adalah fraktur pada tulang nasal saja, tetapi biasanya ada fraktur yang terkait dengan prosesus frontalis maksila yang bersambung dengan tulang nasal pada sisi lateralnya. Gambaran klinis : Batang hidung menjadi flat Pendarahan Gangguan jalan nafas

3.4. PRINSIP MANAJEMEN FRAKTUR RAHANG


Fraktur Rahang | 28

Umum 1. tidak ada gangguan jalan nafas 2. kontrol pendarahan 3. tidak ada syok 4. posisi pasien 5. bebas bekuan darah dan debris

khusus 1. perlu rujukan ke spesialis bedah mulut 2. prinsip :

mengembalikan rahang ke oklusi normal repoisi fiksasi imobilisasi dengan intermaxillary wiring

3.6. KOMPLIKASI FRAKTUR RAHANG infeksi delayed union/non union 1. infeksi 2. gigi digaris fraktur 3. imobiliasasi kurang baik 4. space yang besar antara fragmen malunion

Fraktur Rahang | 29

BAB IV KESIMPULAN Kendati teknologi bedah memberi hasil yang baik, pencegahan trauma merupakan langkah yang bijak. Pengendara motor yang berisiko tinggi terjadi trauma hendaknya lebih memperhatikan keselamatan, terutama dibagian kepala. Dari suatu penelitian, disimpulkan bahwa ternyata tidak ada perbedaan berarti pada frekuensi kejadian trauma maksilofacial sebelum dan sesudah era wajib helm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih sangat sedikit pengendara sepeda motor yang mengenakan helm dengan benar. Fraktur rahang merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan penanganan segera . apabila keadaan pasien pasca truma cukup baik maka perawatan definitif dapat segera dilakukan tapi apabila dijumpai kondisi sebaliknya dimana terdapat komplikasi

Fraktur Rahang | 30

seperti obstruksi jalan nafas,pendarahan, infeksi,shock maka peroritas perawatan ditujukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Fraktur rahang dapat dideteksi secara visual, namun bagaimana pun juga tetap dibutuhkan pemeriksaan penunjang lain nya untuk lebih memperjelas keberadaan fraktur dan perluasan nya serta kemungkinan adanya fraktur pada sisi yang berlawanan. Prinsip utama perawatan faraktur rahang adalah dimana penyelamatan jiwa menjadi prioritas utama. Dengan melakukan reduksi dan imobilisasi yang baik umum nya sudah cukup membuat kenyamanan pasien selama proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wood R. J, Jurkiewicz M.J. Plastic and Reconstructive Surgery. In: Schwartz S.I,

Shires G.T, Spencer F.C, Daly J.M, Fischer J.E, Galloway A.C. Schwartz Principles of Surgery 7 edition
2. Armis. TRAUMA SISTEMA MUSKULOSKELETAL, FK-UGM, Yogyakarta. Fraktur Rahang | 31

3. Grabb & Smiths, 1997, PLASTIC SURGERY, 5th Edition, Lippincott-Raven,

Philadelphia, New York. 4. Putz & Pabst, 2000, ATLAS ANATOMI MANUSIA SOBOTA, Jilid 1, Edisi 21, EGC, Jakarta. 5. Sjamsuhidajat & Wim De Jong, 2005, BUKU AJAR ILMU BEDAH, Edisi 2, EGC, Jakarta.
6. http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-

fraktur-mandibula/
7. http://emedicine.medscape.com/article/868517-overview 8. http://www.craniofacialcenter.com/book/Trauma/Trauma_6.htm 9. http://www.emedicinehealth.com/broken_jaw/page5_em.htm 10. http://www.pdgionline.com/v2/index.php?

option=com_content&task=view&id=602&Itemid=33
11. http://content.nejm.org/cgi/reprint/358/5/512.pdf

Fraktur Rahang | 32

You might also like