No. Revisi : 02 SOP Tanggal Terbit : 17 Januari 2023 Halaman : 1/3 UPTD PUSKESMAS dr. R. LISA RIANTUTI KAMPUNG BUGIS NIP. 19741007 200502 2 006 1. Pengertian Cedera kepala adalah cedera yang meliputi kulit kepala, tengkorak dan otak. 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dalam penanganan pada pasien cedera kepala. 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kampung Bugis No. 023 Tahun 2023 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis. 4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. 2. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1936/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. 5. Prosedur / Langkah 1. Petugas melakukan anamnesis. – Langkah a. Identitas pasien: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pekerjaan, Alamat b. Keluhan utama c. Mekanisma trauma d. Waktu dan perjalanan trauma e. Pernah pingsan atau sadar setelah trauma f. Amnesia retrograde atau antegrade g. Keluhan: Nyeri kepala seberapa berat, penurunan kesadaran, kejang, vertigo h. Riwayat mabuk, alkohol, narkotika, pasca operasi kepala i. Penyakit penyerta: epilepsi, jantung, asma, riwayat operasi kepala, hipertensi dan diabetes melitus, serta gangguan faal pembekuan darah 2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, serta pemeriksaan khusus untuk menentukan kelainan patologis, dengan metode: Dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki atau, per organ B1 – B6 (Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone). Pemeriksaan fisik yang berkaitan erat dengan cedera otak adalah: 1. Pemeriksaan kepala Mencari tanda: a) Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub galeal, luka terbuka, luka tembus dan benda asing. b) Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis periorbita (brill hematoma), ekimosis post auricular (battle sign), rhinorhoe, dan otorhoe serta perdarahan di membrane= timpani atau laserasi kanalis auditorius. c) Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla (Lefort), fraktur rima orbita dan fraktur mandibular. d) Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan konjungtiva, perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di mata. e) Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit yang berhubungan dengan diseksi karotis 2. Pemeriksaan pada leher dan tulang belakang. Mencari tanda adanya cedera pada tulang servikal dan tulang belakang dan cedera pada medula spinalis. Pemeriksaan meliputi jejas, deformitas, status motorik, sensorik, dan autonomik. 3. Pemeriksaan status neurologis a) Tingkat kesadaran: berdasarkan skala Glasgow Coma Scale (GCS). Cedera kepala berdasar GCS, yang dinilai setelah stabilisasi ABC diklasifikasikan: - GCS 14 – 15: Cedera otak ringan (COR) - GCS 9 – 13: Cedera otak sedang (COS) - GCS 3 – 8 : Cedera otak berat (COB) b) Saraf kranial, terutama: - Saraf II-III, yaitu pemeriksaan pupil : besar & bentuk, reflek cahaya, reflek konsensuil bandingkan kanan-kiri - Tanda-tanda lesi saraf VII perifer. c) Fundoskopi dicari tanda-tanda edema pupil, perdarahan pre retina, retinal detachment. d) Motoris & sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah mencari tanda lateralisasi. e) Autonomis: bulbocavernous reflek, cremaster reflek, spingter reflek, reflek tendon, reflek patologis dan tonus spingter ani. 3. Petugas melakukan konseling dan edukasi Petugas memberikan penjelasan mengenai tanda – tanda komplikasi cidera kepala dan meminta pasien untuk segera kembali ke pelayanan kesehatan jika tanda/ gejala komplikasi muncul. 4. Petugas memasukkan data anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, tatalaksana dan edukasi ke dalam e-Puskesmas. Kriteria Rujukan Pasien cedera kepala akan dirawat di rumah sakit dengan kriteria sebagai berikut: 1. Pasien dengan cidera kepala ringan dapat dipulangkan tanpa perlu dirujuk 2. Kebingungan atau riwayat pingsan / penurunan kesadaran 3. Keluhan dan gejala neurologik, termasuk nyeri kepala menetap dan muntah 4. Kesulitan dalam penilaian klinis, misalnya pada alkohol, epilepsi 5. Kondisi medik lain: gangguan koagulasi, diabetes mellitus 6. Fraktur tengkorak 7. Tak ada yang dapat bertanggung jawab untuk observasi di luar rumah sakit 8. Umur pasien diatas 50 tahun 9. Anak-anak Indikasi sosial 7. Unit Terkait Ruang Tindakan dan Gawat Darurat 8. Dokumen Terkait Rekam Medis Elektronik 9. Rekaman Historis No Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Perubahan Diberlakukan