Professional Documents
Culture Documents
e-ISSN:2527-4406
Faculty of Law, Universitas Brawijaya, Malang p-ISSN:0126-0235
Indonesia
https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena
Chandra Darusman S1, M. Ikhwan Adabi1, Apri Rotin Djusfi1, Phoenna Ath
Thariq1, Eza Aulia1, Rahmat Jhowanda1, Liza Agnesta Krisna2
Abstract
Law Number 23 of 2002 concerning Child Protection emphasizes that in the event of separation
due to divorce and other situations without eliminating the child's relationship with his parents,
the child still has the right to meet and have permanent personal contact with both parents.
However, the situation that occurs in society and the existence of a legal vacuum shows that
often children cannot meet their parents who have been appointed as custodians because the
divorce case decision has not yet become legally binding. This normative juridical research uses
statutory approach and the conceptual approach. The concept of child protection regulated in
the Child Protection Act and other laws and regulations also includes the protection of children
in situations of parental household conflict and protection in situations where the legal process
against parental household conflicts is still ongoing and has no permanent legal force. The
researcher recommends a change to the Law on Religious Courts. In this case, it is necessary to
add legal norms that stipulate those children must be handed over to parents who are holders
of custody since the court decision is pronounced, or the issuance of a Supreme Court Rule as
the legal basis for implementing execution.
Keyword: Custody; Execution; Judgment.
Abstrak
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menegaskan dalam hal
terjadi pemisahan akibat perceraian dan situasi lainnya dengan tidak menghilangkan hubungan
anak dengan kedua orang tuanya, anak tetap berhak bertemu dan berhubungan pribadi secara
tetap dengan kedua orang tuanya. Namun, situasi yang terjadi dalam masyarakat dan adanya
kekosongan hukum menunjukkan bahwa sering kali anak tidak dapat bertemu dengan orangtuanya
yang telah ditetapkan sebagai pemegang hak asuh karena putusan perkara perceraian tersebut
belum berkekuatan hukum tetap. Penelitian yuridis normative ini menggunakan pendekatan
peraturan perundang-undangan dan metode pendekatan konseptual. Konsep perlindungan anak
yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan peraturan perundang-undangan
lain juga mencakup perlindungan anak dalam situasi konflik rumah tangga orang tuanya,
dan perlindungan dalam situasi proses hukum terhadap konflik rumah tangga orangtua masih
berjalan dan belum berkekuatan hukum tetap. Peneliti merekomendasikan adanya perubahan
terhadap Undang-Undang Peradilan Agama, dalam hal ini perlu adanya penambahan norma
hukum yang mengatur bahwasanya anak harus diserahkan kepada orangtua yang menjadi
pemegang hak asuh sejak putusan pengadilan diucapkan, atau penerbitan Peraturan Mahkamah
Agung sebagai dasar hukum pelaksanaan eksekusi
Kata Kunci: Eksekusi; Hak Asuh; Putusan.
173 DOI: https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2023.01601.9
174 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210
mewujudkan ketenteraman serta kebahagiaan merupakan pihak yang menerima dampak dari
bersama4. perselisihan yang terjadi dalam kehidupan
Situasi kehidupan rumah tangga tidaklah rumah tangga orangtuanya. Bahkan, seringkali
selalu dalam keadaan yang membahagiakan. anak juga dijadikan sebagai objek yang
Seringkali muncul konflik yang berulang diperebutkan oleh kedua orangtuanya seolah
dalam kehidupan rumah tangga, serta anak merupakan objek yang dapat dibagi dan
8
dianggap sudah tidak terdapat alternatif dibatasi haknya untuk mendapatkan perhatian,
jalan keluar lain untuk menyelesaikan berkomunikasi, serta kasih sayang dari salah
perselisihan itu (dissolution marriage),5 satu orangtuanya.
yang mengakibatkan terjadinya pengabaian Pengadilan dalam memutus
dan tidak dilaksanakannya pemenuhan hak perkara perceraian senantiasa harus
undangan dan metode pendekatan konseptual. anak adalah melakukan pemeliharaan anak-
Pendekatan peraturan perundang-undangan anak yang masih kecil baik laki-laki atau
dilakukan dengan mengkaji ketentuan hukum perempuan atau yang sudah besar tetapi
yang berlaku11 dikaitkan dengan masalah belum tamyiz, tanpa perintah dari padanya,
pelaksanaan eksekusi putusan yang belum menyediakan sesuatu yang menjadikan
berkekuatan hukum tetap sepanjang berkenaan kebaikannya, menjaganya dari suatu yang
dengan hak asuh anak. Pendekatan konseptual merusak jasmani, rohani, dan akalnya agar
dilakukan manakala peneliti tidak beranjak mampu berdiri sendiri dalam menghadapi
dari aturan hukum yang ada. Hal itu dilakukan hidup dan dapat memikul tanggung jawab
karena memang belum atau tidak ada aturan apabila ia sudah dewasa.15
hukum untuk masalah yang dihadapi.12 Hakikat yang terkandung dalam hak asuh
Oleh karena penelitian ini adalah anak adalah adanya tanggung jawab orang
penelitian yuridis normatif, maka teknik tua terhadap anak dalam hal pengawasan,
pengumpulan bahan hukumnya adalah pelayanan, dan menjamin pemenuhan
berupa bahan kepustakaan seperti buku-buku kebutuhan hidup anak oleh orangtua. Tanggung
bacaan, peraturan perundang-undangan yang jawab tersebut dilakukan secara kompherensif
berlaku, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan dan bersifat terus menerus hingga anak
pembahasan. Selanjutnya, terhadap bahan tersebut menjadi subjek yang cakap menurut
yang diperoleh tersebut, dianalisis secara hukum, mencapai usia dewasa dan mampu
kualitatif dan dikemukakan secara preskriptif. memikul hak dan kewajiban hukumnya secara
mandiri.16
Pembahasan Dalam hukum perdata, hak asuh anak
Istilah hak asuh anak dalam bahasa Arab disebut dengan pengasuhan. Hak pengasuhan
sering disebut “hadhanah” yang berarti merupakan hak yang dimiliki seorang anak
“meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk atau di dari orang tua sekaligus merupakan kewajiban
pangkuan”,13 pada saat ibu menyusui anaknya, orang tua terhadap anak. Hal ini sebagaimana
maka sang ibu akan meletakkan anak tersebut dimaksud dalam rumusan norma hukum
dalam pangkuannya. Hal ini menggambarkan yang diatur dalam Pasal 45 ayat (1) dan
bahwasanya ibu melindungi dan memelihara (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
anaknya.14 Menurut Sayyid Sabiq, hak asuh yang memerintahkan kedua orangtua untuk
11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 137.
12 Ibid, hlm.177.
13 Muhammad Saleh, Muhammad Habib, Fira Humaira, “Sosialisasi Penyelesaian Perkara Hadhanah di
Pengadilan Agama”, Jurnal ABDIMASA Pengabdian Masyarakat Vol.3, No.2, (Agustus 2020): 72.
14 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 157
15 Ibid.
16 M.Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading, 1975), hlm: 204.
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 177
17 Umul Khair, “Pelaksanaan Hak Asuh Anak Setelah Terjadinya Perceraian”, Jurnal Cendekia Hukum Vol. 5, No.
2, (Maret 2020): 296.
18 Mashuril Anwar, M. Ridho Wijaya, “Fungsionalisasi dan Implikasi Asas Kepentingan Terbaik bagi Anak yang
Berkonflik dengan Hukum: Studi Putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang”, Undang: Jurnal Hukum Vol. 2,
No. 2, (2019): 271-272, diakses 6 Maret 2022, doi: https://doi.org/10.22437/ujh.2.2.265-292 .
178 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210
mendapatkan kasih sayang dari salah satu Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij
orangtuanya. Kondisi ini juga terjadi selama Voorraad) dan Provisionil hanya dapat
proses hukum dan upaya berlangsung. dijatuhkan dalam hal-hal permasalahan hukum
Tentunya situasi tersebut telah menghilangkan tertentu,20 yaitu:
hak anak untuk bertemu dan berhubungan a. gugatan didasarkan pada bukti surat
pribadi secara tetap dengan salah satu auntentik atau surat tulisan tangan
orangtuanya. Hal demikian sangat berpotensi (handschrift) yang tidak dibantah
mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kebenaran tentang isi dan tanda
menyebabkan masalah kesehatan psikologis tangannya, yang menurut Undang-
dan sosial yang serius di masa yang akan undang tidak mempunyai kekuatan
datang. bukti;
Ketentuan hukum mengatur bahwasanya b. gugatan tentang hutang-piutang yang
eksekusi putusan (termasuk hak asuh anak) jumlahnya sudah pasti dan tidak
hanya dapat dilakukan apabila putusan dibantah;
tersebut telah berkekuatan hukum tetap19. c. gugatan tentang sewa-menyewa
Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal tanah, rumah, gudang dan lain-lain,
64 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 dimana hubungan sewa menyewa
yang berbunyi: “Penetapan dan putusan sudah habis/lampau, atau Penyewa
Pengadilan yang dimintakan banding terbukti melalaikan kewajibannya
atau kasasi, pelaksanaannya ditunda demi sebagai Penyewa yang beritikad baik;
hukum, kecuali apabila dalam amarnya d. pokok gugatan mengenai tuntutan
menyatakan penetapan atau putusan tersebut pembagian harta perkawinan (gono-
dapat dijalankan lebih dahulu meskipun ada gini) setelah putusan mengenai
perlawanan, banding, atau kasasi”. Selain gugatan cerai mempunyai kekuatan
itu, berkaitan dengan putusan serta merta hukum tetap;
(uitvoerbaar bij voorraad), telah diatur pula e. dikabulkannya gugatan Provisionil,
secara khusus dalam Surat Edaran Mahkamah dengan pertimbangan agar hukum
Agung Nomor 3 Tahun 2000 tentang Putusan yang tegas dan jelas serta memenuhi
Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Pasal 332 Rv;
Provisionil yang tidak memasukkan gugatan f. gugatan berdasarkan Putusan yang
perkara perceraian sebagai salah satu perkara telah memperoleh kekuatan hukum
yang dapat dijatuhkan putusan serta merta itu. tetap (in kracht van gewijsde) dan
19 Putusan yang berkekuatan hukum tetap adalah putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya
hukum verzet, banding maupun kasasi. R.Soeroso, Praktek Hukum Acara Perdata, Tata Cara dan Proses
Persidangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hlm.133.
20 Diktum angka 4 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta
(Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Provisionil.
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 179
undang yang sama menyatakan bahwa “setiap menegaskan adanya kekosongan hukum untuk
anak berhak diasuh oleh orangtunya sendiri, menjamin kepastian terpenuhinya hak anak
kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang kedua orangtuanya sedang berperkara
yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu di pengadilan, sehingga memberikan dampak
adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan psikis yang begitu besar terhadap anak.
merupakan pertimbangan terakhir”. Norma Dengan demikian, secara nyata telah terjadi
hukum pada ayat (2) menyebutkan “dalam kekosongan hukum atau belum ada peraturan
hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud perundang-undangan yang mengatur tentang
pada ayat (1), anak tetap berhak: penyelesaian in concreto terhadap suatu
a. bertemu langsung dan berhubungan masalah yang sangat mendesak dan perlu
pribadi secara tetap dengan kedua segera diselesaikan, dalam hal ini pemenuhan
orangtuanya, dan perlindungan terhadap asas kepentingan
b. mendapatkan pengasuhan, terbaik bagi anak selama proses hukum dan
pemeliharaan, pendidikan dan upaya hukum yang masih berlangsung dalam
perlindungan untuk proses tumbuh perkara perceraian kedua orang tuanya.
kembang dari kedua orangtuanya Seharusnya, proses hukum dan upaya hukum
sesuai dengan kemampuan, bakat, di tingkat banding maupun kasasi yang
dan minatnya, dilakukan oleh orang tua yang berkonflik
c. memperoleh pembiayaan hidup dari dalam rumah tangga tidak mencederai hak
kedua orangtuanya, dan kepentingan terbaik bagi anak: termasuk
d. memperoleh hak anak lainnya”. hak anak untuk bertemu, mendapatkan
Perlu dipahami, pemisahan akibat asuhan dan kasih sayang dari orang tuanya
perceraian dan situasi lainnya hanya dapat yang merupakan pemegang hak asuh yang
dilakukan dengan menjunjung prinsip tidak ditetapkan dalam putusan pengadilan tingkat
menghilangkan hubungan anak dengan kedua pertama. Oleh karena itu, diperlukan adanya
orang tuanya.22 Namun, ketentuan ini belum regulasi yang mengatur pelaksanaan eksekusi
mengakomodir dan menjamin terpenuhinya putusan yang belum berkekuatan hukum
hak anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal tetap sepanjang berkenaan dengan hak asuh
14 ayat (2) dalam hal terjadinya konflik rumah anak, sebagai upaya mewujudkan jaminan
tangga dan rangkaian proses hukum serta upaya pemenuhan kepentingan terbaik bagi anak
hukum masih berjalan dan belum berkekuatan sebagai prinsip of paramount importence
hukum tetap. Dengan demikian, hal ini kembali (memperoleh prioritas tertinggi).23
22 Luthfita Yuliana Nur Yumna S, Ambar Budhisulistyawati, “Dasar Hukum Pertimbangan Hakim dalam
Menetapkan Hak Asuh Anak dibawah Umur pada Suami Akibat Perceraian (Studi Putusan Nomor 12/
Pdt.G/2018/PN/Skt)”, Privat Law Vol. 9, No. 2, (Juli-Desember 2021): 365, diakses 09 Januari 2023, doi:
https://doi.org/10.20961/privat.v9i2.60044.
23 Gracela Nggeo, Roosje Lasut, Mien Soputan, “Perlindungan Hukum terhadap Pembatalan Hak Asuh Anak
oleh Orang Tua Kandung menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”, Lex
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 181
26 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 224.
27 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum (Upaya Mewujudkan Hukum yang Pasti dan Berkeadilan),
(Yogyakarta: UII Press, 2015), hlm.102.
28 Ibid, hlm. 111.
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 183
pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Di satu sisi, ketentuan Pasal 64 Undang-
Undang-Undang Peradilan Agama, Kompilasi undang Nomor 7 Tahun 1989 memang
Hukum Islam, Undang-Undang Perlindungan mengatur eksekusi hanya dapat dilaksanakan
Anak, Yurisprudensi Mahkamah Agung, dan setelah putusan inkracht, namun undang-
peraturan lain yang berkaitan. undang tersebut tidaklah sama sekali
Salah satu ketentuan yang paling krusial menjangkau atau mengatur bagaimana aspek
yang harus dipertimbangkan oleh hakim perlindungan hak anak yang orangtuanya
adalah kondisi faktual anak sejak konflik berkonflik dalam rumah tangga. Padahal
rumah tangga kedua orangtuanya terjadi gugatan perkara rumah tangga tidak hanya
hingga putusnya hubungan perkawinan kedua membawa konsekuensi terhadap suami istri
orangtuanya. Dalam hal ini, hakim tidak dan harta bersama saja, namun juga terhadap
hanya sekedar memeriksa dan melakukan anak. Di sisi lain, tidak ada satupun norma
penggalian fakta berkaitan dengan perihal hukum dalam Undang-Undang Perlindungan
konflik dalam rumah tangga antara penggugat Anak yang juga mengatur bagaimana hukum
dan tergugat, namun juga harus menggali memberikan jaminan perlindungan terhadap
keterangan berkaitan dengan situasi objektif anak yang rumah tangga orangtuanya sedang
anak dari parapihak, sehingga putusan yang berkonflik dan putusannya belum berkekuatan
akan dijatuhkan nantinya tidak hanya sekedar hukum tetap.
memberikan konsekuensi hukum terhadap Dengan memperhatikan asas kepentingan
hubungan suami istri semata, namun putusan terbaik bagi anak (the best interest of the
itu juga dapat memberikan jaminan terhadap child) sebagaimana diatur dalam Undang-
pemenuhan asas kepentingan terbaik bagi undang Perlindungan Anak, maka peneliti
anak (the best interest of the child). berpendapat bahwasanya Ketua Pengadilan di
Salah satu asas yang paling fundamental tingkat pertama dapat membuat pertimbangan,
dalam penyelenggaraan perlindungan anak penilaian, perkiraan dan mengambil suatu
adalah asas kepentingan terbaik bagi anak29. tindakan yang dianggap pantas atau patut
Asas ini menghendaki seluruh tindakan yang sesuai dengan keadaan faktual yang dihadapi,
berkaitan dengan anak baik yang dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika tindakan
oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial tersebut tidak dilakukan, maka kemungkinan
pemerintah atau swasta, pengadilan, penguasa- besar kerugian atau kerusakan yang lebih besar
penguasa pemerintahan atau badan-badan akan terjadi. Dalam konteks ini, pertimbangan
legislatif, harus menjadikan kepentingan tersebut juga termasuk dalam hal pelaksanaan
terbaik dari anak-anak sebagai pertimbangan eksekusi amar putusan sepanjang berkenaan
utama.30 dengan hak asuh, walaupun masih ada upaya
29 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak .
30 Pasal 3 ayat (1) Konvensi Internasional mengenai Hak Anak.
184 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210
hukum yang berjalan terhadap putusan itu karena itu, apabila perubahan norma hukum
pada tingkat banding maupun kasasi. yang diatur dalam Pasal 64 Undang-Undang
Ketentuan norma hukum yang diatur Peradilan Agama sebagaimana dijelaskan di
dalam Pasal 64 Undang-Undang Peradilan atas sulit dilakukan, maka Mahkamah Agung
Agama yang berlaku saat ini menjadi dasar dapat menerbitkan Peraturan Mahkamah
hukum penundaan pelaksanaan eksekusi Agung yang dapat dijadikan sebagai dasar
terhadap penetapan dan putusan pengadilan hukum dalam pelaksanaan eksekusi putusan
yang dimintakan banding atau kasasi, sehingga pengadilan tingkat pertama yang belum
seluruh perkara yang telah diputus oleh berkekuatan hukum tetap sepanjang amarnya
Pengadilan tingkat pertama dan upaya hukum berkenaan dengan hak asuh anak.
terhadap perkara itu masih berjalan serta Eksekusi terhadap putusan pengadilan
belum berkekuatan hukum tetap menyebabkan berkaitan dengan hak asuh anak dilakukan
putusan itu tidak dapat dieksekusi. Termasuk melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan
pula terhadap putusan pengadilan tingkat Pengajuan permohonan eksekusi kepada
pertama yang berkaitan dengan hak asuh anak. Pengadilan dimana perkara diperiksa, diadili
Oleh karena itu, penting dilakukan perubahan dan diputus. Kemudian, Pengadilan Agama
terhadap norma hukum sebagaimana diatur menetapkan sidang aanmaning dan apabila
dalam Pasal 64 Undang-Undang Peradilan tenggang waktu sebagaimana diatur dalam
Agama dengan menambah frasa “ataupun Pasal 207 R.Bg, termohon eksekusi tidak
sepanjang berkenaan dengan hak asuh melaksanakan eksekusi secara sukarela, maka
anak”, sehingga sungguhpun upaya hukum Ketua Pengadilan Agama mengeluarkan surat
dalam perkara itu masih berjalan di tingkat perintah eksekusi dan eksekusi dilaksanakan di
banding ataupun kasasi, namun sepanjang tempat termohon eksekusi yang dihukum untuk
amarnya berkaitan dengan hak asuh anak, menyerahkan anak. Dalam pelaksanaannya,
maka eksekusi terhadap putusan pengadilan dibantu oleh dua orang saksi yang memenuhi
yang belum berkekuatan hukum tetap dapat unsur sebagaimana tersebut dalam 210 ayat
dilaksanakan. (2) R.Bg. Juru Sita mengambil anak tersebut
Mekanisme perubahan terhadap secara baik-baik, sopan dan dengan tetap
undang-undang membutuhkan waktu dan berpegang pada adat istiadat yang berlaku
proses yang panjang, baik perubahan yang dan apabila tidak diserahkan oleh termohon
dilakukan secara menyeluruh untuk suatu secara sukarela, maka dilaksanakan secara
undang-undang ataupun perubahan terhadap paksa. Terakhir, Juru Sita membuat berita
sebahagian dari norma hukum yang ada dalam acara eksekusi yang ditandatangani oleh Juru
suatu undang-undang yang dimaksud. Oleh Sita beserta dua orang saksi sebanyak rangkap
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 185
maka Mahkamah Agung dapat menerbitkan bahwa sering kali anak tidak dapat bertemu
Peraturan Mahkamah Agung yang dapat dan berkomunikasi dengan orangtuanya yang
dijadikan sebagai dasar hukum dan pedoman telah ditetapkan sebagai pemegang hak asuh
oleh pengadilan tingkat pertama untuk karena putusan perkara perceraian tersebut
melakukan eksekusi putusan yang amarnya belum berkekuatan hukum tetap, sehingga
berkaitan dengan hak asuh sungguhpun eksekusi putusan pengadilan tingkat pertama
putusan tersebut belum berkekuatan hukum tersebut belum dapat dilaksanakan. Demi
tetap. mewujudkan pemenuhan kepentingan terbaik
bagi anak (the best interest of the child), maka
Simpulan perlu dilakukan perubahan terhadap Pasal 64
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
tentang Perlindungan Anak menegaskan bahwa Peradilan Agama, atau penerbitan Peraturan
dalam hal terjadi pemisahan akibat perceraian Mahkamah Agung yang memberikan
dan situasi lainnya dengan tidak memutuskan kewenangan kepada ketua Pengadilan tingkat
hubungan anak dengan kedua orang tuanya, pertama untuk melaksanakan eksekusi
anak tetap berhak bertemu dan berhubungan putusan yang belum berkekuatan hukum tetap
pribadi secara tetap dengan kedua orang tuanya. sepanjang berkenaan dengan hak asuh.
Namun, situasi yang terjadi dalam masyarakat
dan adanya kekosongan hukum menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA