You are on page 1of 17

Volume 16 No 1 (April) 2023 : pp 174-190

e-ISSN:2527-4406
Faculty of Law, Universitas Brawijaya, Malang p-ISSN:0126-0235
Indonesia
https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena

EKSEKUSI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA YANG BELUM


INKRACHT BERKENAAN DENGAN HAK ASUH ANAK

Chandra Darusman S1, M. Ikhwan Adabi1, Apri Rotin Djusfi1, Phoenna Ath
Thariq1, Eza Aulia1, Rahmat Jhowanda1, Liza Agnesta Krisna2

1 Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Teuku Umar


2 Fakultas Hukum, Universitas Samudera
Jalan Alue Peunyareng, Meulaboh Aceh Barat
Email: chandradarusman@utu.ac.id

Disubmit: 23-03-2022 | Direview: 29-06-2022 | Diterima: 10-11-2022

Abstract
Law Number 23 of 2002 concerning Child Protection emphasizes that in the event of separation
due to divorce and other situations without eliminating the child's relationship with his parents,
the child still has the right to meet and have permanent personal contact with both parents.
However, the situation that occurs in society and the existence of a legal vacuum shows that
often children cannot meet their parents who have been appointed as custodians because the
divorce case decision has not yet become legally binding. This normative juridical research uses
statutory approach and the conceptual approach. The concept of child protection regulated in
the Child Protection Act and other laws and regulations also includes the protection of children
in situations of parental household conflict and protection in situations where the legal process
against parental household conflicts is still ongoing and has no permanent legal force. The
researcher recommends a change to the Law on Religious Courts. In this case, it is necessary to
add legal norms that stipulate those children must be handed over to parents who are holders
of custody since the court decision is pronounced, or the issuance of a Supreme Court Rule as
the legal basis for implementing execution.
Keyword: Custody; Execution; Judgment.

Abstrak
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menegaskan dalam hal
terjadi pemisahan akibat perceraian dan situasi lainnya dengan tidak menghilangkan hubungan
anak dengan kedua orang tuanya, anak tetap berhak bertemu dan berhubungan pribadi secara
tetap dengan kedua orang tuanya. Namun, situasi yang terjadi dalam masyarakat dan adanya
kekosongan hukum menunjukkan bahwa sering kali anak tidak dapat bertemu dengan orangtuanya
yang telah ditetapkan sebagai pemegang hak asuh karena putusan perkara perceraian tersebut
belum berkekuatan hukum tetap. Penelitian yuridis normative ini menggunakan pendekatan
peraturan perundang-undangan dan metode pendekatan konseptual. Konsep perlindungan anak
yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan peraturan perundang-undangan
lain juga mencakup perlindungan anak dalam situasi konflik rumah tangga orang tuanya,
dan perlindungan dalam situasi proses hukum terhadap konflik rumah tangga orangtua masih
berjalan dan belum berkekuatan hukum tetap. Peneliti merekomendasikan adanya perubahan
terhadap Undang-Undang Peradilan Agama, dalam hal ini perlu adanya penambahan norma
hukum yang mengatur bahwasanya anak harus diserahkan kepada orangtua yang menjadi
pemegang hak asuh sejak putusan pengadilan diucapkan, atau penerbitan Peraturan Mahkamah
Agung sebagai dasar hukum pelaksanaan eksekusi
Kata Kunci: Eksekusi; Hak Asuh; Putusan.
173 DOI: https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2023.01601.9
174 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

Pendahuluan serta kewajiban masing-masing pihak kepada


Perkawinan merupakan ikatan lahir bathin pasangannya yang seolah-olah hubungan
antara seorang pria dengan seorang wanita perkawinan telah putus hanya dengan
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk ucapan talak semata. Padahal, ketentuan
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan peraturan perundang-undangan menegaskan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha bahwasanya hubungan perkawinan putus
Esa.1 Perkawinan adalah persekutuan hidup karena kematian, perceraian, maupun
antara pria dan wanita yang dikukuhkan oleh atas keputusan pengadilan ; dan terhadap
6

undang-undang.2 Perkawinan adalah bentuk perceraian yang menyebabkan hubungan


ikatan antara seorang pria dan wanita yang perkawinan menjadi terputus, hanya dapat
diakui oleh peraturan perundang-undangan terjadi di muka sidang pengadilan setelah
dengan tujuan untuk membentuk keluarga pengadilan tersebut gagal mengupayakan
yang kekal abadi.3 Dalam hal ini, perkawinan perdamaian bagi keduanya.
dapat dimaknai sebagai lembaga pengikat Salah satu akibat yang terjadi dari putusnya
hubungan hukum antara suami dan istri hubungan perkawinan adalah munculnya
sebagai perwujudan kehendak bersama demi permasalahan hak asuh anak. Anak
7

mewujudkan ketenteraman serta kebahagiaan merupakan pihak yang menerima dampak dari
bersama4. perselisihan yang terjadi dalam kehidupan
Situasi kehidupan rumah tangga tidaklah rumah tangga orangtuanya. Bahkan, seringkali
selalu dalam keadaan yang membahagiakan. anak juga dijadikan sebagai objek yang
Seringkali muncul konflik yang berulang diperebutkan oleh kedua orangtuanya seolah
dalam kehidupan rumah tangga, serta anak merupakan objek yang dapat dibagi dan
8

dianggap sudah tidak terdapat alternatif dibatasi haknya untuk mendapatkan perhatian,
jalan keluar lain untuk menyelesaikan berkomunikasi, serta kasih sayang dari salah
perselisihan itu (dissolution marriage),5 satu orangtuanya.
yang mengakibatkan terjadinya pengabaian Pengadilan dalam memutus
dan tidak dilaksanakannya pemenuhan hak perkara perceraian senantiasa harus

1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.


2 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hlm. 106.
3 Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, (Bandung : Pustaka Setia, 2015), hlm. 132
4 Ismiati, “Perceraian Orangtua Dan Problem Psikologis Anak”, Jurnal At-Taujih Vol.1, No.1, (2018) : 1, diakses
6 Maret 2022, doi: http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Taujih .
5 Nibras Syafriani Manna, Shinta Doriza, Maya Oktaviani “Cerai Gugat: Telaah Penyebab Perceraian Pada
Keluarga di Indonesia”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora Vol. 6, No. 1, (Maret 2021): 12, diakses 6
Maret 2022 .
6 Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
7 Indira Inggi A, Mulyadi, Yunanto: “Kajian Perolehan Hak Asuh Anak sebagai Akibat Putusnya Perkawinan
karena Perceraian”, Diponegoro Law Review Vol.5, No. 2, (2016): 1.
8 Vivi Kurniawati, Pengasuhan Anak, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018), hlm. 5.
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 175

mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya Pasal 64 Undang-Undang Nomor 7 Tahun


apakah benar dalam rumah tangga yang 1989 sebagaimana telah diubah terakhir kali
bersangkutan telah terjadi konflik yang tajam dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun
dan terus menerus, serta mempertimbangkan 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
pula apakah konflik yang tajam dan Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
terus menerus tersebut dapat didamaikan Agama menyatakan bahwa memerintahkan
atau tidak.9 Selain itu, hakim juga akan penundaan pelaksanaan eksekusi terhadap
mempertimbangkan kepada siapa sebaiknya penetapan dan putusan yang dimintakan
hak asuh anak diberikan. Hal ini didasarkan banding atau kasasi. Namun, sebagaimana
pada perlindungan kepentingan terbaik bagi diketahui bahwa proses upaya hukum tentu
anak. membutuhkan waktu yang relatif lama hingga
Bahwa di dalam masyarakat ada kalanya menghasilkan putusan yang berkekuatan
ketika terjadi konflik dalam rumah tangga hukum tetap. Oleh karena itu, berkaitan
dan berlanjut ke pengadilan, maka sepanjang dengan hak asuh anak, semakin lama proses
proses hukum berlangsung anak terkadang hukum berjalan, maka semakin lama pula
dibatasi untuk bertemu, berkomunikasi, dan anak berpotensi tidak dapat berkomunikasi,
mendapatkan kasih sayang dari salah satu bertemu dan mendapatkan kasih sayang dari
orangtuanya. Bahkan, salah satu orang tua salah satu orangtuanya.
sengaja melakukan upaya hukum banding Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
dan kasasi dengan tujuan menutup akses peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
komunikasi antara anak dengan salah satu terhadap eksekusi putusan pengadilan di
orang tuanya yang berdasarkan putusan tingkat pertama yang belum berkekuatan
pengadilan tingkat pertama ditetapkan hukum tetap sepanjang berkenaan dengan
sebagai pemegang hak asuh.10 Hal ini tentu hak asuh anak, dengan titik fokus penelitian
menimbulkan dampak buruk bagi tumbuh di Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah
kembang anak dan pemenuhan hak anak untuk bagi para pihak yang beragama Islam.
mendapatkan asuhan dan cinta kasih dari kedua Penelitian ini merupakan penelitian
orangtuanya menjadi tercederai. Seharusnya, yuridis normatif, yaitu dengan cara melakukan
konflik rumah tangga dan perselisihan antara penelitian kepustakaan sebagai bahan
kedua orangtua, dan lamanya proses hukum hukummnya (baik bahan hukum primer,
yang berlangsung terkait dengan itu tidak bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum
memposisikan anak sebagai pihak yang harus tersier). Metode pendekatan dari penelitian
dirugikan. ini adalah pendekatan peraturan perundang-
9 Adela Ramadani Putri, “Perceraian Karena Perselisihan Terus Menerus dalam Perspektif Hukum Perkawinan
Nasional dan Fikih Islam”, Skripsi Ilmu Hukum, Program Studi Ilmu Hukum, (Medan, UMSU, 2021), Tidak
Dipublikasikan, hlm. 56.
10 Wawancara dengan Penggugat dalam perkara Nomor: 22/Pdt.G/2020/MS.Mbo, 1 Juli 2022.
176 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

undangan dan metode pendekatan konseptual. anak adalah melakukan pemeliharaan anak-
Pendekatan peraturan perundang-undangan anak yang masih kecil baik laki-laki atau
dilakukan dengan mengkaji ketentuan hukum perempuan atau yang sudah besar tetapi
yang berlaku11 dikaitkan dengan masalah belum tamyiz, tanpa perintah dari padanya,
pelaksanaan eksekusi putusan yang belum menyediakan sesuatu yang menjadikan
berkekuatan hukum tetap sepanjang berkenaan kebaikannya, menjaganya dari suatu yang
dengan hak asuh anak. Pendekatan konseptual merusak jasmani, rohani, dan akalnya agar
dilakukan manakala peneliti tidak beranjak mampu berdiri sendiri dalam menghadapi
dari aturan hukum yang ada. Hal itu dilakukan hidup dan dapat memikul tanggung jawab
karena memang belum atau tidak ada aturan apabila ia sudah dewasa.15
hukum untuk masalah yang dihadapi.12 Hakikat yang terkandung dalam hak asuh
Oleh karena penelitian ini adalah anak adalah adanya tanggung jawab orang
penelitian yuridis normatif, maka teknik tua terhadap anak dalam hal pengawasan,
pengumpulan bahan hukumnya adalah pelayanan, dan menjamin pemenuhan
berupa bahan kepustakaan seperti buku-buku kebutuhan hidup anak oleh orangtua. Tanggung
bacaan, peraturan perundang-undangan yang jawab tersebut dilakukan secara kompherensif
berlaku, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan dan bersifat terus menerus hingga anak
pembahasan. Selanjutnya, terhadap bahan tersebut menjadi subjek yang cakap menurut
yang diperoleh tersebut, dianalisis secara hukum, mencapai usia dewasa dan mampu
kualitatif dan dikemukakan secara preskriptif. memikul hak dan kewajiban hukumnya secara
mandiri.16
Pembahasan Dalam hukum perdata, hak asuh anak
Istilah hak asuh anak dalam bahasa Arab disebut dengan pengasuhan. Hak pengasuhan
sering disebut “hadhanah” yang berarti merupakan hak yang dimiliki seorang anak
“meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk atau di dari orang tua sekaligus merupakan kewajiban
pangkuan”,13 pada saat ibu menyusui anaknya, orang tua terhadap anak. Hal ini sebagaimana
maka sang ibu akan meletakkan anak tersebut dimaksud dalam rumusan norma hukum
dalam pangkuannya. Hal ini menggambarkan yang diatur dalam Pasal 45 ayat (1) dan
bahwasanya ibu melindungi dan memelihara (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
anaknya.14 Menurut Sayyid Sabiq, hak asuh yang memerintahkan kedua orangtua untuk

11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 137.
12 Ibid, hlm.177.
13 Muhammad Saleh, Muhammad Habib, Fira Humaira, “Sosialisasi Penyelesaian Perkara Hadhanah di
Pengadilan Agama”, Jurnal ABDIMASA Pengabdian Masyarakat Vol.3, No.2, (Agustus 2020): 72.
14 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 157
15 Ibid.
16 M.Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading, 1975), hlm: 204.
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 177

memberikan pemeliharaan dan pendidikan Yurisprudensi Nomor 175 K/Pdt/2001 tanggal


sebaik mungkin bagi anak-anaknya. 28 Agustus 2001.
Pertimbangan hukum hakim yang Berdasarkan penjelasan Pasal 2 huruf
berkaitan dengan hak asuh dalam banyak d Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
putusan didasarkan pada ketentuan hukum tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dimaksud dengan kepentingan terbaik bagi
huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun anak (the best interest of the child) adalah
1974 tentang Perkawinan bahwasanya segala pengambilan keputusan harus selalu
terkait hak pemeliharaan anak didasarkan mempertimbangkan kelangsungan hidup dan
pada kepentingan terbaik bagi anak (the best tumbuh kembang anak18. Salah satu wujud
interest of the child).17 Selain itu, pertimbangan perlindungan kepentingan terbaik bagi anak
hukum Hakim juga akan merujuk pada (the best interest of the child) sebagaimana
ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor dimaksud di atas, maka ketentuan Pasal
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 14 ayat (2) jo. penjelasan Pasal 14 ayat (1)
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan tentang Perlindungan Anak sebagaimana
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 diubah dengan Undang-Undang Nomor 35
tentang Perlindungan Anak, sehingga hak Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
anak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan Perlindungan Anak, menegaskan bahwa dalam
harkat dan martabat kemanusiaan dapat hal terjadi pemisahan akibat perceraian dan
terpenuhi. Selain itu, merujuk pada Pasal 14 situasi lainnya dengan tidak menghilangkan
undang-undang yang sama diatur bahwasanya hubungan anak dengan kedua orang tuanya,
setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan anak tetap berhak bertemu dan berhubungan
pengasuhan dari orangtuanya sendiri, kecuali pribadi secara tetap dengan kedua orang
apabila terdapat alasan yang sah menurut tuanya.
hukum atau aturan hukum yang membuktikan Bahwa sebagaimana telah dipaparkan
pemisahan itu diperlukan demi melindungi pada bagian sebelumnya, seringkali terjadi
kepentingan terbaik bagi anak (the best interest peristiwa dimana ketika kehidupan rumah
of the child) dan merupakan pertimbangan tangga diwarnai dengan konflik yang tajam
terakhir. Hal ini juga sejalan dengan ketentuan dan berulang, salah satu orang tua melarang
Pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam dan dan menutup akses bagi anaknya untuk

17 Umul Khair, “Pelaksanaan Hak Asuh Anak Setelah Terjadinya Perceraian”, Jurnal Cendekia Hukum Vol. 5, No.
2, (Maret 2020): 296.
18 Mashuril Anwar, M. Ridho Wijaya, “Fungsionalisasi dan Implikasi Asas Kepentingan Terbaik bagi Anak yang
Berkonflik dengan Hukum: Studi Putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang”, Undang: Jurnal Hukum Vol. 2,
No. 2, (2019): 271-272, diakses 6 Maret 2022, doi: https://doi.org/10.22437/ujh.2.2.265-292 .
178 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

mendapatkan kasih sayang dari salah satu Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij
orangtuanya. Kondisi ini juga terjadi selama Voorraad) dan Provisionil hanya dapat
proses hukum dan upaya berlangsung. dijatuhkan dalam hal-hal permasalahan hukum
Tentunya situasi tersebut telah menghilangkan tertentu,20 yaitu:
hak anak untuk bertemu dan berhubungan a. gugatan didasarkan pada bukti surat
pribadi secara tetap dengan salah satu auntentik atau surat tulisan tangan
orangtuanya. Hal demikian sangat berpotensi (handschrift) yang tidak dibantah
mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kebenaran tentang isi dan tanda
menyebabkan masalah kesehatan psikologis tangannya, yang menurut Undang-
dan sosial yang serius di masa yang akan undang tidak mempunyai kekuatan
datang. bukti;
Ketentuan hukum mengatur bahwasanya b. gugatan tentang hutang-piutang yang
eksekusi putusan (termasuk hak asuh anak) jumlahnya sudah pasti dan tidak
hanya dapat dilakukan apabila putusan dibantah;
tersebut telah berkekuatan hukum tetap19. c. gugatan tentang sewa-menyewa
Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal tanah, rumah, gudang dan lain-lain,
64 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 dimana hubungan sewa menyewa
yang berbunyi: “Penetapan dan putusan sudah habis/lampau, atau Penyewa
Pengadilan yang dimintakan banding terbukti melalaikan kewajibannya
atau kasasi, pelaksanaannya ditunda demi sebagai Penyewa yang beritikad baik;
hukum, kecuali apabila dalam amarnya d. pokok gugatan mengenai tuntutan
menyatakan penetapan atau putusan tersebut pembagian harta perkawinan (gono-
dapat dijalankan lebih dahulu meskipun ada gini) setelah putusan mengenai
perlawanan, banding, atau kasasi”. Selain gugatan cerai mempunyai kekuatan
itu, berkaitan dengan putusan serta merta hukum tetap;
(uitvoerbaar bij voorraad), telah diatur pula e. dikabulkannya gugatan Provisionil,
secara khusus dalam Surat Edaran Mahkamah dengan pertimbangan agar hukum
Agung Nomor 3 Tahun 2000 tentang Putusan yang tegas dan jelas serta memenuhi
Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Pasal 332 Rv;
Provisionil yang tidak memasukkan gugatan f. gugatan berdasarkan Putusan yang
perkara perceraian sebagai salah satu perkara telah memperoleh kekuatan hukum
yang dapat dijatuhkan putusan serta merta itu. tetap (in kracht van gewijsde) dan

19 Putusan yang berkekuatan hukum tetap adalah putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya
hukum verzet, banding maupun kasasi. R.Soeroso, Praktek Hukum Acara Perdata, Tata Cara dan Proses
Persidangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hlm.133.
20 Diktum angka 4 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta
(Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Provisionil.
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 179

mempunyai hubungan dengan pokok perkara perceraian orangtuanya telah


gugatan yang diajukan; berkekuatan hukum tetap. Artinya, ketentuan
g. pokok sengketa mengenai bezitsrecht. Pasal 64 Undang-undang 7 Tahun 1989 dan
Bahwa tidak terdapat aturan perundang- Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2000
undangan yang mengatur dan memberikan tidak mengatur dan menjangkau pemenuhan
kewenangan bagi pengadilan untuk asas kepentingan terbaik bagi anak. Padahal,
melakukan eksekusi amar putusan tingkat dalam banyak perkara perceraian yang
pertama yang belum berkekuatan hukum diperiksa di pengadilan, sering ditemukan
tetap sepanjang berkenaan dengan hak asuh fakta hukum bahwa salah satu orang tua secara
anak selama putusan tingkat pertama tersebut sengaja telah membatasi dan menutup akses
masih belum inkracht karena terdapat upaya komunikasi antara anak dengan orangtuanya
hukum di tingkat banding maupun kasasi. Hal yang lain.21 Dalam putusannya, pengadilan
ini sebagaimana dimaksud dalam rumusan tingkat pertama juga telah menetapkan
norma hukum dalam Pasal 64 Undang-undang salahsatu orang tua sebagai pemegang hak
7 Tahun 1989 yang secara tegas mengatur asuh anak. Namun, orangtua yang ditetapkan
penundaan pelaksanaan eksekusi terhadap sebagai pemegang hak asuh tersebut tetap
penetapan dan putusan yang diajukan upaya tidak dapat memberikan pengasuhan terhadap
hukum banding ataupun kasasi, kecuali anak dikarenakan sang anak masih berada
penetapan atau putusan itu memuat amar yang dalam penguasaan orangtuanya yang bukan
menyatakan penetapan atau putusan tersebut pemegang hak asuh sebagaimana ditetapkan
dapat dijalankan terlebih dahulu sungguhpun dalam putusan tingkat pertama karena ada
dilakukan upaya perlawanan atau upaya upaya hukum banding dan kasasi. Tentunya
hukum lebih lanjut ke tingkat pengadilan situasi seperti ini memberikan dampak buruk
yang lebih tinggi. Selain itu, mengacu pada terhadap anak.
Diktum angka 4 Surat Edaran Mahkamah Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor
Agung Nomor 3 Tahun 2000 hak asuh anak 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
tidak termasuk dalam klasifikasi perkara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
yang dapat dijatuhkan putusan serta merta tentang Perlindungan Anak memberikan
dan eksekusinya dapat dilaksanakan terlebih kewajiban bagi setiap orangtua, keluarga,
dahulu sungguhpun ada perlawanan maupun masyarakat, negara, pemerintah, dan
banding atau kasasi. pemerintah daerah untuk memberikan
Kedua ketentuan normatif di atas jaminan, perlindungan dan pemenuhan hak
menegaskan bahwasanya eksekusi hak asuh anak sebagai bagian dari hak asasi manusia.
anak baru dapat dilaksanakan jika putusan Selanjutnya, Pasal 14 ayat (1) dalam undang-

21 Wawancara dengan Penggugat dalam perkara Nomor 22/Pdt.G/2020/MS.Mbo, 1 Juli 2022.


180 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

undang yang sama menyatakan bahwa “setiap menegaskan adanya kekosongan hukum untuk
anak berhak diasuh oleh orangtunya sendiri, menjamin kepastian terpenuhinya hak anak
kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang kedua orangtuanya sedang berperkara
yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu di pengadilan, sehingga memberikan dampak
adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan psikis yang begitu besar terhadap anak.
merupakan pertimbangan terakhir”. Norma Dengan demikian, secara nyata telah terjadi
hukum pada ayat (2) menyebutkan “dalam kekosongan hukum atau belum ada peraturan
hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud perundang-undangan yang mengatur tentang
pada ayat (1), anak tetap berhak: penyelesaian in concreto terhadap suatu
a. bertemu langsung dan berhubungan masalah yang sangat mendesak dan perlu
pribadi secara tetap dengan kedua segera diselesaikan, dalam hal ini pemenuhan
orangtuanya, dan perlindungan terhadap asas kepentingan
b. mendapatkan pengasuhan, terbaik bagi anak selama proses hukum dan
pemeliharaan, pendidikan dan upaya hukum yang masih berlangsung dalam
perlindungan untuk proses tumbuh perkara perceraian kedua orang tuanya.
kembang dari kedua orangtuanya Seharusnya, proses hukum dan upaya hukum
sesuai dengan kemampuan, bakat, di tingkat banding maupun kasasi yang
dan minatnya, dilakukan oleh orang tua yang berkonflik
c. memperoleh pembiayaan hidup dari dalam rumah tangga tidak mencederai hak
kedua orangtuanya, dan kepentingan terbaik bagi anak: termasuk
d. memperoleh hak anak lainnya”. hak anak untuk bertemu, mendapatkan
Perlu dipahami, pemisahan akibat asuhan dan kasih sayang dari orang tuanya
perceraian dan situasi lainnya hanya dapat yang merupakan pemegang hak asuh yang
dilakukan dengan menjunjung prinsip tidak ditetapkan dalam putusan pengadilan tingkat
menghilangkan hubungan anak dengan kedua pertama. Oleh karena itu, diperlukan adanya
orang tuanya.22 Namun, ketentuan ini belum regulasi yang mengatur pelaksanaan eksekusi
mengakomodir dan menjamin terpenuhinya putusan yang belum berkekuatan hukum
hak anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal tetap sepanjang berkenaan dengan hak asuh
14 ayat (2) dalam hal terjadinya konflik rumah anak, sebagai upaya mewujudkan jaminan
tangga dan rangkaian proses hukum serta upaya pemenuhan kepentingan terbaik bagi anak
hukum masih berjalan dan belum berkekuatan sebagai prinsip of paramount importence
hukum tetap. Dengan demikian, hal ini kembali (memperoleh prioritas tertinggi).23
22 Luthfita Yuliana Nur Yumna S, Ambar Budhisulistyawati, “Dasar Hukum Pertimbangan Hakim dalam
Menetapkan Hak Asuh Anak dibawah Umur pada Suami Akibat Perceraian (Studi Putusan Nomor 12/
Pdt.G/2018/PN/Skt)”, Privat Law Vol. 9, No. 2, (Juli-Desember 2021): 365, diakses 09 Januari 2023, doi:
https://doi.org/10.20961/privat.v9i2.60044.
23 Gracela Nggeo, Roosje Lasut, Mien Soputan, “Perlindungan Hukum terhadap Pembatalan Hak Asuh Anak
oleh Orang Tua Kandung menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”, Lex
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 181

Di dalam sistem hukum, terdapat hukum dianggap benar-benar terjadi


tertulis dan tidak tertulis. Kemudian, pada termasuk hubungan hukum apa atau
prinsipnya pengadilan tidak boleh menolak yang mana. Dalam hal ini hakim
untuk memeriksa suatu perkara dengan alasan harus menemukan hukum yang akan
bahwa hukum mengenai perkara tersebut tidak diterapkan pada peristiwa yang telah
ada dan/atau tidak jelas. Azas ini tertuang dikonstantir sebelumnya. Hakim
dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 48 bertugas untuk menerapkan hukum
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. apabila telah ada aturan hukum yang
Sejalan dengan situasi masyarakat yang berkaitan telah dengan peristiwa
semakin berkembang, maka dituntut adanya tersebut. Sebaliknya, apabila
suatu perkembangan hukum yang dinamis. peraturan hukum yang berkaitan
Salah satu dari peran hakim adalah melakukan dengan peristiwa tersebut tidak tegas
penyesuaian undang-undang dengan kejadian- dan jelas, maka hakim berkewajiban
kejadian dalam masyarakat sehingga dapat melakukam penafsiran terhadap
menggali perkara dan memberikan keadilan peraturan hukum yang ada. Bila
bagi seluruh masyarakat.24 ditemukan adanya kekosongan hukum
Menurut Sudikno Mertokusumo, dalam terhadap peristiwa yang terjadi, maka
mengadili perkara, hakim melakukan 3 (tiga) hakim harus melakukan konstruksi
tindakan secara bertahap25, yaitu: hukum bahkan menciptakan hukum
a. mengkonstantir perkara, jika sama sekali hukumnya tidak ada.
artinya melihat, mengakui atau Sungguhpun demikian, kewenangan
membenarkan telah terjadi peristiwa hakim dalam menciptakan hukum
yang diajukan. Tahap ini dilakukan tidak boleh bertentangan dengan
dengan cara melakukan pemeriksaan seluruh sistem perundang-undangan
terhadap dokumen perkara baik yang ada dan tidak berorientasi pada
gugatan, jawaban, replik, duplik, tujuan lain selain untuk memenuhi
serta terhadap seluruh alat bukti yang rasa keadilan dan tuntutan kemajuan
diajukan sebagaimana disebutkan zaman.
dalam Pasal 164 HIR; c. mengkonstituir perkara, tahap ini
b. mengkualifisir perkara, artinya bermakna hakim menetapkan hukum
menilai peristiwa yang telah terhadap peristiwa tersebut sekaligus

Privatum Vol. 8, No. 4, (Oktober - Desember 2020): 71.


24 Nurmin K. Martam, “Tinjuan Yuridis tentang Rechtvinding (Penemuan Hukum) dalam Hukum Perdata
Indonesia”, Jurnal Cahaya Keadilan Vol.5, No 2, (Oktober 2017): 48.
25 Sudikno Mertokusumo, “Hukum Perdata Indonesia” dalam Nurmin K. Martam, “Tinjuan Yuridis tentang
Rechtvinding (Penemuan Hukum) dalam Hukum Perdata Indonesia”, Jurnal Cahaya Keadilan Vol.5, No. 2,
(Oktober 2017): 48-49.
182 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

memberikan keadilan bagi parapihak dikenal adalah penafsiran sistematis, yaitu


yang berperkara. Dalam hal ini, penafsiran menurut sistem yang ada dalam
hakim bertindak sebagai pembentuk rumusan hukum itu sendiri (systematische
hukum karena menangani dalam interpretatie), dalam hal ini dilakukan dengan
memeriksa, mengadili dan memutus memperhatikan ketentuan-ketentuan lain
perkara hakim telah menentukan dalam naskah hukum yang bersangkutan.26
hukumnya secara konkrit; artinya Melalui penafsiran sistematis, maka hakim
berlaku khusus terhadap pihak yang dapat menghubungkan satu norma tertentu
berperkara saja. Namun, berbeda dengan norma yang lain dalam suatu peraturan
cakupannya apabila pembentuk perundang-undangan.
undang-undang membentuk hukum Menurut Bambang Sutiyoso, penafsiran
yang sifatnya objektif abstrak, karena sistematis merupakan metode yang
sifatnya umum dan berlaku bagi menafsirkan undang-undang sebagai
seluruh masyarakat. bagian dari keseluruhan sistem perundang-
Pandangan tersebut di atas, memberikan undangan.27 Hal ini bermakna bahwasanya
pemahaman bahwa tugas hakim dalam hukum dipandang sebagai suatu kesatuan atau
praktiknya tentu tidak mudah. Pada sebagai sistem hukum dimana suatu peraturan
hakikatnya, hakim dituntut untuk memberikan tidak dilihat sebagai peraturan yang berdiri
pertimbangan tentang benar tidaknya suatu sendiri, namun sebagai bagian dari sistem.
perkara. Selanjutnya, hakim diwajibkan Dalam hal ini, peraturan merupakan bagian
untuk membangun konstruksi hukum dari keseluruhan sistem peraturan perundang-
terhadap peristiwa konkrit yang terjadi undangan.28
dalam masyarakat apabila berkaitan dengan Dalam memeriksa, mengadili, serta
peristiwa itu belum jelas aturan hukumnya memutus perkara, selain mengacu pada
atau tidak terdapat aturan hukumnya sama ketentuan hukum acara, hakim juga akan
sekali, serta menerapkan hukum secara pasti meninjau dan memperhatikan ketentuan
dalam peristiwa in concreto dalam memeriksa, peraturan perundang-undangan yang lain
mengadili dan memutus perkara. sepanjang memiliki relevansi dan kesesuaian
Terdapat beberapa metode penafsiran dengan pokok perkara, mulai dari tingkat
yang ada di dalam ilmu hukum, dengan tujuan undang-undang hingga Surat Edaran
untuk memecahkan suatu permasalahan Mahkamah Agung. Dalam perkara perceraian
hukum. Adapun salah satu metode yang dan hak asuh anak, hakim akan merujuk

26 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 224.
27 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum (Upaya Mewujudkan Hukum yang Pasti dan Berkeadilan),
(Yogyakarta: UII Press, 2015), hlm.102.
28 Ibid, hlm. 111.
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 183

pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Di satu sisi, ketentuan Pasal 64 Undang-
Undang-Undang Peradilan Agama, Kompilasi undang Nomor 7 Tahun 1989 memang
Hukum Islam, Undang-Undang Perlindungan mengatur eksekusi hanya dapat dilaksanakan
Anak, Yurisprudensi Mahkamah Agung, dan setelah putusan inkracht, namun undang-
peraturan lain yang berkaitan. undang tersebut tidaklah sama sekali
Salah satu ketentuan yang paling krusial menjangkau atau mengatur bagaimana aspek
yang harus dipertimbangkan oleh hakim perlindungan hak anak yang orangtuanya
adalah kondisi faktual anak sejak konflik berkonflik dalam rumah tangga. Padahal
rumah tangga kedua orangtuanya terjadi gugatan perkara rumah tangga tidak hanya
hingga putusnya hubungan perkawinan kedua membawa konsekuensi terhadap suami istri
orangtuanya. Dalam hal ini, hakim tidak dan harta bersama saja, namun juga terhadap
hanya sekedar memeriksa dan melakukan anak. Di sisi lain, tidak ada satupun norma
penggalian fakta berkaitan dengan perihal hukum dalam Undang-Undang Perlindungan
konflik dalam rumah tangga antara penggugat Anak yang juga mengatur bagaimana hukum
dan tergugat, namun juga harus menggali memberikan jaminan perlindungan terhadap
keterangan berkaitan dengan situasi objektif anak yang rumah tangga orangtuanya sedang
anak dari parapihak, sehingga putusan yang berkonflik dan putusannya belum berkekuatan
akan dijatuhkan nantinya tidak hanya sekedar hukum tetap.
memberikan konsekuensi hukum terhadap Dengan memperhatikan asas kepentingan
hubungan suami istri semata, namun putusan terbaik bagi anak (the best interest of the
itu juga dapat memberikan jaminan terhadap child) sebagaimana diatur dalam Undang-
pemenuhan asas kepentingan terbaik bagi undang Perlindungan Anak, maka peneliti
anak (the best interest of the child). berpendapat bahwasanya Ketua Pengadilan di
Salah satu asas yang paling fundamental tingkat pertama dapat membuat pertimbangan,
dalam penyelenggaraan perlindungan anak penilaian, perkiraan dan mengambil suatu
adalah asas kepentingan terbaik bagi anak29. tindakan yang dianggap pantas atau patut
Asas ini menghendaki seluruh tindakan yang sesuai dengan keadaan faktual yang dihadapi,
berkaitan dengan anak baik yang dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika tindakan
oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial tersebut tidak dilakukan, maka kemungkinan
pemerintah atau swasta, pengadilan, penguasa- besar kerugian atau kerusakan yang lebih besar
penguasa pemerintahan atau badan-badan akan terjadi. Dalam konteks ini, pertimbangan
legislatif, harus menjadikan kepentingan tersebut juga termasuk dalam hal pelaksanaan
terbaik dari anak-anak sebagai pertimbangan eksekusi amar putusan sepanjang berkenaan
utama.30 dengan hak asuh, walaupun masih ada upaya
29 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak .
30 Pasal 3 ayat (1) Konvensi Internasional mengenai Hak Anak.
184 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

hukum yang berjalan terhadap putusan itu karena itu, apabila perubahan norma hukum
pada tingkat banding maupun kasasi. yang diatur dalam Pasal 64 Undang-Undang
Ketentuan norma hukum yang diatur Peradilan Agama sebagaimana dijelaskan di
dalam Pasal 64 Undang-Undang Peradilan atas sulit dilakukan, maka Mahkamah Agung
Agama yang berlaku saat ini menjadi dasar dapat menerbitkan Peraturan Mahkamah
hukum penundaan pelaksanaan eksekusi Agung yang dapat dijadikan sebagai dasar
terhadap penetapan dan putusan pengadilan hukum dalam pelaksanaan eksekusi putusan
yang dimintakan banding atau kasasi, sehingga pengadilan tingkat pertama yang belum
seluruh perkara yang telah diputus oleh berkekuatan hukum tetap sepanjang amarnya
Pengadilan tingkat pertama dan upaya hukum berkenaan dengan hak asuh anak.
terhadap perkara itu masih berjalan serta Eksekusi terhadap putusan pengadilan
belum berkekuatan hukum tetap menyebabkan berkaitan dengan hak asuh anak dilakukan
putusan itu tidak dapat dieksekusi. Termasuk melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan
pula terhadap putusan pengadilan tingkat Pengajuan permohonan eksekusi kepada
pertama yang berkaitan dengan hak asuh anak. Pengadilan dimana perkara diperiksa, diadili
Oleh karena itu, penting dilakukan perubahan dan diputus. Kemudian, Pengadilan Agama
terhadap norma hukum sebagaimana diatur menetapkan sidang aanmaning dan apabila
dalam Pasal 64 Undang-Undang Peradilan tenggang waktu sebagaimana diatur dalam
Agama dengan menambah frasa “ataupun Pasal 207 R.Bg, termohon eksekusi tidak
sepanjang berkenaan dengan hak asuh melaksanakan eksekusi secara sukarela, maka
anak”, sehingga sungguhpun upaya hukum Ketua Pengadilan Agama mengeluarkan surat
dalam perkara itu masih berjalan di tingkat perintah eksekusi dan eksekusi dilaksanakan di
banding ataupun kasasi, namun sepanjang tempat termohon eksekusi yang dihukum untuk
amarnya berkaitan dengan hak asuh anak, menyerahkan anak. Dalam pelaksanaannya,
maka eksekusi terhadap putusan pengadilan dibantu oleh dua orang saksi yang memenuhi
yang belum berkekuatan hukum tetap dapat unsur sebagaimana tersebut dalam 210 ayat
dilaksanakan. (2) R.Bg. Juru Sita mengambil anak tersebut
Mekanisme perubahan terhadap secara baik-baik, sopan dan dengan tetap
undang-undang membutuhkan waktu dan berpegang pada adat istiadat yang berlaku
proses yang panjang, baik perubahan yang dan apabila tidak diserahkan oleh termohon
dilakukan secara menyeluruh untuk suatu secara sukarela, maka dilaksanakan secara
undang-undang ataupun perubahan terhadap paksa. Terakhir, Juru Sita membuat berita
sebahagian dari norma hukum yang ada dalam acara eksekusi yang ditandatangani oleh Juru
suatu undang-undang yang dimaksud. Oleh Sita beserta dua orang saksi sebanyak rangkap
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 185

lima.31 Pedoman Pelaksanaan Tugas bagi Pengadilan


Permasalahan anak yang dibatasi akses yang pada pokoknya menyatakan bahwasanya
berkomunikasi dengan orangtuanya yang dalam amar putusan harus dicantumkan secara
telah ditetapkan sebagai pemegang hak asuh tegas kewajiban orangtua pemegang hak asuh
seringkali ditemukan dalam masyarakat. untuk tetap memberikan akses terhadap anak
Ironisnya, ketiadaan aturan hukum membuat untuk berkomunikasi, bertemu langsung dan
situasi yang demikian semakin memposisikan berhubungan pribadi secara tetap dengan
anak sebagai korban. Di satu sisi, anak orangtuanya yang bukan pemegang hak asuh.
tentu menjadi korban karena konflik rumah Perihal ini juga wajib dimuat dalam bagian
tangga kedua orang tuanya; dan di sisi lain, pertimbangan hukum dengan pertimbangan
ia juga menjadi korban karena haknya untuk berupa tidak diberikannya akses kepada orang
memperoleh pengasuhan, kasih sayang dan tua yang tidak memegang hak asuh dapat
tumbuh kembang bersama orangtuanya dijadikan sebagai alasan mengajukan upaya
yang ditetapkan sebagai pemegang hak asuh secara hukum untuk pencabutan hak asuh.
menjadi terhambat dan tidak terpenuhi. Dalam Berkaitan dengan adanya potensi sikap
konteks ini, pada umumnya kasus perceraian, dari orangtua yang telah ditetapkan sebagai
memang terdapat kecenderungan anak pemegang hak asuh dalam putusan tingkat
menyalahkan orang tua terhadap rasa sakit pertama berupa ditutupnya akses komunikasi
yang timbul akibat perceraian32. dan terjalinnya hubungan pribadi secara tetap
Pada prinsipnya hukum mengatur bahwa antara anak dengan orang tua bukan pemegang
dalam hal terjadi pemisahan anak dengan hak asuh, maka dalam persidangan di tingkat
orang tua sebagai akibat dari perceraian, pertama hakim melakukan pemeriksaan
maka anak tetap berhak bertemu langsung dan terhadap orangtua yang merupakan calon
berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua pemegang hak asuh berkaitan dengan beberapa
orang tuanya. Hal ini sebagaimana diatur dalam hal, yaitu :
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 35 Tahun a. kapabilitas, dalam konteks ini
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang hakim harus memeriksa dan
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan mempertimbangkan kemampuan
Anak. Selain itu, berdasarkan ketentuan Huruf orangtua calon pemegang hak asuh
c angka 4 Lampiran Surat Edaran Mahkamah anak terkait dengan kemampuannya
Agung Nomor 1 Tahun 2017 tentang untuk memberikan pengasuhan dan
Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno menjamin tumbuh kembang anak
Kamar Mahkamah Agung Tahun 2017 sebagai bila anak tersebut ditetapkan berada
31 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2006)
hlm. 436-437.
32 Siti Hikmah, “Mengobati Luka Anak Korban Perceraian Melalui Pemaafan”, Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol
10, No 2, (2015): 235, diakses 6 Maret 2022, doi: 10.21580/sa.v10i2.1433.
186 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

dalam pengasuhannya. Apakah maupun tulisan dari parapihak saja dalam


orangtua calon pemegang hak asuh perkara a quo. Hakim juga berkewajiban untuk
anak tersebut berada dalam situasi memeriksa relevansi keterangan itu dengan
kesehatan fisik dan mental yang seluruh fakta peristiwa yang terjadi dan
sehat, serta situasi psiko-sosial yang seluruh fakta hukum yang terungkap di muka
baik yang menjamin rangkaian proses persidangan, serta kesesuaiannya dengan alat
tumbuh kembang anak dapat berjalan bukti yang diajukan oleh para pihak selama
sebagaimana seharusnya; tahapan pembuktian berlangsung dalam proses
b. komitmen, dalam hal ini hakim harus jalannya persidangan, yang hasilnya disusun
memeriksa dan meminta pernyataan sebagai pertimbangan yang dijadikan sebagai
secara tegas dalam bentuk tertulis dasar menentukan amar dalam putusan dan
dari orangtua calon pemegang hak pelaksanaan eksekusi terhadap putusan.
asuh anak yang pada pokoknya Idealnya, konsep perlindungan anak yang
memuat pernyataan bahwa apabila diatur dalam Undang-Undang Perlindungan
ia ditetapkan sebagai pemegang hak Anak dan peraturan perundang-undangan
asuh, maka ia menjamin tetap akan lain juga mencakup perlindungan anak dalam
memberikan kesempatan dan tidak situasi konflik rumah tangga orang tuanya,
akan menghambat akses komunikasi dan perlindungan dalam situasi proses hukum
dan terjalinnya hubungan pribadi terhadap konflik rumah tangga orangtua masih
secara tetap antara anak dengan berjalan dan belum berkekuatan hukum tetap.
orang tua bukan pemegang hak asuh. Jadi, perlindungan terhadap anak itu akan
Apabila komitmen ini dilanggar, lebih komprehensif.
maka orangtua bukan pemegang Berkaitan dengan pelaksanaan eksekusi
hak asuh dapat menyampaikan putusan, peneliti merekomendasikan adanya
hal ini dalam memori banding dan perubahan norma hukum dalam Pasal 64
hakim di tingkat banding juga diberi Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
kewenangan memerintahkan orang Peradilan Agama. Sehingga dengan perubahan
tua pemegang hak asuh selaku itu, pengadilan memiliki kewenangan untuk
Terbanding untuk membuka akses melakukan eksekusi terhadap anak, sehingga
komunikasi dan pertemuan antara anak dapat bertemu, berkomunikasi serta
orangtua bukan pemegang hak asuh mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya
dengan anak. yang telah ditetapkan sebagai pemegang hak
Proses pemeriksaan terhadap kedua hal asuh. Apabila perubahan terhadap Pasal 64
tersebut di atas tentunya tidaklah cukup hanya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
dengan mendengarkan keterangan secara lisan Peradilan Agama belum dapat dilakukan,
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 187

maka Mahkamah Agung dapat menerbitkan bahwa sering kali anak tidak dapat bertemu
Peraturan Mahkamah Agung yang dapat dan berkomunikasi dengan orangtuanya yang
dijadikan sebagai dasar hukum dan pedoman telah ditetapkan sebagai pemegang hak asuh
oleh pengadilan tingkat pertama untuk karena putusan perkara perceraian tersebut
melakukan eksekusi putusan yang amarnya belum berkekuatan hukum tetap, sehingga
berkaitan dengan hak asuh sungguhpun eksekusi putusan pengadilan tingkat pertama
putusan tersebut belum berkekuatan hukum tersebut belum dapat dilaksanakan. Demi
tetap. mewujudkan pemenuhan kepentingan terbaik
bagi anak (the best interest of the child), maka
Simpulan perlu dilakukan perubahan terhadap Pasal 64
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
tentang Perlindungan Anak menegaskan bahwa Peradilan Agama, atau penerbitan Peraturan
dalam hal terjadi pemisahan akibat perceraian Mahkamah Agung yang memberikan
dan situasi lainnya dengan tidak memutuskan kewenangan kepada ketua Pengadilan tingkat
hubungan anak dengan kedua orang tuanya, pertama untuk melaksanakan eksekusi
anak tetap berhak bertemu dan berhubungan putusan yang belum berkekuatan hukum tetap
pribadi secara tetap dengan kedua orang tuanya. sepanjang berkenaan dengan hak asuh.
Namun, situasi yang terjadi dalam masyarakat
dan adanya kekosongan hukum menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA

Buku Soeroso, R. Praktek Hukum Acara Perdata,


Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Cara dan Proses Persidangan,
Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, Jakarta: Sinar Grafika, 1994.
2009. Sutiyoso, Bambang. Metode Penemuan Hukum
Darajat, Zakiah. Ilmu Fiqh, Yogyakarta: Dana (Upaya Mewujudkan Hukum yang
Bhakti Wakaf, 1995. Pasti dan Berkeadilan), Yogyakarta:
Kurniawati, Vivi. Pengasuhan Anak, Jakarta: UII Press, 2015.
Rumah Fiqih Publishing, 2018. Triwulan, Titik Tutik. Pengantar Hukum
Mahmud, Peter Marzuki. Penelitian Hukum, Perdata di Indonesia, Jakarta: Prestasi
Edisi Revisi, Jakarta: Prenadamedia Pustaka, 2006.
Group, 2015. Yahya, M. Harahap. Hukum Perkawinan
Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Nasional, Medan: Zahir Trading, 1975.
Perdata di Lingkungan Peradilan Yani, Neng Nurhayani. Hukum Perdata,
Agama, Jakarta: Kencana, 2006. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
188 ARENA HUKUM Volume 16, Nomor 1, April 2023, Halaman 1-210

Jurnal Martam, Nurmin K. “Tinjuan Yuridis tentang


A., Indira, Mulyadi dan Yunanto. “Kajian Rechtvinding (Penemuan Hukum)
Perolehan Hak Asuh Anak sebagai dalam Hukum Perdata Indonesia”.
Akibat Putusnya Perkawinan karena Jurnal Cahaya Keadilan Vol.5, No 2,
Perceraian”. Diponegoro Law Review (Oktober 2017): 48.
Vol.5, No. 2, (2016): 1. Mertokusumo, Sudikno. “Hukum Perdata
Anwar, Mashuril dan M. Ridho Wijaya. Indonesia” dalam Nurmin K. Martam.
“Fungsionalisasi dan Implikasi Asas “Tinjuan Yuridis tentang Rechtvinding
Kepentingan Terbaik bagi Anak yang (Penemuan Hukum) dalam Hukum
Berkonflik dengan Hukum: Studi Perdata Indonesia”. Jurnal Cahaya
Putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Keadilan, Vol.5 No. 2, (Oktober 2017):
Karang”. Undang: Jurnal Hukum Vol. 2 48-49.
No. 2 (2019): 271-272. Diakses 6 Maret Nggeo, Gracela, Roosje Lasut dan Mien
2022, doi: https://doi.org/10.22437/ Soputan. “Perlindungan Hukum
ujh.2.2.265-292 . terhadap Pembatalan Hak Asuh Anak
Hikmah, Siti. “Mengobati Luka Anak Korban oleh Orang Tua Kandung menurut
Perceraian Melalui Pemaafan”. Sawwa: Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Jurnal Studi Gender Vol 10, No 2, 2002 tentang Perlindungan Anak”.
(2015): 235. Diakses 6 Maret 2022. doi: Lex Privatum Vol. 8, No. 4, (Oktober -
10.21580/sa.v10i2.1433. Desember 2020): 71.
Ismiati. “Perceraian Orangtua Dan Problem S., Luthfita Yuliana Nur Yumna dan
Psikologis Anak”. Jurnal At-Taujih Ambar Budhisulistyawati. “Dasar
Vol.1, No.1, (2018):1. Diakses 6 Maret Hukum Pertimbangan Hakim dalam
2022. doi: http://jurnal.ar-raniry.ac.id/ Menetapkan Hak Asuh Anak dibawah
index.php/Taujih . Umur pada Suami Akibat Perceraian
Khair, Umul, “Pelaksanaan Hak Asuh Anak (Studi Putusan Nomor 12/Pdt.G/2018/
Setelah Terjadinya Perceraian”. Jurnal PN/Skt)”. Privat Law Vol. 9, No. 2,
Cendekia Hukum Vol. 5, No. 2, (Maret (Juli-Desember 2021): 365. Diakses
2020): 296. 09 Januari 2023. doi: https://doi.
Manna, Nibras Syafriani, Shinta Doriza, dan org/10.20961/privat.v9i2.60044.
Maya Oktaviani. “Cerai Gugat: Telaah Saleh, Muhammad, Muhammad Habib, dan
Penyebab Perceraian Pada Keluarga di Fira Humaira. “Sosialisasi Penyelesaian
Indonesia”. Jurnal Al-Azhar Indonesia Perkara Hadhanah di Pengadilan
Seri Humaniora, Vol. 6, No. 1, (Maret Agama”. Jurnal ABDIMASA
2021): 12. Diakses 6 Maret 2022. Pengabdian Masyarakat, Vol. 3, No.2,
Darusman, Adabi, Djusfi, Thariq, Aulia, Jhowanda, Krisna, Eksekusi Putusan Pengadilan... 189

(Agustus 2020): 72. tanggal 28 Agustus 2001.


Skripsi
Ramadani, Adela Putri. “Perceraian Karena
Perselisihan Terus Menerus dalam
Perspektif Hukum Perkawinan Nasional
dan Fikih Islam” Skripsi Ilmu Hukum,
Program Studi Ilmu Hukum, Medan:
UMSU, 2021, Tidak Dipublikasikan.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3
Tahun 2000 tentang Putusan Serta
Merta (Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan
Provisionil.
Konvensi Internasional mengenai Hak Anak.
Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 175 K/Pdt/2001

You might also like