BAB 18
KARDIOLOG}
Gagal Jantung 1132
Gagal Jantung Akut
1136
Y ey, Gagal Jantung Kronik.
BAAR
Edema Paru Akut 1154:
Demam:Reumatik dan
Penyaikt Jantung
Reupiatk 1162
steri6ais Mitral 1171
Regurgitast Mitral 1180
Stenosis Aorta 1188
Kardiomiopati 1233
Perikarditis 1238
Hipertensi Pulmonar
Primer 1241
Kor Pulmonal Kronik 1251
Penyakit Jantung
Kongenital pada
Dewasa 1254
Penyakit Jantung
Hipertensi 1265
Penyakit Jantung Tiroid
1268
Penyakit Jantung pada
Usia Lanjut 1277
‘Manifestos! Klinis Jantung
pada Penyakit Sisternik
1279
Penyakit Jantung pada
Penyakit Jaringan kat
Reguigitasi Aorta 11921285
Penyakit Katup Pulmonal _peyakit Jantung dan
1198 Operdsi Non Jantung
Penyakit Katup Trkuspid 129%
1204 Sinkop 1315
Engokaraitis 1208,
areca eR sosmascer
ILMU PENYAKIT DALAM | ecisi vi 2014150
PENGANTAR DIAGNOSIS EKOKARDIOGRAFI
Ali
PENDAHULUAN
Ekokardiografi merupakan aiat diagnostik di bidang
kardiovaskular dengan prinsip dasar gelombang suara
frekuensi tinggi. Dengan transmisi gelombang suara,
diharapkan terjadi pantulan gelombang yang akan
memberikan kontur yang sesuai dengan jaringan yang
‘memantulkan transmisi gelombang, Sehingga dengan alat
ckokardiografi akan diperoteh kontur dinding pembuluh
darah, ruang-ruang jantung, katup-katup jantung serta
selaput pembungkus jantung. Pencitraan akan tergambar
dalam bentuk satu dimensi (m-mode) dua (2-0) bahkan
2,0 berukuran besar dan
biasanya membutuhkan perbaikan per kutan atau
pembedahan untuk mencegah terjadinya komplikasi
pulmonalis atau ventrikel kanan. Sedangkan rasio
1,0 mengindikasikan shunt dari kanan-ke-Kiri Jika
konsumsi oksigen tidak diukur, maka rasioaliran darah
‘panu-ke-sistemik dapat dihitung sebagai berikut
(sama)
Cpls = PBFSEE= GG FKOy
Yang mana SAO2, MVO2, PVO2, dan PAO2 adalah
arteri sistemik, mbxed venous, vena pulmonalis, dan
saturasi oksigen di dalam arteri pulmonalisPENYADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
DATA ANGIOGRAFI
Angiogram merupakan hasil dari kateterisasijantung dan
merupakan tes yang paling penting pada pasien dengan
penyakit jantung. Data angiografi terri atas arteriografi
koroner, ventrikulografi, dan aortografi. Data angiografi
yang akan dibahas i sini adalah arteriografi koroner dan
ventrikulografi
Arteriografi Koroner
Acteriografi koroner masih menjadi standar untuk
cmengidentifikasi ada atau tidaknya penyempitan artri
yang berimubungan dengan penyakit arteri koroner
(CAD) dan menyediakan infarmasi anatomi yang paling
pat dipercaya untuk menentukan kesesuaian terapi
medis, percutaneous coronary intervention (PC!) atau
pembedahan coronary artery bypass graft (CABG) pada
pasien dengan iskemik CAD.
Indikasi Arteriografi
Tujuan dari angiografikoroner adalah untukmemvisualisasikan
arteti Koroner, cabang, kolateral, dan kelainannya dengan
cukup detil untuk membuat sebuah diagnosis yang tepat,
rmerencanakan strateg terapi, dan menentukan prognosis,
Untuk pasien dengan tanda-tanda dan geal iskerik CAD3*
Arteriografi koroner juga bisa digunakan sebagai alat
penelitian untuk mengevalvasi perubahan serial yang teradi
setelah PCI atau terapi farmakologi
Indikasi arteriografi koroner:
Pasien dengan angina pektors stabil ataupun tak stabil
+ Pasien dengan exercise test yang positif
+ Pasien dengan infarkjantung akut maupun infark lama
Kontraindikasi Arteriografi
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan arteriografi
koroner Sedangkan kontraindikasi relatif dari arteriografi
koroner antara lain: demam yang tidak dapat dijelaskan,
infeksi yang tidak diobati, anemia berat dengan konsentras|
hemoglobin kurang dari 8mg/dl, ketidakseimbangan
lektrolit berat, perdarahan aktif yang berat, hipertensi
sistemik yang tak terkontrol, toksisitas digitalis, reaksi
terhadap kontras namun tidak dilakukan premedikasi
‘dengan kortikosteroid, dan stroke yang sedang berlangsung.
Penyakit iain yang merupakan kontraingikasirelatif antara
lain gagal ginjal akut, gagal jantung kongestif yang
terdekompensasi, koagulopatiintrinsk atau iatrogenik (NR
>20), dan endokarditfaktif*
Teknik Arteriografi
Kateter didorong sampai di muara arteri koroner, dan
secara selektif disuntikkan bahan kontras radiografi ke
dalam pembuluh koroner dan dilakukan pemotretan
dengan alat cineangiograf, sehingga pembuluh koroner
1127
‘sampai ke cabang-cabangnya dapat divisualisasi
‘Ada 2 macam cara melakukan arteriografi koroner,
yaitu metode Sones dengan memakai kateter Sones
yang basa ilakukan melalui arteri brakialis dan metode
Judkins yang dilakukan dengan kateter Judkins melalui
arteri feroralis. Belakangan melalui arteri brakialis juga
dipakai kateter ludkins maupun kateter multipurpose.
Akhir-akir ini banyak juga dipatai arteri radialis. Dengan
arteriografi koroner, lokasi, beratnya dan morfoloal tempat
penyempitan dapat dianalisis dengan baik, dan hasilnya
pent ng untuk menentukan apakah pasien membutuhkan
bedah pintas koroner atau tindakan intervensi dengan
‘memakai dasar kateter
Untuk mendapatkan data yang optimal, mengurangi
overlapping, serta menentukan beratnya penyempitan
secara lebih akurat, setiap pembuluh koroner dilhat dari
berbagei projeksi. Untuk semua prosedur kateterisasi
jantung, sumber x-ray diletakkan di bawah pasien atau
di bawah meja pemeriksaan sedangkan image intensifier
diletakkan di atas pasien. Sumber dan image intensifier
ini akan bergerak secara berlawanan dengan mengelilingi
pasien yang berada di tengah. Permukaan tubuh pasien
yang menghadap observer menentukan pandangan
spesifik. Psis\ ini dipertahankan untuk segala posisi, baik
tetlentang, berdir, atau berputar.
eee
Gambar 3. Peralatan sineangiograf. Komponen utara melput
sebuah generator, tabung xray, image Intensifer menempel Ke
positioner seperti arm, sistem optial, kamera video, perekar
videokaset (VCR), analog terhadap digital converter (ADO), dan
‘monitor televis.Tabung x-ray merupakan sumber dar xray bes,
yang mana melewatipasiensecara superior?
Berikut adalah beberapaistiah yang digunakan
+ Posisi anteroposterior. Image intensifier berada di atas
pasien dengan cahaya beralan secarategaklurus dari
beiakang ke depan menembus pasien yang berbaring
datar di meja pemerisaan
+ Posisi RAO (right anterior oblique). Image intensifier
berada di sisi kanan pasien.
+ Posisi LAO (left anterior oblique). image intensifier
berada di sebelah kiripasie,1128
image intensifier.
+ Posisi kranial-kaudal, Posisi ini menggamberkan
hubungan antara sudut image intensifier deagan
ssumbu panjang pasien,
+ Kranial. Image intensifier dimiringkan ke arah kapala
pasien.
‘Tabi BinigionetiAndtageOphite tows Riitin
Arter koroner kit
1. Anteroposterior (AP)
Untuk melinat seluruh left main coronary artery
«uvca)
2. LAO-kraniah
Untulemelihat LMCA edit foreshortened) LAD, dan
cabang dlagonalnya
3. RAO-kaudal
Untuk melinat biturkasi LMCA yang tegak lurus
terhadap sudut LAO-krarial
4. RAO-kranial
Melhat pangkalarteri LAD bagian tengah (mid) dan
distal
5. LAO-kaudal (spider view)
Melhat LMCA (oresortened) dan biurkasiLMCA ke
dalam arterisrkurnfieks dan LAD
6. Lateral
Posi terbaic untck mliat LAD bagian tenga (mid
dan distal
Pada posisi oblik, sisi bahu yang maju menghadap +
KARDIOLOG!
Kaudal. Image intensifier dimiringkan ke arab kaki
pasien
Catatan:
‘View kranial paling balk digunakan untuk melihat arteri LAD,
sedangkan pandangan kaudal paling balk untuk melihat
arteri sitkumfleks. Arteri koronari kiri biasanya dilihat
‘menggunakan sudut pandang anteroposterior (AP),
‘Arteri koroner kanan
1.1A0-Kranial
Untuk melihat pangkal RCA, dan bifurkasi posterior descending artery
bay
2. RAO
Untuk melihat RCA bagian tengah dan panjang PDA serta cabang
posterolateral
3. AP-kranial
Untuk melihat pangkal dari RCA
4. Lateral
Untuk melihat pangkal RCA terutama pada pasien dengan lubang yang
lebih terorientasi secara anterior) dan RCA bagian tengah (mid)
‘Gambar 4, Pandongan angiograi ater koroner Kir?PENYADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
1129
Ventrikulografi
Vertrikulografi dapat llakukan sebelum atau sesudah
arterografi koroner. Pergerakan dinding jantung dapat
dilhat dan diperhitungkan. Pergerakan abnormal dinding
yantung mengingikasikan keberadaan iskemia koroner,
infark, aneurisma, atau hipertcapi, Ventrikulograf kt
{juga meayediakan informasi mengenai volume ventricel
saat sistol dan diastol, election fraction, kecepatan eek,
kualtas dari kontraktiitas, keberadaan miopati hipertropi
dan regurgitasi katup. Merilai fungsi ventrikel dapat
memprediks! outcome jangka panjang pasien dengan
penyakitarter koroner
Indikasi ventrikulografi iri
= Identifiasi fungsi ventrike! kiri pada pasien
dengan penyakit arteri koroner, miopati, atau
penyakit katup jantung
+ Identitikasi ventricular septal defect
- Menghitung derajat requrgitasi mitral
= Menghitung masa miokardium untuk regresi
hipertropi atau penelitian yang mirip
Indikasi ventrikulografi kanan
~ Mendokumentasikan regurgitasi trikuspid
= Menilaidisplasia ventrkel Kanan untuk aritroia
= Menta stenosis pulmoralis
= Menta kelainan aliran pulmonalis
~ Menilai shunt ventrikel kanan-ke-kirl
KOMPLIKASI
Komplikasi berat arteriografi koroner jarang terjadi (<2%)
‘Angka kematian 0,1 ~0,14%),infark miokard (0,06~-0,07%),
reaksi agen kontras (0,23%), stroke 0,07 ~ 0,14%, dan
komplikasi vaskular lokal 0,24 — 1%.
KONTRAINDIKASI
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk dilakukannya
kateterisasi jantung selain penolakan dari pasien yang
dianggap kompeten dan ketidekcukupan ala atau fasilitas
Untuk metakukan kateterisasi* Bahkan prosedur ini dapat
dilakukan pada pasien yang berada dalam kondisi yang
sangat krtis dengan rsiko yang relat rendah.? Sedangkan
kontraindikasi relatif dilakukannya kateterisasi jantung
adalah sebagai berikut??
+ Perdarahan akut gastrointestinal
+ Hipokalemia berat
+ Intoksikasi obat (cortoh: digitalis, phenothiazine)
+ Antikoagulasi dengan rasio internasional yang
dinormalkan >1,8 atau mengalami koagulopati
berat
+ Reaksi anafilaktoid sebelumnya terhadap media
kontras
+ Stroke akut (<1 bulan)
+ Gagal ginjal akut atau penyakit ginjal kronik berat
yang tidak bergantung pada dialisis|
+ Cemam yang tidak dapat dijelaskan atau infeksi aki
yang tidak diobati
+ Anemia berat
CHF yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi,
aritmia
+ Kehamilan
+ Pasien yang tidak kooperatif
KOMPLIKASI DAN RISIKO
Kateterisasi jantung merupakan prosedur yang relatif,
{aman namun memilik risiko yang digambarkan dengan
jelas, baik dari segi morbiditas dan mortalitasnya.
Komplikasi yang terjadi biasanya berhvbungan dengan
penyakit penyertanya,
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
perdarahan di arteri yang dijadikan jalan masuk
kateter. Perdarahan tersebut biasanya bermanifestasi
‘merjacl, oozing minor atau hematoma kecil, Sedangkan
komplikasi mayor di vaskutar biasanya meliputi oklusi,
perdarahan retroperitoneal, pembentukan hematoma,
pseucoaneurisma, pembentukan fistula arteriovena, dan
infeks.
Komplikasisistemik yang bisa terjadi bervariasi dari
respo1 vasovagal ringan hingga respon vasovagal berat
yang mengakibatian hipotensi berkepanjangan. Pasien
Juga bisa merasakan adanya episode angina:yang singkat,
yang hanya berlangsung kurang dari 10 menit.
Komplikasi yang sering terjadi pada kateterisasi
jantung kanan adalah terjadinya aritmia atrial dan
ventrikular. Sedangkan komplikasi mayor yang jarang
terjac: meliputinfark pulmoner, perforasi arteri pulmoner
atau ventrikel Kanan, dan infeksi,
‘Angka kejadian kematian pada tindakan kateterisasi
adalah sebesar 0,08% hingga 0,75% pasien, tergantung
dari populasi yang diseliciki? Angka morbiditas lainnya
ditampilkan pada tabel 4?
Saat ini, insidensi terjadinya komplikasi sudah
Tenurun seiring dengan penggunaan media kontras yang
bersifat rendah dan isoosmolar, lower profile diagnostic
catheter, pengurangan penggunaan antikoagulasi, serta
peningkatan pengalaman operator. Risiko terhadap
komplikasi kateterisasi meningkat pada kondisi pasien
sebagai berikut?Mortalitas
{fark Miokard
Cerebrovascular accident (CVS)
Acitmia
Komplikas vaskular
Reaksi kontras
Komplikasi hemodinarik
Perforasi ruang jantung
Komplikasilainaya
Total komplikasi mayor
+ Inferk miokard akut
+ Usia lanjut (75 tahun)
+ Aneurisma aorta
+ Stenosis aorta
+ Gagal jantung kongestit
+ Diabetes
+ Penyakit arteri koroner perluasan tiga pembuluh
+ Disfungsiventre! ki (ejection fraction daréventrikular
i <35%)
+ Obesitas
+ CVA sebelumnya
+ Insufisiensi renal
+ Stenosis koroner kiri utama yang dicurigal ataupun
‘yang sudah tegak
+ Hipertensi tidak terkontrol
+ Angina unstable
Contoh data yang diperoleh dari penyadapan jantung
pada pelbagai macam kelainan jantung
Stenosis mitral. Pada stenosis mitral tekanan di atrium ke
lebih tinggi dari ventrikel kri pada masa gastol,sehingga
ada perbedaan tekanan di atrium kr dan vente kiriyang
diseburt ‘gradient katup mitral”. Makin tinggi perbedaan
tekanan tersebut makin berat stenosis katup mitral. Luas
katup mitral dapat cihitung dengan rumus Got n. Dai
ventrkulografi kr dapat dithat pergerakan katue mitra,
adanya kalsifxasi pada katup mitral dan apakah ada
febocoran pada katup mitral. Feal ventikelkrijuga dapat
Giriiai dan kadang dapat dinilai apakoh ada tromibus gi
atrium ki Adanya hipertensi pulmonel juga dapat diniai
dengan mengukur tekanan di artri pulmonalis
Insufisiensi mitral. Adanya insufisiensi mitral dapat
diduga bila dari pemeriksaan grafik rekaman tekanan di
posisi wedge dari arteri pulmonalis yang menggambarkan
‘ekanan di atrium kiri menunjukkan adanya gelombang
v yang besar, Kebocoran dari kstup mitral dapat dengan
mudah dilihat dari pemeriksaan ventrikulografi kri, di
KaRDIOLOG!
Gambar 5. pressure gradient pada pasien dengan stenosis
mitral. Tekanan di atrium kiri melebih tekanan di ventrikel ke
saat diastol, menghasikan sebuah diastolic pressure gradient
(daerah yang berwarna hijaul?
‘mana akan tampak aliran kontras dari ventrikel ki ke
atrium kiri pada waktu sistol. Dari ventrkulografi juga
dapat dinilai besarmya dan faal ventikel kr
Gambar 6. Evaluasi angiograf regueitasi mitra?
Stenosis aorta. Diagnosis stenosis aorta ditegakkan
bila ada perbedaan tekanan sistolik di ventrikel kiri
dibandingkan dengan tekanan sistolik di aorta (tekanan
sistolik di ventrikel kri lebih tinggi dari tekanan sistolik di
orts, dalam keadaan normal tekanan sistolik di ventrikel
Kiri dan aorta sama) Makin tinggi perbedaan tekanannya
‘makin besar stenosisnya, Luas katup aorta dapat dihitungPENYADAPAN JANTUNG (CARDIAC CATHETERIZATION)
{dengan rumus Gorlin, Dari pemeriksaan aortografi dapat
dilihat bentuk katup aorta, pergerakannya, adanya
kalsfikasi dan apakah ada insufisiensi aorta,
Insufisiensi aorta. Pada insufisiensi aorta adanya
kebocoran katup aorta dapat dilihat dari pemeriksaan
aortografi. Bentuknya katvp aorta, dan beratnya
insufisiensijuge dapat ditentukan. Faal ventrikelkiri juga
dengan mudah dapat dilhat.
Gambar 7. Atas, Cineframe yang menunjukan regurgitasi
aorta dari aortogram left anterior descending. Lihat
‘opasifikas ventrikel kiri menyamai aorta, Bawa, Ventikel Kr
‘masih mengalamai opasifikassetelah beberape kal denyutan,
Ini menggambarkan regurgitasi aorta berat?
Defek septal ventrikel, Adanya defek septal ventrikel
(VSD) dapat diketahui karena adanya kenaikan saturasi
‘oksigen di ventrikel kanan dibandingkan dengan atrium
kanan, Dari pemeriksaan ventrikulografi kiri tampak
‘adanya alran kontras dari ventrkel ki ke ventrikel kanan
melalui septum interventrikularis (posisi left anterior
oblique). Lokasi VSD juga dapat ditentukan. Flow ratio
dapat dinilai dan tekanan di arteri pulmonalis dapat
diukur apakah sudah ada hipertensi pulmonal. Biasanya
dianjurkan tindakan operasi penutupan VSD bila flow ratio
lebih dari 1.5
1131
REFERENSI
1. Nishimara RA, Carabello BA, Hemodynamics in the cardiac
catheterization laboratory of the 21st century. Circulation
2012 May 1125(17}:2138-50,
Davidson C), Bonow RO. Cardiac Catheterization. In Braun-
wald E, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, editor.
Braunvvalds's Heart Disease, & Textbook of Cardiovascular
Medicine. 9th ed. Piladelpia: Elsevier Saunders; 2012 p.
383-405,
3. Ker Mj. The Cardiac Catheterization Handbook. 5th ed.
Philadelphia: Saunders sever; 2001
4. Popa}. Coronary Arteriography.In- Braunwald E, editor.
Braundwald's Heart Disease A Textbook of Cardiovascular
Medicine. 90 ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012. p
40631,153
GAGAL JANTUNG
Marulam M. Panggabean
DEFINISI GAGAL JANTUNG
Gagal jantung (G)) adalah sindrom Klinis (sekumpulan
‘anda den gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik
(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan ole
kelainan struktur atau fungs! jantung,
PARADIGMA LAMA (MODEL HEMODINAMIK)
Duly G) dianggap merupakan akibat dari berkurangnya
kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan
inotropik untuk meningkatkannya dan diuretik serta
vasodilator untuk mengurangi beban (un- load).
PARADIGMA BARU (MODEL NEUROHUMORAL)
‘Sekarang G) dianggap sebagai remodelling progresifakibat
beban/penyakit pada mickard sehingga pencegahan
progresivitas dengan penghambat neurohumoral
(neurohumoral blocker) seperti ACE-Inhibitor, Angiotensin
Receptor-Blocker atau penyekat beta diutamekan ci
samping obat Konvensional (diuretik dan digitalis)
ditambah dengan terapi yang muncul belakangan ini
seperti biventricular pacing, recyncronizing cardiac teraphy
(RCD, intra cardiac defibrlator (ICD), bedah rekonstruksi
ventrikel ki (LV reconstruction surgery) dan rioplast
BEBERAPA ISTILAH DALAM GAGAL JANTUNG
Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Kedua jonis in 120/menit)
Major atau Minor
Penurunan 88 >4.5 kg dalam § hari pengobatan
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minirral ada 1 krteria
major dan 2 kriteria minor
PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG
Pada tahap simtomatik di mana sindrom GI sudah terlihat
{elas seperti cepat capek (fatik, sesak napas (dyspnea in
effort, orthopneo).kardiomegali,peningkatan tekanan vena
ugulars, asites, hepatornegaiia dan edema sudehjelas, maka
diagnosis G} mudah dibuat. Tetapi bila sindrom tersebut
‘belum terhatjlas seperti pada tahap disfungsi ventrtel kr
LV dysfunction (tahap asirmomatix), maka keluhan fatik dan
kelunan di atas yang hilang timbul tidak khas, sing harus
cltopang oleh pemeriksaan foto rontgen, ekokardiografi dan
ppemeriksaan Brain Notriuretic Peptide.
KARDIOLOS!
Diuretik oral maupun parenteraf tetap merupakan
Ujung tombak gengobatan gagal jantung sampai edema
atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor
atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat
Optimalisasi Borat Badan: Target <35:
Restrksi Garam (2-3ghhari)= = =
‘Suplemen K, Mg, vitamin sesuai kebutuhan- —-p>
Restricsi cairan 1-2 Linarl
gz222| |e2?] |ale
ee | lle
35982) |s58) |e | 5
27339 | [ase 5
3 il a a
a | 4
a |
==> Refrakteriberat
Usxobi0
>
<-->
>
aes
lee] e|gelg] =] #|
ge |e lee) 2) 3
“TE/E(BE/ a!) 2) &
Gambar 2. Langkah tangkah penatalaksanaan gegaljantung sesual beratrya penyakitGAGALJANTUNG
1135
ditumbuhkan untuk mengganti mickard yang rusak dan
‘masih memerlukan penelitian lanjut.
REFERENSI
Braunwald Beart Failure and Cor Pulmonal. In: Kasper
‘DisBraunvald EFauchi AS etal eds Harrison's principles
of internal medicine 1642003136777
Francis G5 Systolic dysfunction and pathogenesistwo cocep-
“ual pathways, humoral,reurogenic and hemodynamic
pathways The 37th Annual New york Cardiovascular
Symposium: Major Topic in Cardiology Today New York
Hilon and Towers Nev York December 1012,2008149-63
Maisel Ala, type natriuretic peptides marker with wo cna
applications cardiac are cagnesisand prognoss. The 37h
‘Annual New york Cardiovascular Symposium: Major Topics
in Cardiology Today New York Hilton and Towers December
1022004188201154
GAGAL JANTUNG AKUT
Daulat Manurung, Muhadi
PENDAHULUAN
Heart Foilure (HF) atau gagal jantung (Gl) edaiah
suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari cleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
keseluruh jaringan tubuh secara adekuat, akibat adanya
gangguan struktural dan fungsional dar jantung. Pasien
dengan HF harus memenuhi kriteria sebagai berikut
+ Gejala-gejala (symptoms) dari HF berupa sesak napas
‘yang spesifik pada saat istrahat atau saat beraktivitas
dan atau rasa lemah, tidak bertenaga
+ Tanda-tanda (signs) dari HF berupa retens! air sepert
kongesti paru, edeme tungkal
+ dan objektif ditemukannya abnormalitas dari struktur
dan fungsional jantung (Tabel 1),
Tabel 1. Gagal Jantung:Merupaken Sindrom Klinis
dengan Gimbatan bedit:
‘ela gagajantung(sesaknapossatisirahat atu aka
lelah lth. pembengkakan pergelangan kak)
dan
Gejala khasgagat jantung (takikardi, takipnu, rales pada
ru, fs pleura peningatantekanan veo jugular edema
Deter, epatomegall
dan
Buti bjekiabnormaltasstuldur dan fungsjantung saat
istraht (kardiomegal,bunyjantung tiga, bing jentung,
abnorraltas pada echocadogafi peningkaanvorsentasi
natriuretic peptide)
HE dapat memberikan spektrum klinis yang luas,
‘mula dari ukuran jantung LV yang masih normal, dengan
Ejection Fraction (EF) yang masih cukup, sampai LV dilatasi
berat, dengan/atau EF yang sangat buruk. Marifestasi
Klinis utama dari HF sesak napas, mudah capek yang
mengakibatkan toleransi aktivitas berkurang retensi air
yang dapat memicu edema paru dan edema peri‘er
Perlu diingat babs keluhan dan gejala bisa berbeda
pada setiap individu, ada sesak mapas, belum tentu ada
edema perifer dan sebagainya
Penilaian fraksi ejeksi ventrikel kiri (Left Ventricular
Ejection Fraction, LVEF) penting dalam klasifikasi gagal
jantung dikarenakan adanya perbedaan demografi,
komorbid, prognosis dan respons terapi serta akhie~
akhir ini kebanyakan studi klinis menyeleksi pasien
gagal jantung berdasarkan EF Nilai &F tergantung dari
‘tehnik imaging yang digunakan, metode analisis, dan
operator. Dikarenakan beberapa tehnik pemeriksaan
dapat menunjukkan adanya abnormalitas fungsi sistalik
pada pasien dengan EF yang masih baik (preserved EF),
penggunaan istilah preserved atau reduced EF lebih
digunakan daripada preserved atau reduced fungs!sistolik
(abel 2)
Untuk menilai derajat gangguan kapasitas fungsional
dari HE, pertama kali dizerkenalkan oleh New York Heart
Association (NYHA) tahun 1994, yang membagi HF menjadi
4 Klasifikasi, dari Kelas 1 sampai kelas 4 tergantung dari
tingkat aktivitas dan timbulnya keluhan, misalnya sesak
sudah timbul saat itirahat menjadi kelas 4, sesak timbul
pada aktvitas ringan kelas 3, sesak timbul saat aktivitas
sedang menjadi kelas 2, sedangkan Kelas 1 sesak timbul
seat beraktivitas berlebih, Klasifikasi menurut NYHA
lebih banyak atau pada umumnya berdasarkan keluhan
subyektit
Klasifikasi lain yang likeluarkan American College of
Cardiology/Amercan Heart Association (ACC/AHA) pada
tahun 2005 menekankan pembagian HF berdasarkan
progressivitas kelainan struktural dari jantung dan
pperkembangan status fungsional.Klasifikasi dari ACC/AHA
in, perkembangan HF dibagijuga menjadi 4 stages, A.8,C
ddan D. Stage A dan 8 jelas belum HF, hanya mengingatkan
pelaksana pelayanan kesehatan (health care provider)
bahwea kondis\ ini kedepan dapat masuk kedalam keadaan
1136—GAGAL JANTUNG AKUT.
2, Definisi HFDEF dan HFrEFP
EF (%)
|. Gagaljantung dengan penurunan < 40%
EF (Reduced EF (HFrEF)
Nl, Gagal jantung dengan EF balk» 50%
(Preserved EF (HFpEF)
a. HFDEF borderline oe
b._HFDEF perbaikan oy
*Modifitas! Journal ACCF/ANA Guideline forthe Management of
HF. Stage A menandakan ada faktor risiko HF (diabetes,
hipertensi, penyakit jantung koroner) namun belum ada
kelainan struktural dari jantung (kardiomegali, LVH, dan
lain-lain) maupun kelainan fungsional. Sedangkan pada
stage 8 ada faktor-faktor risiko HF seperti pada stage A
ddan sudah terdapat kelainan struktural, LVH kardiomegali
dengan atau tanpa gangguan fungsional, namun bersifat
asimtomatik. Stage C, sedang dalam dekompensasi dan
‘atau pernah HF, yang didasari oleh kelainan struktural dari
Jantung. Stage D adalah yang benar-benar masuk ke dalam
refractory HF, dan peru tatalaksana khusus
GAGAL JANTUNG AKUT
Gagal jantung akut didefinisikan sebagal serangan cepat/
rapid onset atau adanya perubahan mendadak gejala atau
‘anda gagal jantung. Ini merupakan kondisi mengancam
jiwa yang memerlukan perhatian medis segera dan
biasanya periu dibawa Ke rumah sakit. Dalam sebagian
bbesar kasus, gagal jantung aku timbul akibat perburukan
pasien dengan riwayat gagal jantung sebelsmnya (baik
{gagal jantung yang reduced EF atau preserved EF), Gagal
Jantung akut dapat pula disebabkan abnormalitas dari
beberapa aspek fungsijantung. Pada pasien yang pernah
menderita gagal jantung, seringkali pemicunya terlihat
dengan jelas (seperti aritmia, pengobatan diuretk yang
tidak tuntas pada pasien dengan gagal jantung tipe ‘&F
dan volume overtoad atau hipertensi berat pada pasien
160 mmHg), normal
atau peningkatan ringan tekanan darah, penurunan
tekanan darah (<80 mmHg), edema paru, syok
kardiogenik, sindrom koroner akut, dan gagal jantung
kanan terisolasi. Beberapa profil klnis atau skenario
seperti edem paru, gagal jantung hipertensif dan
sindrom koroner akut mungkin menjadi tumpang
indi,(GAGALJANTUN AKUT
1139
on
Hipertensit|
ql ox.
dekompeasasi
akst
‘Gambar 1. Klasifikas klinis gagaljantung akut
Gambar 1 dapat mempestinatkan kemungkinan
terjadinya tumpang tindih dari ke enam bentuk Gi in
Keenam bentuk dari PJA inl, adalah
1. Perburukan atau gagal jantung kronik (G)K)
dekompensasi, adanya riwayat perburukan yang
progresit pada pasien yang sudah diketahui dan
mendapat terapi sebelumnya sebagai pasien IK
dan dijumpai adanya kongessistemik dan kongesti
paru, Tekanan darah yang rendah pade saat masuk
RS, merupakan petanda prognase buruk
2. Edema paru
Pasien dengan respirator lstressyang beat pemapasan
yang cepat, dan ortopnea dan ronki pada seluruh
Tpangan oar. Saturasi, arterial bisaarya < 90% pada
suhu ruangan, sbelum mendapatterapi oksigen.
3. Gagaljantung hipertensif terdapat gejala dan tanda-
tanda gagal jantung yang disertal dengan tekanan
darah tinggi dan bisaanya fungs! sistolik jantung
masih relatifcukup balk, juga terdapat tanda-tanda
peninggian tonus simpattk dengan takikardia dan
vacakanstriks. Pasien mungkin masih eu volemia
atau hanya hipervolemia yang ringan, Umumnya
memperliatkan kongesti paru ‘anpa tanda-tanda
kongesti sistemik
4. Syok kardiogenik, didefnisikan sebagai adanya bukti
tanda-tanda hipoperfusijaringan yang disebabbkan
oleh gagal jantung, walau sesudah preload dan
ariumia beret sudah dikoreks secara adekuat Tidak ada
parameter hemodinamik diagnostik yang past. Akan
tetapi cikhas dari syok kardiogenik adalah tekanan
darab sistoli yang rendah (tekanan darah sistolik
<90mmHg, atau penurunan dari tekanan arteriol
rata-rata (mean arterial pressure>30mmHg), dan
tidak adanya produksi urn, atau berkurang (<0,Sml/
\/jam). Gangguan irama jantung sering ditemukan.
‘Tanda-tanda hipoperfusi organ dan kongesti paru
timbul dalam waktu cepat.
5, Gagal jantung kanan terisolasi, ditandai dengan
adanya sindrom “low out put” tanpa disertai oleb
kongesti paru dengan peninggian tekanan vena
Jugularis dengan atau tanpa hepatomegali dan
‘tekanan pengisian ventrike ki yang rendah,
6. Sindram koroner akut dan gagal jantung. Banyak
pasien GJA timbul bersamaan dengan SKA yang