You are on page 1of 16

HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN FRAUD DAN

PERENCANAAN TEKNIK AUDIT FRAUD

Disusun Oleh :

Kelompok 4

I Komang Jodi Saputra (15/2002622010481)

I Dewa Gede Suyoga Darmayasa (19/2002622010485)

Ida Bagus Eka Wiguna (20/2002622010486)

I Made Agus Juliarta (22/2002622010488)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Akuntansi Forensik yang berjudul “Hukum Yang Berkaitan Dengan Fraud Dan Perencanaan
Teknik Audit Fraud”. Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat digunakan sebagai
acuan penilaian pada semester ganjil. Meskipun dalam penyusunan makalah ini kami banyak
menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi karena motivasi dan kerja sama dari berbagai
pihak makalah ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak atas dukungan dan kerja
samanya sehingga terwujudnya makalah ini. Kami menyadari keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan guna kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan atas perhatian dan koreksinya, kami
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat serta mendapatkan tanggapan
yang antusias dari semua pihak yang membacanya.

Om Santih Santih Santih Om


DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3
2.1 Hukum di indonesia yang berkaitan dengan fraud……………………………………...3
2.2 Analisis kasus fraud yang terjadi di indonesia………………………………………….8
2.3 Kunci kunci keberhasilan audit investigative………………………………………….10
2.4 Teknik teknik audit
investigative……………………………………………………….11
2.5 Cara meminta informasi dan konfrimasi audit investigative……………………………
12
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………17
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fraud adalah sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar hukum yang
dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan, baik pribadi maupun
kelompok dan sifatnya merugikan pihak lain bahkan merugikan keuangan
perusahaan / negara. Biasanya dilakukan oleh orang-orang dari dalam ataupun dari
luar yang tugas fungsionalnya menjalankan sistem pengendalian intern serta
mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan. Kasus-kasus fraud atau biasa
disebut dengan kecurangan dalam bidang keuangan baik yang berasal dari Instansi
Pemerintah (Dinas Pemerintahan Kota ataupun Dinas Pemerintahan Provinsi) maupun
Instansi Swasta (Bank dan perusahaan-perusahaan swasta lainnya) selalu menjadi
topik pembicaraan yang hangat di setiap kalangan masyarakat. Secara tidak disadari
hal ini muncul karena sudah menjadi sebuah anggapan sebagai suatu kebiasaan yang
lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Kasus fraud sering terjadi dan bahkan
terungkap dalam kenyataan seharihari di setiap tingkatan dan aspek kehidupan
masyarakat.
Dalam makalah ini akan dipaparkan materi mengenai hukum yang berkaitan
dengan fraud dan perencanaan teknik audit fraud. Tujuan dari makalah ini adalah agar
pembaca dapat memahami materi lebih detail mengenai hukum yang berkaitan
dengan fraud dan perencanaan teknik audit fraud.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana hukum di Indonesia yang berkaitan dengan fraud ?
2. Bagaimana analisis kasus fraud yang terjadi di indonesia serta penyelesainnya
lewat jalur hukum ?
3. Bagaimana kunci keberhasilan audit investigative ?
4. Bagaimana teknik – teknik audit investigative ?
5. Bagaimana cara meminta informasi dan konfirmasi investigative ?

1.3 TUJUAN
1. Mampu menjelaskan hukum di Indonesia yang berkaitan dengan fraud
2. Mampu melakukan analisis kasus – kasus fraud yang terjadi di Indonesia serta
penyelesaian lewat jalur hukum
3. Mampu mengetahui kunci – kunci keberhasilan audit investigative
4. Mampu mengetahui teknik – teknik audit investigative
5. Mampu memahami bagaimana cara meminta informasi dan konfirmasi
investigative
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hukum di Indonesia yang berkaitan dengan Fraud


Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu
individu atau lebih dalam manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat
untuk memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum (IAPI,
2013).
Berdasarkan the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),
Fraud merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja
untuk tujuan tertentu, seperti manipulasi atau memberikan laporan keliru kepada
pihak lain.
Fraud pada dasarnya merupakan serangkaian ketidakberesan (irregularities)
dan perbuatan melawan h ukum (illegal act) yang dilakukan oleh orang luar atau
orang dalam perusahaan guna mendapatkan keuntungan dan merugikan orang lain.
Berikut definisi dan pengertian fraud dari beberapa sumber buku:
a. Menurut Tunggal (2009), fraud atau kecurangan adalah penipuan
kriminal yang bermaksud untuk memberikan manfaat keuangan pada
si penipu.
b. Menurut Rozmita (2013), fraud adalah penyimpangan, error
(kesalahan) dan irregularities (ketidakberesan dalam masalah
financial).
c. Menurut Pusdiklatwas BPKP (2002), fraud adalah suatu perbuatan
melawan atau melanggar hukum yang dilakukan oleh orang-orang
dari dalam atau dari luar organisasi, dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok secara langsung atau
tidak langsung merugikan pihak lain.
d. Menurut Sawyer’s (2004), fraud adalah suatu tindakan pelanggaran
hukum yang dicirikan dengan penipuan, menyembunyikan, atau
melanggar kepercayaan.
e. Menurut Karyono (2013), fraud adalah penyimpangan dan
perbuatan melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan
sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu atau memberikan
gambaran keliru ( mislead) kepada pihak - pihak lain, yang dilakukan
oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi.

Pengertian kecurangan (fraud) menurut Hall (2011:113) dalam


bukunya “Principles of Accounting Information Systems” menyatakan bahwa
“Fraud denotes a false representation of material fact mad e by one party to another
par ty with the intent to deceive and induce the other party to justifiably rely on the
fact to his or her detriment”. Sedangkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) menyebutkan beberapa pasal yang mencakup kecurangan ( fraud) adalah:

1) Pasal 362: Pencurian (definisi KUHP: “mengambil sesuatu, yang


seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum”)
2) Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun
menghapuskan piutang”)
3) Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP: “ dengan sengaja dan melawan
hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan”)
4) Pasal 378: Perbuatan Curang (definisi KUHP: “ dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun
menghapuskan piutang”)
5) Pasal 396: Merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit;
6) Pasal 406: Menghancurkan atau merusakkan barang;
7) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang
secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999). (Tuanakotta, 2007:95).
8) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
9) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);
10) Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor :
PER01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor : PER- 09/MBU/ 2012;
11) Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Nomor:
SK16/S- MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter
Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.

2.2 Analisis kasus yang Fraud yang terjadi di Indonesia


Kasus Fraud PT Garuda Indonesia Tbk 2018
Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah perusahaan penerbangan
komersial pertama di Indonesia y ang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia atau
BUMN. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah berkembang cukup pesat
dengan memiliki 196 pesawat di Januari 2017 dengan lebih dari 600
penerbangan setiap harinya. Namun ternyata PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
memiliki sisi gelapnya sendiri. Pada tanggal 28 Juni 2019, PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk resmi dinyatakan bersalah dan dikenakan sanksi oleh beberapa
lembaga seperti Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bursa
Efek Indonesia (BEI) atas kecurangan pengakuan pendapatan pada laporan
keuangan di tahun 2018.
Adapun kronologi kecurangan yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk adalah sebagai berikut:
1) Pada 31 Oktober 2018, Manajemen Garuda dan PT. Mahata Aero
Teknologi (Mahata) mengadakan perjanjian kerja sama yang telah
diamandemen, terakhir dengan amandemen II tanggal 26 Desember 2018,
mengenai penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan
dalam pesawat dan manajemen konten. Perjanjian tersebut berlaku
selama 15 tahun.
2) Berdasarkan catatan laporan keuangan nomor 47 huruf e menjelaskan
bahwa Mahata akan melakukan dan menanggung seluruh biaya penyediaan,
pelaksanaan, pemasangan, pengoperasian, perawatan dan pembongkaran dan
pemeliharaan termasuk dalam hal terdapat kerusakan, mengganti dan/atau
memperbaiki peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan dan
hiburan dalam pesawat dan manajemen konten. Garuda mengakui
penghasilan dari perjanjiannya dengan Mahata sebagai suatu penghasilan
dari kompensasi atas Pemberian hak oleh Garuda ke Mahata.
3) Manajemen Garuda mengakui sekaligus pendapatan perjanjian tersebut
sebesar USD 239.94 juta dengan USD 28 juta diantaranya merupakan
bagi hasil yang didapat dari PT. Sri Wijaya Air. Padahal perjanjian belum
berakhir dan diketahui bahwa hingga tahun buku 2018 berakhir, tidak ada
satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak Mahata meskipun telah
terpasang satu unit alat di Citilink.
4) Selain itu dalam perjanjian Mahata yang ditandatangani pada 31 Oktober
2018 tidak tercantum term of payment yang jelas dan belum ditentukan juga
secara pasti cara pembayarannya dan jaminan dari perjanjian tersebut.
5) Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran
kompensasi sesuai dengan paragraf terakhir halaman satu dari surat
Mahata 20 Maret 2019: “Skema dan ketentuan pembayaran ini tetap akan
tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Ketentuan
dan skema pembayaran sebagaimana yang disampaikan dalam surat ini dan
perjanjian dapat berubah dengan mengacu kepada kemampuan finansial
Mahata.
6) Dari pengakuan pendapatan ini, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
terbukti melakukan pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016
tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan diberikan
Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp. 100 juta. Selain itu, seluruh
anggota Direksi PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. juga dikenakan Sanks
Administratif berupa masing-masing Rp. 100 juta karena melanggar
Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi
atas Laporan Keuangan. Sanksi Administratif juga dikenakan secara
tanggung renteng sebesar Rp. 100 juta kepada seluruh anggota Direksi
dan Dewan Komisaris PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang
menandatangani Laporan Tahunan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
periode tahun 2018 karena dinyatakan melanggar Peraturan OJK Nomor
29/POJK.004/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik.

2.3 Kunci-Kunci Keberhasilan Audit Investigative


Istilah audit investigatif menegaskan bahwa yang dilaksanakan adalah suatu
audit. Audit umum atau audit keuangan (general audit atau independent audit)
bertujuan memberi pendapat auditor independent mengenai kewajaran penyajian
laporan keuangan. Oleh karena itu, audit ini juga disebut opinion audit.
Audit investigatif lebih dalam dan tidak jarang melebar ke audit atas hal-hal
yang tidak disentuh atau tidak tersentuh oleh opinion audit. Audit investigatif
diarahkan kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud (termasuk korupsi) dan
perbuatan melawan hukum lainnya (seperti tindak pidana pencucian uang).
Meskipun tujuan opinion audit berbeda dari audit investigatif, namun teknik
auditnya sama. Hal yang berbeda hanyalah penerapan yang lebih intens dalam audit
investigatif. Penerapan teknik yang lebih mendalam, kadang-kadang melebar, dengan
fokus mengumpulkan bukti hukum untuk membuktikan apakah seseorang melakukan
atau tidak melakukan fraud. Kunci keberhasilan dari suatu teknik audit investigatif
adalah:
1) Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigatif. Pada sebelumnya dijelaskan bagaimana akuntan forensik
mengidentifikasi persoalan, dari tahap audit fraud yang proaktif sampai
diterimanya tuduhan, dugaan, keluhan, dan temuan sementara.
2) Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigatif. Penguasaan yang baik
memungkinkan investigator menerapkan teknik yang tepat untuk
menyelesaikan persoalan yang kita indentifikasi.
3) Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun teknik tepat, apabila
pelaksanaannya tidak cermat, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Itulah
sebabnya mengapa due professional care merupakan standar audit yang
penting. Dalam audit investigatif, kecermatan ini terlihat antara lain dari cara
kita mengajukan pertanyaan, menentukan kapan pertanyaan tertentu harus
diajukan, menindaklanjuti jawabannya, mempertanyakan sesuatu.Temuan
yang kelihatannya mudah, ditangan penyelidik yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang luas, merupakan bukti yang kuat dalam proses
pengadilan. Kecermatan dalam menafsirkan temuan jelas terlihat dalam
computer forensics.

2.4 Teknik-Teknik Audit Investigative


Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian
laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Oleh karena
itu, ada penulisan yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam
makna yang sama. Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit
investigative, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan
kejahatan terorganisasi (organized crime), follow the money dalam fraud dan tindak
pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics dan lain
sebagainya. Berikut teknik-teknik dalam Audit Investigative:
1. Memeriksa Fisik dan Mengamati
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai
penghitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing),
kertas berharga, persediaan barang, asset tetap, dan barang berwujud (tangible
assets) lainnya. Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita
untuk mengetahui sesuatu. Kalau kita melakukan kunjungan ke pabrik, kita
melihat luasnya pabrik, peralatan yang ada, kegiatan yang dilakukan,
banyaknya dan beragamnya tenaga kerja. Kita juga mendengar kebisingan
(atau sebaliknya keheningan dalam pabrik tertentu). Kita mencium atau
membaui sesuatu, mungkin sesuatu yang wangi (seperti di pabrik
parfum,aromatik, obat, dan lain-lain) atau bahkan bau yang menyengat
(misalnya ditempat penyamakan kulit atau tempat pengolahan sampah). Kita
bisa mencicipi, misalnya dipabrik yang menghasilkan makanan. Kita
merasakan suhu panas atau dingin di tempat kerja. Singkatnya, mengamati
adalah menggunakan indera, bisa salah satu atau beberapa indera sekaligus.
Untuk audit investigatif, penulis tidak membedakan pemeriksaan fisik
pengamatan. Dalam kedua teknik ini, investigator menggunakan inderanya
untuk mengetahui atau memahami sesuatu.
2. Meminta Informasi dan Konfirmasi
Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan
prosedur yang biasa dilakukan auditor. Seperti dalam audit, audit investigative
permintaan informasi juga harus dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasikan
dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated) dengan cara
lain. Permintaan informasi sangat penting dan juga merupakan prosedur yang
normal dalam suatu audit investigative. Meminta konfirmasi adalah meminta
pihak lain (dari yang diaudit investigative) untuk menegaskan kebenaran atau
ketidakbenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan
untuk mendapatkan kepastian mengenai saldo utang-piutang.
3. Memeriksa Dokumen
Teknik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada audit investigatif
tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi
dokumen menjadi lebih luas,termasuk informasi yang diolah, disimpan, dan
dipindahkan secara elektronis (digital).
4. Review Analitikal
Deloitte Haskins & Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte Touche
Tohmasu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit manual mereka di
tahun 1930-an. Dalam review analitikal yang penting bukannya perangkat
lunaknya, tetapi semangatnya, seperti dikatakan Houck di atas : “think
analytical first”! ini ciri auditor (dan investigator) yang Tangguh. Ada
bermacam-macam variasi dari teknik review analitikal, namun semuanya
didasarkan atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa yang
layaknya harus terjadi, dan berusaha menjawab sebabnya terjadi kesenjangan.
Apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah merumuskan patokannya.
Berikut teknik review analitikal dengan label tertentu:
a) Betriebs Vergleic dan Zeit Vergleic, yaitu membandingkan perusahaan
(Betriebs) yang diaudit investigative dengan saingan yang seukuran.
Dalam Zeit Vergleic membandingkan perusahaan yang diaudit
investigative pada pada saat sekarang dengan hal yang sama di masa
(Zeit) lalu.
b) Membandingkan Anggaran dengan Realisasi, yaitu Hasil dari
membandingkan data anggaran dan realisasi dapat mengindikasikan
adanya fraud. Hal yang perlu dipahami di sini adalah mekanisme
pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan anggaran, dan
insentif yang terkandung dalam sistem anggarannya.
c) Analisis Vertikal dan Horizontal
Analisis vertikal dan horizontal merupakan analisis laporan keuangan.
analisis vertikal menunjukkan rasio antara suatu akun dengan akun
lainnya dalam laporan keuangan untuk tahun yang sama. Analisis
horizontal menunjukkan perubahan (kenaikan dan penurunan) suatu
akun untuk suatu tahun dibandingkan tahun sebelumnya atau tahun
berikutnya dan dalam penyajian laporan keuangan disajikan
berdampingan.
d) Hubungan antara Satu Data Keuangan dengan Data Keuangan lain
yaitu, beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan
keuangan, dapat mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan
untuk review analitikal. Contoh: angka penjualan dengan piutang dan
persediaan rata-rata, angka penjualan dengan bonus bagian penjualan,
penghasilan bunga dengan saldo rata-rata tabungan.
e) Menggunakan data Nonkeuangan yaitu, pola hubungan non keuangan
dapat bermacam-macam bentuknya.Analisis Trend, yaitu dengan data
historical yang memadai, review analitikal dapat mengungkapkan
trend.
f) Indikator Ekonomi Makro yaitu, ada hubungan antara besarnya pajak
penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun dengan indikator-
indikator ekonomi yang merupakan bidang studi yang ditekuni para
ahli ekonomi makro dan ekonometri.
5. Menghitung Kembali
Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mengecek kebenaran
perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang
sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seseorang yang
baru mulai bekerja sebagai auditor. Dalam audit investigatif, perhitungan yang
dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian
yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali
dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau
disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.
6. Penutup
Pada penutup dibahas teknik audit investigatif yang memanfaatkan teknik-
teknik audit yang sudah dikenal oleh auditor yang melakukan audit atas
laporan keuangan. Perbedaannya hanyalah dalam tujuan dan lingkup. Dalam
audit atas laporan keuangan , tujuannya adalah memberikan pendapat
(independent auditors opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan. Tujuan audit investigatif adalah
mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti
sesuai dengan hukum acara atau hukum pembuktian yang berlaku.
Lingkup atau intensitasnya juga berbeda. Dalam audit atas laporan keuangan,
auditor mengumpulkan bukti audit untuk memberikan reasonable assurance
atau keyakinan yang memadai. Audit investigatif lebih dalam dan lebih luas
dari audit atas laporan keuangan, karena bukti hukum dan barang bukti yang
dikumpulkan akuntan forensic, akan diuji dalam persidangan (pengadilan atau
diluar pengadilan). Pengujian inilah yang akan menentukan apakah bukti dan
barang bukti ini dapat menjadi alat bukti yang dapat memberikan keyakinan
kepada majelis hakim (di dalam pengadilan) atau arbitrators (di luar
pengadilan). Auditor dalam audit investigative memanfaatkan teknik observasi
perhitungan persediaan barang untuk menetukan apakah persediaan barang
tidak terlalu banyak dibandingkan kebutuhan normal atau jumlah pesanan
yang ekonomis. Auditor melihat potensi fraud dalam pengadaan barang
berlebihan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu
individu atau lebih dalam manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat
untuk memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Fraud
pada dasarnya merupakan serangkaian ketidakberesan (irregularities) dan perbuatan
melawan h ukum (illegal act) yang dilakukan oleh orang luar atau orang dalam
perusahaan guna mendapatkan keuntungan dan merugikan orang lain. Istilah audit
investigatif menegaskan bahwa yang dilaksanakan adalah suatu audit. Audit umum
atau audit keuangan (general audit atau independent audit) bertujuan memberi
pendapat auditor independent mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan. Oleh
karena itu, audit ini juga disebut opinion audit. Kunci keberhasilan dari suatu teknik
audit investigatif adalah;Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan,
Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigative, Cermat dalam menerapkan
teknik yang dipilih. Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit
kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti
audit. Oleh karena itu, ada penulisan yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis
bukti audit dalam makna yang sama. Berikut teknik-teknik dalam Audit
Investigative;memeriksa fisik dan mengamati, meminta informasi dan konfirmasi,
memeriksa dokumen, review analitika, menghitung kembali dan penutup.

DAFTAR PUSTAKA
Tuannakota, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat

https://accounting.binus.ac.id/2021/12/20/analisis-kasus-fraud-garuda-indonesia/

Bologna, G.Jack and Lindquist, Robert J, ”Fraud auditing and forensic accounting: new
tool and techniques”, John Willey & sons, Second edition, 1995.

You might also like