Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 4 Materi CMPK 7 & CMPK 8
Kelompok 4 Materi CMPK 7 & CMPK 8
Disusun Oleh :
Kelompok 4
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Akuntansi Forensik yang berjudul “Hukum Yang Berkaitan Dengan Fraud Dan Perencanaan
Teknik Audit Fraud”. Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat digunakan sebagai
acuan penilaian pada semester ganjil. Meskipun dalam penyusunan makalah ini kami banyak
menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi karena motivasi dan kerja sama dari berbagai
pihak makalah ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak atas dukungan dan kerja
samanya sehingga terwujudnya makalah ini. Kami menyadari keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan atas perhatian dan koreksinya, kami
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat serta mendapatkan tanggapan
yang antusias dari semua pihak yang membacanya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………................................…….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….......................................1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………..………1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….........................................3
2.1 Hukum di indonesia yang berkaitan dengan fraud…………………………………......3
2.2 Analisis kasus fraud yang terjadi di indonesia……………………………...………….5
2.3 Kunci kunci keberhasilan audit investigative…………………………………..………7
2.4 Teknik teknik audit investigative………………………………………….………...….8
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………..12
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..………...12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………...……….13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mampu menjelaskan hukum di Indonesia yang berkaitan dengan fraud
1
2. Mampu melakukan analisis kasus – kasus fraud yang terjadi di Indonesia serta
penyelesaian lewat jalur hukum
3. Mampu mengetahui kunci – kunci keberhasilan audit investigative
4. Mampu mengetahui teknik – teknik audit investigative
5. Mampu memahami bagaimana cara meminta informasi dan konfirmasi
investigative
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
e. Menurut Karyono (2013), fraud adalah penyimpangan dan
perbuatan melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan
sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu atau memberikan
gambaran keliru ( mislead) kepada pihak - pihak lain, yang dilakukan
oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
4
7) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang
secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999). (Tuanakotta, 2007:95).
8) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
9) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);
10) Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor :
PER01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor : PER- 09/MBU/ 2012;
11) Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Nomor:
SK16/S- MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter
Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.
5
Adapun kronologi kecurangan yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk adalah sebagai berikut:
1) Pada 31 Oktober 2018, Manajemen Garuda dan PT. Mahata Aero
Teknologi (Mahata) mengadakan perjanjian kerja sama yang telah
diamandemen, terakhir dengan amandemen II tanggal 26 Desember 2018,
mengenai penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan
dalam pesawat dan manajemen konten. Perjanjian tersebut berlaku
selama 15 tahun.
2) Berdasarkan catatan laporan keuangan nomor 47 huruf e menjelaskan
bahwa Mahata akan melakukan dan menanggung seluruh biaya penyediaan,
pelaksanaan, pemasangan, pengoperasian, perawatan dan pembongkaran dan
pemeliharaan termasuk dalam hal terdapat kerusakan, mengganti dan/atau
memperbaiki peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan dan
hiburan dalam pesawat dan manajemen konten. Garuda mengakui
penghasilan dari perjanjiannya dengan Mahata sebagai suatu penghasilan
dari kompensasi atas Pemberian hak oleh Garuda ke Mahata.
3) Manajemen Garuda mengakui sekaligus pendapatan perjanjian tersebut
sebesar USD 239.94 juta dengan USD 28 juta diantaranya merupakan
bagi hasil yang didapat dari PT. Sri Wijaya Air. Padahal perjanjian belum
berakhir dan diketahui bahwa hingga tahun buku 2018 berakhir, tidak ada
satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak Mahata meskipun telah
terpasang satu unit alat di Citilink.
4) Selain itu dalam perjanjian Mahata yang ditandatangani pada 31 Oktober
2018 tidak tercantum term of payment yang jelas dan belum ditentukan juga
secara pasti cara pembayarannya dan jaminan dari perjanjian tersebut.
5) Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran
kompensasi sesuai dengan paragraf terakhir halaman satu dari surat
Mahata 20 Maret 2019: “Skema dan ketentuan pembayaran ini tetap akan
tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Ketentuan
dan skema pembayaran sebagaimana yang disampaikan dalam surat ini dan
perjanjian dapat berubah dengan mengacu kepada kemampuan finansial
Mahata.
6) Dari pengakuan pendapatan ini, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
terbukti melakukan pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016
6
tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan diberikan
Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp. 100 juta. Selain itu, seluruh
anggota Direksi PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. juga dikenakan Sanks
Administratif berupa masing-masing Rp. 100 juta karena melanggar
Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi
atas Laporan Keuangan. Sanksi Administratif juga dikenakan secara
tanggung renteng sebesar Rp. 100 juta kepada seluruh anggota Direksi
dan Dewan Komisaris PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang
menandatangani Laporan Tahunan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
periode tahun 2018 karena dinyatakan melanggar Peraturan OJK Nomor
29/POJK.004/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik.
7
2) Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigatif. Penguasaan yang baik
memungkinkan investigator menerapkan teknik yang tepat untuk
menyelesaikan persoalan yang kita indentifikasi.
3) Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun teknik tepat, apabila
pelaksanaannya tidak cermat, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Itulah
sebabnya mengapa due professional care merupakan standar audit yang
penting. Dalam audit investigatif, kecermatan ini terlihat antara lain dari cara
kita mengajukan pertanyaan, menentukan kapan pertanyaan tertentu harus
diajukan, menindaklanjuti jawabannya, mempertanyakan sesuatu.Temuan
yang kelihatannya mudah, ditangan penyelidik yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang luas, merupakan bukti yang kuat dalam proses
pengadilan. Kecermatan dalam menafsirkan temuan jelas terlihat dalam
computer forensics.
8
(misalnya ditempat penyamakan kulit atau tempat pengolahan sampah). Kita
bisa mencicipi, misalnya dipabrik yang menghasilkan makanan. Kita
merasakan suhu panas atau dingin di tempat kerja. Singkatnya, mengamati
adalah menggunakan indera, bisa salah satu atau beberapa indera sekaligus.
Untuk audit investigatif, penulis tidak membedakan pemeriksaan fisik
pengamatan. Dalam kedua teknik ini, investigator menggunakan inderanya
untuk mengetahui atau memahami sesuatu.
2. Meminta Informasi dan Konfirmasi
Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan
prosedur yang biasa dilakukan auditor. Seperti dalam audit, audit investigative
permintaan informasi juga harus dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasikan
dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated) dengan cara
lain. Permintaan informasi sangat penting dan juga merupakan prosedur yang
normal dalam suatu audit investigative. Meminta konfirmasi adalah meminta
pihak lain (dari yang diaudit investigative) untuk menegaskan kebenaran atau
ketidakbenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan
untuk mendapatkan kepastian mengenai saldo utang-piutang.
3. Memeriksa Dokumen
Teknik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada audit investigatif
tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi
dokumen menjadi lebih luas,termasuk informasi yang diolah, disimpan, dan
dipindahkan secara elektronis (digital).
4. Review Analitikal
Deloitte Haskins & Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte Touche
Tohmasu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit manual mereka di
tahun 1930-an. Dalam review analitikal yang penting bukannya perangkat
lunaknya, tetapi semangatnya, seperti dikatakan Houck di atas : “think
analytical first”! ini ciri auditor (dan investigator) yang Tangguh. Ada
bermacam-macam variasi dari teknik review analitikal, namun semuanya
didasarkan atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa yang
layaknya harus terjadi, dan berusaha menjawab sebabnya terjadi kesenjangan.
Apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah merumuskan patokannya.
Berikut teknik review analitikal dengan label tertentu:
9
a) Betriebs Vergleic dan Zeit Vergleic, yaitu membandingkan perusahaan
(Betriebs) yang diaudit investigative dengan saingan yang seukuran.
Dalam Zeit Vergleic membandingkan perusahaan yang diaudit
investigative pada pada saat sekarang dengan hal yang sama di masa
(Zeit) lalu.
b) Membandingkan Anggaran dengan Realisasi, yaitu Hasil dari
membandingkan data anggaran dan realisasi dapat mengindikasikan
adanya fraud. Hal yang perlu dipahami di sini adalah mekanisme
pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan anggaran, dan
insentif yang terkandung dalam sistem anggarannya.
10
5. Menghitung Kembali
Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mengecek kebenaran
perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang
sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seseorang yang
baru mulai bekerja sebagai auditor. Dalam audit investigatif, perhitungan yang
dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian
yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali
dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau
disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.
6. Penutup
Pada penutup dibahas teknik audit investigatif yang memanfaatkan teknik-
teknik audit yang sudah dikenal oleh auditor yang melakukan audit atas
laporan keuangan. Perbedaannya hanyalah dalam tujuan dan lingkup. Dalam
audit atas laporan keuangan , tujuannya adalah memberikan pendapat
(independent auditors opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan. Tujuan audit investigatif adalah
mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti
sesuai dengan hukum acara atau hukum pembuktian yang berlaku.
Lingkup atau intensitasnya juga berbeda. Dalam audit atas laporan keuangan,
auditor mengumpulkan bukti audit untuk memberikan reasonable assurance
atau keyakinan yang memadai. Audit investigatif lebih dalam dan lebih luas
dari audit atas laporan keuangan, karena bukti hukum dan barang bukti yang
dikumpulkan akuntan forensic, akan diuji dalam persidangan (pengadilan atau
diluar pengadilan). Pengujian inilah yang akan menentukan apakah bukti dan
barang bukti ini dapat menjadi alat bukti yang dapat memberikan keyakinan
kepada majelis hakim (di dalam pengadilan) atau arbitrators (di luar
pengadilan). Auditor dalam audit investigative memanfaatkan teknik observasi
perhitungan persediaan barang untuk menetukan apakah persediaan barang
tidak terlalu banyak dibandingkan kebutuhan normal atau jumlah pesanan
yang ekonomis. Auditor melihat potensi fraud dalam pengadaan barang
berlebihan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu
individu atau lebih dalam manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat
untuk memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Fraud
pada dasarnya merupakan serangkaian ketidakberesan (irregularities) dan perbuatan
melawan h ukum (illegal act) yang dilakukan oleh orang luar atau orang dalam
perusahaan guna mendapatkan keuntungan dan merugikan orang lain. Istilah audit
investigatif menegaskan bahwa yang dilaksanakan adalah suatu audit. Audit umum
atau audit keuangan (general audit atau independent audit) bertujuan memberi
pendapat auditor independent mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan. Oleh
karena itu, audit ini juga disebut opinion audit. Kunci keberhasilan dari suatu teknik
audit investigatif adalah;Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan,
Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigative, Cermat dalam menerapkan
teknik yang dipilih. Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit
kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti
12
audit. Oleh karena itu, ada penulisan yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis
bukti audit dalam makna yang sama. Berikut teknik-teknik dalam Audit
Investigative;memeriksa fisik dan mengamati, meminta informasi dan konfirmasi,
memeriksa dokumen, review analitika, menghitung kembali dan penutup.
DAFTAR PUSTAKA
Tuannakota, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat
https://accounting.binus.ac.id/2021/12/20/analisis-kasus-fraud-garuda-indonesia/
Bologna, G.Jack and Lindquist, Robert J, ”Fraud auditing and forensic accounting: new
tool and techniques”, John Willey & sons, Second edition, 1995.
13