You are on page 1of 3

Manajemen Penyelenggaraan Pangan

3. Pasca Produksi

Pengelolaan sampah dan limbah pasca bencana gunung meletus

Pada saat terjadi bencana gunung meletus, sumber konsumsi masyarakat terdampak bencana
berasal dari dapur umum maka jangan sampai makanan yang disajikan justru menimbulkan
penyakit baru pada korban bencana.Jadi, peran petugas gizi sangat penting karena bisa
membantu penyelenggaraan makanan dengan mengatur menu serta kebersihan makanan yang
akan dikonsumsi oleh masyarakat yang terdampak bencana. Pada saat terjadi bencana baik di
pemukiman atau pengungsian akan banyak menghasilkan sampah daun, sampah kertas dan
sampah plastik karena pada umumnya makanan yang disajikan berbentuk makanan siap saji.
Selain itu juga terdapat masalah dalam hal buang kotoran dan buang limbah yang umumnya
sering terlambat melakukan pengelolaan sehingga sampah/limbah yang dihasilkan
menimbulkan vektor penyakit(Azkha, 2009).

Berdasarkan peraturan (Undang-Undang RI, 2008), sampah terbagi menjadi tiga menurut
pengelolaannya yakni sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan
sampah spesifik. Adapun sampah pasca bencana tergolong kedalam sampah spesifik.
Pengertian sampah spesifik sendiri merupakan sampah yang butuh pengelolaan secara khusus
karena sifat,konsentrasi, dan/atau volumenya.

Berdasarkan (Peraturan Pemerintah RI, 2020), pengelolaan sampah spesifik merupakan suatu
kegiatan yang sistematis , universal dan berkelanjutan yang terdiri dari pengurangan dan
penanganan. Kegiatan pengurangan dan penanganan sampah spesifik di sesuaikan dengan
jenis sampah spesifik itu sendiri. Untuk pengelolaan sampah yang timbul akibat bencana
dilakukan dengan penanganan sampah saja. Penanganan Sampah yang Timbul Akibat
Bencana gunung meletus meliputi kegiatan:

a. Pemilahan;

Pemilahan sampah dilakukan di sarana pengelolaan sampah gunung meletus dan


dilakukan pengelompokan sampah berdasarkan jenisnya yaitu sampah yang
mengandung limbah B3, bangkai binatang dan sampah lainnya. Pengelompokan
sampah bisa tidak dilakukan jika situasi atau kondisi bencana tidak memungkinkan
untuk dilakukan pemilahan.
b. Pengangkutan;

Pengangkutan sampah wajib menggunakan alat angkut yang sesuai dengan kondisi
sampah dan dilakukan pada sampah yang sudah dipilah sebelumnya. Pada proses
pengangkutan bisa tidak menggunakan alat angkut jika lokasi timbulan sampah tidak
memunngkinkan menggunakan alat angkut atau alat angkut tidak lengkap

c. Pemanfaatan kembali;

Pada tahap pemanfaatan kembali ini dilakukan pada sampah yang langsung bisa
digunakan yaitu dengan cara :
- Menggunakan ulang sampah dengan fungsi yang sama seperti sebelumnya atau
fungsi berbeda seperti sebelumnya untuk sampah yang tidak mengandung B3 atau
limbah B3.
- Menggunakan ulang sampah yang masih memiliki manfaat bagi sampah yang
mengandung B3 atau mengandung limbah B3 tanpa proses pengolahan terlebih
dahulu.

d. Pengolahan; dan/atau

Pengelolaan sampah dilakukan setelah sampah sudah dipilah dan mempunyai tujuan
untuk mengubah sifat, komposisi atau volume sampah serta dilakukan terhadap jenis
sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali pada tahap sebelumnya.

e. Pemrosesan akhir.

Tahap pemrosesan akhir merupakan tahap akhir dari pengelolaan sampah pasca
bencana gunung meletus dan dilakukan terhadap sampah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali ataupun diolah. Pemrosesan akhir dilakukan bisa dilakukan
dengan cara metode urug terkendali, metode lahan urug saniter atau metode lain yang
sesuai IPTEK.
Azkha, N. (2009). Peranan Petugas Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 4(1), 1–4. https://doi.org/10.24893/jkma.v4i1.35
Peraturan Pemerintah RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2O2O Tentang
Pengelolaan Sampah Spesifik. , (2020).
Undang-Undang RI. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH. , (2008).

You might also like