You are on page 1of 22

PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

BAB II
SURVEY TOPOGRAFI
2.1. SURVEY TOPOGRAFI

Maksud dari kegiatan Survey Topografi dalam perencanaan teknik jalan yaitu Pengukuran
Detail Jalan dan situasi sekitarnya yang bertujuan mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang trase rencana jalan dan jembatan didalam koridor
yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 1.000 yang akan digunakan
untuk perencanaan geometrik jalan, serta skala 1 : 5.000 untuk perencanaan jembatan dan
penanggulangan longsoran.

Pengukuran detail situasi yang dilakukan adalah pada penampang jalan sebagai garis kerangka
poligon utama. Kegiatan pengukuran ini meliputi pengukuran sudut dan jarak (horisontal) serta
pengukuran beda tinggi (vertikal). Adapun kegiatan dari pada pengukuran detail ini adalah :
o Pemasangan titik-titik kontrol;
o Pengukuran titik kontrol horizontal;
o Pengukuran titik kontrol vertikal;
o Pengukuran situasi;
o Pengukuran penampang melintang;
o Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai atau Jembatan.

Pada pelaksanaannya, pengukuran detail dilakukan berkisar 100 meter sampai dengan 200
meter di belakang team perintisan (route survey), sehingga dapat memberikan masukan
kepada team didepannya mengenai route yang dipilih.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Titik-titik control / patok yang dipasang untuk keperluan pengukuran route terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu patok beton dan patok kayu.

Laporan Antara 2- 1
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

1. Patok Beton (BM)


Patok beton dipasang untuk titik-titik control horizontal maupun untuk menentukan
ketinggian muka tanah, yang disebut titik tetap (bench mark), baik dipasang untuk
keperluan route jalan ataupun untuk keperluan rencana jembatan. Patok beton ini
digunakan sebagai titik-titik control kerangka horizontal (polygon) utama dan sipat datar
utama yang dapat juga dijadikan referensi untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya.

Pemasangan patok-patok BM ( Bench Mark ) dilakukan dengan cara sebagai berikut :


o Patok - patok yang terpasang sebagai patok poligon, waterpass, situasi detail;
o Pemasangan patok ditanam kuat, tidak mudah hilang dan tidak terganggu oleh hewan
atau lainnya dan diperkirakan tahan sampai pekerjaan fisik dimulai;
o Pemasangan BM (Bench Mark) merupakan patok beton permanen yang terbuat dari
PVC dengan ukuran 4 inci, dengan panjang 75 cm dipasang setiap kira-kita 1 km;
o Pada rencana jembatan dipasang minimal 3 dengan rincian : di kedua sisi sungai yang
saling bersebrangan dan pada salah satu tempat yang aman;
o Patok BM di cat warna kuning dan lambing PU dengan diberi nomor warna cat hitam.

Gambar 2.1. Gambar Patok BM

BM 20 cm
01
Tanah

55 cm

2. Patok Kayu/ paku payung


Patok kayu dipasang sebagai titik-titik control sekunder atau tersier (patok bantu) pada
pengukuran polygon maupun sipat datar sekunder dan pada pengukuran situasi detail.

Laporan Antara 2- 2
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Patok ini digunakan sebagai titik referensi sementara atau titik bantu, jadi sifatnya tidak
tetap, akan tetapi tetap harus diberi nomor urut dan di cat warna.

Pemasangan patok-patok kayu dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1) Patok - patok yang terpasang sebagai patok profil sekaligus sebagai
patok poligon, waterpass, situasi detail dan juga sebagai patok pembantu;
2) Pemasangan patok ditanam kuat dan tidak mudah hilang dan tidak
terganggu oleh hewan atau lainnya dan diperkirakan tahan sampai pekerjaan fisik
dimulai;
3) Untuk titik-titik yang berada dijalan menggunakan paku payu yang
ditanam dan diberi tanda cat putih dan diberi nomor;
4) Jarak antara patok ditetapkan sebagai berikut :
Untuk daerah yang memiliki alinyemen horisontal lurus adalah 50 meter.
Untuk daerah yang memiliki alinyemen horisontal tikungan adalah 25 meter

Gambar 2.2. Gambar Patok Kayu

Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk membantu Pemerintah Provinsi Papua dalam hal
ini Dinas Bina Marga dalam rangka melaksanakan pekerjaan Perencanaan Teknik Jalan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah ketersediaan perencanaan teknik jalan yang berwawasan
lingkungan, serta dokumen pelelangan sesuai dengan rencana menggunakan standar
prosedur yang berlaku guna tercapainya mutu pekerjaan perencanaan, tercapainya
penyelesaian penanganan masalah-masalah yang sifatnya khusus serta memenuhi tingkat
perekonomian yang tinggi sehingga tingkat pelayanan jalan yang diingikan selama ini dapat
tercapai.

Laporan Antara 2- 3
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

2.1.2. Pengukuran Titik Kontrol Horisontal


A. Pengukuran Poligon.
Poligon adalah salah satu metoda penentuan titik diantara beberapa metoda penentuan
titik yang lain. Pengertian penentuan titik disini dimaksudkan atau dibatasi sebagai
penentuan posisi horisontal saja. Penentuan titik dengan cara poligon ini merupakan
metoda yang paling luwes, karena pengukuran poligon dapat diatur atau dipilih menurut
kehendak kita sehingga kita dapat menghindari daerah-daerah yang sulit dan memilih jalan
yang lebih mudah.

1. Data-data Poligon
Yang dimaksud dengan data-data poligon ialah unsur-unsur yang diperlukan untuk
dapat menghitung suatu poligon. Adapun dalam pelaksanaan pengukuran poligon, data-
data yang diambil adalah :
1. Sudut
2. Jarak
3. Azimuth
Data 1) dan 2) ialah data-data yang diperoleh dari hasil ukuran langsung di lapangan,
sedangkan data ke 3) dapat merupakan data-data yang diketahui atau dapat juga
merupakan data hasil ukuran langsung di lapangan.
2. Peralatan Ukur
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengukuran poligon ini adalah
peralatan ukur sudut dan jarak. Adapun peralatan yang akan digunakan adalah :
 Peralatan ukur sudut Theodolit Wild T2/ Total Station ( TS ) yang memiliki ketelitian 2”
yang dilengkapi dengan statip dan rambu ukur atau prisma;
 Peralatan ukur jarak pita ukur (roll meter 50 meter)
3. Metoda Pengukuran Poligon
Metoda pengukuran polygon yang akan dilakukan adalah metoda Poligon Terbuka yang
artinya : Poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (bukan
titik yang sama).
Poligon terbuka ini dapat dibagi berdasarkan pengikatan pada titik-titik ujungnya,
dimana ada 2 (dua) macam pengikatannya untuk poligon terbuka ini, yaitu :
 Pengikatan azimuth
 Pengikatan koordinat

Laporan Antara 2- 4
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Pada pelaksanaan pengukuran poligon pada kegiatan perencanaan jalan ini akan
dilakukan dengan metoda Poligon Terbuka dengan titik ujung awal dan akhirnya terikat
azimuth dan koordinat.

4. Syarat-syarat Pengukuran Poligon


Adapun kaidah pekerjaan pengukuran poligon mengikuti ketentuan sebagai berikut :
o Koordinat (X, Y) titik-titik kontrol geodesi (referensi) ditentukan dengan cara
pengukuran polIgon;
o Pengukuran sudut dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar biasa (LB)
dengan cara pembacaan satu seri ganda (B – LB – LB B);
o Kontrol azimuth ditentukan melalui pengamatan matahari dengan ketelitian max.
20”;
o Jumlah titik poligon antara dua kontrol azimuth maximum 100 titik;
o Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth = 20” koreksi setiap poligon max. 10”;
o Salah penutup koordinat maximum 1 : 2.000;
o Pengukuran jarak menggunakan pita ukur yang dikontrol dengan jarak optis;
o Kesalahan penutup sudut ≤ (10n).

Gambar 2.3. Jalur Pengukuran Poligon

2
4
1
D1 D2 3 5
D3 D4

Keterangan :
1 = Sudut ukuran
D1 = Jarak ukuran
= Titik ukur
= Titik ikat (sudah diketahui koordinat dan azimuthnya)

2.1.3. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal


Sebagaimana halnya dengan data posisi planimetris (X, Y), data ketinggian suatu titik
di permukaan bumi juga merupakan data yang diperlukan untuk berbagai kegiatan, misalnya
untuk keperluan penelitian ilmiah kebumian, eksplorasi minyak, perencanaan teknis Jembatan,

Laporan Antara 2- 5
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

dsb. Dengan diketahui ketinggian titik-titik, maka bentuk relief permukaan bumi dapat
ditentukan.

Ketinggian atau beda tinggi suatu tempat di permukaan bumi dapat ditentukan dengan
berbagai metode pengukuran. Secara prinsip metode pengukuran beda tinggi dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) metode, yaitu :
Metode sipat datar;
Metode trigonomteris;
Metode barometris.
1. Metoda Yang Digunakan
Sesuai dengan urutan penyajian, maka metode sipat datar merupaka metode pengukuran
beda tinggi yang paling teliti dibandingkan dengan ke-2 metode yang lainnya. Dalam
kegiatan perencanaan ini metode yang digunakan adalah metode sipat datar.
Metoda pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara “double stan” yaitu dua kali berdiri
alat yang hasilnya diambil rata-rata dengan mengambil jarak sedemikian rupa sehingga
jarak ke depan sama dengan jarak ke belakang.
Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang sumbu Jembatan rencana (sisi polygon) pada
setiap titik control untuk mengetahui bentuk profil dari awal proyek sampai akhir proyek.
Profil ini menunjukkan ketinggian (elevasi) pada semua titik control yang ada sepanjang sisi
polygon (sumbu Jembatan rencana).
Titik-titik ketinggian hasil pengukuran waterpass juga digunakan untuk menentukan atau
mengetahui kemiringan/kelandaian daripada permukaan tanah yang dilalui atau
permukaan tanah jalur rencana trase Jembatan. Selain jalur trace, daerah sekitar trase
dengan radius 75 meter kiri kanan, juga di ukur ketinggiannya.
Pada pelaksanaan di lapangan, jalur pengukuran waterpass dilakukan mengikuti jalur-jalur
pengukuran poligon, oleh karena itu maka bentuk kerangka dasar dan jalur pengukuran
waterpass (WP) sama dengan jalur poligon.
2. Peralatan Yang Digunakan
Peralatan pengukuran sipat datar yang digunakan adalah :
 Alat waterpass otomatis atau automatic level NAK2.
 Rambu ukur yang memiliki nivo
3. Syarat-syarat Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Dibaca benang tengah, benang atas dan benang bawah dengan cara pulang pergi
(double stand);
 Bacaan dikontrol (BA + BB) – 2BT < 2 mm;
 Ketelitian yang harus diperoleh < 10  D, dimana D = panjang seksi dalam km;

Laporan Antara 2- 6
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

 Dasar pengukuran beda tinggi adalah sipat datar dengan menggunakan bidang
referensi tinggi muka air laut rata-rata (harga Z dari titik referensi).

Gambar 2.4. Pengukuran beda tinggi antara dua titik

H1
H2
H
1
2

Untuk mengetahui elevasi dari titik-titik yang ditinjau (titik-titik kontrol), dilakukan dengan cara
pengukuran beda tinggi atau sipat datar yang perhitungannya dilakukan dengan cara
sederhana yaitu dengan metoda perataan yang merata-ratakan beda tinggi dari posisi 1 dan
posisi 2.

H2 = H1 +H

Dimana :

H1 = titik kontrol (titik poligon) yang sudah diketahui tingginya


H2= titik yang dihitung tingginya
H = beda tinggi titik 1 dan 2

2.1.4. Pengukuran Penampang Melintang


Pengukuran penampang melintang adalah penampang melintang (cross section) yang
merupakan penampang tegak lurus sumbu rencana jalan.
Pengukuran ini adalah pengukuran trigonometris yang dilakukan tegak lurus sumbu rencana
jembatan atau sumbu jalan untuk mengetahui kondisi koridor sekitar wilayah perencanaan
jalan .
1. Metode Yang Digunakan
Metode pengukuran penampang melintang ini adalah dengan menggunakan metode
pengukuran tachymetri.
2. Peralatan Yang Digunakan
Peralatan pengukuran ini menggunakan :

Laporan Antara 2- 7
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

 Theodolit TS (total station);


 Prisma;
 Roll meter (3 meter).

3. Syarat-syarat Pengukuran Penampang Melintang


Adapun hal-hal yang diperhatikan adalah :
o Titik –titik referensi diambil dari titik-titik kontrol (patok) horisontal danvertical.
o Pengukuran dilakukan tegak lurus trase pengukuran dan pengambilan detail 75 meter
kiri kanan Jembatan untuk Jembatan baru maupun peningkatan Jembatan.
o Dilakukan pada setiap interval 50 meter, situasi yang lurus dan  25 meter pada
tikungan dengan kerapatan yang disesuaikan dengan lebar jarak pengukuran 100 meter
ke arah luar dan 50 meter ke arah dalam dari sumbu Jembatan rencana.
Gambar penampang melintang hasil pengukuran ini diperlukan untuk perhitungan pekerjaan
tanah (galian dan timbunan).

2.1.5. Pengukuran Situasi Detail (topografi)

Maksud dari pengukuran detail ini adalah pembuatan peta planimetri sepanjang ruas
jalan rencana dengan lebar pemetaan yaitu ± 150 meter. Pengukuran ini dilakukan untuk
memindahkan letak/posisi (koordinat) benda-benda alam atau buatan manusia yang terdapat
dipermukaan bumi ke dalam kertas dengan skala tertentu. (skala 1 : 1.000). Yang dimaksud
benda-benda alam yaitu vegetasi sekitar trase jalan, sungai, alur, mata air, dll.Sedangkan yang
buatan manusia seperti bangunan-bangunan penunjang jalan seperti jembatan, tembok
penahan, gorong-gorong, bronjong, guarddrill, rumah, tempat ibadah, fasilitas umum, utilitas
umum, dll.
1. Metode Yang Digunakan
Metode pengukuran penampang melintang ini adalah dengan menggunakan metode
pengukuran tachymetri.
2. Peralatan Yang Digunakan
 Theodolit TS (total station);
 Prisma;
 Roll meter (3 meter).
3. Syarat-syarat Pengukuran Penampang Melintang
Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam kegiatan pengukuran ini adalah :
o Pengambilan titik-titik detail dilakukan merata ke seluruh daerah survey, seperti
pengambilan detail bangunan alam, bangunan buatan seperti batas-batas wilayah, jalur,

Laporan Antara 2- 8
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

saluran, tanggul, rencana saluran, batas vegetasi, batas pemukiman, fasilitas umum dan
setiap perubahan elevasi tanah.
o Titik-titik detail ditentukan dengan ukuran rincikan yang diikatkan pada kerangka dasar
pemetaan atau titik kontrol geodesi.
o Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi kurang dari 10 cm.

Gambar 2.5. Pengukuran Tachymetri

HB = HA ( D x ½ sin 2 ) + Ta - BT
Dimana :

HA = tinggi titik A
HB = tinggi titik B
 = bacaan sudut vertikal alat
TA = tinggi alat
D = Jarak = (BA-BB) x 100 x (sin)2
BA = bacaan benang atas
BT = bacaan benang tengah

Gambar 2.6. Titik-titik Detail Jalan Yang Harus diambil

Laporan Antara 2- 9
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

2.1.6. Pengukuran Khusus


Pengukuran khusus disini adalah pada tempat-tempat yang dianggap perlu dan atau
pada tempat-tempat penanganan khusus, seperti :
A. Pada Persilangan Sungai, yaitu berupa pengukuran situasi, sehingga lokasi pemilihan
sumbu rencana jembatan dapat dilakukan sebaik mungkin. Adapun kegiatan tentuan-
ketentuannya adalah :
1) Pengukuran penampang melintang dengan sungai dibuat interval setiap 25 meter
searah sumbu Jembatan rencana;
2) Pengukuran penampang melintang setiap interval 25 meter sejajar sumbu Jembatan
rencana;
3) Jarak pengukuran melintang sejauh 200 meter kearah hulu dan hilir;
4) Jarak melintang sejajar sungai adalah 100 meter kiri dan kanan.

Gambar 2.7. Sketsa Situasi Persilangan Dengan Sungai

200 m
Rencana Jalan

200 m

100 m 100 m

Pada lokasi-lokasi dimana rencana jalan berpotongan dengan Jembatan yang telah ada, harus
dilakukan pengukuran situasi disekitar perpotongan dengan ketentuan seperti gambar di
bawah ini :

Gambar 2.8. Sketsa Situasi Persilangan Dengan Jembatan

100 m
Rencana Jalan

100 m

100 m 100 m

Laporan Antara 2- 10
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

 Pengukuran penampang melintang dengan Jembatan dibuat interval setiap 25 meter


searah sumbu Jembatan rencana;
 Pengukuran penampang melintang setiap interval 25 meter sejajar sumbu Jembatan
rencana;
 Jarak pengukuran melintang sejauh 100 meter kearah kiri dan kanan Jembatan;
 Jarak melintang sejajar Jembatan adalah 100 meter kiri dan kanan.

2.1.7. Persyaratan
Dalam melakukan pengukuran topografi, peranan peralatan ukur akan sangat
menentukan terhadap hasil yang akan diperoleh. Untuk itu sebelum melakukan pengukuran
maka setiap alat ukur akan diperiksa terlebih dahulu dan dikoreksi dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan Theodolit :
o Sumbu I vertical, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung;
o Sumbu II tegak lurus sumbu I;
o Garis bidik tegak lurus sumbu II;
o Kesalahan kolimasi horizontal = 0;
o Kesalahan indeks vertical = 0

b. Pemeriksaan Alat Ukur Sipat Datar :


o Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung;
o Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo;

2.1.8. Ketelitian Dalam Pengukuran


Ketelitian dalam pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
a) Kesalahan sudut adalah 10”√ n, dimana n adalah jumlah titik poligon dari pengamatan
matahari pertama ke pengamatan matahari berikutnya, yang dibandingkan dengan
pengamatan GPS pada setiap titik BM;

b) Kesalahan azimuth pengontrol adalah ≤ 5’.

2.2. Hasil Survey Topografi


Hasil data lapangan pengukuran survey topografi adalah :
1. Jumlah Jarak Poligon : 2,5 km
2. Jumlah BM (Bench Mark) : 33 buah

Laporan Antara 2- 11
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-0)


Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 706859.43
Y : 9489327.95
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 2 )


Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 706250.90
Y : 9488596.54
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 3 )


Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 705487.13
Y : 9488087.23

Laporan Antara 2- 12
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-4)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 704724.22
Y : 9487938.32
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 5 )


Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 704357.41
Y : 9487258.53
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 6 )

Laporan Antara 2- 13
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 703865.25
Y : 9486646.31
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-7)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 703371.20
Y : 9485996.00
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 8 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 702901.83
Y : 9485512.98
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 9 )

Laporan Antara 2- 14
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 702848.04
Y : 9484670.38
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-10)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 702812.68
Y : 9483810.62
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 11 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 702217.46
Y : 9483177.64
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 12 )

Laporan Antara 2- 15
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 701293.16
Y : 9483359.07
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-13)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 700488.61
Y : 9483634.79
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 14 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 699933.81
Y : 9483050.65
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 15 )

Laporan Antara 2- 16
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 699297.75
Y : 9482398.36
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-16)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 698595.61
Y : 9482541.07
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 17 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 698386.10
Y : 9481598.97
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 18 )

Laporan Antara 2- 17
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 697706.56
Y : 9480867.73
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-19)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 697215.92
Y : 9480050.78
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 20 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 696656.20
Y : 9479317.38
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 21 )

Laporan Antara 2- 18
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 696708.92
Y : 9478658.94
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-22)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 696759.15
Y : 9477887.62
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 23 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 696772.39
Y : 9477054.81
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 24 )

Laporan Antara 2- 19
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 696026.69
Y : 9476694.15
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-25)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 695392.72
Y : 9475983.81
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 26 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 468202.716
Y : 9224976.793
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 27 )

Laporan Antara 2- 20
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 468202.716
Y : 9224976.793
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-28)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 468515.797
Y : 9224591.334
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 29 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 468202.716
Y : 9224976.793
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 30 )

Laporan Antara 2- 21
PERENCANAAN TEKNIS BERKALA JALAN & JEMBATAN WILAYAH TIMIKA

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 468202.716
Y : 9224976.793
Z : 22.291

DESKRIPSI BENCH MARK (BM-31)

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 468515.797
Y : 9224591.334
Z : 29.735

DESKRIPSI BENCH MARK ( BM- 32 )

Provinsi : Papua
Kabupaten : Mimika
Kota : Timika
Koordinat
X : 468202.716
Y : 9224976.793
Z : 22.291

Laporan Antara 2- 22

You might also like