Professional Documents
Culture Documents
Modul Materi Balance - Literasi Digital 2023
Modul Materi Balance - Literasi Digital 2023
Modul Materi Balance - Literasi Digital 2023
Literasi Digital
NAMA TIM PENYUSUN : SALMAN SAMIR; SYAMSUAR MANYULLEI; IRA TASKIRAWATI;
SURYANTO ARIFIN; SYAMSUDDIN; FADHLIL ULUM A. RAHMAN
TUJUAN MATERI
Materi ini mencoba untuk memberikan pengantar mengenai literasi digital yang bertujuan untuk
meningkatkan wawasan mahasiswa baru mengenai kemampuan literasi digital, budaya dan etika
digital, dan media digital untuk personal branding.
1. DASAR PEMIKIRAN
Orang Indonesia semakin melek digital. Hal ini ditunjukkan oleh hasil survei Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII), dimana pengguna internet pada periode 2022-2023 di Indonesia
mencapai 215,63 juta orang atau setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia yang sebanyak
275,77 juta jiwa. Angka ini meningkat sekitar 2,67% bila dibandingkan pada periode sebelumnya
yang sebanyak 210,03 juta pengguna.
Pengguna Internet
215.63
2022-2023
(78.19%)
210.03
2021-2022
(77.02%)
196.71
2019-2020
(73.70%)
171.17
2018
(64.80%)
143.26
2017
(54.68%)
Jika dilihat berdasarkan tujuan, sebagian besar pengguna mengakses internet untuk keperluan
mendapatkan informasi/berita (74,9%), sosial media/jejaring sosial (74,02%), dan hiburan
(69,79%).
Tujuan Mengakses Internet
80 74.9 74.02
69.79
70
60
50
40
%
Meskipun melek digital terus meningkat di Indonesia, namun belum semuanya memiliki kedewasaan
dalam menggunakan media digital. Masih sedikit yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan
menganalisa muatan pesan yang diperoleh melalui media digital. Hal ini ditujukkan oleh
menyebarnya hoaks dan ujaran kebencian, maraknya cyberbulliying, penggunaan media sosial untuk
kegiatan radikalisme, serta kecanduan yang tinggi pada media digital (nomophobia). Total sejak
bulan Agustus 2018 sampai dengan 31 Maret 2023, Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan
sebanyak 11.357 isu hoaks, serta 3.640 ujaran kebencian berbasis SARA di ruang digital. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada 361 anak-anak yang dilaporkan menjadi korban
bullying di media sosial selama periode 2016-2020. Oleh karena itu, memberikan pemahaman
kepada mahasiswa baru mengenai pentingnya etika media digital menjadi salah satu langkah untuk
mendorong kedewasaan bermedia digital.
2. ISI MATERI
2.1 Definisi Literasi Digital
Sebelum memahami etika media digital, penting untuk mengetahui tentang literasi digital. (UNESCO
2018) mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi secara aman dan
tepat melalui teknologi digital untuk ketenagakerjaan, pekerjaan yang layak dan kewirausahaan.
Literasi digital mencakup kompetensi yang disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media. Dari definisi ini dijelaskan bahwa kemampuan literasi digital tidak
hanya mengenai kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga menuntut kemampuan untuk
belajar, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk kompetensi digital. Individu yang memiliki literasi
digital yang baik dapat membantu seseorang untuk dapat berpikir kritis, memecahkan masalah,
berkomunikasi dengan lancar, dan kesempatan untuk berkolaborasi dengan banyak orang.
18 Memahami konsep hak cipta, plagiarisme, dan aturan lisensi dalam dunia digital
Memahami apa yang dimaksud dengan cyberbullying, dan bagaimana efek yang ditimbulkan,
19
beserta apa yang harus dilakukan ketika saya mengalami hal tersebut
Memahami bagaimana bersikap secara etis, saling menghormati, dan profesional dalam dunia
20
digital
21 Memahami dampak lingkungan dan isu keberlanjutan dari penggunaan teknologi digital
22 Memahami peluang dan risiko yang dihasilkan dari penggunaan teknologi digital
VII Identitas dan Keamanan Digital
Memahami pentingnya melindungi informasi digital yang sensitif (password, data pribadi) dan
23
bagaimana cara melindunginya
24 Memahami bagaimana orang-orang menunjukkan dirinya secara daring
Memahami perlunya menjaga kesehatan mental dan fisik sebagai dampak dari penggunaan
25
teknologi digital
Kemampuan literasi digital sangat erat kaitannya dengan budaya dan etika digital. Pertanyaan yang
perlu dijawab adalah kenapa budaya dan etika itu penting dalam media digital?. Budaya digital sama
halnya kehidupan pada dunia nyata. Masyarakat penggunanya mesti memiliki budaya yakni
Pancasila, di mana pengguna harus tahu pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila sebagai
landasan kecakapan digital. Sementara, keberadaan etika dalam media digital untuk memberikan
batasan sikap dan perilaku bagi pengguna media digital. Keberadaan modal dan prinsip dalam etika
media digital dapat mengatur perilaku seseorang agar tidak berlebihan. Etika ini dimaksudkan untuk
dapat mengurangi tindakan bullying, berita palsu (hoax), pelecehan seksual, hingga ujaran
kebencian. Etika menuntun pengguna dalam membuat pilihan dan keputusan berprilaku yang benar
sehingga media digital berjalan sebagaimana fungsinya. (Kominfo, Siberkreasi and Deloitte. 2020)
mendefinisikan etika digital (digital ethics) adalah kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika (netiquette) digital dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai mahasiswa Unhas, sudah menjadi keharusan perilaku dan sikap dalam berinteraksi terutama
pada masyarakat dituntun oleh etika sebagaimana Pasal 14 dalam Peraturan Senat Akademik
Universitas Hasanuddin Nomor: 2/UN4.2/2020 tentang kode etik mahasiswa Unhas, sebagai berikut.
• Melakukan perbuatan yang dapat menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Unhas di tengah
masyarakat;
• Memberikan bantuan kepada masyarakat sesuai ilmu pengetahuan dan kompetensi yang
dimiliki;
• Menghindari perbuatan yang melanggar norma-norma yang hidup di tengah masyarakat,
baik norma hukum, norma agama, norma kesopanan, dan norma lainnya;
• Mengajak masyarakat berbuat yang baik dan tidak mengajak pada perbuatan yang tidak
terpuji;
• Memberikan contoh perilaku yang baik dalam berbagai hal di tengah masyarakat;
• Berperan aktif untuk menolak penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkotika,
psikotropika, dan zat aditif lainnya, serta minuman keras.
Ada baiknya media digital dimanfaatkan untuk membangun personal branding. Menurut (Gunelius
2010)personal branding adalah persepsi seseorang yang kamu bentuk terhadap dirimu dan apa yang
bisa kamu tawarkan secara profesional saat ini serta di masa depan. Mengapa personal branding di
media digital penting bagi mahasiswa Unhas?. Pertama, membangun citra positif sebagai mahasiswa
Unhas dan meningkatkan reputasi online. Kedua, dapat membuka peluang karir kedepan serta
memperkuat jejaring/kolaborasi.
Adapun 3 hal yang perlu Anda identifikasi untuk membangun personal branding antara lain (Orduña
2022):
1. Your uniqueness
Pikirkan tentang identitas Anda seperti, latar belakang, budaya, etnis, jenis kelamin, keyakinan
agama, dan sebagainya. Mempertimbangkan faktor-faktor ini, tanyakan pada diri Anda: Bagaimana
identitas saya memengaruhi pemahaman saya tentang dunia? Apa yang bisa saya tawarkan yang
tidak bisa dilakukan orang lain? Perbedaan Anda adalah kekuatan Anda.
2. Your values
Apa yang Anda perjuangkan? Masalah apa — global, domestik, atau di tingkat komunitas — yang
menjadi perhatian Anda?. Misalkan isu tentang perubahan iklim, pendidikan, kesehatan, hak asasi
manusia, ekonomi, ketimpangan, kemiskinan, dll— ini hanyalah beberapa contoh penyebab yang
dapat mendorong tindakan Anda.
3. Your contributions
Apa bidang keahlian Anda? Misalnya, mungkin Anda mempelajari psikologi, ekonomi, kesehatan
masyarakat dll. Bagaimana Anda menggunakannya untuk memberi nilai tambah pada diri Anda,
bidang Anda, atau masyarakat secara luas?
References
Gunelius, Susan. 2010. Define Your Personal Brand. March 12. https://www.forbes.com/sites/work-
in-progress/2010/03/12/define-your-personal-brand/?sh=466a9ea249f4.
Hewitt, Beth. 2018. "Bagaimana mendeteksi berita bohong—panduan ahli untuk anak muda." The
Conversation, Januari 5.
Katadata. 2022. Ada 204,7 Juta Pengguna Internet di Indonesia Awal 2022. Maret 23. Accessed Juli 5,
2023. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-juta-pengguna-
internet-di-indonesia-awal-2022.
Kominfo, Siberkreasi, and Deloitte. 2020. Roadmap literasi digital 2021-2024. Jakarta: Kominfo,
Siberkreasi, & Deloitte.
Kurnia, Sherah, Hafizh Rafizal Adnan, Agus Putra Wicaksana, Achmad Nizar Hidayanto, Rod Dilnutt,
Armin Lawi, and Rizky Utami. 2022. "Development of Digital Liter elopment of Digital
Literacy Framework in the Context of Supply Chain Management ." PACIS 2022 Proceedings.
105.
Orduña, Nahia. 2022. How to Build Your Personal Brand at Work. September 28.
https://hbr.org/2022/09/how-to-build-your-personal-brand-at-work.
Putri, Treviliana Eka, and Dewa Ayu Diah Angendari. 2019. "Melawan persebaran disinformasi di
Indonesia." The Conversation, Juni 25.
UNESCO. 2018. A global framework of reference on digital literacy skills for indicator 4.4.2. UNESCO.
https://mediaindonesia.com/teknologi/511124/inilah-tantangan-budaya-digital-di-negara-
multikultural
https://indonesiabaik.id/infografis/orang-indonesia-makin-melek-
internet#:~:text=Berdasarkan%20hasil%20survei%20Asosiasi%20Penyelenggara,orang%20pada
%20periode%202022%2D2023.
https://www.bps.go.id/publication/2022/11/17/76d9e38c1a9fe738a2dcde75/statistik-
kesejahteraan-rakyat-2022.html
https://www.kominfo.go.id/content/detail/48363/siaran-pers-no-50hmkominfo042023-tentang-
triwulan-pertama-2023-kominfo-identifikasi-425-isu-hoaks/0/siaran_pers
https://www.kominfo.go.id/content/detail/34136/siaran-pers-no-143hmkominfo042021-
tentang-sejak-2018-kominfo-tangani-3640-ujaran-kebencian-berbasis-sara-di-ruang-
digital/0/siaran_pers
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/29/ratusan-anak-jadi-korban-bullying-di-
media-sosial-sejak-2016