You are on page 1of 18

MAKALAH

KODE ETIK PROFESI


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Dan Profesi Guru

Disusun Oleh:
ZUNITA 1212.20.3098
ZETI SUMARNI 1212.20.3062
NENI IRMAYANI 1212.20.3113

PRODI
EKONOMI SYARIAH
PAI
PGMI

Dosen Pengampu
Maralottung Siregar, M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


ROKAN BAGAN BATU 2023
ABSTRAK

Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan
tindakan yang menyimpang hukum. Etika merupakan nilai-nilai hidup dan norma-norma
serta hukum yang mengatur perilaku manusia. Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan
etika profesi adalah kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap
mutu jasa yang diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa
tersebut. Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia sering disebut kode etik dan
dikeluarkan oleh IAI sebagai organisasi profesi akuntan. Pengetahuan tentang etika
merupakan landasan bagi akuntan untuk berperilaku etis dalam menjalankan tanggung jawab
profesinya dan pendidikan akuntansi berpengaruh besar terhadap perilaku etika akuntan.
Pemahaman akuntan pendidik sebagai staf pengajar akuntansi dan mahasiswa akuntansi
sebagai calon akuntan Indonesia terhadap kode etik akuntan. Dilaksanakan pendidikan etika
dalam pendidikan tinggi akuntansi adalah karena adanya tuntutan agar akuntan praktisi
diseluruh bidang akuntansi dapat memahami standar etika dalam akuntansi beserta
mekanisme pelaksanaanya dan kemudian dapat menerapkannya dalam pekerjaan.
Mencermati hal tersebut, perlu kiranya untuk mengetahui pemahaman dan persepsi akuntan
pendidik sebagai staf pengajar akuntansi dan mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan
Indonesia terhadap kode etik akuntan. Untuk meningkatkan pemahaman pada kode etik
maka perlu kesamaan persepsi antara akuntan pendidik sebagai pengajar dan mahasiswa
sebagai pihak yang diajar. Cakupan mata kuliah etika di akuntansi merupakan bagian dalam
membentuk persepsi. Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan bentuk penelitian survey, yaitu penyelidikan yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-
keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu
kelompok ataupun suatu daerah.

I
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH .........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1
C. TUJUAN....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika, Profesi, Profesionalisme dan Kode Etik Profesi ..........................2
B. fungsi dan tujuan dari kode etik profesi itu...............................................................5
C. Sanksi Pelanggaran Kode Etik...................................................................................7
D. Isi kode profesi...........................................................................................................7
BAB III SIMPULAN...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

II
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

1
Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan
oleh para pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang
teguh. Artinya, tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar
adanya, dibutuhkan sanksi keras terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi.
Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya tindakan pidana atau perdata, selayaknya
para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus diseret ke pengadilan.Kita memang
harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas terhadap penyalahgunaan
profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan tebang pilih
dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus
ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki
kekebalan di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode
etik profesi harus diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh
manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia
ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa yang bermartabat.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
 Apa pengertian kode etik profesi?
 Apa fungsi dan tujuan dari kode etik profesi itu?
 Apa isi dari kode etik profesi itu?
C. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari adanya makalah ini adalah:
 Mengetahui pengertian kode etik profesi
 Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari kode etik profesi
 Untuk mengetahui mengetahui isi dari kode etik profesi

1
Dessy Novita Angelina, “Kode Etik
Profesi”https://www.academia.edu/9231164/KODE_ETIK_PROFESI (Diakses pada tanggal 26
Oktober 2023 pada jam 8:58)
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Profesi, Profesionalisme dan Kode Etik Profesi


a. Pengertian etika
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat
istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang
buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan
asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah
yang dianut masyarakat.
b. Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial
dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi
kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar
akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya
penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia,
kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi
tersebut.
c. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu kemampuan yang dianggap berbeda dalam menjalankan
suatu pekerjaan . Profesionalisme dapat diartikan juga dengan suatu keahlian dalam
penanganan suatu masalah atau pekerjaan dengan hasil yang maksimal dikarenakan
telah menguasai bidang yang dijalankan tersebut.

Ciri-ciri profesionalisme:

 Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang
bersangkutan dengan bidang tadi.
 Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah
dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil
keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
 Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
d. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya Pengertian etika profesi.

Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
e. Pengertian Kode Etik Profesi
Kamus besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988,
mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; (2) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat.
f. Pengertian Kode Etik Profesi
Kamus besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988,
mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; (2) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

3
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
g. Pengertian Kode Etik Profesi
Kamus besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988,
mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; (2) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan
apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan
atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam
standart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk
memberikan pengabdian kepada masyarakat.
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang
telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu
terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga
profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan
rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.
Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman
maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan tuntutan
zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), dahulu
belum tercantum dalam kode etik kedokteran kini sudah dicantumkan.
Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki
kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan, pengacara,
Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak
selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan Dokter Indonesia
terdapat Kode Etik Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap melanggar kode etik
tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia,
bukannya oleh pengadilan.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu :

4
(1). Menghargai harkat dan martabat
(2). Peduli dan bertanggung jawab
(3). Integritas dalam hubungan
(4). Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut
sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai
perdoman dengan tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota
profesi. Bias interaksi merupakan monopoli profesi, yaitu memanfaatkan kekuasan
dan hak-hak istimewa (1986: 364) mendefisikan bahwa kode etik sebagai
pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan,
aturan, tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun
tugas suatu profesi. Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta menjiwai
akan Pola, Ketentuan, aturan karena pada dasarnya suatu tindakan yang tidak
menggunakan kode etik akan berhadapan dengan sanksi.
Berikut ini adalah contoh kode etik yang biasanya berlaku pada perusahaan-
perusahaan yaitu :
 Jam masuk kerja jam 08.00 dan dispensasi keterlambatan hanya 5 menit.
 Tidak boleh bermain game di kantor.
 Harus lapor kepada atasan masing-masing departement jika ingin ijin keluar
kantor.
 Barang-barang pesanan dikeluarkan oleh bagian gudang.
 Penggunaan internet hanya untuk urusan pekerjaan.
 Setiap karyawan tidak boleh sembarangan membuka file karyawan lain.
Contoh kode etik guru : Guru memiliki kewajiban untuk membimbing anak didik
seutuhnya dengan tujuan membentuk manusia pembangunan yang pancasila”. Inilah
bunyi kode etik guru yang perrtama dengan istilah “bebakti membimbing” yang
artinya mengabdi tanpa pamrih dan tidak pandang bulu dengan membantu (tanpa
paksaan, manusiawi). Istilah seutuhnya lahir batin, secara fisik dan psikis. Jadi guru
harus berupaya dalam membentuk manusia pembangunan pancasila harus seutuhnya
tanpa pamrih.

B. FUNGSI KODE ETIK


Tujuan diterapkannya Kode Etik Profesi :
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan
dan pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang
dikemukakan Gibson dan Michel yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai
seorang professional.
Biggs dan Blocher mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.

5
Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
 Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,
pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.
 Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan.Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyaraka tagar juga dapat memahami arti pentingnya suatu
profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana dilapangan
kerja(kalanggan social).
 Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa
para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.

Tujuan dari kode etik :


 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Untuk meningkatkan mutu profesi.
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
 Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standarnya sendiri.

Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang.


Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.
Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional,
misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM
Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-
lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik.
Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta
cenderung membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan
mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada
prinsipnya patut dinilai positif.

Tanggungjawab profesi yang lebih spesifik


 Mencapai kualitas yang tinggi dan efektifitas baik dalam proses maupun produk
hasil kerja profesional.
 Menjaga kompetensi sebagai profesional.

6
 Mengetahui dan menghormati adanya hukum yang berhubungan dengan kerja yang
profesional.
 Menghormati perjanjian, persetujuan, dan menunjukkan tanggungjawab.

C. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK


a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman
sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi
mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk
menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari-
hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat
dalam anggotaanggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan melaporkan
teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu
solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan dengan demikian
maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah
menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain. Lebih lanjut
masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi
baru kemudian dapat melaksanakannya.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan
dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci
norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma
tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah
sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang
apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa
yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional.

D. BEBERAPA ISI KODE ETIK PROFESI

a. Kode etik seorang profesional teknologi informasi (IT)


Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai
prinsip atau norma-norma dalam kaitan dengan hubunganan taraprofessional atau
developer TI dengan klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi
serta organisasi profesi dengan pemerintah. Salah satu bentuk hubungan seorang
profesional dengan klien(penggunajasa) misalnya pembuatan sebuah program
aplikasi.
Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa
hal yang harus di perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan

7
oleh kliennya atau user; ia dapat menjamin keamanan(security) sistem kerja program
aplikasi tersebut daripihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem
kerjanya(misalnya: hacker, cracker, dll).
b. Kode Etik Profesi Informatikawan
1. Kode etik profesi Informatikawan merupakan bagian dari etika profesi.
2. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang
telah dibahas dan di rumuskan dalam etika profesi.
3. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma
kebentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah
tersirat dalam etika profesi.
4. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat
tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.

 CONTOH KASUS PELANGGARAN KASUS KODE ETIK PROPESI

1. PENGERTIAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI


Pelanggaran kode etik profesi adalah penyelewengan/ penyimpangan terhadap
norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang
mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata
masyarakat.
2. PENYEBAB PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
 tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat
 organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan
 rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi,
karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri
 belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya
 tidak adanya kesadaran etis da morali tas diantara para pengemban profesi
untuk menjaga martabat luhur profesinya

3. UPAYA YANG MUNGKIN DILAKUKAN


Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik salah
satunya bagi para pengguna internet adalah:
 Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan
dengan masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
 Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi
menyinggung secara langsung dan negative masalah suku, agama dan ras(SARA),
termasuk di dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan

8
serta segala bentuk pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/ lembaga/
institusi lain.
 Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi Instruksi untuk
melakukan perbuatan melawan hukum(illegal) positif di Indonesia dan ketentuan
internasional umumnya.
 Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
 Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan
informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
 Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/ foto, animasi, suara atau
bentuk materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus
mencantumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk
melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan keberatan serta bertanggung
jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.
4. CONTOH KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
NAMA Todung Mulya Lubis tentu tidak asing lagi bagi banyak masyarakat.
Apalagi untuk dunia hukum di Indonesia, Todung Mulya Lubis memiliki
trademark tersendiri. Analisis hukum yang sering dilontarkannya seringkali tajam
dan kritis. Begitu pula ketika berbicara soal korupsi, Todung sering berbicara blak-
blakan. Sebagai ketua Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), Todung
termasuk tokoh yang mengkritik keras adanya monopoli dan oligopoli yang
dilakukan oleh para konglomerat di Indonesia. Pun, Todung menjadi bagian
penting dalam kampanye penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Yang tidak kalah penting, sebagai pengacara Todung mendapat banyak
kepercayaan dari sejumlah korporasi ternama. Pada saat Majalah Time menghadapi
gugatan dari mantan Presiden Soeharto, Todung menjadi pengacara yang dipercaya
untuk menghadapi gugatan tersebut. Bahkan, perusahaan telekomunikasi ternama
Temasek dari Singapura mempercayakan Todung sebagai kuasa hukumnya di
Indonesia. Untuk kasus pertama, Mahkamah Agung akhirnya memutuskan tulisan
Time tentang kekayaan keluarga Pak Harto tidak benar, sehingga Time harus
membayar ganti rugi moril sebesar Rp 3 triliun kepada Pak Harto. Sementara
Temasek dinilai telah melakukan monopoli bisnis telekomunikasi di Indonesia oleh
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Kabar terakhir, Majelis Kehormatan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi)
DKI Jakarta menjatuhkan hukuman dengan mencabut ijin kepengacaraan Todung
seumur hidup. Todung dinilai telah melanggar etika sebagai pengacara dalam
perseteruan Sugar Group melawan Salim Group. Pada tahun 2002, Todung
menjadi pengacara untuk Sugar Group, namun tahun 2006 Todung menjadi
pengacara Salim Group. Selain itu, Todung juga pernah menjadi auditor BPPN
untuk menangani Salim Group. Sehingga, sebagai pengacara Todung disebut “plin-
plan” dan “hanya mengejar uang.”
Benarkah? Keputusan Peradi DKI Jakarta memang belum final. Todung tentu
saja tengah bersiap-siap melakuikan perlawanan. Beberapa pengacara senior pun
ada yang membela Todung—dengan mengatakan agar keputusan Peradi DKI
Jakarta mencabut ijin kepengacaraan Todung Mulya Lubis seumur hidup,

9
diabaikan. Pastilah masing-masing pihak, yang setuju dan tidak setuju, senang dan
tidak senang, memiliki argumentasi berdasarkan kaidah-kaidah perundangan dan
kode etik yang berlaku. Kita masih menunggu bagaimana akhir kisah Todung
Mulya Lubis ini.

Menarik lebih luas mengenai pelanggaran kode etik di Indonesia, barangkali


kasus Todung hanyalah satu dari sekian banyak kasus serupa. Kode etik untuk
sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh para pejabat
Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya,
tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar adanya,
dibutuhkan sanksi keras terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi.
Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya tindakan pidana atau perdata, selayaknya
para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus diseret ke pengadilan.Kita memang
harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas terhadap penyalahgunaan
profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan tebang
pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus
ditegakkan dengan sungguh-sungguh.Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki
kekebalan di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di
balik kode etik profesi harus diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-
praktikcurang dan penuh manipulative darisebagian elite masyarakat. Ini
pentingdilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa
yang bermartabat

10
BAB III
KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Ketaatan tenaga profesional terhadap
kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku
tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena
paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri
maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Dessy Novita Angelina,Jakarta 2013/2014,


“Kode EtikProfesi”https://www.academia.edu/9231164/KODE_ETIK_PROFESI (Diakses
pada tanggal 26 Oktober 2023 pada jam 8:58)

11
11
11
11

You might also like