Professional Documents
Culture Documents
The - Ekonomi Moneter 07 2023
The - Ekonomi Moneter 07 2023
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Jumat, 07 July 2023
Yang Membuat Pernyataan
Dampak dari adanya Fintech sebagai instrumen kebijakan moneter terhadap pertumbuhan uang
beredar di Indonesia adalah positif. Fintech dapat meningkatkan kecepatan perputaran uang dan
mendorong transmisi kebijakan ekonomi. Fintech juga dapat membantu inklusi keuangan, yaitu
memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan yang berkualitas dan terjangkau. Dengan
demikian, Fintech dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Sumber Referensi :
BMP EKSI4413
https://www.bi.go.id/id/edukasi/Pages/mengenal-Financial-Teknologi.aspx
2. Inflasi adalah kenaikan umum harga barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Ada dua jenis
inflasi yang umum terjadi, yaitu demand pull inflation dan cost push inflation.
Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi karena permintaan akan barang dan jasa melebihi
penawaran yang tersedia. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan
ekonomi, peningkatan pengeluaran pemerintah, atau permintaan dari luar negeri. Ketika
permintaan melebihi penawaran, harga barang dan jasa akan naik untuk mencapai keseimbangan
pasar.
Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi barang dan jasa yang
menyebabkan penurunan penawaran. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
kelangkaan bahan baku, kenaikan upah buruh, atau kenaikan pajak. Ketika biaya produksi naik,
produsen akan menaikkan harga barang dan jasa untuk mempertahankan margin keuntungan
mereka atau mengurangi jumlah produksi.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Berdasarkan informasi yang ada pada soal, inflasi di beberapa negara asing selama pandemi
COVID-19 dapat disebabkan oleh kedua jenis inflasi tersebut. Misalnya:
• Singapura mengalami demand pull inflation akibat meningkatnya permintaan domestik dan impor
barang konsumsi, terutama makanan dan barang tahan lama. Selain itu, Singapura juga mengalami
cost push inflation akibat kenaikan harga bahan bakar global dan biaya transportasi4.
• Euro Area mengalami cost push inflation akibat krisis energi yang menyebabkan lonjakan harga
gas alam dan listrik. Selain itu, Euro Area juga mengalami demand pull inflation akibat pemulihan
ekonomi yang lebih cepat dari ekspektasi dan stimulus fiskal yang besar5.
• Amerika Serikat mengalami demand pull inflation akibat stimulus fiskal dan moneter yang masif
yang meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, Amerika Serikat juga mengalami cost push
inflation akibat gangguan rantai pasokan global dan kelangkaan barang tertentu.
Untuk menjaga inflasi terkendali, pemerintah Indonesia dapat mengambil beberapa kebijakan,
seperti:
• Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dengan menggunakan cadangan
devisa secara efektif dan melakukan intervensi pasar jika perlu.
• Menjaga ketersediaan bahan pangan strategis dengan meningkatkan produksi domestik,
mengoptimalkan distribusi, dan menetapkan harga eceran tertinggi (HET) jika perlu.
• Menjaga daya beli masyarakat dengan memberikan bantuan sosial kepada kelompok rentan dan
mendorong sektor informal untuk beradaptasi dengan protokol kesehatan.
• Menjaga iklim investasi yang kondusif dengan melakukan reformasi struktural, mempercepat
realisasi anggaran, dan meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.
• Menerbitkan surat utang negara (SUN) berdenominasi dolar AS sebesar 3 miliar dolar AS pada
Januari 2022 untuk memperkuat cadangan devisa.
• Melakukan operasi pasar (OP) beras sebesar 1 juta ton pada Februari 2022 untuk menstabilkan
harga beras di tingkat konsumen.
• Memberikan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar 300 ribu rupiah per bulan kepada 10 juta
keluarga miskin pada Maret 2022 untuk membantu pemenuhan kebutuhan pokok.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
• Meluncurkan program prioritas nasional (PPN) 2022-2024 yang berfokus pada lima bidang, yaitu
pemulihan ekonomi, transformasi digital, pembangunan sumber daya manusia, penguatan
ketahanan pangan, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Sumber Referensi :
BMP EKSI4413
https://smkn1sragen.sch.id/apa-itu-demand-pull-inflation-yang-membedakan-dengan-cost-push-
inflation-dan-apa-faktor-penyebabnya/
3. Menurut saya, motif utama masyarakat yang menyebabkan melonjaknya penggunaan e-money
selama pandemi adalah kemudahan, keamanan, dan kesehatan. Berikut penjelasannya:
Berdasarkan motif penggunaan e-money, dampak penggunaan e-money terhadap uang tunai
adalah menurunnya permintaan dan peredaran uang tunai di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
data Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa nilai transaksi e-money meningkat dari Rp 131,21
triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 145,97 triliun pada tahun 2023 (Grafik 3.). Sementara itu,
jumlah uang kartal yang beredar menurun dari Rp 1.011 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 987
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
triliun pada tahun 2023 (Grafik 4.). Dampak ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mendorong
Indonesia menuju era cashless society yang lebih efisien dan inklusif.
Sumber Referensi :
BMP EKSI4413
4. Analisis dampak kebijakan Bank Indonesia terhadap kondisi pasar barang dan pasar uang
Kebijakan akomodatif Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar
100 bps sejak awal 2020 bertujuan untuk merangsang permintaan agregat dan mendorong
pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi COVID-19. Kebijakan ini berdampak pada kondisi pasar
barang dan pasar uang sebagai berikut:
⚫ Pada pasar barang, penurunan suku bunga acuan akan menurunkan biaya pinjaman dan
meningkatkan ketersediaan kredit bagi konsumen dan produsen. Hal ini akan mendorong
konsumsi dan investasi, yang merupakan komponen penting dari permintaan agregat. Dengan
asumsi bahwa penawaran agregat tidak berubah, maka peningkatan permintaan agregat akan
menyebabkan keseimbangan pasar barang bergeser ke kanan, dari A ke B, yang ditandai
dengan kenaikan harga (P) dan output (Y) (Grafik 2).
⚫ Pada pasar uang, penurunan suku bunga acuan akan menurunkan suku bunga riil domestik,
yang merupakan imbal hasil dari aset keuangan dalam mata uang Rupiah. Hal ini akan
mengurangi daya tarik Rupiah bagi investor asing dan domestik, yang akan menimbulkan
tekanan depresiasi terhadap nilai tukar Rupiah. Dengan asumsi bahwa permintaan uang tidak
berubah, maka penurunan suku bunga riil domestik akan menyebabkan keseimbangan pasar
uang bergeser ke kiri, dari C ke D, yang ditandai dengan penurunan nilai tukar Rupiah (E) dan
kenaikan jumlah uang beredar (M) (Grafik 3).
⚫ Dampak gabungan dari pergeseran keseimbangan pasar barang dan pasar uang dapat dilihat
pada Grafik 4, yang menggambarkan kurva IS-LM dalam ruang dua dimensi antara output (Y)
dan nilai tukar Rupiah (E). Kurva IS merepresentasikan keseimbangan pasar barang, sedangkan
kurva LM merepresentasikan keseimbangan pasar uang. Titik E1 adalah titik keseimbangan
awal sebelum kebijakan akomodatif BI diterapkan, sedangkan titik E2 adalah titik
keseimbangan baru setelah kebijakan akomodatif BI diterapkan. Dari Grafik 4 dapat dilihat
bahwa kebijakan akomodatif BI menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan dari IS1 ke IS2,
karena peningkatan permintaan agregat akibat penurunan suku bunga acuan. Sementara itu,
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
kurva LM bergeser ke kiri dari LM1 ke LM2, karena penurunan suku bunga riil domestik akibat
penurunan suku bunga acuan. Akibatnya, titik keseimbangan bergeser dari E1 ke E2, yang
ditandai dengan kenaikan output (Y) dan penurunan nilai tukar Rupiah (E).
Simpulan
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan akomodatif BI yang menurunkan suku
bunga acuan sebesar 100 bps sejak awal 2020 berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
karena mendorong permintaan agregat melalui konsumsi dan investasi. Namun, kebijakan ini juga
berdampak negatif terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah, karena menurunkan daya tarik Rupiah
bagi investor asing dan domestik. Oleh karena itu, BI perlu mempertimbangkan trade-off antara
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nilai tukar dalam menentukan arah kebijakan moneter di masa
depan.
Sumber Referensi :
BMP EKSI4413