You are on page 1of 9

A.

JUDUL
MENGIDENTIFIKASI SAMPEL FOSIL

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian fosil
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses dan faktor terbentuknya fosil
3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat fosil
4. Mahasiswa dapat mengetahui syarat terjadinya proses fosilisasi
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktikkan cara mengidentifikasi sampel fosil

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
• Oven
• Palu geologi
• Cawan penumbuk porselen
• Cawan porselen kecil
• Gelas ukur
• Jarum goni
• Spatula
• Saringan
• Kertas penyaring kopi
• Penjepit
• Tempat sampel

2. Bahan
• Batuan sedimen klastik
• Sarung tangan
• Masker kesehatan
• Larutan HCL
• Air
• Kertas cover
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Fosil
Fosil berasal dari bahasa Latin Klasik yaitu fossilis yang berarti diperoleh dengan
menggali. Fosil adalah sisa-sisa dan jejak organisme purba, dapat berupa tanaman,
hewan, dan lain-lain yang hidup di masa lalu yang jauh.
Menurut Bates dan Jackson (1984), fosil adalah semua sisa-sisa, jejak, ataupun
cetakan dari manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang telah terawetkan dalam
suatu endapan batuan dari masa geologis atau prasejarah yang telah berlalu.
Menurut Leonardo da Vinci (1519), fosil adalah suatu bukti adanya makhluk hidup
serta juga kehidupan di masa lalu.
Menurut George Cuvier (1832), fosil adalah hasil dari perubahan geologi dan bukti
tentang kehidupan organisme yang telah punah di masa lalu.
Menurut beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fosil adalah
sisa-sisa dan jejak organisme purba yang terawetkan dalam batuan yang menjadi bukti
adanya kehidupan makhluk hidup di masa lalu.

2. Proses Pemfosilan
Proses pemfosilan adalah proses alami di mana organisme mati kemudian tertimbun
di dalam lapisan tanah atau sedimen dan mengalami penggantian material dengan
mineral.
Harus terdapat bahan baku yang berupa komponen organik dari makhluk hidup, yaitu
manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan, yang paling
memungkinkan untuk menjadi fosil adalah ranting, dahan, atau batang tumbuhan. Pada
manusia dan binatang, hanya tulang yang dapat tertinggal sebagai fosil.
Sisa-sisa manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan kemudian terendapkan dan
terlindung dari pelapukan dan pemangsa. Organisme biasanya tertimbun di dasar sungai
danau, rawa, laut, lumpur, pasir, atau tanah. Lama-kelamaan, material organik seperti
daging, kulit, dan tulang perlahan-lahan terurai menjadi bahan dasar organik.
Lapisan sedimen yang menimbun organisme akan terus bertambah seiring waktu,
sehingga lapisannya semakin tebal, suhu dan tekanannya meningkat, menghancurkan
mikroorganisme pengurai, dan mempercepat proses mineralisasi. Mineral yang paling
umum adalah kalsit dan silika. Mineral ini mengisi ruang kosong dalam jaringan
organisme, seperti pori-pori tulang atau sel-sel jaringan, dan mempertahankan bentuk
organisme.
Setelah proses pemfosilan selesai, organisme bisa terangkat akibat erosi, pergeseran
tanah, atau aktivitas manusia, yang kemudian bisa ditemukan dan diteliti.
3. Manfaat Fosil
Fosil mempunyai banyak manfaat, di antaranya adalah dapat memberikan informasi
tentang kehidupan makhluk purba dan hewan pra sejarah, sehingga memungkinkan
untuk mempelajari evolusi kehidupan di bumi.
Fosil dapat digunakan untuk mempelajari lingkungan geologi dan iklim. Indikator
fosil dapat memberikan petunjuk tentang perubahan iklim dan kondisi lingkungan pada
masa lampau. Dapat membantu manusia untuk memahami bagaimana manusia dan
spesies lainnya beradaptasi dengan perubahan iklim.
Beberapa jenis fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam dapat digunakan
sebagai sumber energi.
Pada bidang medis, fosil dapat digunakan untuk mempelajari evolusi penyakit yang
berdampak pada manusia dan hewan. Hal ini dapat membantu dalam pengembangan
obat dan kelangsungan hidup spesies yang terancam punah.

4. Tabel Umur Fosil


5. Syarat Terjadinya Pemfosilan
a. Organisme harus mati dan tertimbun di bawah lapisan sedimen
b. Organisme harus terkubur dengan cepat untuk mencegah pembusukan dan
penghancuran oleh organisme pengurai lain
c. Sedimen harus menumpuk di atas organisme dan memberikan tekanan yang cukup
untuk menjaga bentuk organisme
d. Proses mineralisasi harus terjadi, di mana mineral menggantikan materi organik di
tubuh organisme dan tetap menjaga bentuk organisme.

6. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Fosil


Proses fosilisasi tergantung pada 3 faktor utama, yaitu :
a. Materi organik
Materi yang dapat tertinggal sebagai fosil adalah materi-materi yang keras, seperti
tangkai tumbuhan, batang tumbuhan, tulang hewan, ataupun tulang manusia.

b. Lingkungan pengendapan
Faktor seperti kelembaban, suhu dan kadar oksigen dapat mempengaruhi tingkat
kemungkinan pembentukan fosil. Lingkungan pengendapan tertentu yang sangat
memungkinkan pembentukan fosil, di antaranya adalah endapan vulkanik ataupun
endapan lingkungan kapur.

c. Waktu
Dalam suatu lingkungan pengendapan yang sangat baik diperlukan minimal 7.000
tahun untuk proses pembentukan fosil.
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum.
3. Mahasiswa mencatat hal penting yang disampaikan asisten praktikum.
4. Mahasiswa bertanya jika terdapat hal yang kurang dipahami.
5. Mahasiswa dibagikan menjadi beberapa kelompok.
6. Mahasiswa menggunakan masker dan sarung tangan.
7. Mahasiswa diberikan batuan sedimen klastik masing-masing per kelompok.
8. Mahasiswa memecahkan batuan menggunakan palu geologi menjadi serpihan kecil.
9. Mahasiswa memasukkan batuan yang hancur ke dalam cawan penumbuk porselen.
10. Mahasiswa menumbuk serpihan batuan hingga halus.
11. Mahasiswa menuangkan larutan HCL pada batuan yang telah halus.
12. Mahasiswa mengaduk batuan yang disirami larutan HCL hingga tidak berbuih.
13. Mahasiswa memasukkan hasil tumbukan/sampel ke dalam saringan.
14. Mahasiswa mencuci sampel yang terdapat pada saringan menggunakan air bersih hingga
mendapatkan fosil.
15. Mahasiswa memindahkan sampel yang telah dicuci ke dalam kertas penyaring kopi.
16. Mahasiswa menunggu hingga sampel telah tersaring dari air.
17. Mahasiswa memindahkan sampel yang telah disaring ke dalam cawan porselen kecil.
18. Mahasiswa memasukkan sampel ke dalam oven yang telah dipanaskan sebelumnya.
19. Mahasiswa memanggang sampel selama 15 menit dengan suhu 150- 200 derajat Celsius.
20. Mahasiswa mengeluarkan sampel dari oven setelah 15 menit.
21. Mahasiswa menunggu sampel yang telah dipanggang hingga dingin.
22. Mahasiswa memindahkan sampel ke dalam tempat sampel yang telah disediakan.
23. Mahasiswa dan asisten praktikum merapikan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
24. Mahasiswa menyusun laporan praktikum.
25. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum.
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan

Sirami dengan air bersih agar tidak tersisa


Dipecahkan dengan palu geologi

Tunggu hingga agak kering


Masukkan ke cawan penumbuk porselen

Pindahkan ke cawan porselen kecil


Dihaluskan

Masukkan ke oven
Disirami larutan HCL

Tunggu 15 menit
Aduk hingga tidak berbuih

Keluarkan dari oven


Masukkan ke dalam saringan

Tunggu hingga dingin


Cuci dengan air bersih

Masukkan ke dalam tempat sampel


Pindahkan ke kertas penyaring kopi
G. KESIMPULAN
Fosil adalah sisa-sisa dan jejak organisme purba yang terawetkan dalam batuan yang
menjadi bukti adanya kehidupan makhluk hidup di masa lalu. Proses pemfosilan terjadi ketika
organisme mati dan tertimbun di lapisan tanah atau sedimen, kemudian mengalami
penggantian material dengan mineral. Fosil memiliki banyak manfaat, di antaranya
memberikan informasi tentang kehidupan makhluk purba dan hewan pra sejarah, mempelajari
evolusi kehidupan di bumi, mempelajari lingkungan geologi dan iklim, menjadi sumber energi
seperti batubara dan minyak bumi, serta digunakan dalam bidang medis untuk mempelajari
evolusi penyakit dan pengembangan obat. Proses fosilisasi dipengaruhi oleh materi organik,
lingkungan pengendapan dan waktu minimal 7.000 tahun.
Pada sesi praktikum kali ini, mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi sampel fosil.
Mengidentifikasi fosil adalah proses yang menarik. Langkah pertama adalah mengambil
batuan sedimen yang berpotensi mengandung fosil. Selanjutnya, batuan yang didapatkan
kemudian dipecah menjadi serpihan lebih kecil dengan palu geologi lalu serpihan batuan
tersebut dihaluskan lagi di dalam cawan penumbuk porselen. Setelah halus seluruhnya,
disiram dengan larutan HCL. Perlu berhati-hati karena baunya yang sangat kuat, sifatnya
panas, jangan sampai terkena pada kulit, dan juga bisa mengubah warna pakaian.
Setelah diaduk hingga tidak berbuih lagi, saring sampel dan cuci menggunakan air bersih
untuk mendapatkan fosilnya. Jika belum ditemukan fosil, maka ulangi langkah yaitu
menyirami lagi menggunakan larutan HCL. Jika sudah didapatkan sampel fosil, pindahkan
sampel ke dalam kertas penyaring kopi, tunggu hingga semua air yang terdapat pada sampel
mengering.
Sementara menunggu sampel disaring, panaskan oven dengan suhu 150 – 200 derajat
Celsius. Jika sampel sudah agak mengering, selanjutnya pindahkan sampel ke dalam cawan
porselen kecil bersama dengan kertas penyaringnya. Sampel dimasukkan ke dalam oven untuk
dipanggang selama 15 menit.

Setelah cukup 15 menit, maka sampel sudah bisa dikeluarkan dari oven, alangkah baiknya
menggunakan penjepit. Setelah itu, simpan dahulu sampel yang telah dipanggang di tempat
yang dirasa aman. Tunggu hingga sampel yang telah dibakar sehingga dingin. Setelah dingin,
sampel fosil kemudian dipindahkan ke dalam tempat sampel masing-masing kelompok. Pada
proses yang lebih lanjut, sampel fosil bisa diidentifikasi menggunakan mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Fatma, D. 2019. Pengertian dan Proses Terbentuknya Fosil.


https://ilmugeografi.com/geologi/proses-terbentuknya-fosil (diakses pada 25 Oktober
2023, 19.00 WIB)

Ibeng, P. 2023. Fosil Adalah. https://pendidikan.co.id/pengertian-fosil/ (diakses pada 25 Oktober


2023, 17.45 WIB)

Noor, D. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta :Deepublish.

Prabowo, I. 2020. “Keterpatahan dalam Preparasi - Dereminasi Fosil Foraminifera Plankton


sebagai Penentu Umur Relatif Batuan dan Lingkungan Pengendapan”. Journal of
Energy and Technology. Vol. 2 No. 2 Hal. 21-27.

Taylor, B. 2005. Rocks, Mineral, and Fossils. United Kingdom :Marshall Publishing.

Widianto, H. 2006. “Peran dan Pentingnya Fosil Bagi Ilmu Pengetahuan”. Berkala Arkeologi.
Vol. 26 No. 1 Hal. 77-85.

You might also like