You are on page 1of 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TINDAK PIDANA KHUSUS

Nama Mahasiswa : DODI KUSWANTO

Nomor Mahasiswa/NIM : 043409195

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4309 / TINDAK PIDANA KHUSUS

Kode/Nama UPBJJ : 50 / UPBJJ UT SAMARINDA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
NASKAH TUGAS MATA KULIAH UNIVERSITAS TERBUKA

FAKULTAS : FAKULTAS HUKUM


MATA KULIAH : HKUM 4309 / HUKUM TINDAK PIDANA KHUSUS

No. Soal

1. Sebagaimana diketahui bahwa ganja merupakan salah satu yang dilarang dalam UU Narkoba.
Padahal, dapat digunakan sebagai pengobatan terhadap suatu penyakit. Buatlah
perbandingan dengan UU Narkoba di negara lainnya yang tidak serta merta seseorang dapat
dipidana karena menggunakan ganja di negaranya karena alasan pembenarnya adalah untuk
pengobatan.
NO Jawaban soal 1
1. Di dalam Hukum positif di Indonesia Ganja merupakan salah satu jenis narkotika golongan
I sebagaimana disebutkan dalam Daftar Narkotika Golongan I angka 8 Lampiran Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika (“Permenkes
50/2018”):

Tanaman ganja, semua tanaman genus-genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk
biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja
dan hasis.

Atas perbuatan memiliki ganja, orang tersebut dapat dipidana sebagaimana terdapat dalam Pasal
112 UU Narkotika, yang berbunyi:

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
2. Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Jika mengacu pada artikel Radian Adi, S.H. yang berjudul Pemilik Puntung Ganja = Pengedar
Ganja? yang menjelaskan unsur-unsur dalam Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika, maka bila diterapkan
dalam kasus yang Anda ceritakan, unsur-unsurnya adalah:

 Setiap orang

Pelaku adalah subjek hukum perseorangan (natuurlijk person) pemegang hak dan kewajiban; dan
tidak termasuk orang yang dikecualikan sebagai orang yang tidak mampu bertanggung jawab
berdasarkan Pasal 44 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”).

 Tanpa hak atau melawan hukum

Pelaku (sebagaimana telah kami asumsikan di atas) bukan memiliki atau menguasai narkotika
berupa ganja tersebut sebagai peneliti, dokter, apotek, pedagang farmasi atau rumah sakit. Oleh
karena itu pelaku dianggap memiliki narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

 Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan

Sebagaimana di asumsikan di atas bahwa orang dalam pertanyaan Anda memiliki puntung/linting
ganja siap pakai tersebut.

 Narkotika Golongan I bukan tanaman

Dalam Lampiran Permenkes 50/2018, tanaman ganja termasuk dalam Narkotika Golongan I. Dan
dalam kasus ini tanaman ganja yang dikuasai tersebut sudah dalam bentuk puntung/linting rokok
siap hisap.

Sanksi Pidana
Berdasarkan unsur-unsur dalam Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika tersebut, orang dalam kasus Anda
dapat diancam pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 800 juta dan paling banyak Rp 8 miliar jika memang ia terbukti secara sah
memiliki narkotika golongan I ini. Pasal ini tidak memandang apakah berat dari ganja yang ia miliki
itu kurang dari 1 (satu) gram atau lebih.

Namun, dalam hal orang tersebut memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika
golongan I yang beratnya melebihi 5 (lima) gram, maka berdasarkan Pasal 112 ayat (2) UU
Narkotika, ancaman pidananya lebih berat, yaitu pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 112 ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Kemudian, atas penggunaan narkotika jenis ganja ini, ia dapat disebut sebagai penyalah guna, yakni
orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

Sebagai orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum, orang tersebut dapat
dipidana berdasarkan Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika yang mengatakan bahwa setiap
penyalah guna narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun. Jika penyalah guna tersebut dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban
penyalahgunaan narkotika, penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.

Indonesia sampai saat ini masih termasuk negara yang menentang legalisasi ganja, atau melarang
peredaran ganja. Salah satu pertimbangan Indonesia menolak ganja adalah cannabis atau ganja
yang tumbuh di Indonesia berbeda dengan ganja yang tumbuh di negara lain seperti Eropa dan
Amerika, dari hasil penelitian, ganja di Indonesia (termasuk Aceh) memiliki kandungan THC yang
tinggi (18%) dan CBD yang rendah (1%). Kandungan THC itu sangat berbahaya bagi kesehatan
karena bersifat psikoaktif, selain itu Legalisasi dapat memberikan akses yang luas bagi masyarakat
untuk mengonsumsi ganja.

Pada dasarnya, setiap negara memiliki kepentingan nasional yang bertujuan untuk mengatur kemana
arah langkah kebijakan dari negara tersebut. Selanjutnya, dalam keamanan ekonomi, setiap negara
dituntut harus ikut andil dalam perekonomian dunia untuk ikut serta dan berpatisipasi dalam
perdagangan dunia. Dimana hal ini merupakan kunci sebuah negara jika ingin tetap menjaga
keamanan perekonomian negaranya. Oleh karena itu pemerintahan Thailand memiliki kepentingan
nasional yang bertujuan untuk mengatur langkah kebijakan untuk kepentingan ekonomi negaranya.
Berdasarkan Menteri Kesehatan Thailand yaitu Anutin Charnvirakul pada bulan September 2019 lalu,
menyatakan bahwa Thailand akan meregulasi kembali peraturan tentang tanaman ganja dan
memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat Thailand untuk ikut serta dan berpartisipasi
menanam ganja untuk tujuan komersial dirumah mereka masing-masing, dan bisa menjual hasil
panennya kepada pemerintah. Di samping tersebut, syarat dalam menjual tanaman ganja tersebut
harus memiliki izin dari pemerintah Thailand (BBC, 2022). Tujuan diizinkannya masyarakat dalam
menanam ganja tersebut adalah agar negara Thailand dapat memproduksi ganja medis dengan skala
yang lebih besar. Perbedaan kepentingan antara Thailand dan Indonesia yaitu Indonesia taat dan
patuh terhadap Undang-Undang dan Konvensi. Oleh karenanya, Indonesia sepenuhnya menolak
legalitas narkotika golongan I untuk medis, Namun, masih menerima ganja digunakan hanya untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan pasal 8 UU Narkotika.

Perbandingan Dampak Kebijakan Pemerintah Thailand dan Indonesia mengenai Narkotika Jenis
Ganja
Berikut ini merupakan alasan dan dampak kebijakan legalisasi narkotika jenis ganja di Thailand :
Dimensi Ekonomi
Kebijakan dalam melegalkan narkotika jenis ganja di Thailand merupakan sebuah kepentingan
nasional negara Thailand dengan tujuan untuk mempertahankan keamanan ekonomi. Dampak
legalisasi tersebut memiliki keuntungan ekonomi yang didapatkan karena adanya industri ganja. Di
sisi lain, negara Thailand tidak perlu mengeluarkan anggaran perang melawan narkotika dan
anggaran terhadap asuransi kesehatan yang mampu dihemat oleh negara Thailand.
Dimensi Sosial
Dalam kebijakan legalisasi ganja ternyata dapat menciptakan kesejahteraan kepada masyarakat
Thailand, yaitu para kelompok petani ganja dan memberikan sumber pekerjaan secara legal.
Kemudian dalam keuntungan lain seperti dapat menarik perhatian daya wisatawan ganja di Thailand.
Dimensi Kesehatan
Dalam upaya pemerintah Thailand dalam melegalisasi ganja ternyata menjadi solusi terhadap pasien
penyakit yang memerlukan ganja sebagai alternatif medis. Selain itu, banyak pasien yang dapat
menghemat biaya terhadap penyakit yang di derita.
Berikut ini alasan dan dampak buruk jika terjadi legalisasi narkotika di Indonesia, seperti :
Dimensi Politik
Tentu hal ini dapat menimbulkan perputaran uang yang cukup besar. Tak hanya itu, bagi negara
dengan sistem demokrasi membutuhkan dana politik yang cukup besar. Dana tersebut melalui
perdagangan narkoba yang memicu antara elit politik dengan kartel perdagangan narkoba.
Dimensi Ekonomi
Pada sisi dimensi ekonomi dampak dari peredaran narkotika ini menjadi salah satu penyebab
terjadinya pencucian uang atau money laundering. Dimana dampak dari pencucian uang tersebut
berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kekuatan mata uang pada suatu negara.
Dampak Sosial
Pada masyarakat di Indonesia ini dapat menyerang generasi muda millennial. Hal ini dapat
menimbulkan sikap antisosial, seperti melanggar dan kurang menghargai aturan, kurang menghargai
sikap dan nilai religius agama. Dimana hal tersebut dapat mengurangi bahkan menghilangkan
karakter bangsa di Indonesia.
Dimensi Kesehatan
Tentu pengguna akan mengalami ketergantungan atau kecanduan. Secara umum dampak
ketergantungan ini dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang/pengguna.

Kesimpulan
Thailand merupakan negara di Asia yang melegalkan narkotika jenis ganja. Kebijakan legalisasi ganja
di Thailand digunakan untuk medis merupakan kepentingan nasional negara Thailand dalam
mempertahankan keamanan ekonomi negaranya. Dimana dampak dari legalisasi ini memiliki
keuntungan yang signifikan bagi masyakarat Thailand, yaitu adanya kesejahteraan yang di dapatkan
dan keuntungan berbagai dimensi, seperti ekonomi, sosial dan kesehatan. Berbeda dengan negara
Indonesia, dimana narkotika ini merupakan kategori obat berbahaya serta dampak dari narkotika ini
sangat membahayakan keutuhan bangsa dan negara. Meskipun pemerintah Thailand telah
memberikan toleransi kepada pemanfaatan ganja medis tersebut, namun ada banyak hal yang harus
dipertimbangkan dan di awasi oleh pemerintah Thailand agar sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan dan tidak menyimpang atau tidak disalahgunakan.

Sumber Refrensi

- Sumber dari Goggle https://yogyakarta.bnn.go.id/perbandingan-kebijakan-indonesia-


thailand-tentang-ganja-dari/

- Modul UT Tindak pidana Khusus HKUM 4309

You might also like