You are on page 1of 30

Makalah Kepemimpinan Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan
mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi
manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke
arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak
berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang
ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat
koordinasi yang tinggi.1[1] Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan
sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala
sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan
kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan
sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil..
Masalah kepemimpinan pendidikan saat ini menunjukan kompleksitas,baik dari segi
komponen manajemen pendidikan, maupun lingkungan yang mempengaruhi keberlangungan
suatu pendidikan. Persoalan yang muncul bisa sepontan, bisa berulang-ulang, makanya
diperlukan interaksi yang kreatif dan dinamis antar kepala sekolah , guru dan siswa.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala
sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi
sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana
dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin
kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin
efektif dan efisien. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat

1
memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu
terjaga.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepemimpinan pendidikan?
2. Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan pendidikan?
3. Bagaimana cara mengembangkan kepemimpinan pendidikan?
4. Bagaimankah strategi (langkah-langkah) dalam Melakukan pengembangan Budaya Mutu
Sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti kepemimpinan
2. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan pendidikan
3. Untuk mengetahui cara mengembangkan kepemimpinan pendidikan terutama cara
mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah.
4. Untuk mengetahui strategi dalam melakukan pengembangan budaya mutu sekolah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 KONSEPTUALIS VARIABEL


A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk


memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. 2[2]
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada
tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar
bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam
lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru
disekolah, kepala sekolah di sekolah maupun pengawas pendidikan di kantor pembinaan
pendidikan dan di daerah pelayanannya. Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan
pendidikan.
Secara umum kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan dan kalau perlu
memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang
dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.3[3]
b. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian
rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Pengertian
pendidikan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada kepemimpinan diberbagai
bidang kegiatan atau hidup manusia.4[4]

Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur: orang-orang yang dapat
mempengaruhi orang lain disatu pihak, orang-orang yang mendapat pengaruh dilain pihak,

4
adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan adanya serangkaian tindakan untuk
mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota
dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling
berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal
balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan
kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan
yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Setelah dipahami pengertian pokok tentang kepemimpinan, maka dapat dipersempit
bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh mereka dalam lapangan pendidikan.
Kata “ pendidikan” menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi yaitu: pendidikan
sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari. Pendidikan
sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakekat dan kegiatan
mendidik dan mengajar dari zaman ke zaman dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya
yang telah berkembang begitu luas dan mendalam. 5[5]
Oleh karena itu kepemimpinan pendidikan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan
dengan kegiatan atau proses mendidik dan mengajar disatu pihak, dan pada pihak lain yang
berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala
cabang-cabangnya.
Dari titik tolak itu dapatlah disimpulkan pengertian “ kepemimpinan pendidikan” adalah
sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakan orang-
orang lain yang ada hubungan dengan pengembanga ilmu pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan
efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.

B. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan

5
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang dikembangkan
dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan mempengaruhi kualitas hasil
kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini. Sebagai pemimpin
pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat
dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu
yang berguna bagi kehidupannya.
Berdasarkan sifat da konsep kepemimpinan maka ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu: tipe
otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi.6[6]

1. Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)

Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan atau “policy” dasar ditetapkan oleh
pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua perintah,
pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung
pada dirinya.7[7] Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah.

2. Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)

Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan
tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama.
Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga
pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka meminta pendapat-
pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka barulah ia mengemukakan

7
pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota.
Mereka boleh menerima atau menolah pendapat tersebut.
Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat
guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa
acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya. 8
[8]

3. Tipe demokratis (demokratic style of leadership)

Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh anggota
kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian akan akan
selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada dibawahnya dalam rangka membina
sekolahnya.
Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari 500 hasil research
tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik maka kita akan dapat
mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula. (R.Tjung Wiraputra, 1976 hl 37).
Dalam hasil research itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis,
aktivitas pemimpin harus:9[9]
a. Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif.
b. Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-
pemimpin yang potensial.

Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok yang
berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab.

Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di dalam


pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab terletak pada
pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu
bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan. 10[10] di dalam

10
kepemimpinannya peimpin sekolah berusaha supaya bawahannya kelak dapat menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin.

C. Pengembangan Kepemimpinan Pendidikan

Sedikit mendefinisakan bahwa pengembangan kepemimpinan adalah usaha untuk


meningkatkan kemampuan kepemimpinan ketingkat yang lebih tinggi. 11[11] Pembinaan dan
pengembangan kepemimpinan pendidikan ini menjadi tugas dan wewenang dari para pengawas
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional.
Kemudian tanggung jawab pengawas sekolah berdasar Keputusan Mentri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118 Tahun 1996.12[12]
Keberadaan struktur, sistem, dan budaya merupakan hambatan perubahan daripada
berfungsi sebagai fasilitator. Tingkat kepentingan yang tinggi sangat membantu dalam
menyelesaikan semua tahap proses transformasi. Jika tingkat perubahan eksternal terus naik,
maka tingkat kepentingan menjadi dominan, organisasi harus (memposisikan diri) dalam arus
pengembangan era global. Model abad kedua puluh bukanlah merupakan periode yang panjang,
tenang atau puas, karena periode ini begitu singkat, sementara aktivitas kerja sangat padat.

Tingkat kepentingan yang lebih tinggi memicu dinamisasi kependidikan yang lebih
kreatif dan inovatif. Peningkatan urgensi kepemimpinan pendidikan membutuhkan sistem
informasi kinerja yang jauh lebih unggul daripada apa yang biasanya. Sistem penyediaam
informasi kinerja selayaknya dapat menginformasikan yang valid dan originalitas, terutama
tentang kinerja. Informasi tentang kepuasan peserta didik harus dikumpulkan lebih akurat.
Dengan demikian, para manajer pendidikan seharusnya meningkatkan intensitas melihat
dan mendengar keluhan para pelanggan (pelanggan pendidikan) khususnya mereka yang tidak
puas terhadap layanan pendidikan. Untuk menciptakan sistem dan memanfaatkan out put secara
produktif, budaya sekolah dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur, kejujuran,
menggabungkan norma dan kebijakan. Kemudian jumlah rutinitas kinerja yang kurang efektif
harus dihilangkan. Perubahan dimulai dari pemimpin pendidikan, kemudian memberikan
pengaruh terhadap beberapa personel sekolah melalui contoh perilaku yang dapat membentuk
budaya sekolah sehingga menghasilkan beberapa keuntungan oraganisasi sekolah.
11

12
Semua organisasi pendidikan membutuhkan pemimpin yang baik yang bertanggung
jawab. Kerja sama tim diperlukan untuk menghadapi transformasi secara periodik. Suksesi di
bagian pemimpin organisasi mungkin tidak lagi menjadi media untuk melatih dan memilih satu
orang untuk mengantikan yang lain. Suksesi bisa menjadi proses pengembangan kepemimpinan
pendidikan.13[13]
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin, diantaranya keahlian
dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat
dan kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan yang
dimilikinya (Purwanto, 2004: 61). Faktor-faktor ini tentunya juga memiliki pengaruh dalam
pengembangan kemampuannya. Secara internal, seorang pemimpin dapat melakukan hal-hal
yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:

1. Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya
2. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana
3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan
4. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
5. Berfikir untuk masa yang akan datang

D. Strategi (langkah-langkah) dalam Melakukan pengembangan Budaya Mutu Sekolah


Perbaikan mutu berkesinambungan adalah ciri manajemen pengendalian mutu. Oleh
karena itu, untuk mengembangkan budaya mutu sekolah kepala sekolah dituntut untuk terus
mengadakan perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan atau berkesinambungan. Jika
perbaikan mutu pendidikan berkesinambungan itu mengacu kepada siklus Deming( Deming
cycle) maka, langkah-langkahnya adalah:14[14]
1. Mengadakan riset pelanggan dan menggunakan hasilnya untuk perencanaan produk pendidikan
(plan).
2. Menghasilkan produk pendidikan melalui proses pembelajaran (do)
3. Memeriksa produk pendidikan melalui evaluasi pendidikan/evaluasi pembelajaran, apakah
hasilnya sesuai rencana atau belum (check).
13

14
4. Memasarkan produk pendidikan dan menyerahkan lulusannya kepada orang tua atau
masyarakat, pendidikan lanjut, pemerintah dan dunia usaha (action).
5. Menganalisis bagaimana produck tersebut diterima dipasar, baik pada pendidikan lanjutan atau
di dunia usaha dalam hal kualitas, biaya dan kriteria lainnya (analyze). (Bounds, G. 1994)
Goetch dan Davis seperti yang dikutip oleh Nursya’bani Purnama (2006) menyodorkan checklist
berupa langkah-langkah bagi manajer (kepala sekolah) yang bisa dijadikan pedoman untuk
melakukan pengembangan budaya mutu, yaitu:
1. Identifikasi Kebutuhan Perubahan
Budaya organisasi saat ini merupakan budaya kualitas jika memenuhi karakteristik berikut:
a. Komunikasi terbuka dan terus-menerus
b. Saling mendukung partnership internal.
c. Menggunakan pendekatan kerja tim dalm menyelesaikan masalah.
d. Berobsesi terhadap perbaikan terus-menerus
e. Partisipasi dan keterlibatan pekerja secara luas.
f. Mempertahankan masukan dan umpan balik dari konsumen.
2. Menuangkan perubahan yang direncanakan, secara tertulis perubahan yang akan dilakukan harus
dibuat daftar disertai penjelasnnya.
3. Mengembangkan rencana untuk membuat perubahan
Pengembangan rencana perubahan dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
who-what-when-where-how, berikut ini:
a. Siapa yang kena pengaruh perubahan? Siapa tang harus terlibat agar perubahan berhasil? Siapa
yang menentang perubahan.
b. Tugas apa yang harus diselesaikan? Apa saja hambatan utama perubahan? Produser dan proses
apa yang berhubungan dan kena pengaruh perubahan.
c. Kapan perubahan dilakukan? Kapan kemajuan perubahan diukur? Kapan pelaksanaan
perubahan selesai.
d. Di mana dilakukan perubahan? Dimana orang-orang dan proses yang terkena pengaruh
perubahan?
e. Bagaimana seharusnya perubahan dibuat? Bagaimana dampak perubahan terhadap orang-orang
dan proses yang telah ada? Bagaimana perubahan akan meningkatkan kualitas, produktivitas dan
daya saing?
4. Memahami proses transisi emosi15[15]
Perilaku perubahan harus memahami proses transisi emosi seseorang seperti yang telah diuraikan
di atas. Pembentukan budaya kualitas termasuk perencanaan dan aktivitas spesifik dalam setiap
bisnis dan departemen. Pembentukan budaya kualitas harus diawali dengan memahami proses
emosi para pekerta. Manajer perlu untuk mengakui dan mengakomodasi transisi emosi pekerja
yang diperlukan tidak hanya pekerja tetapi juga manager itu sediri sebagai langkah dalam
menuju konversi terhadap kualitas. Goetch dan Davis sebagaimana yang dikutip oleh Nursyabani
purnama (2006) menyebutkan proses transisi emosi yang dilewati seseorang ketika dikonfrintasi
dengan perubahan yang menimbulkan trauma dalam kehidupannya.
5. Identifikasi orang-orang kunci dan membujuk mereka agar mendukung perubahan. Menemukan
orang-orang kunci, baik pendukung maupun penentang perubahanpenting dilakukan untuk
penentuan keterlibatan dan pemberian peran dalam mengambil keputusan.16[16]
a. Gunakan akal dan pendekatan dari hati ke hati
Reaksi terhadap perubahan lebih banyak dilakukan dengan menggunakan perasaan daripada
akal, terutama pada awal perubahan. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi dari hati ke hati
yang terbuka akan mendukung keberhasilan pendukung.
b. Lakukan perubahan dengan mesra
Kemesraan merupakan fase hubungan antara pelaku dan penentang perubahan yang berjalan
lamban akan tetapi mengarah pada kondisi yang diharapkan. Pada fase ini pelaku perubahan
mendengarkan secara cermat dan menanggapi dengan sabar keprihatinan penentang perubahan.
Jika hubungan ini berjalan mesra, perubahan akan berhasil.
c. Dukung, dukung dan dukung
Strategi terakhir dalam melakukan perubahan adalah memberikan dukungan materill. Moral dan
emosi yang diperlukan seseorang untuk terlibat dalam perubahan. Agar bisa memberikan
dukungan, maka pelaku perubahan harus menjalin komunikasi yang efektif.

2.2 KONTEKSTUALISASI VARIABEL


STUDI KASUS

15

16
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, merupakan kunci kesuksesan di sekolah,
karena kepemimpinan kepala sekolah mempunya peran dan pengaruh yang cukup besar di dalam
kehidupan sekolah. Di sini saya mengutip sebuah permasalahan yang bener-benar terjadi didalam
lembaga sekolah dasar. Sebuat saja namanya pak Anton. Beliau baru saja di angkat menjadi
kepala sekolah di Lembaga SD (sekolah dasar) swasta yang baru 3 tahun beroperasi. Beliau
merasa bersyukur dan senang sekali dengan promo yang beliau dapatkan dan merasa percaya diri
bahwa beliau bisa memimpin SD tersebut agar menjadi berkembang. Namun baru berusia 2
tahun memimpin, beliau mulai menghadapi permasalahan yang terus berdatangan. Mulai dari
komplain orang tua soal toilet, kegiatan pembelajaran yang dinilai tidak berkualitas, sarana yang
tidak memadai serta komunikasi dengan guru yang belum berjalan baik. Setiap kali beliau
menerapkan kebijakan baru selalu ditanggapi dingin oleh para staff atau anggotanya. Beliau
berusaha menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin, terutama memfokuskan pada hal-hal
yang bersifat administratif. Setelah satu tahun ajaran beliau memimpin sekolah belum dirasakan
perkembangan yang berarti. Komplain-komplain dari orang tua terus berdatangan mengenai
berbagai aspek yang ada di sekolah dan menyampaikan tuntutan yang begitu tinggi terhadap
sekolah.

BAB III
IMPLIKASI DAN PEMBAHASAN

3.1 Penilaian
Sebagai sebuah organisasi, sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik.
Di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling berkaitan dan menentukan, serta memiliki
ciri tertentu yang tidak dimiliki organisasi lain. Berkembang tidaknya sekolah sagatlah
dipengaruhi oleh kepemimpinan dari kepala sekolah yang merupakan pejabat formal, manajer,
pemimpin, pendidik, dan juga sebagai staf. Dalam hal ini kepala sekolah harus memerhatikan
tiga hal, yaitu proses; pendayagunaan seluruh sumber organisasi; dan pencapaian tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Mendengar dan membaca studi kasus tersebut sangatlah prihatin kepada kepala sekolah
(pak Anton) tersebut. Namun jika seluruh konsep tentang kepemimpinan kepala sekolah sudah
dilaksanakan dengan baik dan benar pastilah sekolah tersebut akan maju dan berkembang.
Namun kenyataan yang dirasakan oleh kepala sekolah tersebut tidaklah sesuai dengan yang
diharapkannya. Menurut penilaian pribadi saya, bahwasanya pak anton sebagai kepala sekolah
masih kurang pendekatan terhadap staf atau guru yang ada disekolah tersebut.
Sebagai pemimpin kepala sekolah pak anton harus mampu mendorong timbulnya
kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri kepada para guru, staf dan siswa
dalam melaksanakan tugas masing-masing. Juga memberikan bimbingan dan pengarahan para
guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi
kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
Tuntutan masyarakat untuk mendapat pendidikan yang baik, murah dan berkualitas
adalah tantangan yang harus dijawab dengan baik, akurat, informatif dan aplikatif oleh kepala
sekolah. Jika ada sekolah yang kekurangan dana tetapi berkualitas,sangat luar luar biasa kinerja
kepala sekolah beserta seluruh jajarannya.
Kepala sekolah adalah penanggungjawab tunggal yang bertanggungjawab di lingkungan
sekolahnya. Untuk itu, kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki sifat kepemimpinan
yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
Dalam teori tentang kepemimpinan bahwasanya ada tiga tipe kepemimpinan yakni tipe
otoriter , tipe laissez faire dan tipe demokratis. Menurut penilaian dalam hal ketiga tipe ini kepala
sekolah tersebut masih kurang dan belum masuk kedalam tiga tipe kepemimpinan ini. Seperti
salah satu contoh tipe kepemimpinan yakni tipe demokratis bahwasanya tipe ini ketika
mengambil sebuah keputusan diharuskan memusyawarah terlebih dahulu, namun kenyataannya
tidak begitu . sehingga para staf atau pendidik merasa tidak puas atau senang dalam
kepemimpinannya pak anton. Para guru hanya bersikap dingin terhadap beliau.
Ketika seseorang sedang mempunyai tugas untuk memimpin sesuatu terutama memimpin
sekolah, kepala sekolah pun harus punya gaya kepemimpinan tersendiri . gaya kepemimpinan
yakni pola-pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktivitas orang-orang
yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi, dan juga mempertahankan
bawahannya dengan meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana seorang pemimpin atau
kepala sekolah berkomunikasi dengan bawahannya (para staf) yang terlibat. jika gaya
kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan, akan
mengakibatkan bawahan merasa tidak diperlukan, karena pengambilan keputusan tersebut terkait
dengan tugas bawahan sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan mestinya tidak dilakukan.
Namun pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat merupakan tindakan yang
bijaksana kepada bawahannya.

3.2 Pengidentifikasian

Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok


individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang
kepala sekolah harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui
cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

Membaca studi kasus yang sudah tertera diatas, bahwasanya masih banyak kekurangan
yang harus dibenahi dalam kepemimpinan sekolah yang dikelolanya. Dalam Di antaranya yakni
strategi atau langkah-langkah dalam melakukan pengembang budaya mutu sekolah tersebut
masih sangat kurang dan tidak sesuai dengan konsep didalam kepemimpinan dalam pendidikan.
Seperti halnya identifikasi kebutuhan perubahan yang mana mempunyai karakteristik tersendiri:
komunikasi terbuka dan terus-menerus, sedangkan melihat dari studi kasus tersebut seorang
kepala sekolah tidak melakukan hal tersebut sehingga para staf ataupun anggota (para guru)
bersikap dingin terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pak Anton selaku kepala sekolah.
Disisi lainnya yakni mengembangkan rencana untuk membuat perubahan pun masih belum bisa
atau masih belum sesuai dengan tujuan yang diinginkannya, sehingga sekolahpun belum bisa
berkembang.

Menurut saya bagaimana sekolah akan berkembang atau maju pesat sedangkan kepala
sekolahpun masih belum bisa memahami bagaimana cara mengembangkan sekolah tersebut.
Jika dalam suatu lembaga tersebut tidak dilakukannya pemikiran individu dengan individu
lainnya pastinya sekolah tersebut akan sulit menyaingi sekolah yang lain.

Di samping sekolah bertumpu pada masyarakat, sekolah harus pula mampu mendukung
kerukunan antarwarga sekolah. Kerukunan adalah suatu kondisi sekolah di mana terdapat
suasana damai, penuh kekeluargaan dan juga saling tolong menolong. Sebagai kepala sekolah
harus mampu menciptakan suasana seperti kemampuan menyelesaikan kasus terutama kasus
yang sedang beliau kelola. Kesejahteraan, pengembangan warga dan lain sebagainya.

3.3 Rekomendasi
Memang sudah kewajiban kepala sekolah untuk memikirkan manajemen sekolah agar
manajemen sekolah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dan agar sekolah yang di pimpinnya
juga tetap bisa menjadi sekolah unggulan. Tapi mungkin cara kepala sekolah itu salah, system yg
diterapkan nya mungkin melebihi batas kemampuan para guru dan staff, sehingga mereka
merasa beban kerja nya terlalu berat sehingga para guru tersebut merasa cuek terhadap apa
kebijakan baru yang dibuat oleh kepala sekolah tersebut.

Saran saya adalah,seharusnya kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang bijak,
dalam menerapkan manajemen sekolah yang lebih baik sebaiknya membicarakan dulu kepada
para guru dan para staff untuk meminta saran dan pendapat mereka sehingga manajemen
sekolah yang diharapkan kepala sekolah bisa berjalan dengan baik.sehingga tidak ada yang
merasa dibebankan. Dan juga kepala sekolah tersebut harus bisa selalu memotivasi para staf
(guru) dan juga siswanya agar dalam menjalankan kependidikan ini lebih baik lebih maju sesuai
yang diharapkan oleh semua pihak. Dilihat dari permasalahan yang terjadi pada kasus tersebut
yakni masalah toilet atau yang lainnya sebagai kepala sekolah harus lebih cepat dan cekatan
dalam menyelesaikan masalah tersebut, sehingga warga masyarakat yang mensekolahkan
anaknya dilembaga tersebut merasa puas. Terlebih lagi kinerja seorang guru harus lebih
diperbaiki lagi sehingga pengembangan mutu pendidikan akan tercapai dengan baik.
Di dalam menghadapi masalah-masalah hendaknya pemimpin pendidikan itu sebisa mungkin
bersikap tenang dan memiliki sifat positif seperti sabar, bijaksana dapat menempatkan dan
mengontrol diri. Dengan cara begitu diharapkan beliau dapat mengambil keputusan yang sehat.
Pertanggungjawaban itu didukung oleh rasa kasih sayang yang bersifat tidak cari laba . rasa
kasih itu memberi kesabaran terutama kepada kepala sekolah untuk bisa memahami dan
melayani para guru dengan baik.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa kepemimpinan
pendidikan adalah Sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan
menggerakan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembanga ilmu pendidikan dan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih
efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.

Sedangkan sifat dan konsep kepemimpinan itu ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu:
tipe otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi. Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku
pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis pekerjaan atau lembaga
yang dipimpinnya, sifat-sifat dan kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta
kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. Secara internal, seorang pemimpin dapat melakukan hal-
hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:

6. Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya
7. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana
8. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan
9. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
10. Berfikir untuk masa yang akan datang

Kesimpulan dari sebuah studi kasus tersebut yakni seorang kepala sekolah harus lebih
bijak lagi dalam membuat sesuatu yang berhubungan dengan peraturan lembaga sekolah,
sebelum peraturan tersebut dibuat diharapkan kepala sekolah tersebut memusyawarahkan kepada
para guru sehingga kerukunan antar guru dan kepala sekolah berjalan dengan baik. Disisi lain
kapsek (kepala sekolah) harus mendahulukan mana yang lebih penting yang harus diperbaharui
jika sarana prasaran yang dianggap penting seharusnya di dahulukan sehingga wali murid dan
siswa tersebut merasa nyaman masuk kelembaga tersebut. Dan juga kinerja pendidik harus
dievaluasi dan diperbaiki sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Indrafachru,soekarto,dkk.1983. Pengantar kepemimpinan pendidikan. Surabaya: Usana offset


printing
Indrafachrudi, soekarto. 2006. Bagaimana Memimpin sekolah yang Efektif. Bogor: Ghalia
Indonesia.Cet ke 2.
Mulyadi, M.Pd.I. 2010. Kpemimpinan Kepala Sekolah. Malang: Uin-Maliki Press (Anggota
Ikapi
Nanang Fattah, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya.
Nur Munajat, 2011. Hand Out Leadership, yogyakarta: UIN Suka-Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan.

Rohmat, M. Ag, M. Pd. 2010. Kepemimpinan Pendidikan Strategi Menuju Sekolah Efektif,
Yogyakarta: Cahaya Ilmu
Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara
Wahjosumidjo,2002. kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

MAKALAH KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

MAKALAH
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

PERAN & PERANAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Oleh : Sri Hartatik

Semester : IV

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL HAKIM

SURABAYA

2012

DAFTAR ISI

BAB I PERAN KEPEMIMPINAN

1.1 Pengertian Peran


Kepemimpinan………………………………………………………………1

1.2 Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan……………………………………………..2


1.3 Peranan Kepemimpinan Dalam Pendidikan…………………………………………………2

BAB II MACAM-MACAM PERANAN KEPEMIMPINAN

2.1 Peran Kepemimpinan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia…………………4

2.2 Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan…………………………………..4

2.3 Peran Kepemimpinan dalam Membangun Tim…………………………………………….5

2.4 Peran Pembangkit


Semangat……………………………………………………………………6

2.5 Peran Menyampaikan


Informasi………………………………………………………………..6

BAB III PERANAN KONFLIK

3.1 Pengertian
Konflik……………………………………………………………………………………7

3.2 Jenis-Jenis
Konflik……………………………………………………………………………………7

3.3 Sumber
Konflik………………………………………………………………………………………..8

3.4 Peranan Pemimpin Dalam Mengendalikan Konfilk……………………………………….8

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Sudah diketahui bahwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan sangat diperlukan didalam
manajemen pendidikan karena pada dasarnya setiap instansi atau lembaga pendidikan diperlukan
sebuah figur seorang pemimpin, alsan pemiliham judul didalam artikel ini adalah untuk
mengetahui hakikat pemimpin, tipe-tipe dari pemimpin, dan faktor- faktor yang mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan didalam manajemen pendidikan. Menurut Bachtiar Surin yang dikutip
oelh maman Ukas bahwa perkataan khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi
untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki
kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan
dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan
hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam
diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil
ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat
Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”. Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas
bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu”.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai
seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai
petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta
komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses
pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan
demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang
selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki
kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.

1. B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum berbasis kecakapan hidup (life skill)?
2. Apa saja yang menjadi landasan hukum kurikulum berbasis kecakapan hidup (life
skill)?
3. Apa saja jenis kurikulum berbasis kecakapan hidup (life skill)?
4. Bagaimana Konsep dalam kurkulum berbasis kecakapan hidup (life skill)?
5. Tujuan Masalah
6. Memahami dam mengerti definisi dari kurikulum berbasis kecakapan hidup (life skill).
7. Mengetahui dasar hukum landasan kurikulumberbasis kecakapan hidup (life skill)
8. Mengetahui jenis dan prinsip kurikulum yang berbasis kecakapan hidup (life skill).
9. Memahami konsep / pola kurikulum berbasis kecakapan hidup (life skill).

BAB I

PERAN DAN PERANAN KEPEMIMPINAN

1.1 Pengertian Peranan

Definisi Kepemimpinan (Leadership) :


 Proses memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.[1]
 Kemampuan dan keterampilanseseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan
kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi.
o Kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah
tujuan kelompok itu yang merupakan tujuan bersama (D. Weber).
o Hubungan kerja antara anggota-anggota kelompok dimana pemimpin memperoleh
status melalui partisipasi aktif Dan dengan memperlihatkan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas kerjasama dengan usaha mencapai tujuan (Stogdill).
o Perilaku dari seseorang ketika dia mengarahkan kegiatan-kegiatan dari kelompoknya ke
arah pencapaian tujuan (Hemphill & Coons).
o Cara interaksi dengan orang-orang lain yang merupakan suatu proses sosial yang
mencakup tingkah laku pemimpin yang diangkat (Jenings)

Definisi Peranan :

 Perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.
 Aspek dinamika dari status (kedudukan) apabila seseorang atau beberapa orang atau
sekelompok orang atau oraganisasi yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
jabatanya (Soerjono Soekanto)[2]

Definisi Peranan Kepemimpinan :

 Seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai
seorang pemimpin.

1.2 Kepemiminan Dalam Organisasi Pendidikan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik,
antara lain:

 Dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya,


melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
 Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
 Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
 Skill dan Kemampuan tidak tumbuh begitu saja melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan
 Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan dalam pendidikan hakikatnya melibatkan banyak stake holder yang sangat
berperan penting dalam kelangsungan proses pengembangan kualitas pendidikan, diantaranya :

1. Kepala Sekolah : Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan.
Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
2. Guru : Guru adalah pemimpin yang menentukan kondisi kenyamanan proses belajar mengajar
di dalam kelas. Guru adalah pemimpin yag menciptakan siswa yang berkualitas.
3. Orangtua / Masyarakat : Orangtua adalah motivator peserta didik untuk selalu hadir dalam
proses pembelajaran.

1.3 Peranan Kepemimpinan Dalam Pendidikan

Peranan Pemimpin dalam organisasi : [3]

 Membantu menciptakan iklim sosial yang baik


 Membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri
 Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja
 Mengambil tanggungjawab untuk menetapkan keputusan bersama dengan kelompok
 Memberi kesempatan pada kelompok untuk belajar dari pengalaman

Dalam organisasi pendidikan antara lain adalah sekolah, secara formal Kepala sekolah adalah
Pemimpin keseluruhan, Sehingga Kepala sekolah harus memahami Fungsi kedudukan,
diantaranya:

1. Membawa perubahan yang signifikan.


2. Menciptakan Visi dan menuangkan Misi dalam kenyataan.
1. Menetapkan kebijakan dan tujuan yang hendak dicapai
2. Mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan menggerakkan seluruh anggota
(Sumber daya) untuk mencapai tujuan yang telah disepaati bersama.[4]

Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan. Pemimpin dalam memanage atau
mengelola sekolah adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam
mendukung tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan,
mengorganisasikan, mengawasi, dan mengevaluasi, seluruh kegiatan pendidikan di sekolah.
Berikut peranan Kepala Sekolah dalam tugas dan tanggungjawabnya :

1. Mengatur proses belajar mengajar


2. Memperkirakan dan mengalokasikan sumber daya
3. Mengatur administrasi Sekolah
4. Mengatur pembinaan kemuridan/kesiswaan
5. Mengatur hubungan dengan masyarakat

Tujuan dari tindakan peranan pemimpin sekolah adalah tercapainya tujuan organisasi yakni :

1. Sumber daya (input)

ü Pemilihan Kepala sekolah yang berkualitas

ü Guru yang kompeten

ü Peserta didik yang memenuhi standart seleksi


1. Strategi sekarang (porses)
2. Kinerja (output)

BAB II

MACAM-MACAM PERANAN KEPEMIMPINAN

2.1 Peran Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MMSDM)

Peranan seorang pemimpin dalam manajemen SDM adalah :


1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memperoleh hasil yang ditargetkan yang telah
menjadi kesepakatan bersama.
2. Mengembangkan dan memperbaiki sistem agar program pengembangan mutu SDM berhasil
sesuai harapan.
3. Melaksanakan beberapa hal yang benar “People who do the right thing” (karakter seorang
pemimpin) dan melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “People who do things right”
(karakter seorang manajer).
4. Menentukan suatu elemen manajemen mutu SDM yang dibuktikan nyata dalam pelaksanaan
program untuk pencapaian tujuan.

2.2 Peran Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin.
Untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi
yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan
pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:

1. Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang
tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada
deskriptif
2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan
menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan
informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim,
mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya.
3. Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk
mengatasi masalah.

Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu proses
dan gaya pengambilan keputusan[5].

ü Proses pengambilan keputusan, dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:

1. Identifikasi masalah
2. Mendefinisikan masalah
3. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
4. Implementasi keputusan
5. Evaluasi keputusan

ü Gaya pengambilan keputusan, Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya
pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:

1. Cara berpikir, terdiri dari:


1. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
2. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
3. Toleransi terhadap ambiguitas
1. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan
ambiguitas
2. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat
memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.

2.2 Peran Pemimpin Dalam Pembangunan Tim

Definisi Tim :

 Tim adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama
sebuah kelompok organisasi atau masyarakat.
 Unit kerja yang solid yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerja sama yang
kuat[6].

Peranan kepemimpinan dalam tim :

 Memperlihatkan gaya pribadi


 Proaktif dalam sebagian hubungan
 Mengilhami kerja tim
 Memberikan dukungan timbal balik
 Membuat orang terlibat dan terikat
 Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi
 Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara kontruktif
 Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
 Mengakui prestasi anggota tim
 Berusaha mempertahankan komitmen
 Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.

2.3 Peran Pemimpin Sebagai Pembangkit Semangat

Peran pemimpin dalam pemberian semangat dapat dilakukan dengan cara :

 Memberikan pujian dan dukungan


 Memberikan penghargaan berupa kata-kata dan insentif
 Penambahan sarana kerja
 Penambahan staf yag berkualitas
 Perbaikan lingkungan kerja
 Memberikan Drive/dorongan yang akan menghasilkan inisiatif, dan menimbulkan energi
yang tinggi dan hasrat untuk berprestasi (Motivation)
 Menumbuhkan Self Confidence/percaya diri
 Knowledge/pengetahuan, pemahaman yang penuh tentang organisasi.

2.4 Peran Menyampaikan Informasi

Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi. Penyampaian atau penyebaran
informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada
komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan
harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya.
Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara
efektif dan sistemik.

Pemimpin harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke
luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang
yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang
dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik
kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.

BAB III

PERANAN KONFLIK

3.1 Pengertian Konflik

Definisi konflik :
 Perbedaan, Pertentangan dan Perselisihan (menurut bahasa)
 Pertentangan dalam hubungan kemanusiaan ( intrapersonal dan interpersonal ) antara satu
pihak dengan pihak yang lain dalm mencapai suatu tujuan, yang timbul akibat adanya
perbedaan kepentingan, emosi/ psikologi, dan nilai.

Komponen Konflik

 Interest (kepentingan)
 Emotion (emosi)
 Values (nilai)

3.2 Jenis-jenis konflik

Jenis-jenis konflik yakni :

1. Konflik peranan yang terjadi di dalam diri seseorang ”Personale conflict”


2. Konflik antarperan ”Interrole conflict”
3. Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang
”Intersender conflict”
4. Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan ”Intrasender
conflict”

Konfik tidak selamanya menyusahkan akan tetapi memiliki segi-segi positif, seperti :

1) Konflik Dalam :

 Penggantian pimpian yang lebih berwibawa, penuh ide baru & semangat baru
 Perubahan tujuan organisasi yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang disesuaikan dengan
perubahan situasi dan kondisi;
 Pelembagaan konflik itu sendiri

2) Konflik dengan organisasi lain :

 Lebih mempersatukan para anggota organisasi


 Mendatangkan kehidupan baru di dalam tujuan serta nilai organisasi
 Lebih menyadarkan para anggota terhadap strategi serta taktik lawan;
 Sebagai suatu lembaga pengawasan.

3.3 Sumber Konflik

Sumber- sumber konflik dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu :

1. Frustasi
2. Persaingan ( rivalitas )
3. Struktural
4. Budaya dan Ideologi
5. Konvergensi (gabungan)

Beberapa sumber lain menyebutkan :

ü Kebutuhan untuk membagi sumberdaya-sumber daya yang terbatas

ü Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan.

ü Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja

ü Perbedaan nilai-nilai atau persepsi

ü Kemenduaan organisasional (ambiguous).

ü Gaya-gaya individual

3.4 Peranan Pemimpin dalam Mengendalikan Konflik

Untuk dapat mengatasi konflik-konflik yang ada peranan pemimpi dalam hal ini yakni :

1. Memecahkan masalah melalui sikap koopertaif


2. Mempersatukan tujuan
3. Menghindari konflik (Avoidance)
4. Memperhalus konflik
5. Kompromi (Negotation)
6. Tidakan Otoriter
7. Mengubah struktur individual dan struktur organisasi

Menurut Nader and Todd peran mengatasi konflik yakni :

 Bersabar
 Penghindaran (Avoidance)
 Kekerasan atau paksaan (Coercion)
 Konsiliasi (Conciliation)
 Mediasi (Mediation)
 Arbritasi (Arbritation)
 Peradilan (Adjudication)

Pendekatan sebagai kontribusi peran kepemimpinan dalam mengendalikan/menyelesaikan


konflik :

 Sanggup menyampaikan pokok masalah penyebab timbulnya konflik


 Bersedia melatih diri untuk mendengarkan dan mempelajari perbedaan
 Sanggup mengajukan usul atau nasehat.
 Meminimalisasi ketidakcocokan
 Adaptasi diri (penyesuaian diri) dengan prinsip anti konflik
Seni mengelolah konflik

ü Membuat standar-standar penilaian

ü Menemukan masalah-masalah kontroversial dan konflik-konflik

ü Menganlisa situasi dan mengadakan evaluasi terhadap konflik

ü Memilih tindakan-tindakan yang tepat untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan


dan kesalahan-kesalahan

ü Menentukan Teknik-teknik untuk menstimulir konflik :

 Komunikasi diputuskan atau dikacaukan


 Mengacau struktur organisasi
 Menempatkan orang-orang yang neurotis ringan dan mempunyai banyak masalah batin
menjadi tenaga pemimpin.

Maka seni manajemen-konflik dengan jalan :

v Menstimulir/merangsang konflik

v Mengendalikan

v Menyelesaikan secara sistematis tanpa menimbulkan banyak korban dan kesusahan,


merupakan determinan (faktor penentu) yang paling gawat-kritis bagi suksesnya pemimpin.

BAB IV

PENUTUP

Begitu kompleksnya tugas dan peran pimpinan dalam kependidikan untuk tercapainya tujuan
yang harus dicapai memerlukan tanggung jawab dan sikap yang konsisten akan atasan yang
berlaku dengan tidak melupakan unsur kearifan. Pemimpin harus melakukan beberapa peran
untuk menunjang keberlangsungan organisasi mereka, terlebih pada organisasi pendidikan yang
sangat penting bagi perkembangan kualitas SDM di Indonesia.
Demikianlah penulis akhiri makalah ini, tak lupa kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulis harapkan dari semua pihak

DAFTAR PUSTAKA

1. Asep Suryana, M.Pd, Kepemimpinan Dalam Pendidikan, 2010.


2. Adair, John, Kepemimpinan yang Memotivasi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008.
3. Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengawasan, Kepemimpinan, Diklat, 2007.
4. Mastuti, Fauziah, Filsafat Kepemimpinan, Makalah, Semarang, 2009.
5. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Sarana Pendidikan. Pedoman Umum Penyelenggaraan Administrasi Sekolah
Menengah Jakarta; t.t.
6. http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/04/definisi-kepemimpinan-pendidikan.html
7. Slamet, PH, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan,
2000.
8. http://agungprabowo234.wordpress.com/2010/04/01/peran-kepemimpinan-di-dalam-
manajemen-pendidikan/

You might also like