Professional Documents
Culture Documents
Sains Dan Agama
Sains Dan Agama
A. Pengertian Sains
Sains dalam bahasa Inggris yakni science. Kata science berasal dari bahasa
Latin yaitu scire yang berarti mengetahui atau scientia (pengetahuan). Sedangkan
dalam bahasa Yunani adalah episteme (pengetahuan). Secara bahasa kata science
bermakna keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti
knowledge atau mengetahui, yang sering dibedakan dengan intuisi dan
kepercayaan. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan dan perkembangan
makna sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari pengkajian,
observasi, dan percobaan yang dilakukan guna menentukan sifat dasar atau prinsip
terkait hal yang dikaji. Dengan perubahan makna tersebut, maka dunia sains
mempunyai batasan hanya terkait pengetahuan yang sistematis tentang alam dan
dunia fisik.1
1
Indira Syam, Komunikasi Lintas Perspektif (Hubungan Sains dan Agama), Jurnal Dakwah Tabligh,
16 (1), 2015, hal 32.
2
Abu Tamrin, Relasi Ilmu, Filsafat, dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu, Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, 6 (1), 2019, hal 73.
a. Disusun secara sistematis, metodis, dan bertalian (kohern) terkait suatu
bidang tertentu dan kenyataan (realitas).
B. Pengertian Agama
Ada pula agama berasal dari kata Religion (bahasa Inggris), Din (bahasa
Arab), dan Religic (bahasa Belanda). Agama merupakan kepercayaan seseorang
atau individu terhadap sesuatu yang sifatnya spiritual dan hal-hal yang ghaib
(tidak dapat dilihat oleh mata), yang mana di dalam Islam disebut dengan
keimanan.4
3
Abd. Wahid, Korelasi Agama, Filsafat dan Ilmu, Jurnal Substantia: Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14 (2),
2012, hal 226-227.
4
Abu Tamrin, Relasi Ilmu, Filsafat, dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu, Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, 6 (1), 2019, hal 87.
Kata agama dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan hadist Nabi bermakna yaitu
pahala atau balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan dan hukum, umat,
kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan,
cahaya, kehidupan yang hakiki, amar ma’ruf nahi munkar, amanat dan menepati
janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal
(Syam, 2015).
Agama menunjukkan kepada jalan yang ditempuh guna mencari ridho dari
Tuhan. Dalam agama ada suatu yang dianggap berkuasa, yaitu Allah, zat yang
memiliki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, yang berkuasa, dan yang
mengatur seluruh alam semesta beserta isinya.
Esensi agama ialah untuk pembebasan diri manusia dari sebuah penderitaan,
penindasan kekuasaan tiran guna kedamaian dalam hidup. Islam, keberadaannya
bagi manusia sebagai pemeluknya agar berdiri bebas di hadapan Tuhannya secara
benar diaktualisasikan dengan formulasi taat pada Hukum-Nya, saling
menghormati, saling menyayangi sesama, bertindak adil dan menjaga diri dari
perbuatan yang tak baik, serta merealisasikan ketaqwaan.
Kata agama dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan hadist Nabi bermakna yaitu
pahala atau balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan dan hukum, umat,
kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan,
cahaya, kehidupan yang hakiki, amar ma’ruf nahi munkar, amanat dan menepati
janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal.
Salah satu contoh dari agama samawi (agama langit atau agama wahyu) ini
adalah agama Islam. Agama Islam adalah agama yang diwahyukan oleh Allah
SWT kepada Rasul-Nya. Sumber hukum dari agama Islam ini diatur dalam Al-
qur’an yang mana merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW membuktikan
tentang kerasulan dan kenabian. Agama Islam sebagai suatu sistem keyakinan dan
tata aturan yang mengatur segala kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Allah SWT. Sedangkan agama budaya (agama bumi atau agama non wahyu)
merupakan agama ciptaana manusia yang berupa kebudayaan.6
e. Fungsi pemupuk rasa solidaritas, para penganut agama yang sama secara
psikologis akan merasa mempunyai kesamaan dalam satu kesatuan,
yaitu iman dan kepercayaan. Hal tersebut akan memberi rasa solidaritas
dalam kelompok maupun individu, serta akan dapat membina
persaudaraan yang kokoh.
Kemajuan sains dan teknologi sudah memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat muslim.7 Sains dan agama memiliki perbedaan, sains atau ilmu
7
Ali Muchasan, Relasi Agama dan Sains, Inovatif: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama dan
Kebudayaan, 6 (1), 2020, hal 72.
pengetahuan dari alam, sumber agama dari Tuhan. Agama berfungsi sebagai
pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia di dunia maupun di
akhirat. Sains berfungsi sebagai sarana guna memudahkan aktivitas manusia yang
ada di dunia. Kebahagiaan di dunia menurut agama merupakan prasyarat guna
mencapai kebahagiaan di akhirat. Sains ialah sarana untuk membahagiakan dan
mempermudah aktivitas yang dilakukan manusia di dunia. Dalam pandangan
agama, penting dan perlu karena ketenangan dan kebahagiaan itu membuat umat
manusia menjadi leluasa dalam menjalankan kewajiban dan ajaran-ajaran agama
yang akan mengantarkan mereka menuju kebahagiaan di akhirat.
Ada tipologi yang berbicara mengenai hubungan antara sains dan agama,
sebagaimana dikemukakan oleh Ian G. Barbour, diantaranya, konflik,
independensi, dialog, dan integrasi. Pertama, konflik, yang mengemuka di abad
19, yang mana pandangan ini memposisikan sains dan agama ke dalam dua
ekstrim yang saling bertentangan dan bersebrangan. Kedua, independensi, yang
mana pemisahan antara sains dan agama ke dalam dua wilayah yang berbeda,
sains dan agama dianggap memiliki kebenaran sendiri-sendiri yang terpisah antara
satu sama lain, sehingga dapat hidup berdampingan dengan damai, sains
berhubungan dengan fakta, dan agama mencakup nilai-nilai. Ketiga, dialog, yang
menawarkan hubungan antara sains dan agama dengan interaksi yang lebih
konstruktif dibandingkan pandangan konflik dan independensi, sains dan agama
memiliki kesamaan yang dapat didialogkan dan dapat saling mendukung satu
sama lain. Keempat, integrasi, yang mana pandangan tersebut menghadirkan
hubungan yang lebih baik dan bersahabat dibandingkan ketiga pandangan
sebelumnya, sains dan agama dianggap valid dan menjadi sumber yang koheren
dalam pandangan dunia, pemahaman mengenai dunia yang didapat melalui sains
diharapkan memperkaya pemahaman tentang keagamaan bagi manusia yang
beriman.
Sains atau ilmu pengetahuan mencari hal baru, tak terikat dengan etika,
progresif, inklusif dan objektif. Sedangkan agama mengedepankan moralitas dan
menjaga tradisi yang sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Walaupun sains dan
agama mempunyai perbedaan, tetapi keduanya mempunyai kesamaan, yakni
sama-sama bertujuan memberikan ketenangan. Agama memberikan ketenangan
dari segi batin sebab ada janji kehidupan setelah mati, dan sains memberikan
ketenangan sekaligus kemudahan bagi kehidupan yang ada di dunia ini.
Ada persamaan dan juga perbedaan antara sains dan filsafat. Persamaan atau
persesuaian antara sains dan filsafat ialah keduanya menggunakan berpikir
reflektif guna berupaya dalam menghadapi dan memahami fakta dunia dan
kehidupan, filsafat maupun sains bersikap kritis, berpikir secara terbuka dan
konsen terhadap kebenaran, pengetahuan yang sistematis dan terorganisir.
Sedangkan perbedaan antara sains dan filsafat berkaitan dengan titik tekan,
yang mana sains mengkaji bidang yang terbatas, bersifat analitis dan deskriptif,
menggunakan observasi, bereksperimen dan klasifikasi guna berupaya
menemukan hukum atas gejala-gejala tersebut, sementara filsafat melakukan
pengkajian pengalaman secara menyeluruh, sehingga bersifat inklusif dan
mencakup hal umum di berbagai bidang pengalaman umat manusia, filsafat
mengkaji hubungan antara temuan-temuan sains dengan klaim pada agama, seni
dan moral. Filsafat memiliki batasan yang luas dibandingkan sains, hal ini
bermakna bahwa apa yang tidak bisa dijawab oleh sains maka filsafat berupaya
mencari jawaban dan kebenarannya, sains tersebut juga dapat dipertanyakan dan
juga bisa dijadikan bahan (objek) kajian filsafat itu sendiri.
Sains (ilmu pengetahuan) mengkaji hal-hal yang sifatnya empiris dan bisa
dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah yang tidak dapat
dijawab dan ditemukan oleh sains, sementara agama ialah jawaban terhadap
masalah yang tidak dapat dijawab oleh filsafat dan jawabannya sifatnya mutlak.
Menurut Oemar Amin Hoesin, ilmu (sains) memberikan kepada kita pengetahuan,
dan filsafat memberikan hikmat, sains dan filsafat memiliki wilayah kajiannya
masing-masing.9
Agama dan filsafat merupakan dua bentuk menuju jalan kebenaran. Agama
diartikan sebagai kepercayaan kepada Sang Pencipta, filsafat diartikan sebagai
proses berpikir. Orang yang meyakini agama tertentu ingin juga agar orang lain
ikut bersamanya. Filsafat sebagai jalan kebenaran, dan diikuti pula oleh orang
lain. Agama dan filsafat merupakan dua entitas yang sama-sama memiliki
kekuatan yang berpengaruh di dunia, bahkan menguasai paradigma dunia.
Filsafat sebuah metode berpikir yang sistematis, ialah salah satu pendekatan
tersendiri dalam memahami kebenaran. Dalam filsafat dibicarakan pula mengenai
keberadaan Tuhan, persoalan kenabian, wahyu, penciptaan manusia dan ibadah
yang dilakukan oleh manusia. Pertanyaan tentang bagaimana Tuhan, manusia, dan
lainnya pun dalam Islam merupakan sesuatu yang dapat menjadikan para pemikir
menjadi yakin akan keberadaan Tuhan. Para Ulama Islam memikirkan sesuatu
dengan jalan filsafat, yang biasa dikenal dengan filosuf. Hal ini pula semakin
menjadikan hidup menjadi lebih bermakna dengan mencari kebenaran.
9
Abd. Wahid, Korelasi Agama, Filsafat dan Ilmu, Jurnal Substantia: Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14 (2),
2012, hal 229.
Dengan adanya kekuatan antara agama dan filsafat, individu menjadikan
agama dan filsafat sebagai sumber kekuatan dan kebenaran. Bagi para penganut
agama yang taat dan patuh, maka sumber kebenaran dan kekuatannya adalah
agama, yang menjadi perintah Allah melalui wahyu-Nya. Sementara bagi orang
yang menjadikan filsafat sebagai pedoman dan pegangan hidupnya dalam mencari
kebenaran, maka kebenaran tersebut berdasarkan filsafat yang dianut dan
dipegangnya.10
REFERENSI
Mahfud. (2019). Dialetika Agama dan Filsafat Sepanjang Sejarah. Jurnal Lentera:
Kajian Keagamaan, Keilmuan, dan Teknologi , 18 (1), 1-22.
10
Mahfud, Dialetika Agama dan Filsafat Sepanjang Sejarah, Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan,
Keilmuan, dan Teknologi, 18 (1), 2019, hal 12.
Muchasan, A. (2020). Relasi Agama dan Sains. Inovatif: Jurnal Penelitian
Pendidikan, Agama dan Kebudayaan , 6 (1), 69-87.
Tamrin, A. (2019). Relasi Ilmu, Filsafat, dan Agama Dalam Dimensi Filsafat
Ilmu. Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i , 6 (1), 71-96.
Wahid, A. (2012). Korelasi Agama, Filsafat dan Ilmu. Jurnal Substantia , 14 (2),
224-231.