You are on page 1of 12

PERANGCANGAN KOTA

ELEMEN PERANCANGAN KOTA


YANG BERPENGARUH TERHADAP KUALITAS RUANG KOTA

Oleh :
Ir. Iwan Setiawan basri, S.T., M.Si.
Rezki Awalia, S.T., M.T.

Di Susun Oleh :
Kelompok 3
Ince Muhammad Isnan Qamil F23121072
Meuthya Lasimpara F23121090
Ahmad Wildan Dzakwan F23121082
Clara Angelica F23121080
Muh. Dhani F23121077
Moh. Ismail F23121092
Alung Cahyadi F23121100
Zulfansyah F23121101
Oscar maichal liunsanda F23121079
Ayyas Almunawar F231210

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSTEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
LATAR BELAKANG

Perancangan kota merupakan bagian dari perencanaan kota (urban planning) yang
menangani aspek estetika dan yang menetapkan tatanan (order) dan bentuk (form) kota. Shirvani
1985 urban design adalah bagian dari proses perencanaan yang berhubungan dengan kualitas
lingkungan fisik kota sebagai kelanjutan urban planning.
Menurut Hamid Shirvani (1985) seorang pakar arsitektur kota yang telah mencetuskan
teori Elemen Perancangan Kota yang terdiri dari pola penggunaan lahan (land use), bentuk dan
massa bangunan (building form and massing), sirkulasi dan parkir (circulation and parking), ruang
terbuka kota (open space), jalur pejalan kaki (pedestrian ways), pendukung aktivitas (activity
support), elemen penanda (signage), dan preservasi (preservation). Kondisi yang dapat diamati
bangunan yang terdapat di Kawasan 3 mayoritas digunakan untuk perdagangan jasa dan
perumahan guna medukung aktivitas. Bangunan tersebut memiliki bentuk yang beragam, di ikuti
dengan keberadaan penanda bangunan yang digunakan sebagai media promosi dan informasi
memiliki ketidakteraturan bentuk, warna dan susunan. Disusul dengan tumbuhnya aktivitas
pendukung informal pada sekeliling bangunan yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya
menempati jalur pejalan kaki sehingga mengrurangi dimensi area untuk pejalan kaki serta
menjadikan kondisi jalur pejalan kaki kurang memadai. Tumbuhnya aktifitas formal dan informal
yang semakin meningkat juga akan memberikan pengaruh terhadap sirkulasi dan keberdaan
parkir. Smardon (1986) menyebutkan bahwa tanda visual adalah ciri utama yang secara fisik
dapat dilihat juga dapat memberikan atribut pada sumber visual dalam suatu sistem visual,
sehingga sistem visual tersebut mempunyai kualitas tertentu atau yang dinamakan dengan
kualitas visual. Maka dari itu kesan pengamat pada saat mengamati fisik Kawasan Kelompok 3
yang akan ditinjau dari elemen perancangan kota apakah memiliki pengaruh terhadap kualitas
ruang kota.
Menurut Cullen (1961-9-11) sistem visual mencakup rangkaian pandangan (optik),
dengan reaksi pengamat terhadap ruang (place), dan beragam elemen yang mendukung
tampilan (content). Rangkaian pandangan yang ada pada Penggal Jalan Jendral Sudirman ketika
berjalan dari utara menuju selatan akan memberikan kesan terhadap elemen-elemen yang ada
pada penggal jalan tersebu, dan dapat memberikan penialain terhadap kualitas ruang kota
khususnya pada Jalan Jendral Sudirman Kota Salatiga. Aspek lain yang mendukung visual ruang
kota adalah estetika. Menurut Ishar (1992:75) aspek estetika ini secara menyeluruh ada dalam
aspek kualitas estetika. Dalam kualitas estetika ini terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan
yaitu keterpaduan, proporsi, skala, keseimbangan irama, warna, rangkaian pemandangan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui elemen perancangan kota yang berpengaruh terhadap
kualitas ruang kota.
Indikator yang akan digunakan dalam mengukur elemen perancangan kota adalah teori
Hamid Shirvani (1985), yaitu : penggunaan lahan (land use), bentuk dan massa bangunan
(building form and massing), sirkulasi dan parkir (circulation and parking), ruang terbuka kota
(open space), jalur pejalan kaki (pedestrian ways), pendukung aktivitas (activity support), elemen
penanda (signage), dan preservasi (preservation). Indikator yang akan digunakan kualitas ruang
kota yaitu dengan teori Cullen (1961) optic, place, content dan Moughtin (1999) keterpaduan,
proporsi,keseimbangan, skala, irama, dan warna.
TINJAUAN PUSTAKA
Kota Palu adalah sebuah kota di Indonesia yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah,
bagian tengah Pulau Sulawesi. Kota ini memiliki luas sekitar 395,06 km² dan penduduk sekitar
401.703 jiwa (berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020). Palu merupakan ibu kota dari
Provinsi Sulawesi Tengah dan juga menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, dan ekonomi di
wilayah tersebut.

Kawasan lokasi studi berbentuk linear yang terletak pada kecamatan palu timur, Desa
Lolu Utara Tepat dari kawasan Ruang terbuka hijau berupa taman gor menuju kawasan Ruang
terbuka hijau berupa Taman kota dan berakhir pada persimpangan antara Jalam Wolter
Monginsidi dengan Jalan R.A Kartini.

Penelitian pada lokasi Studi mengacuh pada elemen perancangan kota menurut Hamid
Shirvani (1985) dimana dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen
yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas.
PEMBAHASAN

A. Tata Guna Lahan (Land Use)


Lahan pada kawasan yang telah ditentukan, sesuai lokasi studi didominasi dengan
perdagangan jasa dan perumahan. Adapun tata guna lahan lainnya yaitu Kawasan peruntukan
taman sebagai ruang terbula hijau dan Kawasan perkantoran yang dimana dapat dijadikan
sebagai pusat keramaian. Perdagangan pada Kawasan yang telah ditentukan sebagian besar
berbentuk ruko (rumah bersatu dengan toko, Kios-kios hingga minimarket). Untuk lebih jelas nya
dapat dilihat melalui gambar dibawah.

Gambar A. 1 Peta Tata Guna Lahan


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3

B. Bentuk dan Masa Bangunan


Massa bangunan yang terdapat pada lokasi yang telah ditentukan didominasi bangunan
dengan ketinggian satu lantai. Adapun bangunan lainnya yaitu dimana bangunan yang memiliki
tipe bangunan berlantai dua. Bangunan yang berlantai dua yaitu Sebagian rumah warga, kantor-
kantor, toko hingga rumah makan. Letak dari masing - masing bangunan berlantai dua tidak
dalam satu lokasi melainkan berpencar sehingga belum membentuk skyline yang teratur . Pada
sisi sebelah kanan bangunan berderet dan memiliki ketingian yang relatif sama. Fasad bangunan
masih belum mencerminkan karakteristik bangunan dan karakter kawasan karena mayoritas
pada bangunan di tutupi dengan penanda bangunan sebagai media informasi Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat melalui gambar dibawah.

Gambar B. 1 Bentuk dan Masa Bangunan


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3

C. Sirkulasi dan Parkir


Sirkulasi di lokasi studi telah mengalami beberapa kali perubahan. Saat ini diberlakukan
dari jalan juanda menuju taman gor dan di sekitaran taman kota sampai dengan simpang tiga
antara Jalan Wolter Monginsidi dengan Jalan Sulawesi serta Jalan Gatot Subroto yang
merupakan tiga arah. Parkir di badan jalan (on street parking) terdapat di Jalan Khairil Anwar dan
Jalan Teratai dengan Titik parking antara kendaraan roda empat dengan kendaraan roda dua.
Dua titik parkir tersebut merupakan kawasan Taman Gor. Parkir di badan jalan (on street parking)
tidak hanya pada Kawasan taman gor tetapi juga di tempat yang tidak termasuk peruntukan
kawasan parkir seperti pada jalan dewi sartika sekitaran Kawasan perdagangan dan jasa berupa
tempat fotocopy dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar dibawah.
Gambar C. 1 Peta Sirkulasi dan Parkir
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3

D. Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Ruang terbuka hijau yang berada pada lokasi studi yaitu ruang terbuka hijau privat, ruang
terbuka non hijua privat dan ruang terbuka non hijau publik. Ruang Terbuka Hijau publik (taman
gor, Taman Kota dan lapangan olahraga). Ruang terbuka hijau privat terdapat di sarana
Pendidikan (sekolah), dan ruang terbuka non hijua publik di kawasan ini berada di halaman
perkantoran dan peribadatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar dibawah.
Gambar D. 1 Peta Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3

E. Area Pedestrian
Jalur pejalan kaki di lokasi studi ini memiliki perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri. Jalur
pejalan kaki berupa aracade sepanjang ±200m dengan lebar 3m dan jalur pejalan kaki berupa
trotoar. Kondisi jalur pejalan kaki hampir di semua titik digunakan sebagia tempat penyantaian
pada Kawasan taman yang ada dilokasi studi. Kenyamanan bagi pengguna jalur pejalan kaki
yang trotoar dirasakan kurang karena kurang mendapatkan perlindungan dari panas dan hujan
dan juga belum mempertimbangkan untuk difable. Kualitas estetika dan fungsional yang kurang
baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut.
Gambar E. 1 Peta Area Pedestrian
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3

F. Akifitas Pendukung
Kegiatan pendukung yang ada di lokasi studi didominasi dengan kegiatan perdagangan
dan jasa dengan ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman kota. Beragam jenis kegiatan yang
dilaksanakan dalam perdagangan dan jasa antara lain : penjual makanan, rumah makan, penjual
ATK, Penjual Kendaraan Mobil, dan penjual pakaian. Adapun Keberadaan pasarraya dinilai
kurang efektif karena struktur uang masih kurang.
Gambar F. 1 Peta Aktifitas Pendukung
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3

G. Tanda-tanda
Tanda-tanda yang ada lokasi studi yakni berupa rambu-rambu lalu lintas yang dimana
digunakan sebagai penanda perkendara roda dua maupun roda empat yang ada pada jalur
transportasi. Untuk penempatan papan penanda masih belum terlalu teratur, ukuran dari masing-
masing papan penanda memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga memiliki kualitas yang
kurang bagus. Aturan yang belum muncul yaitu tata penempatan papan penanda serta ukurannya
sehingga menjadikan papan penanda bermunculan dengan tidak terkontrol. Terdapat
pemasangan papan penanda yang menempel dengan dinding bangunan dan ada juga yang
melintang dengan dinding bangunan.
Gambar G. 1 Peta Tanda-tanda
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3
H. Preservasi

Di lokasi studi terdapat satu bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan
memerlukan tindakan preservasi. Berdasarkan kajian dan identifikasi bangunan bersejarah
dilokasi studi iyalah bangunan (Gedung Juang) yang berada Jalan Cempaka Kelurahan Lolu
Utara tepat dekat area taman kota dan di bangun pertama kali pada tahun 1905. Pada Tahun lalu
Gedung juang digunakan sebagai kantor pengawas sub titik wilayah oleh pemerintah colonial
belanda. Momen bersejarah dari Gedung juang ketia dilakukan serat terima kedaulatan dari
belanda pada rakyat pada 16 mey 1940. Untuk lokasi lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar
berikut.

Gambar H. 1 Peta Persevasi


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan untuk
mengetahui elemen perancangan kota yang berpengaruh terhadap kualitas ruang kota. Elemen
perancangan kota yang memberikan pengaruh terhadap kualitas ruang kota adalah mudahnya
elemen yang paling dapat dikenali adalah keberadaan bangunan, ketidaknyamanan yang
dirasakan adalah keberdaan jalur pejalan kaki, kesemperawutan yang terjadi adalah sirkulasi dan
parkir dan ketaturanan penataan pada lokasi studi dirasa belum teratur, elemen yang paling
dirasakan tidak teratur adalah jalur pejalan kaki.

You might also like