You are on page 1of 23

KARYA ILMIAH HKUM4560

“Indonesia Sebagai Negara Hukum Yang Demokratis”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Karya Ilmiah


(HKMUM4560)

Oleh :

SUHENDI

NIM : 031192224

Program Studi : Ilmu Hukum S1

UPBJJ SERANG
FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022.1
ABSTRAK

Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 hasil amandemen yang dengan tegas menyatakan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD
1945 juga menyatakan bahwa kedaulatan negara berada di tangan rakyat yang
dilaksanakan menurut UUD. Negara hukum dan demokrasi yang modern,
hukum yang demokratis adalah kedaulatan rakyat sebagai prinsip pengambilan
keputusan bagi penyelenggaraan pemerintahan. Hukum dan peraturan harus
lahir mewakili setiap perasaan dari masyarakat, sehingga tidak dirasa ada hak-
hak rakyat yang di kebiri oleh lahirnya suatu hukum dan peraturan. Pasal 26E
ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat juncto Pasal 28 UUD 1945
yang berbunyi bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang. Untuk mewujudkan negara hukum yang demokratis, maka penegakan
hukum yang tidak hanya berorientasi pada konsep rechsttat, tetapi juga
berorientasi pada rule of law. Artinya, tidak terjebak dalam penegakan hukum
formalitas dan prosedural akan tetapi menggali nilai-nilai keadilan serta
menegakkan etika dan moral dalam setiap penyelesaian kasus.
Kata Kunci: Hukum, Demokrasi, Kebebasan Berpendapat, Penegakan
Hukum
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum yang menganut sistem demokrasi.


Demokrasi di negara hukum merupakan tumpuan agar tiap negara hukum
mempunyai landasan tertib hukum dan menjadi keabsahan bertindak.
Hubungan di antar keduanya ini tidak dapat dipisahkan, karena demokrasi
tanpa hukum akan kehilangan bentuk dan arah, sedangkan hukum tanpa
demokrasi akan kehilangan makna. Sebagaimana yang dijelaskan Jimly
Asshiddiqie, bahwa teori tentang negara hukum, baik rule of law maupun
rechtsstaat pada pokoknya tidak dapat dipisahkan dari teori tentang demokrasi,
keduanya harus dilihat sebagai dua sisi dari mata uang yang sama1. Dengan
demikian, demokrasi dan negara hukum merupakan dua konsepsi yang harus
berjalan beriringan.

Ada sebuah kalimat klasik yang mungkin sudah tak asing kita
dengarkan jika berbicara demokrasi dan hukum ialah “hukum tanpa demokrasi
akan melahirkan otoriterisme dan demokrasi yang dijalankan tanpa hukum
akan menumbuh suburkan anarkisme”. Sebagaimana menurut Moh. Mahfud
MD, (1999:1), demokrasi tanpa hukum tidak akan tergabung dengan baik,

1
Lukman Santoso AZ, Negara Hukum Dan Demokrasi: Pasang Surut Negara Hukum
Indonesia Pasca Reformasi, (Yogyakarta: IAIN Po Press, 2016), hlm. 20
bahkan mungkin menimbulkan anarki, sebaliknya hukum tanpa sistem politik
yang demokratis hanya akan menjadi hukum yang elitis dan represif2.
Demokrasi sebagai sistem politik dalam negara hukum tidak elok jika terfokus
pada dimensi tujuannya saja. Akan tetapi, rasanya penting diperhatikan tentang
cara berdemokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pada
kenyataannya, banyak yang mengatas namakan demokrasi tapi cenderung
mengaktualisasikannya dengan cara tidak terpuji atau tidak patuh terhadap
peraturan hukum.

Demokrasi adalah suluh dalam menumbuhkan api semangat


menjatuhkan pemerintahan Orde Baru. Namun, pasca reformasi lahir problem
tentang kebebasan yang seolah tanpa ada batasnya. Negara yang demokratis
dalam menjalankan demokrasi seharusnya ada batasnya yakni kebebasan orang
lain. Inilah yang disebut dengan konsep hak dan kewajiban. Di mana ada hak
orang lain yang harus di hargai dan kewajiban yang harus dijalankan dalam
menaati sistem demokrasi yang baik dan benar.

Hukum di Indonesia masih belum berjalan sempurna banyak isu-isu


sentral tentang penegakan hukum yang bisa dikatakan tumpul ke atas tajam ke
bawah. Padahal penegakan hukum merupakan cerminan dari suatu negara
hukum. Ciri negara hukum yang baik akan menghasilkan penegakan hukum
yang baik, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan
demokratis.

Indonesia bukan Negara otoritarianisme tapi negara hukum yang


demokratis. Negara otoriter memiliki ciri penekanan kekuasaan hanya pada
negara atau pribadi tertentu, tanpa melihat derajat kebebasan individu. Dalam
negara hukum yang demokratis, maka kekuasaan mana pun harus berlandaskan
konstitusi. Konstitusi itu sebagai arah dan tujuan agar para penyelenggaraan
negara memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya.

2
Sumarno, Negara Hukum Yang Demokrati, (Media.neliti.com), Pdf, hlm. 1
Oleh karenanya, hukum adalah sebagai pembatas dari segala sikap,
perilaku, dan perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga negara maupun oleh
para penguasa negara. Pembatasan terhadap kekuasaan tunduk pada kehendak
rakyat (Demokrasi) dan harus di batasi dengan aturan-aturan hukum yang
paling tertinggi disebut sebagai konstitusi.

Atas penjelasan-penjelasan yang di atas tersebut, maka penulis tertarik


untuk membuat sebuah karya Ilmiah sebagai salah satu tugas mata kuliah
(HKUM4560), dengan fokus Judul Penulisannya yaitu “Indonesia Sebagai
Negara Hukum Yang Demokratis”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di identifikasi tentang konsep


Indonesia sebagai negara hukum dan demokrasi, antara lain sebagai berikut:

1. Perlunya meningkatkan pemahaman konsep negara hukum dan demokrasi.


2. Hukum dan Demokrasi di Indonesia secara formal
3. Pancasila dan UUD 1945 wujudkan negara hukum yang demokratis.

1.3 Pembatasan Masalah

Membicarakan Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis


banyak regulasi-regulasi yang mengaturnya. Agar penulisan tidak terlalu
melebar maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Konsep Indonesia sebagai negara demokrasi yang berlandaskan hukum


ditinjau dari UUD 1945.
2. Peninjauan kebebasan menyuarakan pendapat di raung publik.
3. Penegakan hukum di negara hukum yang demokratis.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis ditinjau dari


teori, para ahli, dan UUD 1945.
2. Bagaimana sistem penegakan hukum di negara hukum yang demokratis.
3. Bagaimana secara konstitusi dan peraturan perundang-undangan
Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis dalam menyampaikan
pendapat di ruang publik.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis


ditinjau dari teori, para ahli, dan UUD 1945.
2. Untuk mengetahui sistem penegakan hukum Indonesia sebagai negara
hukum yang demokratis.
3. Untuk mengetahui secara konstitusi dan peraturan perundang-undangan
Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis dalam menyampaikan
pendapat di ruang publik.

1.6 Tinjauan Pustaka

Esensi dari lahirnya sebuah negara adalah lahirnya ketenteraman dalam


kehidupan masyarakat. Immanuel Kant mendefinisikan hukum adalah sebagai
keseluruhan syarat yang dengan keberadaannya keinginan bebas dari seseorang
dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain. Artinya,
Immanuel Kant sendiri menitiberatkan hukum sebagai norma dalam
menghormati hak orang lain.

Banyak keberagaman dari para ahli tentang konsepsi tentang negara


hukum. Menurut Prof. Dr. Jimly Assihiddiqie, gagasan negara hukum itu
dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu
sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra
struktural dan infra struktural kelembagaan politik, ekonomi dan social yang
tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran
hukum yang nasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law
making) dan ditegakkan (law enforcing).3

3
Jimly Assihiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indoensia, Pdf, hal. 1. (di akses di
http://www.docudesk.com pada tanggal 17 Juli 2022 Pukul 18:32 WIB)
Konsep negara hukum menurut F.J. Stahl harus memenuhi empat unsur
yaitu: a) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia; b) Negaa
dijalankan berdasarkan trias politica; c) Pemerintah berdasarkan Undang-
undang (wematig besturr); dan d) adanya peradilan administrasi negara untuk
mengadili pelanggaran hukum oleh badan-badan negara atau pemerintah
(onrechmatig overheidsdaad).4

Cita-cita Indonesia sebagai negara hukum dapat dilihat dalam Pasal 1


Ayat (3) UUD 1945 yang mengandung pengertian bahwa segala tatanan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara atas dasar hukum yang
berlaku. Konsepsi negara hukum yang di adopsi oleh Indonesia merupakan
hasil dari penyesuaian dengan kultur bangsa Indonesia. Sebagaimana yang di
uraikan oleh Bambang Arumanadi dan Sunarto bahwa negara hukum Indonesia
lahir bukan sebagai reaksi dari kaum liberalis terhadap pemerintahan absolut,
melainkan atas keinginan bangsa Indonesia untuk membina kehidupan negara
dan masyarakat yang lebih baik guna mencapai tujuan yang lebih ditetapkan,
menurut cara-cara yang telah disepakati.5

Istilah demokrasi berasal dari dua kata yang berasal dari Yunani, yaitu
Demos yang memiliki arti Rakyat dan Kratos yang berarti Kekuasaan. Secara
teoritis demokrasi ialah suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Menurut Haris Soche menjelaskan demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintah melekat pada
rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur
dan melindungi diri dari setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan
untuk memerintah.6 Dengan demikian, secara praktek dapat di pahami bahwa

4
Indra Rahmatullah, Meneguhkan Kembali Indonesia Sebagai Negara Hukum Pancasila, Vol. 4
No. 2 Jakarta:2020 (diakses di http://jurnal.uinjkt.ac.id pada tanggal 17 Juni 2022 Pukul 16:21
WIB)
5
Bambang Arumanadi dan Sunarto, Konsepsi Negara Hukum Menurut UUD 1945, IKIP Semarang
Press, Semarang, 199-, hlm. 106. (di akses di http://repository.com pada tanggal 17 Juni 2022
Pukul 18:45 WIB)
6
Hamdan Wahyudin, Demokrasi, Sumber Belajar Kemendikbud, Jakarta:2022. (diakses di
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id pada tanggal 20 Juni 2022 Pukul 14:01 WIB)
demokrasi merupakan sistem pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi ada di
tangan rakyat.

Pada perkembangannya ada berbagai macam-macam istilah demokrasi,


yakni ada yang dinamakan Demokrasi Konstitusional, Demokrasi Parlementer,
Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila, Demokrasi Nasional, dan
sebagainya. Demokrasi yang di anut Indonesia saat ini yaitu demokrasi
berdasarkan Pancasila yang masih dalam taraf perkembangan dan penguatan.
Mengenai sifat-sifat dan ciri-ciri terdapat berbagai tafsiran serta pandangan,
tetapi yang tidak dapat disangkal bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi
konstitusional cukup jelas tersirat di dalam Undang-undang Dasar 1945 yang
secara ekplisit menyebutkan dua prinsip yang menjiwai naskah itu. Ciri khas
dari demokrasi Indonesia yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.7

Dalam konstitusi negara Indonesia negara kita adalah negara hukum


yang sekaligus juga mengakui bahwa kekuasaannya ada di tangan rakyat
(Demokrasi). Sebagaimana dapat di lihat dalam Pasal 1 Ayat (2) dan (3) UUD
1945 yang dengan tegas menyatakan “Kedaulatan di tangan rakyat dan
dilakukan menurut UUD” dan “ Negara Indonesia adalah negara hukum”.

1.7 Metode Penulisan

Metode penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode teoritik dan


deskriptif, yaitu memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang terjadi
melalui pemikiran-pemikiran atau gagasan serta faktor-faktor pemecahannya
yang berlandaskan pada nilai-nilai ideologi Pancasila dan Konstitusionalisme
hukum, baik melalui media cetak (buku), media elektronik, atau media lainnya
dengan menggunakan sumber-sumber yang relevan.

7
Kajian Akademik, Penegasan Demokrasi Pancasila, FISIP UNPAD dan Badan Kajian MPR RI,
Jakata: 2019, hlm. 16 dan 20.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Negara Hukum Dan Demokrasi

Asas negara hukum adalah asas yang berpegang pada peraturan


perundang-undangan. Pontang Moerad menjelaskan pengertian pokok negara
hukum adalah bahwa negara berdiri di bawah hukum. Artinya, kekuasaan
negara berada dalam ruang lingkup dan dibatasi oleh hukum, yang di dalamnya
meliputi segala sikap, tingkah laku, atau perbuatan yang dilakukan oleh
penguasa maupun yang dilakukan oleh setiap warga negaranya harus
berdasarkan hukum. Dengan demikian, dalam suatu negara hukum, hukumlah
yang memegang peranan.8

Konstitusi Indonesia menyatakan bahwa negara Indonesia ialah negara


hukum (Rechstar) bukan negara kekuasaan (Machstaat). Dapat dilihat
ketentuan mengenai negara hukum tercantum dalam rumusan UUD RIS Tahun
1949 dan UUDS Tahun 1950, akan tetapi tidak tercantum secara eksplisit
dalam Pasal UUD 1945 kala itu. Lalu kemudian, setelah amandemen keempat
UUD 1945 tahun 2002, baru konsepsi negara hukum dirumuskan dengan tegas
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945.

Konsep negara hukum terus berkembang di mana abad ke-19 dikenal


sebagai generasi pertama pada konsepsi negara hukum yang di pelopori oleh

8
H. Pontang Moerad B.M., Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam
Perkara Pidana, Bandung: 2005, hlm. 56-57
Julius Stahl dan A.V. Dicey. Negara hukum yang dikembangkan oleh Stahl
dengan menggunakan istilah Jerman yaitu, “rechtsstaat”. Sedangkan yang
dikembangan oleh Dicey dalam tradisi Angglo Amerika konsep negara hukum
dengan sebutan “The Rule of Law”. Selain itu, menurut Jimly Asshiddiqie,
konsep negara hukum juga terkait dengan istilah nomokrasi (nomocratie) yang
berarti bahwa penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah
hukum.9

Teori the rule of law atau rechtsstaat atau nomokrasi atau negara hukum
merupakan sebuah konsep penyelenggaraan negara yang didasarkan atas
hukum. Setiap tindakan penyelenggaraan negara mesti didasarkan atas hukum
yang berlaku. Dalam arti, apa pun yang hendak dilakukan dalam konteks
penyelenggaraan negara mesti didasarkan atas aturan main (rule of the game)
yang ditentukan dan ditetapkan bersama.10

Negara hukum yang dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl memiliki


karakteristik atau unsur-unsur reachtsstaat sebagai berikut:11

1. Penegakan Hak-hak asasi manusia;


2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi
manusia itu yang biasa kita kenal sebagai trias politika;
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan; dan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan

Berbeda dengan apa yang di sampaikan oleh Friedrich Julius Stahl,


menurut Mahfud MD yang menyampaikan bahwa ciri-ciri penting setiap
negara hukum oleh A. V. Diecy, yaitu:12

9
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta:
Konstitusi Press, 2005), hlm. 152
10
M. Guntur Hamzah, Modul Pendidikan Negara Hukum Dan Demokrasi, (Jakarta:
Mahkamah Konstitusi, 2016), hlm. 10
11
Mariam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1982)
12
M. Guntur Hamzah, Op. cit., hlm. 11
2. Supremasi hukum (supremacy of law), dalam arti tidak boleh ada
kesewenangan-wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar hukum;
3. Persamaan kedudukan dihadapkan hukum (equality before the lw), baik
bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat; dan
4. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undangkan-undang dan keputusan-
keputusan pengadilan.

Dewasa ini, hukum dan demokrasi merupakan satu keniscayaan dalam


penyelenggaraan suatu negara. Jimly Ashiddiqie menguraikan konsep
demokrasi dan konsep negara hukum, bahwa pada konsep demokrasi, di
dalamnya terdapat prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan
dalam negara hukum terdapat konsepsi yang memiliki prinsip-prinsip negara
hukum (nomocratie), yang masing-masing dari dua prinsip tersebut dijalankan
secara beriringan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Paham negara hukum
yang demikian itu dikenal dengan sebutan “negara hukum yang demokratis”
(democratische rechtsstaat) atau dalam bentuk konstitusional disebut
constitutional democracy. Disebut sebagai “negara hukum yang demokratis”,
karena di dalamnya mengakomodasi prinsip-prinsip negara hukum dan prinsip-
prinsip demokrasi, yaitu:13

1. Supremasi hukum (Supremacy of Law);


2. Persamaan dalam hukum (Equality before the Law);
3. Asas legalitas (Due Process of Law);
4. Pembatasan kekuasaan;
5. Organ-organ pemerintah yang independen;
6. Peradilan bebas dan tidak memihak;
7. Peradilan tata usaha negara;
8. Peradilan tata negara (Constitutional Court);
9. Perlindungan hak asasi manusia;
10. Bersifat demokratis (Democratische Rechtsstaat);

13
Jimly Asshiddiqie, Op. cit. Hlm. 154-162.
11. Berfungsi sebagai saran mewujudkan tujuan bernegara (Welfare
Rechtsstaat)
12. Transparansi dan kontrol sosial

Dalam negara hukum dan demokrasi yang modern, hukum yang


demokratis adalah kedaulatan rakyat sebagai prinsip pengambilan keputusan
bagi penyelenggaraan pemerintahan. Hukum dan peraturan harus lahir
mewakili setiap perasaan dari masyarakat, sehingga tidak dirasa ada hak-hak
rakyat yang di kebiri oleh lahirnya suatu hukum dan peraturan. Artinya, hukum
tidak bisa memihak hanya kepada kepentingan kelompok-kelompok yang
berkuasa, melainkan hukum harus menjamin semua hak setiap warga negara.
Oleh karenanya, itulah tegaknya negara modern sehingga dapat disebut sebagai
negara hukum yang demokratis atau negara demokrasi yang berlandaskan
hukum.

2.2 Konstitusionalisme Negara Hukum dan Demokrasi Indonesia

Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Dalam negara


Pancasila manusia adalah sebagai makhluk individu yang dibatasi haknya dan
kebebasannya dengan kewajibannya. Karena manusia Pancasilais secara fitrah
tidak bisa hidup sendiri, artinya manusia tidak bisa menjadi manusiawi tanpa
hidup dengan bersama-sama manusia lainnya. Oleh karenanya, hak dan
kebebasan dalam Pancasila tidak bersifat mutlak, tetapi juga bukan berarti
menyamakan semua manusia tanpa menghargai hak dan kebebasan setiap
individu. Dalam konteks sistem hukum Indonesia, yaitu sistem hukum
Pancasila ada pembeda dengan sistem hukum Eropa Kontinental yang hanya
menekan pada legisme, civil law, administrasi, kepastian hukum, dan hukum-
hukum yang tertulis yang menjadi ciri rechtsstaat. Selain itu juga, sistem
hukum Pancasila berbeda dari sistem hukum Anglo Saxon yang hanya
menekan pada peranan yudisial, common law, dan substansi hukum, yang
merupakan ciri-ciri the rule of law. Dengan demikian, sistem hukum Indonesia
yang di anut ialah peleburan dari beberapa konsep hukum yang berbeda dari
secara kulturnya yaitu seperti konsep rechrsstaat maupun the rule of law.
Dengan kata lain, sistem negara hukum Indonesia yang dinamakan sistem
hukum Pancasila itu, secara spesifik merupakan sistem hukum yang ditaburi
dengan nilai keindonesiaan.

Konstitusi ketatanegaraan kita menyatakan bahwa negara Indonesia


adalah negara hukum. Hal itu sebagaimana terdapat dalam Pasal 1 Ayat (3)
UUD 1945 hasil amandemen yang dengan tegas menyatakan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum. Ini tentu sesuai dengan pembukaan alinea ke
4 UUD 1945 yang menyatakan, maka disusunlah kemerdekaan bangsa
Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia. Karenanya, sebagai negara
hukum maka setiap segala aktivitas penyelenggaraan negara dan
keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara harus tunduk atau sesuai pada
aturan hukum yang berlaku. Hal lain terdapat dalam konstitusi Indonesia yang
menyatakan bahwa kedaulatan negara berada di tangan rakyat yang
dilaksanakan menurut UUD sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat
(2) UUD 1945.

Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang digali berdasarkan nilai-


nilai luhur bangsa Indonesia, yakni dinamakan demokrasi Pancasila. Pancasila
sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara menjadi ideologi negara yang
dinamis terus hidup dalam setiap kemajuan jaman. Nilai pokok dari demokrasi
Indonesia ialah demokrasi konstitusional yang tersirat dalam UUD 1945 yang
secara tegas menyebutkan dua prinsip yang menjadi ruh dari naskah tersebut.
Oleh karenanya, ciri khas dari demokrasi Indonesia berwatak kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Dalam pembukaan alinea ke 4 juga dengan tegas menyatakan, maka


disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD, yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa hukum yang disusun dan ditegakkan
harus mencerminkan kehendak rakyat sehingga harus di pastikan dalam proses
pembuatan peran serta rakyat mendapat jaminan dalam keterlibatan dalam
proses pengambilan suatu keputusan kenegaraan. Itulah bahwa hukum
kemudian dibuat berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat (demokrasi).

2.3 Penegakkan Hukum Yang Demokratis

Menurut Jimly Asshiddiqie (2006:385-386), penegakan hukum (law


enfordement) dalam arti luas merupakan kegiatan untuk melaksanakan dan
menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh subyek hukum, baik melalui
prosedural peradilan ataupun melalui prosedur arbitase dan mekanisme
penyelesaian sengketa lainnya (alternative desputes or conflicts resolution).
Dalam pengertian yang lebih luas, kegiatan perangkat kaidah normatif yang
mengatur dan mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat dan bernegara benar-benar ditaati dan sungguh-sungguh
dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Dalam penegakan hukum itu sendiri banyak faktor yang


mempengaruhi. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum di antaranya:14

1. Materi hukum, dalam hal ini apakah rumusan undang-undang sudah baik
dan mencerminkan rasa keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum;
2. Sarana-prasarana, hal ini juga sangat mendukung lancarnya proses
penegakan hukum;
3. Aparat penegak hukum, adalah sebagai ujung tombak penegak hukum; dan
4. Budaya hukum; ini merupakan faktor penentu suksesnya penegakan
hukum yang sangat erat kaitannya dengan budaya masyarakat yang ada.

Penegakan hukum dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor,


di antaranya adalah sistem hukum itu sendiri. Selain itu juga, ada persoalan
paradigma hukum yang sifatnya jangka panjang dan mendasar. Sistem hukum
harus berorientasi pada keadilan dan kebenaran substansial, harus dilakukan

14
Bernard L.Tanya. dkk. Teori Hukum; Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
(Yogyakarta: Genta Publishing 2010), hlm. 104.
pergeseran orientasi paradigma atas konsepsi negara hukum rexhtsstaat
menjadi the rule of law seperti yang banyak dikembangkan di negara-negara
Anglo Saxon. Dengan paradigma ini, setiap upaya penegakan hukum akan
mampu melepaskan diri dari jebakan-jebakan formalitas prosedural serta
mendorong para penegak hukum untuk kreatif dan berani menggali nilai-nilai
keadilan serta menegakkan etika dan moral di dalam masyarakat dalam setiap
penyelesaian kasus hukum. Perubahan paradigma ini harus dikaitkan pula
sebagai upaya mengembalikan rasa keadilan dan moral sebagai sukma yang
akan dibangun untuk masa depan negara hukum Indonesia.15

Keberadaan negara hukum memungkinkan untuk memberikan rasa


keadilan kepada masyarakat secara universal dengan prinsip-prinsip hukum
demokratis. Mekanisme kelembagaan negara hukum harus mampu melindungi
hak warga negaranya dari ketidakadilan dengan prinsip kemanusiaan dan
saling menghormati terhadap keberlangsungan hukum yang ada. Hal itu
menjadi satu kesatuan dalam sistem hukum dengan otoritas penegak hukum.
Lembaga kehakiman yang secara bebas dan taat akan asas keadilan untuk
memberikan pengendalian terhadap keberadaan hukum negara sebagai negara
hukum.

Dengan demikian, penegakan hukum yang demokratis ialah penegakan


hukum yang tidak hanya berorientasi pada konsep rechsttat, tetapi juga
berorientasi pada rule of law. Artinya, tidak terjebak dalam penegakan hukum
formalitas dan prosedural akan tetapi menggali nilai-nilai keadilan serta
menegakkan etika dan moral dalam setiap penyelesaian kasus.

2.4 Ciri Negara Hukum Yang Demokratis

Dalam konperensi The Internasional Commision of Yurist di bangkok


pada 1965, dapat di pahami apa disampaikan mengenai syarat-syarat dasar

15
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi,
(Jakarta:LP3ES, 2007), hlm. 153.
yang harus dipenuhi oleh Representative Government Under The Rule of Law
(Negara hukum yang demokratis) ialah sebagai berikut:

1. Proteksi Konstitusional
Ini merupakan adanya perlindungan yang diberikan oleh negara kepada
rakyatnya mengenai hak-hak sebagai manusia secara konstitusional.
Seperti adanya jaminan dalam hukum dan cara memperoleh perlindungan
terebut.
2. Lembaga Pengadilan Independen
Artinya, lembaga pengadilannya yang bebas tidak memihak dengan
adanya lembaga hakim yang mandiri, dan di dalam melaksanakan proses
mengadili suatu perkara tidak mendapatkan campur tangan pihak
eksternal dan tidak boleh memihak kepada siapa pun, termasuk kepada
penguasa.
3. Pemilihan Umum Yang Bebas
Tidak adanya paksaan dan penekanan kepada rakyat dalam menentukan
hak pilihnya.
4. Kebebasan Untuk Menyatakan Pendapat
Menjamin dan melindungi setiap individu maupun kelompok masyarakat
dalam hukum untuk menyampaikan aspirasi atau pendapat di muka umu
maupun media elektronik secara tulisan maupun lisan baik sendiri maupun
bersama-sama.
5. Kebebasan Berserikat
Menjamin hak rakyat dalam hukum untuk mendirikan perserikatan atau
partai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
6. Pendidikan Civic
Pendidikan Civic adalah dilakukannya pendidikan kewarganegaraan
kepada rakyat, sehingga rakyat dapat mengetahui dan mengerti hak apa
saja yang dimiliki dan kewajiban apa saja yang harus dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ciri dari sebuah negara hukum yang demokratis salah satunya negara
melindungi dan memberikan batasan-batasan hukum kepada rakyat baik individu
maupun kelompok untuk menyampaikan pendapat dan berserikat dalam
keberlangsungan berbangsa dan bernegara.

2.5 Kebebasan Berpendapat Sebagai Bentuk Negara Hukum dan Demokrasi

Kebebasan berpendapat merupakan salah satu dari cita-cita reformasi.


Namun, kebebasan itu menjadi bumerang bagi negara demokrasi ketika
perbedaan pandangan dan kepentingan sering disampaikan dengan cara yang
tidak berbudaya dan bahkan menggunakan kekerasan. Karena itu, hukum harus
menjadi pembatas dalam menciptakan demokrasi yang sesuai kultur bangsa
Indonesia.

2.5.1 Kebebasan Berpendapat dalam UUD


Dalam Pasal 26E ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat
juncto Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.

Berikut adalah jaminan hak untuk berpendapat, menytakan pikiran dan


berserikat dalam UUD 1945:

Pasal 28 E

(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal, di wilayah negara dan meninggalkannya, seta
berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran, dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk


mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Menyatakan pendapat di ruang umum merupakan bagian dari


demokrasi yang harus dijamin dalam negara hukum oleh peraturan perundang-
undangan. Era reformasi ditandai dengan lahirnya suatu peraturan perundang-
undangan yang menjamin kebebasan berpendapat di muka umum, yaitu UU
No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka
Umum. UU ini merupakan perwujudan dari Pasal 28 UUD 1945, karena
kebebasan berpendapat di muka umum merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang harus dilindungi oleh negara.

Kebebasan berpendapat adalah perwujudan dari negara demokrasi


dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena
untuk membangun negara yang demokratis adalah menyelenggarakan keadilan
sosial dan menjamin hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang aman, tertib, dan damai. Kendati demikian, berpendapat di
muka umum dilaksanakan dengan rasa bertanggungjawab sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

2.5.2 Demonstrasi Sebagai Bentuk Kebebasan Berpendapat Di Muka


Umum
Demonstrasi merupakan cara setiap individu atau kelompok
menyampaikan pendapat di muka umum. Kendati demikian, dalam Pasal 3 UU
No. 9 Tahun 1998, menyatakan bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat
di muka umum harus berlandaskan asas keseimbangan antar hak dan
kewajiban, asas musyawarah dan mufakat, asas kepastian hukum dan keadilan,
asas proposionalitas, dan asas manfaat. Atas dasar itulah kemudian
pelaksananya diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu hak


asasi manusia, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945;
2. Mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan
dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat;
3. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembangan partisipasi dan
kreativitas setiap warganegara sebagai perwujudan hak dan tanggung
jawab dalam kehidupan berdemokrasi; dan
4. Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan
atau kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, maka harus ada rambu-rambu hukum dalam


menyampaikan pendapat di muka umum dengan cara demonstrasi agar hukum
memiliki karakteristik otonom, responsive, dan mengurangi atau
meninggalkan karakteristik yang represif. Oleh karenanya, menyampaikan
pendapat di ruang publik harus memperhatikan mengenai tata cara dalam
berdemonstrasi yang sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1998, agar tidak ada
benturan kepentingan antar warga negara yang berdemonstrasi dan aparatur
pemerintah.

a. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah


Pemerintah dalam memberikan kebebasan berpendapat setidaknya ada
kewajiban dan tanggung jawab yang harus di tegakan, di antaranya sebagai
berikut:
1) Melindungi setiap hak asasi manusia.
2) Menghargai asas legalitas.
3) Menghargai prinsip praduga tidak bersalah.
4) Menyelenggarakan pengamanan
b. Hal-hal yang harus diperhatikan aksi demonstrasi
Setiap warga negara yang hendak melaksanakan aksi demonstrasi untuk
menyampaikan pendapat harus memperhatikan peraturan yang sudah di
tetapkan pemerintah di antaranya sebagai berikut:
1) Harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Polri
setempat (Polsek, Polres, Polda, atau markas besar kepolisian republik
Indonesia sesuai dengan wilayah di mana aksi demonstrasi di
laksanakan) oleh yang bersangkutan, yakni pemimpin atau yang
bertanggungjawab
2) kelompok dengan ketentuan setiap seratus orang pelaku demonstrasi
harus ada seorang atau lima orang penanggung jawab selambat-
lambatnya 3 X 24 Jam sebelum kegiatan dimulai.
3) Aksi demonstrasi dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum
kecuali di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instansi
militer, rumah sakit, pelabuhan udara, atau laut, stasiun kereta api,
terminal angkutan darat dan obyek-obyek vital nasional, dan pada hari
libur resmi.

Dengan demikian, menyampaikan pendapat dengan cara berdemonstrasi


merupakan hak yang dijamin konstitusi dan di atur oleh peraturan perundang-
undangan mengenai bagaimana demonstrasi itu dapat berjalan aman dan tertib
tanpa mengganggu kepentingan lainnya.
BAB III

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas secara formal negara Indonesia merupakan


negara hukum yang demokratis karena konstitusi negara Indonesia di dalamnya
mengakomodasi prinsip-prinsip negara hukum dan prinsip-prinsip demokrasi.

Penegakan hukum di Indonesia yang demokratis ialah penegakan


hukum yang tidak hanya berorientasi pada konsep rechsttat, tetapi juga
berorientasi pada rule of law. Artinya, tidak terjebak dalam penegakan hukum
formalitas dan prosedural akan tetapi menggali nilai-nilai keadilan serta
menegakkan etika dan moral dalam setiap penyelesaian kasus.

Berdemokrasi dalam menyampaikan pendapat di ruang publik dijamin


dan dilindungi konstitusi dan di atur oleh peraturan perundang-undangan.
Hukum dalam hal ini harus dijadikan rambu-rambu dalam menyampaikan
pendapat di muka umum dengan cara demonstrasi agar hukum memiliki
karakteristik otonom, responsive, dan mengurangi atau meninggalkan
karakteristik yang represif.

4.2 Saran

Secara nyata paradigma di masyarakat masih menilai hukum di


Indonesia masih tumpul ke bawah dan tajam ke bawah dan menjadikan hukum
sebagai salah satu cara untuk memenjarakan seseorang yang berbeda
pandangan. Oleh karenanya, ciptakan citra penegakan hukum di Indonesia
yang mencerminkan keadilan dan persamaan di mata hukum.
DAFTAR FUSTAKA

Aslichati lilik, dkk. Materi Pokok Metode Penelitian Sosial, Tangerang Selatan:
ISIP216, 2014.
Lukman Santoso AZ, Negara Hukum Dan Demokrasi: Pasang Surut Negara
Hukum Indonesia Pasca Reformasi, Yogyakarta: IAIN Po Press, 2016.
Sumarno, Negara Hukum Yang Demokrati, (Media.neliti.com), Pdf.
Jimly Assihiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indoensia, Pdf. (di akses di
http://www.docudesk.com pada tanggal 17 Juli 2022 Pukul 18:32 WIB).
Indra Rahmatullah, Meneguhkan Kembali Indonesia Sebagai Negara Hukum
Pancasila, Vol. 4 No. 2 Jakarta:2020 (diakses di http://jurnal.uinjkt.ac.id
pada tanggal 17 Juni 2022 Pukul 16:21 WIB).
Bambang Arumanadi dan Sunarto, Konsepsi Negara Hukum Menurut UUD 1945,
IKIP Semarang Press, Semarang, (di akses di http://repository.com pada
tanggal 17 Juni 2022 Pukul 18:45 WIB).
Hamdan Wahyudin, Demokrasi, Sumber Belajar Kemendikbud, Jakarta:2022.
(diakses di https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id pada tanggal 20 Juni
2022 Pukul 14:01 WIB).
Kajian Akademik, Penegasan Demokrasi Pancasila, FISIP UNPAD dan Badan
Kajian MPR RI, Jakata: 2019.
H. Pontang Moerad B.M., Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan
Dalam Perkara Pidana, Bandung: 2005.
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi,
Jakarta: Konstitusi Press, 2005.
M. Guntur Hamzah, Modul Pendidikan Negara Hukum Dan Demokrasi, Jakarta:
Mahkamah Konstitusi, 2016.
Mariam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1982.
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi,
Jakarta:LP3ES, 2007.
Bernard L.Tanya. dkk. Teori Hukum; Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, Yogyakarta: Genta Publishing 2010.
DASAR HUKUM
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat Di Muka Umum.

You might also like