Professional Documents
Culture Documents
Ini adalah postingan pertama saya, sebelum mengetahui lebih kauh tentang ICU kita
tentu perlu tahu semua deskripsi ICU
ICU (Intensive Care Unite) adalah ruang rawat di rumah sakit dengan staf dan
perlengkapan khusus ditunjukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau
komplikasi yang mengancam jiwa akibat kegagalan disfungsi satu organ atau lebih
akibat penyakit, bencan atau komplikasi yang masih ada harapan hidup. (TE Oh)
Dlam mengelola ICU diperlukan dokter ICU yang memahami teknologi kedokteran,
fisiologi, farmakologi dan kedokteran konvensional dengan kolaborasi erat bersama
perawat yang terdidik dan terlatih untuk critical care.
Kebutuhan pelayanan ICU berhubungan dengan demografi, ekonomi dan teknologi,
tetapi dapat juga berasal dari aktifitas dokter (missal bedah syaraf, bedah jantung dll).
Biaya ICU mencapai tiga kali dari bed bangsal akut dalam perharinya.
Ada 3 level ICU di Indonesia
Level I di rumah sakit daerah tipe (tipe C dan D)
Di sini ICU lebih tepat disebut sebagai unit ketergantungan tnggi (high dependency).
Dapat melakukan observasi ketat dengan EKG monitor dan resusitasi dengan cepat
tetapi ventilator hanya di berikan kurang dari 24 jam.
Level II di rumah sakit tipe B
Di sini dapat melakukan ventilasi jangka lama, ada dokter residen yang selalu siap di
tempat dan mempunyai fasilitas hubungan dengan fasilitas fisioterapi, patologi dan
radiologi. Bentuk fasilitas lengkap untuk menunjang kehidupan misalnya dialysis,
monitor invasive dan pemeriksaan canggih (CT scan) jika menunjang peran rumah sakit
sebagai trauma center.
Level III rumah sakit tertier (tipe A)
Biasanya pada RS tipe A mempunyai semua aspek yang di butuhkan ICU agar dapat
memenuhi peran sebagai RS rujukan.
Dari segi fungsinya ICU dapat di bagi menjadi :
1.) ICU medic.
2.) ICU trauma/ bedah.
3.) ICU umum.
4.) ICU pediatric.
5.) ICU neonates.
6.) ICU respiratori.
Semua jenis ICU mempunyai tujuan yang sama yaitu mengelola pasien sakit serius yang
terancam jiwanya.
Personil (Sumber daya manusia) di ICU meliputi tenaga dokter, perawat ICU, paramedic
lain dan non medic tergantung pada level ICU. Peran perawat di perluas dalam
menangani pasien antara lain :
Dalam proses sapih ventilator yang dilakukan berdasarkan keadaan pasien dan
data laboratorium atau monitor bedside.
Dalam pengobatan titrasi obat inotropik, vasodilator, sedative, analgetik, insulin
dan obat lain dapat dilakukan penyesuaian oleh perawat ICU berdasarkan data
klinis dan laboratorium.
Dalam menangani kasus hipotensi dapat melakukan challenge test lebih dahulu
apabila gagal dibicarakan dengn dokter ICU.
Perawat di ICU dapat bertindak dalam segi administrasi, bicara dengan teman atau
keluarga pasien. Tugas lain bias sebagai fisioterpis, tata usaha ruangan, pekerja
sosial dan pengawas ruangan.
ETIK di ICU
Kontroversi sering terjadi di ICU dalam hal legalitas, moral dan etik seperti pada kasus
Euthanasia atau pengobatan antusias. Etik di ICU juga di pertimbangkan hal-hal berikut
:
Prosedur masuk ICU : pasien yang masuk ICU dikirim oleh dokter disiplin lain diluar
ICU setelah konsultasi dengan dokter ICU. Transportasi pasien ke ICU masih dalam
tanggung jawab dokter pengirim. Transportasi dapat di bantu perawat ICU bila pasien
dalam keadaan khusus. Pasien dan atau keluarga di beri penjelasan tentang indikasi
masuk ICU, tata tertib ICU, biaya dan segala konsekuensinya dengan
menandatangani informed consent ( surat persetujuan ).
Indikasi masuk ICU : seperti dikemukakan dalam definisi ICU maka indikasi masuk
ICU adlah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena
kegagalan atau disfungsi satu/ multiple organ atau system dan masih ada kemungkinan
dapat di sembuhkan kembali oleh perawatan, pemantauan dan pengobatan
intensif. Selain itu indikasi masuk ICU ada indikasi sosial yaitu masuknya pasien ke ICu
karena ada pertimbangan sosial.
Kontra indikasi Masuk ICU : yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien
dengan penyakit yang menular dimana penularan penyakit melalui udara. (contohnya :
pasien dengan gangrene, TB aktif dll).
Kriteria keluar ICU : pasien tidak perlu lagi mendapat perawatan di ICU bila
meninggal, tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa sehingga bias dirawat di ruang
biasa dan atas permintaan keluarga bila ada informed consent khusus darikeluarga
pasien. ( perhatikan hubungan pasien dengan yang mengajukan pulang paksa dan
berikan informasi tentang resiko dari keputusan pasien atau keluarga).
Catatan : dalam pengalaman saya, prosedur masuk ICU, indikasi masuk ICU, kontra
indikasi masuk ICU dan criteria keluar ICU sangat perlu di sosialisasikan dan di pahami
kepada seluruh tenaga di Rumah sakit baik perawat di IGD, ruangan rawat biasa, IBS,
laboratorium, radiologi dll agar tidak menjadi konflik dalam proses masuk dan keluar
pasien ICU.
Pasien di ICU merupakan pasien dengan ketergantungan tinggi terhadap perawat dan
dokter. Terkadang segala sesuatu yang terjadi pada pasien diketahui oleh data objektf
seperti monitoring dan recording, hasil laborat dan tanda-tanda klinis. Perubahan yang
terjadi pada diri pasien harus dianalisa dengan cermat untuk mendapatkan tindakan
atau pengobatan secara cermat dan tepat.
Komunikasi yang baik juga perlu di jaga antara keluarga pasien dan perawat/ dokter
sehingga keluarga tahu perkembangan pasien dan mengurangi kecemasan. Di ICU juga
perlu ada tenaga jas rohaniawan dan tempat khusus untuk dapat beristirahat yang
dilengkapi kamar mandi/ WC.
Mengingat beban kerja personil di ICU maka perlu mendapat perhatian khusus dari segi
kesejahteraan personil ICU. Mulai dari sarana di tempat kerja seperti ruang rehat yang
di sediakan makanan kecil dan minuman. Kemudian rekreasi keluarga ICU di luar dinas
untuk menyegarkan pikirn. Fasilitas kunjungan symposium, seminar atau setudi
banding ke Rumah sakit dapat menambah ilmu daisamping sebagai sarana rekreasi.
Dalam hal pendapatan tentunya personil ICU berhak mendapat jasa intensif yang lebih
menimbang beban kerja dan resiko bekerja di ICU.
Pengelolaan rutin pasien ICU dapat meliputi :
1. Pendekatan pasien. Seperti Anamnesis, serah terima pasien, pemerikasaan fisik,
kajian hasil pemerikasaan, identifikasi masalah dan setrategi penanggulangannya,
juga informasi kepada keluarga secara konsisten.
2. Pemeriksaan fisik dari seluruh aspek fisiologis dan data demografi. Minimal 1 kali
sehari.
3. Pemeriksaan, observasi dan monitoring rutin.
4. Jalur intra vaskuler.
5. Intubasi dan pengelolaan trachea.
6. Pengelolaan cairan.
7. Perdarahan gastro intestinal.
8. Nutrisi.
9. Usia lanjut dan penyakit yang serius.
10. Reaksi pasien saat di rawat di ICU.
11. Tujuan akhir pengobatan ICU yang di intervensikan sebelumnya.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk di
kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit
berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada pasien yang memerlukan pbservasi
ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan diruang perawatan umum
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ
umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien
dengan penyakit kritis (Adam & Osbone, 1997)
1. Pengertian
Adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam Rumah Sakit yang memiliki staf khusus,
peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau
komplikasi penyakit lain.
2. Staf Khusus
adalah dokter dan perawat yang terlatih, berpengalaman dalam Intensive Care (Perawatan
dan terapi Intensif) dan yang mampu memberikan pelayanan 24 jam.
b. ICU Umum
Dimana dirawat pasien yang sakit payah akut di semua bagian RS menurut umur ICU anak &
neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa
b. ICU Sekunder
Memberikan pelayanan ICU umum yang mampu mendukung kedokteran umum, bedah,
trauma, bedah syaraf, vaskuler dsb.
Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.
Ruangan khusus dekat kamar bedah
Kebijakan dan kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
Kepala intensivis, bila tidak ada SpAn.
Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )
Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator,RT dan 2 : 1 untuk pasien
lainnya.
50% perawat bersertifikat ICU dan pengalaman kerja minimal 3 tahun di ICU
Mampu melakukan pemantauan invasife
Lab, Ro, fisioterapi selama 24 jam
c. ICU Tersier
Memberikan pelayanan ICU tertinggi termasuk dukungan hidup multi sistem ( ventilasi
mekanik , kardiovaskuler, renal ) dalam jangka waktu tak terbatas
Ruangan khusus
Kebijakan/ indikasi masuk, keluar dan rujukan
Kepala : intensivis
Dokter jaga 24 jam, mampu RJP (A,B,C D,E,F )
Ratio pasien : perawat = 1:1 untuk pasien dengan ventilator, RT dan 2 : 1 untuk pasien
lainnya.
75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU 3 tahun
Mampu melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun invasive.
Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam
Mempunyai pendidikan medik dan perawat
Memiliki prosedur pelaporan resmi dan pengkajian Memiliki staf administrasi, rekam
medik dan tenaga lain
8. Ketenagaan
a. Tenaga medis
b. Tenaga perawat yang terlatih
c. Tenaga Laboratorium
d. Tenaga non perawat : pembantu perawat , cleaning servis
e. Teknisi
b. Prioritas 2
•Pementauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital
Misal :
Observasi intensif pasca bedah operasi : post trepanasi, post open heart, post laparatomy
dengan komplikasi,dll.
Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.
c. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil untuk
penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mugkin memerlukan terapi intensif
untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau
Resusitasi Kardio Pulmoner
NB : Px. prioritas 1 harus didahulukan dari pada prioritas 2 dan 3
1. Prioritas I dipindah apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif lagi, terapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit kemungkinan bila
perawatan intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang mengalami tiga atau lebih gagal
sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
2. Prioritas II pasien dipindah apabila hasil pemantuan intensif menunjukkan bahwa
perawatanintensif tidak dibuthkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan
lagi
3. Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit manfaatnya misal :
pasien dengan penyakit lanjut penyakit paru kronis, liver terminal, metastase carsinoma
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam
Penyakit
Kondisi pasien yang memburuk karena pengobatan atau terapi
Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang tergantung pada fungsi
alat / mesin dan orang lain
Sumber : Ayute.blogspot.com
TUGAS PERAWAT
TUGAS PERAWAT PADA WAKTU SERAH TERIMA :
1. Sebelum melakukan serah terima diawali dengan doa.
2. Identifikasi masalah
3. Kejadian penting 24 jam terakhir
4. Kardiovaskuler : Tekanan darah, nadi EKG, perfusi perifer, kalau ada CVP
5. Respirasi : setting ventilator, hasil BGA, keluhan dan pemeriksaan fisik, foto thoraks,
hasil sputum.
6. Ginjal : Jumlah urine, tiap jam atau dalam 24 jam, hasil elektrolit
7. Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah/ diare,
bagaimana beraknya.
8. Tanda infeksi : suhu tinggi atau terendah, kultur atau antibiotika, berapa lama sudah
diberikan, kalau ada kadar obat.
9. Nutrisi klien : enternal atau TNP berapa kalori, berapa protein
10. Hasil lab yang abnormal
11. Periksa posisi ETT, selang – selang yang terpasang, apakah obat yang diberikan
secara kontinyu sudah diberi label?
LEMBARAN OBSERVASI
Di dalam lembar observasi harus mencakup :
1. Pengukuran fungsi vital
2. Keadaan neurologist
3. Parameter hemodinamik
4. Setting ventilator
5. Parameter respirasi
6. Keseimbangan cairan masuk dan keluar
7. Data – data laboratorium
8. Obat – obatan
Masing – masing rumah sakit mempunyai bentuk lembar observasi, yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di tiap unit. Hal yang penting di dalam penyusunan format
lembar observasi adalah Clear, Complete dan Correct.
Referansi :
1. Practical guide to the care of the critically ill patient
2. The ICU therapeutic handbook
3. Intensive care manual
4. ABC of ICU