You are on page 1of 16

MAKALAH

Demokrasi Indonesia dan Pendidikan


Demokrasi

Dosen pengampu : Mei Santi, M,Sy

disusun oleh Kelompok 5 :


Retno Ajeng Winarti (2022470232)
Asrifah (20224711429)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat – Nyakami
akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ” Demokrasi Indonesia dan Pendidikan
Demokrasi” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada dosen KewarganegaraanBu Mei Santi.M.Sy. yang telah memberikan banyak
bimbingan sertamasukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.
Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan
makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan
dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik.
Semoga makalah ini mampu memberikan pandangan yang lebih luas terhadap nilai-nilai
pancasila dalam era digital ini dan semoga makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi
para pembaca, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Pengertian Demokrasi..........................................................................................................3
B. Demokrasi Di Indonesia......................................................................................................9
C. Sistem Politik Demokrasi..................................................................................................12
D. Pendidikan Demokrasi.......................................................................................................14
BAB III PENUTUP .................................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................................19
B. Saran..................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Negara-negara modern dewasa ini menggolongkan diri mereka ke dalam demokrasi, yaitu
negara yang pemerintahanya dijalankan “oleh rakyat dan untuk rakyat”,sekalipun dalam
mekanisme pemerintahanya baik yang menyangkut infrastruktur politik maupun supra struktur
politik, berbeda satu dengan yang lain. Inggris misalnya, suatu kerajaan dengan system
pemerintahan parlementer dan pengorganisasian kekuatan social politiknya yang sederhana
tetapi mantap, yaitu terdiri dari dua partai besar yang secara menentukan jalanya pemerintahan,
adalah negara demokrasi.
Amerika suatu republik, dengan sistem pemerintahan presidensial, dimana kekuasaan
pemerintah dibagi menjadi tiga dan diserahkan masing-masing kepada tiga lembaga tinggi
konstitusional, legislatif kepada Congress, eksekutif kepada presiden, judikatif kepada supreme
Court, dan pengorganisasian kekuatan sosial politik yang longgar kedalam dua partai besar, juga
merupakan negara demokrasi.
“Tidak ada demokrasi tanpa democrat”. Pengalaman pahit Jerman dimasa lalu telah
membuktikan kebenaran itu:Demokrasi pertama jerman pada masa republic Weimar (1919 –
1933) akhirnya runtuh dan berakhir dengan malapetaka terror kediktatoran rezim Nazi. Friedrich
Ebert, presiden pertama Jerman yang terpilih secara demokratis berjuang dengan susah payah
untuk membawa demokrasi kesetiap kehidupan masyarakat dimana ketika itu mayoritas
penduduk tidak berpikiran demokratis.
Negara Indonesia juga merupakan Negara demokrasi, seperti nampak pada Alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 yang antara lain berbunyi “…dalam susunan Negara indonsia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Bahwa Negara Indonesia adalah Negara demokrasi juga nampak dalam pasal
1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”…., tetapi bukan demokrasi liberal dan juga
bukan demokrasi Rakyat, melainkan demokrasi Pancasila.
Demokrasi adalah tugas yang tiada akhir. Oleh sebab itu gagasan ini harus ditanamkan
kesetiap lapisan masyarakat dalam suatu Negara, melalui media, disekolah-sekolah dan
universitas-universitas serta pusat-pusat kebudayaan.Demokrasi tidak hanya terjadi pada saat
pemilu saja tetapi juga harus diterapkan pada hidup sehari-hari.Demokrasi yang hidup
mengharuskan partisipasi aktif masyarakat dalam partai politik yang demokratis, kelompok
masyarakat sipil dan masyarakat pada umumnya.

B. Rumusan masalah

3
1. Apa pengertian demokrasi dan pendidikan demokrasi?
2. Bagaimana Teori dan model-model demokrasi?
3. Bagaimana sistem politik demokrasi di Indonesia?
4. Bagaimana pendidikan demokrasi di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai demokrasi dan pendidikan demokrasi.
2. Untuk mengenal dan memahami teori-teori dan model-model demokrasi.
3. Untuk mengetahui istilah demokratisasi dan penjabarannya.
4. Memberikan penjelasan mengenai Negara demokrasi dan cirinya.
5. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi

Secara etimologis (bahasa), demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos (rakyat) dan
cratos/ cratein (pemerintahan / kekuasaan). Jadi, demos-cratos atau demos-cratein berarti
pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.

Secara sempit, demokrasi didefinisikan sebagai jenis sistem pemerintahan (Lane dan
Errson:2003), aturan kelembagaan dalam mengambil keputusan politik (Hague dan
Harrop:2000), dan sistem politik (Zartman: 2000). Demokrasi juga merupakan alat untuk
melindungi yang dipimpin dari penyalahgunaan kekuasaan (Berry:1989). Dalam pengertian
luas, demokrasi dipahami sebagai cara hidup, seperti sikap toleran, kesediaan mendengar dan
menerima pendapat orang lain (Print, Orstrom dan Nielson:2002), menerima kerja sama
dengan cara yang adil (Abdi, Ellis; and Shizha:2005). Selebihnya, demokrasi merupakan
pandangan/keyakinan bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki kedudukan istimewa di
muka hukum (Levinger:2000).

Demokrasi pendidikan juga dipahami sebagai pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai
demokratis (Freire:1984; Girox:1997, 2001a, 2001b) dan pedagogy of hope (Freire:1970).
Pendidikan demokratis merupakan pembelajaran yang dibangun untuk mewujudkan
lingkungan yang kritis dan aman, menghidupkan dialog, dan keikusertaan seluruh pihak
(Barber:2001). Pendidikan demokratis acap kali disepadankan dengan pendidikan inklusif
(Santora:2006). yang dimanifestasikan melalui pembukaan akses pendidikan bermutu bagi
setiap warga bangsa dengan latar belakang beragam, juga pendidikan demokratis merupakan
proses dan lingkungan pembelajaran yang dirancang untuk memelihara kelangsungan
kehidupan yang demokratis, pengembangan sikap tanggung jawab dalam masyarakat,
ketaatan terhadap perilaku etis, dan penanaman cara pandang luas atau global (Pryor &
Pryor:2005), selain sebagai pembelajaran tentang proses demokratis dalam pengelolaan
pemerintahan (Kyle & Jencks:2002). Demokrasi pendidikan diwujudkan dalam
sekolah/pembelajaran demokratis. Sekolah demokratis dicirikan dengan keterlibatan
stakeholder (guru, murid, pimpinan sekolah, staf, dan orangtua murid/masyarakat) dalam hal-
hal yang berkaitan dengan tata kelola sekolah (school governance) dan pembuatan keputusan
pendidikan (sekolah) yang seharusnya dipandu dengan nilai-nilai dan melalui proses yang
demokratis (Apple & Beane:1995).

B. Demokrasi di Indonesia
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia :

5
1. Demokrasi Parlementer (1945-1959)
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
3. Demokrasi Pancasila Orde baru (1966-1998)
4. Demokrasi Pancasila Orde Reformasi (1998-sekarang)

1.) Demokrasi Parlemen


 Lahirnya Demokrasi Parlemen
Parlementer : Suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih
tinggi daripada eksekutif. Pada tanggal 14 november 1945, pemerintah RI mengeluarkan
maklumat yang berisi perubahan sistem pemerintahan presidential menjadi sistem parlementer
dengan sistem demokrasi liberal. Kekuasaan ditunjukan untuk kepentingan individu atau
golongan.Dengan sistem kabinet parlementer, menteri-menteri bertanggung jawab kepada DPR.
Keluarnya maklumat pemerintahan 3 november 1945 memberi peluang yang seluas luasnya
terhadap warga negara untuk berserikat dan berkumpul, sehingga dalam waktu singkat
bermunculan partai-partai politik. Demokrasi parlementer berlangsung ketika berlakunya
konstitusi RIS’49 dan UUDS’50 dinyatakan sebagai demokrasi parlementer karena pemegang
kekuasaan terhadap jalannya pemerintahan secara luas berada di tangan parlementer, dimana
parlemen dapat membubarkan kabinet pemerintahan yang berkuasa. Dalam periode demokrasi
parlementer dikenal pula sebagai demokrasi liberal.

 Ciri-ciri demokrasi parlemen


1. Sistem multi partai.
2. Pengambilan keputusan berdasarkan suara mayoritas (voting).
3. Sering jatuh bangun kabinet karena mosi tidak percaya dari parlemen,
4. Maraknya demonstrasi untuk mendukung atau menjatuhkan pemerintahan.

 Penyimpangan Demokrasi parlemen


Pada masa demokrasi parlementer,kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala
negara. Sedangkan kekuasaan pemerintah dilaksanakan oleh partai.Perberdaan ideologi dari
partai-partai yang berkembang masa demokrasi parlementer menimbulkan perbedaan
pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdampak pada terancamnya
persatuan di Indonesia.

2.) Demorasi Terpimpin

 Lahirnya Demokrasi Terpimpin


Demokrasi terpimpin, berlangsung setelah dikeluarkannya dekrit presiden 5 juli 1959
oleh Soekarno.Paham demokrasi ini muncul disebabkan ketidakstabilan politik dan pemerintahan
sebelumnya, sehingga demokrasi dianggap telah berjalan kebablasan. Dalam masa demokrasi

6
terpimpin,pemegang kekuasaan terhadap jalannya pemerintahan secara luas berada di tangan
presiden dan bahkan presiden dapat membubarkan parlemen.
Dinyatakan sebagai demokrasi terpimpin karena adanya anggapan bahwa keterbatasan
pendidikan dan pengetahuan rakyat menyebabkan demokrasi harus dilaksanakan
secara terpimpin. Mula-mula pandangan ini dicetuskan oleh partai murba,serta chaerul saleh
dan ahmadi.

 Ciri-ciri Khas Demokrasi Terpimpin


1. Dominasi dari presiden,
2. Terbatasnya peranan partai politik,
3. Berkembangnya pengaruh komunis,
4. Meluasnya peranan ABRI (TNI) sebagai unsur sosial politik,
 Penyimpangan Demokrasi Terpimpin
1. Pada tahun 1960 Presiden dengan penetapan Presiden membubarkan DPR hasil pemilu
pertama karena menolak untuk menyetujui RAPBN yang diajukan Presiden.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara telah mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden
seumur hidup. Hal ini jelas bertentangan dengan UUD 45 Bab III pasal 7.
3. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Ketua Dewan Perwakilan rakyat Gotong
Royong diangkat sebagai menteri. Tindakan ini bertentangan dengan UUD 45, sebab
kedudukan DPR selaku lembaga legislatif sejajar dengan kedudukan Presiden selaku
eksekutif. Dengan diangkatnya Ketua MPRS dan DPRGR sebagai menteri, di mana dalam
UUD 45 dinyatakan bahwa kedudukan menteri adalah sebagai pembantu Presiden, maka
tindakan tersebut secara terang-terangan telah merendahkan martabat lembaga legislatif.
4. Membuat Poros Jakarta Peking Pyong Yang, jelas menyimpang dari Politik Luar Negeri RI
yang bebas aktif.

3). Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)


 Lahirnya Demokrasi Orde Baru
Demokrasi pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan
falsafah hidup bangsa indonesia yang perwujudannya seperti dalam ketentuan dalam pembukaan
UUD’45.Demokrasi pancasila dimulai dari orde baru yang dicikal bakali oleh salah satu kejadian
sejarah penting yaitu supersemar yang merupakan surat dari Soekarno kepada Soeharto untuk
mengambil tindakan kepemerintahan negara RI,dengan salah satu tugasnya membubarkan PKI
dengan ormas ormasnya pada tanggal 12 maret 1966,yang akhirnya memberi gelar kepada
Soeharto sebagai pahlawan revolusi dan mempermudah jalannya menjadi presiden RI setelah
ditunjuk oleh A.H Nasution tanggal 12 maret 1967 pada sidang istimewa MPRS setahun
kemudian.

 Ciri-ciri Demokrasi Pancasila

7
1. Adanya partai penguasa atau golongan mayoritas.
2. Keputusan politik mutlak ditangan presiden.
3. Pembatasan hak politik rakyat (kooprasi terhadap partai politik dan organisasi
kemasyarakatan,serta pembatasan jumlah partai politik).
4. Diberlakukanya asas tunggal pancasila,serta
5. Dominasi militer dalam pemerintahan.

 Penyimpangan Demokrasi Pancasila Orde Baru


1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada.
2. Rekrutmen politik yang tertutup.
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
4. Pengakuan HAM yang terbatas.
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela.

4). Demorasi pada Masa Reformasi (1998-sekarang)


 Lahirnya Demokrasi Masa Reformasi
Pada masa reformasi,kehidupan demokrasi berlangsung lebih mendekati konsepsi ideal dengan
keinginan rakyat.Pada masa reformasi kekuasaan terdistribusi sehingga adanya keseimbangan
kekuasaan dan control dari setiap lembaga kekuasaan (cake and balance power),walaupun sistem
pemerintahan masih menganut sistem pemerintahan presidensial.
 Ciri –ciri Demokrasi Reformasi
1. Multi partai.
2. Pemilihan langsung kepada pemerintahan.
3. Supermasi hukum.
4. Pembagian kekuasaan yang lebih tegas.
5. Kebebasan hak politik rakyat (kebebasan berpendapat dan infomasi public serta pers).

 Penyimpangan Demokrasi Reformasi


1. Sengketa politik dan berdampak pada ketidaktenangan dan ketidakpastian akan stabilitas
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Semakin banyaknya tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat, seperti kasus korupsi
semakin marak.
3. Semakin banyaknya tindakan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.
4. kekerasan dan pelanggaran hak azasi manusia semakin terbuka
5. Kemerosotan atau menurunnya pendidikan moral bangsa Indonesia, hal tersebut dikarenakan
kebebasan dibuka lebar tanpa mengimbangi dengan adanya pengawasan.
 Perkembangan Demokrasi saat Ini

8
Demokrasi indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR MPR hasil pemilu 1999
yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga lembaga tinggi
yanglain.Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis.

C. Sistem Politik Demokrasi


Sistem pemerintahandemokrasi mengutamakan kepentingan rakyat tanpa membedakan
suku, ras, dan agama sebagai warga negara.Setiap warga negara memiliki kesetaraan hak dalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup mereka di sebuah
negara.Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwasannya rakyat memiliki kekuasaan tertinggi
untuk pelaksanaan pemerintahan.

2.4.1 Ciri-Ciri Sistem Politik Demokrasi


 Pemerintahan Rakyat, Segala bentuk keputusan yang dicanangkan oleh pemerintah
berdasarkan kepentingan rakyat dan keinginan rakyat. Disini rakyat yang mengambil
keputusan dan pemerintah yang bertindak sebagai pelaksananya.
 Ciri Konstitusional, Konstitusional adalah segala hal yang bersangkutan dengan konstitusi
suatu negara. Artinya, dalam demokrasi maka semua hal yang berkaitan dengan keinginan,
kepentingan, dan kekuasaan rakyat tertulis dalam konstitusi dan undang-undang negara
yang menganut sistem demokrasi.
 Ciri Perwakilan, Perwakilan yang dimaksud dalam alinea ini adalah dalam sistem
demokrasi, kedaulatan milik rakyat akan diwakilkan pada beberapa orang yang telah
dipilih oleh rakyat sebelumnya. Wakil rakyat yang telah ditunjuk rakyat tersebut yang akan
mengatur negara berdasarkan amanat yang dibebankan rakyat terhadapnya.
 Sistem Kepartaian, dalam sistem demokrasi, partai akan dijadikan sebagai sebuah media
dalam pelaksanaan sistem politik demokrasi. Dengan adanya kepartaian maka rakyat dapat
memilih untuk menentukan wakilnya yang bertugas menjalankan pemerintahan.
 Sistem Pemilu, sistem politik demokrasi menggunakan pemilihan umum sebagai sraana
untuk menentukan pihak yang bertanggungjawab dalam pemerintahan. Kegiatan politik ini
dipakai setiap beberapa tahun sekali dengan maksud re-generasi wakil rakyat yang baru
dan pemuda kompeten. (baca juga : Fungsi Pemilu, Fungsi Lembaga Peradilan)
 Ciri Tanggung jawab, pihak yang dipilih menjadi wakil rakyat harus memiliki
tanggungjawab penuh terhadap amanat yang telah dibebankan rakyat kepadanya. Hal ini
diatur dalam undang-undang dan apabila tidak dipenuhi maka rakyat dapat mengutarakan
pendapat untuk memberhentikan pihak yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
 Ciri Kekuasaan, dalam sistem demokrasi terdapat pemisahan dan pembagian kekuasaan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan setiap daerah
memiliki potensi sumber daya yang berbeda- beda bergantung pada penduduk dan budaya
yang ada di daerah tersebut.

9
2.4.2 Bentuk Sistem Demokrasi Berdasarkan Aspirasi Rakyat
Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang dilaksanakan secara langsung dengan
melibatkan rakyat dalam mengambil suatu keputusan terkait dengan pemilihan wakil rakyat
dan penyampaian kehendak. Pada sistem langsung seperti ini rakyat harus berpartisipasi secara
langsung dalam proses pemilihan umum dan berani menyampaikan pendapatnya secara
langsung.
 Tak Langsung
Demokrasi tak langsung lebih bersifat terbatas.Artinya, dalam pelaksanaan demokrasi ini
rakyat tidak bisa secara langsung menyampaikan pendapatnya.Melainkan harus melalui wakil
rakyat yang telah dipilih atau dikirimkan untuk menyampaikan kepada pusat.Wakil rakyat
menjadi perantara utama dari lidah rakyat.

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Politik Demokrasi


Bentuk demokrasi di masing- masing negara berbeda- beda sejalan dengan
peraturan dan budaya yang berlaku di suatu negara. Pelaksanaan sistem demokrasi
tersebut juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Sistem Demokrasi


 Mencegah monopoli kekuasaan
 Kesetaraan hak warga Negara
 Pemegang kekuasaan dipilih oleh rakyat

Kekurangan Sistem Demokrasi


 Fokus pemerintah menurun seiring pelaksanaan pemilu
 Kepercayaan rakyat mudah diintervensi media
 Dikarenakan pengetahuan politik yang berbeda tiap individu, maka kesetaraan hak antar
warga negara dinilai tidak tepat.
2.4.5 Prinsip-Prinsip Sistem Politik Demokrasi
Menurut Austin Ranney, prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut:
1. Kedaulatan Rakyat, kedaulatan rakyat merupakan sebuah kewenangan dalam menyusun
keputusan-keputusan dalam pemerintahan yang bersifat inti terdapat pada semua rakyat,
sehingga tidak pada kelompok atau golongan-golongan tertentu.
2. Persamaan Politik, setiap orang yang telah menjadi warga negara Indonesia mempunyai
peluang yang sama untuk ikut andil serta berpartisipasi dalam prosedur pembuatan sebuah
keputusan politik negara.
3. Konsultasi Kepada Rakyat, setiap kebijakan tentang sebuah keputusan yang sangat sesuai
dalam mewujudkan urusan rakyat harus dibuat oleh rakyat serta bukan penguasa yang
tidak memiliki pertanggungjawaban terhadap rakyat.

10
4. Pemerintah mayoritas, setiap kebijakan yang dipergunakan dalam menentukan sebuah
keputusan untuk kepentingan rakyat menurut anggapan yang benar dan tidak mengabaikan
anggapan yang minoritas.

D. Pendidikan Demokrasi

Bagi negara yang menganut sistem demokrasi, pendidikan demokrasi merupakan hal
yang penting untuk dilaksanakan sejak dini secara terencana, sistematis, dan
berkesinambungan.Hal ini agar demokrasi yang berkembang tidak disalahgunakan atau
menjurus kepada anarki, karena kebebasan yang kebablasan, sehingga merusak fasilitas
umum, menghujat atau memfitnah pun dianggap sebagai bagian dari demokrasi. Menurut
Djiwandono ”demokrasi tidak disertai oleh tatanan politik dan aturan politik serta hukum
yang jelas, suatu kondisi tertentu bisa berubah menjadi anarkisme dan bahkan kemudian
mengundang otorianisme yaitu suatu pemerintahan yang menindas dan berlawanan dengan
prinsipdemokrasi
Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa demokrasi tidak bisa dilaksanakan dengan
baik tanpa adanya tatanan politik serta hukum yang jelas. Tanpa tatanan politik serta hukum
yang jelas demokrasi bisa berubah menjadi anarkisme atau otorianisme. Oleh karena itu,
bagi negara totaliter atau otonter, pendidikan demokrasi menjadi lebih penting lagi,
walaupun ini disadari oleh yang berkuasa akan mengancam kekuasaannya. Oleh karena
melalui pendidikan demokrasi rakyat akan diberdayakan untuk menuntut haknya dan
menentang berbagai kebijakan penguasa yang bertentangan dengan prinsip-prinsip atau
nilai-nilai demokrasi. Pentingnya pendidikan demokrasi di Indonesia, disadari pula oleh para
tokoh pendidikan dan para pengambil kebijakan.Dari mulai tahun 1960 sampai sekarang,
pendidikan demokrasi telah dilaksanakan walaupun dengan substansi yang berbeda, karena
faktor kepentingan penguasa. Sementara menurut Tilaar (1999:172¬174), bahwa:
Pendidikan demokrasi yang merupakan tuntutan dari terbentuknya masyarakat madani
Indonesia mengandung berbagai unsur a) Manusia memerlukan kebebasan politik artinya
mereka memerlukan pemerintah dari dan untuk mereka sendiri; b) Kebebasan intelektual; c)
Kesempatan untuk bersaing di dalam perrwujudan diri ssendiri(self realization); d)
Pendidikan yang mengembangkan kepatuhan moral kepada kepentingan bersama dan bukan
kepada kepentingan sendiri atau kelompok-, e) Pendidikan yang mengakui hak untuk
berbeda (the right to be different) Percaya kepada kemampuan manusia uniuk membina
masyarakat di masadepan
Berdasarkan pendapat di atas menunjukan bahwa pendidikan demokrasi merupakan
tuntutan untuk terwujudnya masyarakat madani. Oleh karena itu prinsip-prinsip demokrasi
seperti kebebasan politik, kebebasan intelektual dan kebebasan untuk berbeda pendapat
merupakan prinsip yang harus dilaksanakan pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Di tingkat persekolahan mata pelajaran yang memiliki visi dan misi yang jelas sebagai

11
pendidikan demokrasi adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Winataputra dkk (2004:2), bahwa: "... PKn dapat disikapi sebagai:
pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan
kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, dan
pendidikan demokrasi". Kemudian Winataputra dkk (2004:3), mengemukakan bahwa:
"Secara keseluruhan PKn memiliki fungsi yang strategis untuk mewujudkan esensi tujuan
pendidikan nasional membentuk warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab"-
Pentingnya PKn sebagai wahana formal pendidikan demokrasi disadari oleh para pakar
pendidikan dan para pengambil keputusan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal 37
UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikar Nasional (Sisdiknas), di mana PKn
merupakan muatan kurikulum wajib dan mulai pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
tinggi. Suatu Negara yang menerapkan sistem demokrasi dimanapun berada, pada dasarnya
untuk melindungi hak-hak warga negaranya, dan sacara tidak langsung menginginkan warga
negaranya memiliki wawasan, rnenyadari akan keharusannya serta menampakkan
partisipasinya sesuai dengan status dan perannya dalan masyarakat. Sebaliknya jika pratik
sistem politik dalam Negara demokrasi mengabaikan nilai-nilai demokrasi, maka terjadilah
konflik, krisis dan lemahnya pemahaman politik. Salah satu solusi strategis secara
konseptual adalah dengan cara memperkuat demokrasi dalam berbagai bidang dan aspek
kehidupan. Upaya itu tentu tidak semudah membalikan telapak tangan, dimana negaranya
menganut sistem demokrasi, maka warga negaranya akan demokratis, tetapi memerlukan
proses pendidikan demokrasi, Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa "democracy does
not teach it self. If the strengts, benefits, and responsibilities of democracy are not made
clear to citizens. They will be ill equipped to defend on it". Dengan kata lain demokrasi tidak
bisa mengajarkannya sendiri. Kalau kekuatan, kemanfaatan dan tanggungjawab demokrasi
tidak dipahami dan dihayati dengan baik oleh warga negara, sukar diharapkan mereka mau
berjuang untuk mempertahankannya. Thommas Jefferson sebagai penulis Deklarasi
Kemerdekaan Amerika, dalam Wahab (2001), menyatakan bahwa: "that the knowledge,
skills, behaviors of democratic citizenship do not just occur naturality in oneself-but rather
they must be taught consciously through schooling to teach new generation. i.e. they are
learnedbehaviors”.
Maksudnya pengetahuan, skil, prilaku warga negara yang demokratis tidak akan terjadi
dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan kepada generasi penerus. Winataputra. (2001)
dalam disartasinya memberikan penjelasan bahwa pendidikan demokrasi adalah upaya
sistematis yang dilakukan Negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga
negara agar memahami, menghayati, mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip,
dan nilai demokrasi sesuai dengan status perannya dalam masyarakat.Menurut Affandi
(2005:7) ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam menanamkan pendidikan demokrasi
kepada generasi muda, yaitu pengetahuan dan kesadaran akan hal. Pertama, demokrasi

12
adalah bentukkehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat
itu sendiri. Kedua, Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja
meniru dari masyarakat lain. Ketiga Kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan
mentranformasikan nilai-nilai demokrasi: kebebasan, persamaan dan keadilan serta loyal.
Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukan bahwa pendidikan demokrasi tidak dapat
begitu saja meniru dari masyarakat lain, akan tetapi harus benar-benar digali dari budaya
masyarakat itu sendiri. Kemudian demokrasi itu akan terus berlangsung dan berkembang
manakala kita dapat mentransformasikan nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan, persamaan dan
keadilan serta loyal kepada sistem politik yang bersifat demokratis.
Demokrasi bisa tertanam dalam diri siswa dan juga bisa tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara, selain perlu keteladan dari orang tua, guru,
tokoh masyarakat dan aparat, juga perlu pembelajaran dan pembudayaan demokrasi secara
terencana, bertahap, dan berkesinambungan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Djiwandono dkk
(2003:34): "Oleh karena itu, sebenarnya praktek demokrasi tidak mungkin langsung jadi,
semuanya butuh tahap belajar dari perkembangan masing-masing negara". Ada lagi hal penting
yang tidak boleh dilupakan adalah pola pembelajarannya harus demokratis.Jangan sampai
pembelajaran demokrasi, tetapi pola pembelajarannya bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Keadaan seperti ini jelas akan menjadi kontra produktif dengan tujuan pembelajaran
dan npernbudayaan demokrasi
Demokrasi merupakan suatu proses pendidikan, bukan suatu yang dapat diciptakan dalam waktu
sekejap. Karena itu betapa penting proses pendidikan dan latihan berdemokrasi baik pada
institusi sosial, ekonomi, budaya, apalagi pada institusi politik. Diatas segala itu, demokrasi
hanya akan tumbuh kalau ada kesadaran berdemokrasi (democratic consciousness), sikap
tanggungjawab dalam berdemokrasi (democratic reponsibility). Demokrasi bukan sekedar
cara memperoleh kekuasan tetapi sebagai sarana mewujudkan kesejahteraan umum dengan Cara-
cara yang demokratis. Demokrasi bukan kebebasan tanpa batas.Kebebasan demokrasi dibatasi
oleh tanggungjawab terhadap kepentingan umum dan hukum, karena demokrasi adalah
pemerintahan untuk kepentingan umum dan hanya dapat terwujud apabila dilaksanakan
berdasarkan hukum (democracy under the rule of law).Namun kondisi objektif memperlihatkan
bahwa pembelajaran yang selama ini dipraktikan belum kondusif bagi pengembangan nilai-nilai
demokrasi. Seperti halnya dikemukakan oleh Affandi (2005:8) bahwa : Tujuan pendidikan
demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan berpikir
demokratis. Namun demikian dalam Kaitan dengan pendidikan, persoalan, yang muncul adalah
mungkinkah pendidikan demokrasi dilangsungkan dalam suasana sekolah yang sangat birokratis,
hirairkis-sentralistis dan elitis sebagai mana sekolah yang ada dewasa ini?
Berdasarkan pendapat di atas, memberikan implikasi bahwa pendidikan demokrasi sangat
diperlukan, agar warga negaranya mengerti, menghargai kesempatan dan tanggungjawab sebagai
warga negara yang demokratis. Seperti halnya dikemukakan oleh Gandal dan Finn (1992) dalam

13
Winataputra (2001) mengatakan: " yakni pendidikan bukan hanya sekedar memberikan
pengetahun dan praktek demokrasi, tetapi juga menghasilkan warga negaranya yang
berpendirian teguh, madiri memiliki sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan”.
Dengan demikian siswa, akan mengetahui dan memahami kekuatan dan kelemahan demokrasi
dalam berbagai konteks ruang dan waktu, (3) adanya kurikulum yang memungkinkan siswa
dapat belajar sejarah demokrasi di negaranya yang dapat menjawab persoalan apakah kekuatan
dan kelemahan demokrasi yang diterapkan dinegaranya dalam berbagai kurun waktu, (4)
tersedianya kesempatan bagi siswa untuk memahami kondisi demokrasi yang diterapkan
dinegara-negara di dunia, sehingga para siswa memiliki wawasan luas tentang aneka ragam
sistem sosial demokrasi datam berbagai konteks.
Disamping keempat hal tersebut perlu ditambahkan pula upaya dikembangkan dalam
bentuk kegiatan ekstra kurikuler yang nuansa demokrasi dan menjadikan sekolah sebagai
lingkungan yang demokratis, dan melibatkan siswa daiam kegiatan masyarakat. Lain halnya
dengan Sanusi (1998:3) yang menyatakan bahwa: Dalam memahami demokrasi harus memaknai
aspek-aspek demokrasi secara menyeluruh diperlukan kecerdasan ruhaniyah, kecerdasan
nagliyah, kecerdasan agliyah (otak logis-rasional), kecerdasn emosional (natsiyah), kecerdasan
menimbang (judgment), kecerdasan membuat keputusan dan memecahkan masalah (decision
making and problem solving) dan kecerdasan membahasakan serta mengkomunikasikannya.
Berdasarkan pendapat di atas, menunjukan bahwa untuk memahami demokrasi
diperlukan adanya kecerdasan ruhaniyah, nagliyah, aqliyah, nafsiyah, kececdasan dalam
menimbang serta kecerdasan daiarn membuat keputusan dan memecahkan masalah. Dengan kata
lain, perlu dikembangkannya pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional, yang
memungkinkan para siswa dapat mengembangkan dan menggunakan seluruh potensinya sebagai
individu dan warga negara dalam masyarakat bangsa dan negara yang demokratis.

BAB III
PENUTUP

14
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan perubahan UUD 1945 pasal 1 ayat 2 “kedaulatan berada ditangan rakyat
dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar”.Hal ini berarti kedaulatan tidak lagi
dilaksanakan oleh sepenuhnya oleh MPR. Selanjutnya Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi
“Indonesia adalah merupakan negara hukum”. Lembaga-lembaga negara berdasarkan perubahan
UUD 1945 adalah MPR, Presiden, DPR, DPD, BPK, MA, Mahkamah Konstitusi.Dengan
semangat era reformasi kita sepakat untuk tidak melakukan amandemen pembukaan UUD 1945,
maka demokrasi yang ditetapkan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila.
Menurut Abraham Lincoln berpendapat bahwa demokrasi adalah sistempemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (democracy is goverment of the people, by the people, for
the people) yang kemudian kita kenal dengan demokrasi modern. Ada dua asas pokok tentang
demokrasi yaitu pengakuan partisipasi rakyat di dalam pemerintahan dan pengakuan hakikat dan
martabat manusia.

3.2 Saran
Dari pengalaman sejarah kita harus banyak belajar dari keberhasilan kehidupan
demokrasi negara lain, antara lain dalam meningkatkan kedewasaan dalam berpolitik, tanggung
jawab sebagai bangsa dan kesadaran untuk mematuhi aturan main dalam kehidupan demokrasi.
Masalah praktik politik yang mengarah kepada tindakan anarkis, money politic, dan kurang
betanggung jawab harus kita hindarkan. Kita harus terbiasa untuk mengakui keberhasilan orang
lain dan kita siap belajar dari kegagalan untuk meraih sukses dimasa depan.

15

You might also like