You are on page 1of 89

ANALISA

STRUKTUR 1
2023
Dosen Pengampu/Penguji
Ir. Hardi Wibowo, M.Eng.
Prof. Dr. Ir. Windu Partono, MSc.
Ir. Rudi Yuniarto Adi MT.
Ir. Parang Sabdono M.Eng.
Kuliah 1

STRUKTUR RANGKA BATANG


Tujuan Kuliah

Memberikan pengenalan tentang struktur Rangka


Batang

Diharapkan pada kuliah pertama mahasiswa dapat


memahami prinsip struktur rangka batang dan
menjelaskan cara menghitung Gaya Dalam Struktur
Rangka Batang statis tertentu

Materi kuliah : definisi rangka batang, perhitungan gaya


dalam dengan metode analisis dan grafis, pengenalan
gambar bidang gaya Normal.
DEFINISI RANGKA BATANG
(TRUSS)
Truss : Susunan elemen linier (garis) yg
membentuk segitiga atau kombinasi
segitiga sehingga membentuk suatu
rangka yang stabil

Semua elemen batang yang tergabung (bertemu)


pada satu titik kumpul akan dihubungkan dengan
satu titik sendi.
Titik sendi merupakan penghubung antara
beberapa elemen batang
Contoh Struktur Rangka Batang

Titik Kumpul Sendi

Elemen Batang
ASUMSI DALAM RANGKA BATANG
1. Pada satu titik kumpul akan bertemu beberapa
batang dengan anggapan titik pertemuan ini
berbentuk sendi.
2. Beban yg bekerja dianggap sebagai beban
terpusat dan bekerja pada titik kumpul (join).
3. Elemen-elemen batang hanya menerima gaya
aksial yang bekerja searah sumbu batang
(gaya lintang dan momen lentur akibat berat
sendiri eleman rangka diabaikan).
1126
89
Contoh Struktur Rangka Batang

Model Struktur Rangka Batang


Contoh Struktur Rangka Batang

P P P P P P

Model Struktur Rangka Batang


Contoh Titik Sendi Pada Rangka Batang
Sendi

Batang

Sendi
Batang

Sendi
Sendi

Batang

Batang
Contoh Titik Sendi Pada Rangka Batang

Sendi

Batang

Sambungan sendi pada


kuda-kuda (rangka) kayu
Contoh Titik Sendi Pada Rangka Batang

Sendi

Batang
Sambungan sendi pada
jembatan rangka baja
SUSUNAN BATANG BERBENTUK SEGITIGA

Jembatan Rangka Baja


Jembatan Rangka Baja

Kuda-kuda (rangka) kayu


Kuda-kuda (rangka) kayu
STABILITAS RANGKA BATANG
Untuk dapat melayani beban secara baik, maka struktur
rangka batang harus stabil.
Sebuah rangkaian segitiga yang membentuk rangka batang
akan tetap stabil jika menenuhi
persamaan:

m  2* j r
m = jumlah batang
j = jumlah joint = jumlah titik kumpul = jumlah titik
buhuL
r = jumlah reaksi tumpuan
Contoh Struktur Rangka Batang

Elemen Batang Titik Kumpul Sendi

Contoh model Struktur Rangka Batang


Jumlah batang = 19
Jumlah titik kumpul (buhul / joint) = 11
Jumlah Tumpuan = 2
Jumlah reaksi perletakan = 3 (sendi = 2; roll = 1)
STABILITAS RANGKA BATANG
Rangka batang pada umumnya ditumpu pada
tumpuan sendi dan roll. Tumpuan sendi mempunyai
2 reaksi perletakan dan tumpuan roll mempunyai 1
reaksi perletakan (pelajaran Statika)
Sehingga stabilitas rangka batang dapat ditentukan
dari persamaan berikut:
m  2* j 3
m = jumlah batang
J = jumlah joint
Jenis Rangka Batang
Sebuah struktur rangka batang termasuk
struktur “statis tertentu” jika memenuhi
syarat:
m  2* j 3
Sebuah struktur rangka batang termasuk
struktur “statis tak tentu” jika memenuhi
syarat:
m  2* j 3
STABILITAS RANGKA BATANG
m  7
1
A

1.5
m 4 5 6 7
2* j 3  7
2.5t
7  7
B 2 3

m  2* j 3
1.5 1.5
m m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 7 dan


jumlah jointnya = 5
Jadi struktur STABIL (rangka batang statis
tertentu)
STABILITAS RANGKA BATANG
A
1
m  6
1.5
m 4 5 6
2* j 3  7
2.5t 6  2*5 3
B 2 3

m  2* j 3
1.5 1.5
m m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 6 dan


jumlah jointnya = 5
Jadi struktur TIDAK STABIL
STABILITAS RANGKA BATANG
2.5t
1
A
m  4
2 * j  3  5
1.5 m
3 4

B 2 m  2* j 3
1.5 m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 4 dan


jumlah jointnya = 4
Jadi struktur TIDAK STABIL
STABILITAS RANGKA BATANG
m  10
2* j 3  9

3.5 m
m  2* j 3

Contoh struktur di atas jumlah batang = 10 dan


jumlah jointnya = 6
Jadi struktur STABIL (rangka batang statis tak
tentu)
STABILITAS RANGKA BATANG
P1

1
m  7
A

6 2* j 4  6

3.5 m
2
7 5 P2
m  2 j 4
B
3 4 7  6
3,0 m 3.0 m

Jika batang ditumpu pada dua tumpuan sendi maka nilai


r = 4.
Contoh struktur di atas jumlah batang = 10 dan jumlah
jointnya = 5
Jadi struktur STABIL (rangka batang statis tak tentu)
RANGKA BATANG STATIS TERTENTU
Sebuah struktur statis tertentu adalah
struktur yang reaksi dan gaya‐gaya dalam
pada elemen-elemennya dapat dicari
dengan tiga persamaan keseimbangan gaya

H 0
V 0
M 0
Konsep Dasar Perhitungan Gaya Pada
Rangka Batang
(Konsep keseimbangan gaya)
Pada pengantar ilmu gaya (kuliah
Statika) sudah diperkenalkan tentang
konsep keseimbangan gaya-gaya
konkuren
Karena pada setiap titik kumpul pada struktur rangka batang
bertemu beberapa batang dan gaya-gaya pada batang bekerja
segaris dengan sumbu batang (gaya normal) maka perhitungan
gaya-gaya batang dapat diturunkan dari konsep keseimbangan
gaya-gaya konkuren.

Gaya-gaya konkuren adalah gaya-gaya yang


mempunyai garis kerja yang tidak berimpit (tidak
segaris) tetapi berpotongan pada satu titik yang sama.
Contoh Gaya-gaya yang bekerja secara konkuren (Statika)

Contoh tiga gaya bekerja


secara konkuren
Metode analisis pada gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren meliputi:

1. Mencari resultante dari beberapa gaya


konkuren menjadi satu gaya.
2. Menguraian “satu gaya” menjadi “dua
gaya” lain yang bekerja secara “seimbang”
3. Menguraian beberapa gaya menjadi dua
gaya yang bekerja secara “seimbang”

Gaya-gaya konkuren akan bekerja secara


seimbang jika resultante dari semua gaya-
gaya konkuren tersebut sama dengan nol.
Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren

Diketahui dua gaya P1 dan P2 secara konkuren

P2 = 4 KN

Untuk mencari resultante


kedua gaya tersebut
dapat dilakukan secara
analitis dan grafis
Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren
P2 = 4 KN Diketahui dua gaya P1 dan P2 secara konkuren

Skala gaya

1 kN

53.1°

Cara grafis dengan


segitiga gaya
Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren

Skala gaya

1 kN

53.1° 53.1°

Cara grafis dengan


Cara grafis dengan
poligon gaya
segitiga gaya

Perhatikan cara mencari resultante gaya dengan


menggambar poligon gaya
Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren

Cara analitis untuk


mencari resultante
gaya

R  32  4 2  5
  arctan (4 / 3)  53.13o
53.1°
Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren
P2 = 4 KN

Skala gaya

1 kN

53.1°
53.1°

Dengan adanya resultante gaya P1 dan P2 maka kedua gaya tersebut berada
dalam kondisi tidak seimbang. Untuk menyeimbangkan kedua gaya P1 dan P2,
maka harus ada satu gaya lain (misal P3) yang melawan kedua gaya tersebut yang
besarnya sama dengan R, garis kerjanya sama dengan garis kerja gaya R dan
arahnya berlawanan dengan gaya R.
Contoh mencari keseimbangan gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren
Y Y

kN
P3

=5
ya
ga

R
rja
ke
ris
Ga 53.1° 53.1°

X X
P1 = 3 kN P1 = 3 kN

Garis kerja R dan P3


sama (berimpit)

kN
kN

5
5

=
=

P3
P3

Karena garis kerja R dan P3 sama (berimpit), besar kedua gaya tersebut sama dan
arahnya saling berlawanan maka resultante dari P3 dan R sama dengan nol.
Contoh mencari keseimbangan gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren dengan menggunakan poligon gaya
Y

P3
ya
ga
rja
ke
ris
Ga 53.1°

X
P1 = 3 kN
kN
5
=
P3

Perhatikan cara menggambar poligon gaya-gaya yang


membentuk keseimbangan.
53.1°

Tiga gaya tidak seimbang.

Tiga gaya seimbang.

Perhatikan cara menggambar poligon gaya atau bentuk


poligon gaya yang bekerja secara seimbang dan tidak
seimbang.
Contoh mencari keseimbangan gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren dengan cara analitis
Y Y

P3
P3

P2 = 4 kN

ya
ya

ga
ga

ja
rja

r
ke
ke

ris
ris

Ga
Ga 53.1° 53.1°
P3X
X X
P1 = 3 kN P1 = 3 kN

kN
kN

5
5

=
=

P3Y
P3
P3

P3X  P3 * cos(53.1)  3.000007146  3


P3Y  P3 * sin(53.1)  3.999994641  4
P1  P3X
P 2  P3Y
R0
Contoh mencari keseimbangan gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren dengan menggunakan poligon gaya
Y

P3
ya
ga
rja
ke
ris
Ga
53.1°

X
P1 = 3 kN
kN
5
=
P3

Jadi gaya P1, P2 dan P3 berada dalam


kondisi seimbang.
Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya lain
yang arahnya sudah diketahui.

Contoh gaya P3 akan diuraikan menjadi dua gaya (P1 dan P2) yang
garis kerjanya sudah diketahui.

P3
RJA
KE
RI S
A
G 30o
X
GARIS KERJA P1
KN
4.5
=
P3
Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.
Y
P3

GARIS KERJA P2
JA
K ER
S
A RI
P3
G
JA
K ER
RIS
GA 30o
X
GARIS KERJA P1
KN KN
.5 .5
=4 =4
P3 P3

Dari hasil analisa keseimbangan gaya P1, P2 dan P3 maka dapat


dilakukan pendekatan berlawanan yaitu mencari besarnya gaya P1
dan P2 jika arahnya sudah diketahui dan besar serta arah gaya P3
juga sudah diketahui.Sebagai contoh gaya P3 sebesar 4.5 kN bekerja
pada “Garis Kerja P3”. Dengan gaya P3 maka dapat dihitung gaya P1
dan P2 yang garis kerjanya sudah diketahui.
Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.
Y

P3
JA
K ER
RIS
GA 30o
X
GARIS KERJA P1
KN
.5
=4
P3

Perhatikan bagaimana cara mencari uraian satu gaya


menjadi dua gaya dengan menggunakan poligon gaya.

Gaya P3, P1 dan P2 harus membentuk poligon tertutup dan susunan


ketiga vektor gaya tersebut juga harus saling tertutup. Perhatikan
gambar segitiga gaya-gaya P3, P1 dan P2.
Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.
Y
P3

GARIS KERJA P2
JA
K ER
S
A RI
P3
G
JA
K ER
RIS
GA 30o
X
GARIS KERJA P1
KN KN
.5 .5
=4 =4
P3 P3

Jadi gaya P3 = 4.5 kN jika diuraikan menjadi gaya-gaya P1 dan P2


dengan arah yang sudah diketahui akan menghasilkan gaya P1 = 3.9
kN dan gaya P2 = 2.2 kN.
Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.

RJA P2
RJA P2

GARIS KE
GARIS KE

= 3 .7 KN
P1
Cara pendekatan yang sama juga dapat dilakukan jika garis kerja
gaya-gaya P1 dan P2 sebarang.
Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.

RJA P2
RJA P2

GARIS KE
GARIS KE

Jadi jika diketahui satu gaya maka dapat dihitung


dua gaya lain yang garis kerjanya konkuren dan
ketiga gaya tersebut berada dalam kondisi
seimbang.
Contoh menguraikan dua gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.

RJA P2
P3

GARIS KE
JA
K ER
S
A RI
G
P4
=6
KN
ERJA P1
GARIS K

KN
= 4. 5
P3 GA
RI SK
ERJ
A P4

Cara yang sama juga dapat dilakukan jika diketahui dua gaya (misal P3 dan P4)
dan akan diuraikan menjadi dua gaya lain (misal P1 dan P2) yang garis kerjanya
diketahui. Keempat gaya bekerja secara konkuren
Dihitung resultante gaya P3 dan P4 (misal R34). Kemudian dibuat gaya P34 yang
besarnya sama dan arahnya berlawanan dengan R34. Gaya P34 kemudian
diuraikan menjadi gaya-gaya P1 dan P2.
Contoh menguraikan dua gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.

RJA P2
P3

GARIS KE
JA
K ER
R IS
GA
P4
= 6 KN
ERJA P1
GARIS K

KN
4 .5
= G AR
P3 IS K
ERJ
A P4
Contoh menguraikan dua gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.

RJA P2
P3

GARIS KE
JA
K ER
R IS
GA
P4
= 6 KN
ERJA P1
GARIS K

KN
4 .5
= G AR
P3 IS K
ERJ
A P4
Contoh menguraikan dua gaya menjadi dua gaya yang
arahnya sudah diketahui.

RJA P2
P3

GARIS KE
JA
K ER
R IS
GA
P4
= 6 KN
ERJA P1
GARIS K

KN
4 .5
= G AR
P3 IS K
ERJ
A P4
Kesimpulan : beberapa gaya yang bekerja secara
konkuren (gaya-gaya awal) dapat diuraikan menjadi
dua gaya lain yang garis kerjanya diketahui dan
bekerja secara konkuren dengan gaya-gaya awal.
Untuk menghitung besarnya dua gaya tersebut dapat
dilakukan secara grafis dengan pendekatan poligon
gaya yang membentuk poligon gaya tertutup.
Contoh mencari uraian 5 gaya (P1, P2, P3, P4 dan P5)
yang diketahui besar dan arahnya menjadi dua gaya
(P6 dan P7) yang diketahui garis kerjanya.

Y
P2 = 6.2 KN

P3 = 4.8 KN

202.9°
321.8° 71.6°
135.0°

X
P5 = 2.2 KN
P4 = 4.25 KN
Contoh mencari uraian 5 gaya (P1, P2, P3, P4 dan P5)
yang diketahui besar dan arahnya menjadi dua gaya
(P6 dan P7) yang diketahui garis kerjanya.

Y
P2 = 6.2 KN P2 = 6.2 KN

P3 = 4.8 KN

202.9°
321.8° 71.6°
135.0°

X
P5 = 2.2 KN
P4 = 4.25 KN
Y
P2 = 6.2 KN

P3 = 4.8 KN

202.9°
321.8° 71.6°
135.0°

X
P5 = 2.2 KN
P4 = 4.25 KN
Gaya-gaya P6 dan P7 dapat digambar dengan posisi
yang berbeda tetapi masih pada garis kerja yang sama.

Y
P2 = 6.2 KN

P3 = 4.8 KN

202.9°
321.8° 71.6°
135.0°

X
P5 = 2.2 KN
P4 = 4.25 KN
Urutan penggambaran gaya P1 sampai P5 dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda tetapi tetap akan
menghasilkan gaya-gaya P6 dan P7 yang sama.

Y
P2 = 6.2 KN

P3
=
4.
P3 = 4.8 KN

8
K
N
202.9°
321.8° 71.6°
135.0°

X
P5 = 2.2 KN
P4 = 4.25 KN
Konsep dasar perhitungan gaya-gaya
pada rangka batang mengacu pada
pendekatan yang sama seperti
perhitungan dua gaya akibat satu
atau lebih gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren.
Cara pendekatan yang telah
disampaikan di atas diilhami dari
cara perhitungan secara grafis.
Cara perhitungan ini dikenal sebagai
cara titik buhul (kumpul) dengan
pendekatan grafis.
Perhatikan gaya-gaya batang yang
akan dicari pada satu titik kumpul
adalah “dua”. Gaya luar yang bekerja
pada titik tersebut bisa satu atau
lebih dari satu.
Reaksi perletakan juga diambil
sebagai gaya luar yang bekerja pada
satu titik.
Pada contoh pertama akan dihitung
gaya-gaya batang pada sebuah rangka
batang sederhana yang ditumpu pada
dua tumpuan. Gaya-gaya batang yang
dicari merupakan gaya normal (gaya
normal batang) yang berbentuk gaya
tekan atau gaya tarik. Gaya normal tekan
terjadi jika arah gaya menekan batang
sedangkan gaya normal tarik terjadi jika
gaya normal menarik batang.
Diketahui struktur rangka batang ditumpu pada dua tumpuan
A (sendi) dan B (roll) dengan ukuran seperti terlihat pada
gambar di bawah. Rangka menderita beban-beban P1 = 2kN
dan P2 = 4kN. Tentukan besar gaya-gaya batang 1,2 sampai 7
dengan pendekatan titik buhul.

2m
Pertama harus dihitung reaksi perletakan pada tumpuan A
dan B dengan cara yang sama seperti pada kuliah “statika”.
Dengan menggunakan keseimbangan momen SMA = 0 dan
SMB = 0

SMA = 0  VB = (2*4 + 4*6 + 4*2)/8 = 5 kN ()


SMB = 0  VA = (2*4 + 4*2 + 4*6)/8 = 5 kN ()
Pertama harus dihitung reaksi perletakan pada tumpuan A
dan B dengan cara yang sama seperti pada kuliah “statika”.
Dengan menggunakan keseimbangan momen SMA = 0 dan
SMB = 0
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

SMA = 0  VB = (2*4 + 4*6 + 4*2)/8 = 5 kN ()


SMB = 0  VA = (2*4 + 4*2 + 4*6)/8 = 5 kN ()
Tentukan titik-titik buhul yang mempunyai minimum satu gaya luar
dan pada titik bersangkutan bertemu dua batang yang tidak diketahui
besar gayanya. Pada gambar terlihat titik A bekerja gaya luar VA dan
ada dua batang (1) dan (4) yang belum dihitung gaya normalnya.
Pada titik B bekerja gaya luar VB dan dua batang (3) dan (5) yang
belum diketahui besar gayanya. Sedangkan pada titik C dan D
bertemu tiga batang dan satu gaya luar, pada titik E bertemu 4
batang dan satu gaya luar. Maka langkah pertama adalah menghitung
gaya-gaya batang (1) dan (4) akibat VA.

P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

S4 = 5 kN (tarik) sedangkan
gaya S1 = 7.1 kN (tekan)
kN
kN

1
1

7.
7.

Karena gaya S1 sudah diketahui maka pada titik


=
=

S1
S1

kumpul C sekarang ada dua gaya S1 dan P2 dan dua


batang yang tidak diketahui gayanya (2) dan (6).
Maka langkah berikutnya adalah menghitung gaya-
gaya batang (2) dan (6).
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

S2 = 6 kN (tekan) sedangkan gaya S6


2 S6= 1.4 kN (tarik)
C 6
kN

1 Karena bentuk rangka batang simetri maka dengan


1
7.

cara yang sama melalui titik tumpuan B dapat


=
kN

S1
1

dihitung gaya-gaya batang (3) dan (5). Gaya batang


7.
=

S6
S1

S3 = S1 = 7.1 kN (tekan) dan gaya batang S5 = S4 = 5


=
1.

kN (tarik).
4
kN
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

S7 = 1.4 kN (tarik) sedangkan gaya


S5 = 5 kN (tarik)
S6
=
1.
4
kN

S6
=
1.
4
kN
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

S3 = 7.1 kN (tekan)
kN
4
1.
=
S7
kN

S3
4

=
1.

7.
=

1
S7

kN
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

Gaya-gaya batang S1, S2 dan S3 adalah gaya batang


tekan sedangkan gaya-gaya batang S4 dan S5 adalah
gaya batang tarik.
Gaya batang S6 dan S7 adalah gaya batang tarik.
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

Kembali pada teori dasar statika pada konsep serat


tertekan dan tertarik pada perhitungan momen lentur,
maka hasil perhitungan gaya-gaya batang pada soal ini
menunjukkan batang-batang yang terletak di atas akan
menderita gaya tekan sedangkan batang-batang yang
di bawah akan menderita gaya tarik.
kN

S1
kN
1

2m
S6
7.

=
4

7.
=

1.

1
S1

1.

kN
4

S7
kN

Gaya batang warna hijau (tekan) sedangkan warna


merah (tarik).
kN

S1
kN
1

2m
S6
7.

=
4

7.
=

1.

1
S1

1.

kN
4

S7
kN

Bidang Gaya Normal.


Bidang normal warna hijau (tekan) sedangkan
warna merah (tarik).
Latihan : selesaikan gaya-gaya batang pada rangka batang di
bawah dengan pendekatan titik buhul (kumpul) dengan
menggunakan cara grafis.

2m
Cara perhitungan gaya-gaya batang dengan
pendekatan keseimbangan gaya-gaya pada titik
buhul (titik kumpul) yang telah diterangkan di
atas dilakukan dengan pendekatan “grafis”.

Cara pendekatan ini cukup mudah dengan selalu


memperhatikan jumlah batang maksimum yang
tidak diketahui besar gayanya berjumlah 2 (dua).

Ketelitian hasil perhitungan gaya batang sangat


dipengaruhi oleh skala gambar yang digunakan.
Konsep dasar perhitungan gaya-gaya
pada rangka batang mengacu pada
pendekatan yang sama seperti
perhitungan uraian satu gaya
menjadi dua gaya dengan posisi
konkuren (garis kerja semua gaya
berpotongan pada satu titik yang
sama)
Gaya-gaya batang yang akan dicari pada
satu titik kumpul adalah dua. Gaya luar
yang bekerja pada satu titik kumpul bisa
satu atau lebih dari satu. Gaya-gaya luar
yang bekerja pada satu titik kumpul
dapat berupa beban luar yang bekerja
pada titik kumpul atau gaya-gaya yang
diperoleh pada batang. Gaya luar Reaksi
perletakan juga diambil sebagai gaya
luar yang bekerja pada satu titik.
Cara grafis dengan pendekatan titik buhul pada perhitungan
gaya-gaya batang pada struktur rangka batang menghasilkan
gaya-gaya batang yang sedikit kurang teliti karena faktor
ketepatan penggambaran dan pengukuran panjang vektor
gaya sangat menentukan tingkat ketelitian perhitungan gaya-
gaya batang.
Pendekatan titik buhul juga dapat dilakukan dengan
pendekatan “analitis” dengan menggunakan pendekatan
keseimbangan gaya-gaya arah vertikal dan horizontal.

SV = 0
SH = 0
Konsep dasar cara titik buhul dengan pendekatan analitis
dapat diterangkan dengan contoh uraian gaya-gaya konkuren
di bawah:
P1x = P1 cos33.7 = 6.07326 kN
P1y = P1 sin33.7 = 4.05036 kN
P2x = P2 cos124.3 = - 2.42316 kN

kN
P2y = P2 sin124.3 = 3.55222 kN

33
RX = P1x + P2x = 3.6501 kN
8. 4 RY = P3 sin244.8 = 7.60258 kN
R=

R = (RX + RY)1/2 = 8.43341 kN


kN
3
7.
P1

= Ry 7.60258
P1 α  arctan   64.354o
=

Rx 3.6501
4.
3
kN
Pada satu titik bekerja tiga gaya P1, P2 dan P3 seperti terlihat pada
gambar. Jika gaya-gaya tersebut disusun dengan pendekatan poligon
gaya maka terlihat ketiga gaya tersebut membentuk poligon gaya
tertutup dengan arah vektor gaya juga menutup. Maka ketiga gaya
tersebut bekerja secara seimbang.

P1
=
4.
3
kN
kN
3
7.
=
P1
Pada satu titik bekerja tiga gaya P1, P2 dan P3 seperti terlihat
pada gambar. Jika gaya-gaya tersebut disusun dengan
pendekatan poligon gaya maka terlihat ketiga gaya tersebut
membentuk poligon gaya tertutup dengan arah vektor gaya
juga menutup. Maka ketiga gaya tersebut secara seimbang.

P1x = P1 cos33.7 = 6.07326 kN


P1y = P1 sin33.7 = 4.05036 kN
P2x = P2 cos124.3 = - 2.42316 kN
P2y = P2 sin124.3 = 3.55222 kN
P3x = P3 cos244.4 = -3.64248 kN
P3y = P3 sin244.4 = -7.6024 kN
SH = RX = P1x + P2x + P3x = 0.008 kN  0 kN
SV = RY = P1y + P2y + P3y = -0.0002 kN  0 kN

Ry - 0.0002
α  arctan   0.0004o  0o
Rx 0.008
Contoh gaya-gaya batang pada contoh soal pertama akan
diselesaikan dengan cara analitis.

P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
1 6 7
E
A B
4 5

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m
Contoh gaya-gaya batang pada contoh soal pertama akan
diselesaikan dengan cara analitis.
P2= 4kN P2= 4kN

2
C D
3

2m
6
1 7 Misal arah gaya S1 dan S4 tarik.
E
A
4 5 B Uraikan gaya-gaya pada titik A vertikal
dan horizontal
VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m SV = 0
S1y + VA = 0
S1y = - VA = 5 kN ()

Karena gaya S1y sudah diketahui besar


S1Y

dan arahnya, maka gaya


S1

S1 = S1y/sin45 = 7.07 kN (arahnya kekiri


1 bawah)
A
4 S4
Contoh gaya-gaya batang pada contoh soal pertama akan
diselesaikan dengan cara analitis.
P2= 4kN P2= 4kN

2
D
C
3 Karena gaya S1 sudah diketahui,

2m
1 6 7
E maka S1x = S1 cos45 (←)
A B
4 5
SH = 0
VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m
S1x – S4 = 0
S4 = S1x = 5 kN ()
S1

S1X
1
A
4 S4
Contoh gaya-gaya batang pada contoh soal pertama akan
diselesaikan dengan cara analitis.
P2= 4kN P2= 4kN Sehingga besar dan arah gaya-gaya
2 yang bekerja pada titik A adalah
C D sbb:
3 S1 = 7.07 kN (tekan)

2m
1 6 7

A
E S4 = 5 kN (tarik)
4 5 B

VB = 5kN
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m

kN
S1Y

70
7.
=
S1
S1X
1
A
4 S4 = 5 kN
VA = 5kN
Setelah gaya S1 dan S4 didapatkan, kemudian pindah ke
titik C untuk mencari gaya batang S2 dan S6 dengan gaya
luar yang sudah diketahui adalah P1 = 4 kN dan S1 = 7.07 kN
(tekan).
P2= 4kN P2= 4kN

2 Misal arah gaya-gaya S2 dan S6


C D diasumsikan tarik (lihat gambar):
3 Komponen gaya S6 yaitu S6x dan

2m
1 6 7

A
E S6y
4 5 B
P1= 2 kN VB = 5kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m
P2= 4kN
kN
S1y = 5 kN

07
7.
=
S1

S6
Setelah gaya S1 dan S4 didapatkan, kemudian pindah ke
titik C untuk mencari gaya batang S2 dan S6 dengan gaya
luar yang sudah diketahui adalah P1 = 4 kN dan S1 = 7.07 kN.

P2= 4kN P2= 4kN

2 Misal arah gaya-gaya S2 dan S6


C D adalah sebagai berikut (lihat
3 gambar):

2m
1 6 7
E
A B
4 5
VB = 5kN
SV = 0
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m S1y – P2 – S6y = 0
S6y = S1y - P2 = 1 kN ()
P2= 4kN

Karena gaya S6y sudah diketahui


maka bisa dihitung gaya S6
kN
S1y = 5 kN

07
7.

S6 = S6y/cos45 = 1.4142 kN (arah


=
S1

miring kebawah)
S6x = S6 sin45 = 1kN ()
S6
Setelah gaya S1 dan S4 didapatkan, kemudian pindah ke
titik C untuk mencari gaya batang S2 dan S6 dengan gaya
luar yang sudah diketahui adalah P1 = 4 kN dan S1 = 7.07 kN.

P2= 4kN P2= 4kN

2 Misal arah gaya-gaya S2 dan S6


C D adalah sebagai berikut (lihat
3 gambar):

2m
1 6 7
E
A B
4 5
VB = 5kN
SV = 0
P1= 2 kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m S1y – P2 – S6y = 0
S6y = S1y - P2 = 1 kN ()
P2= 4kN

Karena gaya S6y sudah diketahui


maka bisa dihitung gaya S6
kN
S1y = 5 kN

07
7.

S6 = S6y/cos45 = 1.4142 kN (arah


=
S1

miring kebawah)
S6x = S6 sin45 = 1kN ()
S6
Setelah gaya S1 dan S4 didapatkan, kemudian pindah ke
titik C untuk mencari gaya batang S2 dan S6 dengan gaya
luar yang sudah diketahui adalah P1 = 4 kN dan S1 = 7.07 kN.

P2= 4kN P2= 4kN

2 SH = 0
C D S1x + S6x + S2 = 0
3 S2 = -S1x – S6x = - 5 – 1 = -6 kN (←)

2m
1 6 7
E
A B
4 5
P1= 2 kN VB = 5kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m
Sehingga gaya-gaya pada titik
kumpul C yaitu gaya S6 dan S2
P2= 4kN

sudah didapatkan.
kN
S1y = 5 kN

07
7.
=
S1

S6
Setelah gaya S1 dan S4 didapatkan, kemudian pindah ke
titik C untuk mencari gaya batang S2 dan S6 dengan gaya
luar yang sudah diketahui adalah P1 = 4 kN dan S1 = 7.07 kN.

P2= 4kN P2= 4kN

2 SH = 0
C D S1x + S6x + S2 = 0
3 S2 = -S1x – S6x = - 5 – 1 = -6 kN (←)

2m
1 6 7
E
A B
4 5
P1= 2 kN VB = 5kN
VA = 5kN

2m 2m 2m 2m
Sehingga gaya-gaya pada titik
kumpul C yaitu gaya S6 dan S2
P2= 4kN

sudah didapatkan.

Setelah gaya-gaya S1, S2 dan S6


kN

didapatkan, maka dengan konsep


S1y = 5 kN

07
7.

simetri, gaya-gaya S3 dan S5 dan


=
S1

S7 dapat dihitung.
S6y

S3 = S1
S6

S5 = S4
=
1.
41

S7 = S6
42
kN
Karena pada perhitungan gaya-gaya
batang dengan cara analitis dengan
pendekatan titik buhul sangat
dipengaruhi oleh nilai sin dan cos
dari sudut arah gaya, maka perlu
diperhatikan bagaimana
menempatkan posisi sudut yang
benar.
P2= 4kN P3= 4kN

2
C 6 (90- ) D
3

2m
1 7
E
A B
4 5
P1= 2 kN
2m 2m 2m 2m
Selesaikan gaya-gaya batang pada rangka batang di bawah
dengan menggunakan cara analitis dengan pendekatan
Titik Buhul.
P3= 4kN P4= 4kN

2
C D

2m
1 3
7 8
9
E
A B
4 5 F 6
9
P1= 3 kN P2= 3 kN

2m 2m 2m 4m

You might also like