You are on page 1of 44

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN II
“Keterampilan Komunikasi Verbal Dan Keterampilan Mendengarkan ”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KEPERAWATAN 8A
1. Anggresia Putri Malini 1914201009
2. Afriawatri Yodelvi 1914201005
3. Yeni Susanti 1914201004
4. Dhea Putri Azizah 1914201013
5. Della Sepnita 1914201012
6. Indah Anggina Marito Nst 1914201018
7. Mentari Fadia Sari 1914201020
8. Nisma Khairani Lubis 1914201025
9. Sesra Med Madurisa 1914201039
10. Rizkiyola Novita 1914201037
11. Riska Syofia Delmi 1914201036

DOSEN PENGAMPU
Ns. Rebbi Permata Sari ,S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, baik berupa kesempatan maupun
pengetahuan sehingga makalah “Keterampilan Komunikasi Verbal Dan
Keterampilan Mendengarkan ” ini dapat kami selesaikan dalam bentuk
maupun isinya dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Ns Rebbi Permata Sari ,S.Kep,
M.Kep karena atas bimbingan serta saran dari ibuklah kami dapat menyusun
makalah ini sehingga dapat dibaca serta dipahami isinya. kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan
yang masih kurang teratur, pembahasan yang kurang sesuai dengan materi,
ataupun penulisannya yang kurang tepat atau kesalahan saat mengetik kata demi
kata , karena pengalaman kami yang masih kurang .
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga
makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu dimohonkan kepada ibuk dan teman-teman yang membaca makalah ini agar
memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya kami bisa
diperbaiki menjadi lebih baik, kepada ibuk dosen yang terhormat dimohon
bimbingannya lebih lanjut , terutama bimbingan terhadap penyusunan makalah
dan dalam mata kuliah manajemen keperawatan

Padang, Mei 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................................
Bab I : Pendahuluan
1. Latar Belakang........................................................................................
2. Tujuan Penulisan.....................................................................................
3. Manfaat Penulisan...................................................................................
Bab II : Tinjauan Teoritis .....................................................................................
A. Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan………………………...
a. Defenisi Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan.....................................
b. Proses Komunikasi.............................................................................................
c. Prinsip- Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan .........................................
d. Model Komunikasi.............................................................................................
e. Strategi Komunikasi...........................................................................................
f. Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan ..........................................
B. Keterampilan Komunikasi Verbal
a. Defenisi Komunikasi Verbal.............................................................................
b. Komunikasi Terapeutik………………………………………………………..
c. Bahasa Yang Efektif…………………………………………………………..
d. Keterampilan mendengarkan………………………………………………….
e. Mengajukan Pertanyaan Yang Efektif………………………………………...
f. Mengatasi Konflik…………………………………………………………….
g. Komunikasi Dengan Keluarga Dan Tim Multidisiplin……………………….
h. Etika Dalam Komunikasi………………………………………………………
i. Komunikasi Dalam Situasi Darurat……………………………………………
j. Contoh Kasus Atau RolePlay………………………………………………….
Bab III : Penutup
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran…...............................................................................................................
Daftar Pustaka ........................................................................................................

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Komunikasi atau ”communication" berasal dari bahasa latin "communis".
atau dalam Bahasa Inggrisnya "commun" secara etimologi berarti "sama".
Berkaitan dengan hal ini Sowandi (2018) mengemukakan, "Apabila
kita berkomunikasi (to commumcate), ini berarti bahwa kita berada dalam
keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan. Secara terminologis,
komunikasi merupakan suatu istilah yang menunjukkan suatu proses
hubungan antara individu satu dengan lainnya yang berisi kegiatan
menyampaikan dan menerima pesan.
Sehubungan dengan hal ini Effendi (2017) mengemukakan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap-sikap, pendapat
atau perilaku". Komunikasi adalah suatu proses dimana pihak-pihak peserta
saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang
sama (pengertian bersama) yang lebih baik mengenai masalah-masalah yang
penting bagi semua pihak yang bersangkutan. Komunikasi bukan jawabannya
sendiri, tetapi pada hakikatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan
oleh penerima rangsangan dan pembangkitan balasan.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini komunikasi menjadi hal
yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi yaitu berbicara itu
sendiri merupakan cara manusia untuk mengutarakan maksud dan tujuan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia tidak akanpernah lepas dari
komunikas. Kemampuan dalam berbicara tentunya dapat ditingkatkan
dengan cara tertentu, sebagai calon guru perlu mengetahui cara untuk
meningkatkan kemampuan berbicara dalam proses belajar mengajar itu
sendiri untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah nanti.
Kemampuan berkomunikasi yang baik pula, dapat menunjang kehidupan yang
lebih baik di kemudian hari.

5
2.TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keterampilan komunikasi verbal dan keterampilan
mendengarkan.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui apa itu keputusan pengeriman rujukan pasien.
2. Mahasiswa mengetahui syarat rujukan pengiriman pasien.
3. Mahasiswa mengetahui proses pengambilan keputusan.

3. MANFAAT PENULISAN
a. Menambah wawasan pengetahuan mahasiswa terkait eterampilan
komunikasi verbal dan keterampilan mendengarkan.
b. Menambah pengetahuan mahasiswa dan pembaca tentang keterampilan
komunikasi verbal dan keterampilan mendengarkan
c. Menambah wawasan mahasiswa dalam mempraktikan keterampilan
komunikasi verbal dan keterampilan mendengarkan .

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan

a. Definisi komunikasi dalam manajemen keperawatan

Menurut Harold Lasswell “komunikasi adalah siapa yang

mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa”.

Menurut Dale Leathers “Komunikasi addalah proses penyampaian pesan

atau informasi secara sadar dari satu individu ke individu lainnya melalui

berbagai saluran komunikasi”. Sedangkan menurut Michael Burgoon

“koomunikasi adalah proses yang melibatkan pertukaran verbal dan

nonverbal yang terjadi antara individu-individu dalam konteks sosial.

Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas

manajer keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses

manajemen keperawatan bergantumg pada posisi manajer dalam struktur

organisasi. Mengingat banyaknya waktu yang digunakan oleh manajer

untuk berkomunikasi (mendengarkan dan berbicara), sehingga jelas bahwa

manajer harus mempunyai keterampilan komunikasi intrapersonal yang

baik. Manajer harus berkomunikasi pada staf, pasien, dan atasan setiap

hari. Praktik keperawatan adalah praktik yang beroriemtasi pada

kelompok/ hubungan intrapersonal dalam mencapai suatu tujuan

organisasi. Oleh sebab itu, untuk menciptakan komitmen dan rasa

kebersamaan, perlu ditunjang keterampilan manajer dalam berkomunikasi.

b. Proses Komunikasi

7
Tappen (1995) mendefinisikan bahwa kominkasi adalah suatu

pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasehat yang

terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerjasama. Komunikasi juga

menurupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu

pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan

menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.

Dasar model proses komunikasi menunjukkan bahwa dalam setoap

komunikasi pasti ada pengirim pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut

dapat berupa pesan verbal , tertulis, maupun nonverbal. Proses ini juga

melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana komunikasi

dilakukan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai kepercayaan,

temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan dan penerima pesan,

sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor

kekuasaaan, dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima pesan)

harus peka terhadap faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari dari

komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.

c. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan

Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks,

manajer harus dapat melakasanakan komunikasi melalui bebarapa

tahap berikut :

1. Manejer harus mengerti struktur organisasi, termasuk

pemahaman tentang siapa yang akan terkena dampak dari

8
pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi

formal dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf.

2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai

bagian proses yang tak terpisah dari kebijaksanaan organisasi.

3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.

4. Ciri khas perawat professional dimasa depan dalam

memeberikan pelayanan keperawatan adalah dapat

berkomunikasi secra lengkap, adekuat, dan cepat. Artimya,

setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulisan) dengan

teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi

ketiga unsur diatas degan dukungan suatu dakta yang memadai.

5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunkasi dapat

diterima secara akurat.

6. Menejadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting

bagi manajer. Hal yang perlu dilaksanakan adalah menerima

semua informasi yang disampaikan orang lain, dan

menunjukkan rasa menghargai dan ini tahu terhadap pesan

yang disampaikan.

d. Model Komunikasi

1. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis adalah nagian yang penting dalam

organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf,

setiap organisasi telah mengembangkan metode penulisan

9
dalam mengomunikasikan pelaksaaan pengelolaan, misalnya

publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf, pemabyaran dan

jurnal. Manajer terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya

kepada stafnya. Komunikasi tertulis dan memo dalam suatu

organisasi meliputi:

a. Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai

menulis.

b. Mwnulis nama orang dalam tulisan dan perlu

dipertimbangkan dampaknya.

c. Gunakan kata aktif, dimana akan mempunyai pengaruh

yang baik.

d. Tulis kata yang sederhana mudah dipahami.

e. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting.

f. Tulis kalimat dibawah 20 kata.

g. Beriakan pembaca petunjuk.

h. Atur isi tulisan secara simetris.

i. Gunakan paragraph untuk mempermudah pembaca.

j. Komunikasi dilakukan secra jelas dan fokus.

2. Komunikasi secara lansung

Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan

dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka

juga melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan

formal. Tujuan komunikasi verbal adalah asservativeness.

10
Perilaku asetif adalah suatu komunikasi yang memberikan

kesempatan individu untuk mengekpresikan perasaannya

secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa

menyinggung perasaan orang lain yang diajak berkomunikasi.

3. Komunikasi Non-verbal

Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah gerakan

tubuh dan sikap (body language).

4. Komunikasi Via Telepon

Dngan kemudahan saranak komunikasi (telepon),

mememungkinkan manajer untuk merespons setiap

oerkembangan dan masalah dalam organisasi.

e. Strategi Komunikasi

Komunikasi pada tahap ini tidak hanya ditunjukan secara sesifik

melalui strategi perencanaan. Tetapi tiga komponen yaitu struktur,

bidaya dan teknologi harus mendapat perhatian yang sama.

Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai

status praktik komunikasi efektif yang dapat direncanakan dan

diterapkan oleh kelompok kerja. Budaya dalam suatu organisasi

bukan sesuatu yang mudah diubah dalam waktu sesaat. Ini penting

untuk diperhatikan memngingat peruahan suatu budaya dalam

manajemen adalah aspek yang penting pada proses perubahan yang

efektif. Teknologi merupakan komponen ketiga praktik

komunikasi efektif. Komunikasi interpersonal dan organisasi

11
sering sering memerlukan perantara yang sangat bermanfaat di

masa mendatang, yaitu elektronik dan penggunaan media.

f. Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan

Komunikasi dalam praktik keperawatan professional

merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan untutk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan

keperawatan yang memerlukan komunikasi adalah sebagi berikut:

1. Komunikasi saat serah terima tugas (Overan)

2. Wawancara/Anamnesis

3. Komunikasi melalui computer

4. Komunikasi melalui sentuhan

5. Komunikasi tentang kerahasiaan

6. Dokumentasi sebagai alat komuikasi

B. Keterampilan Komunikasi Verbal

a. Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal menurut Lasswell adalah “proses pengiriman pesan

dari sumber kepada penerima melalui media yang berhubungan dengan

kata-kata”. Menurut Shannon dan weaver komunikasi verbal merupakan

“proses dimana suatu pemikir membuat dan mengartikulasikan suatu

pesan dan menyampaikannya kepada penerima yang memahami pesan

yang sama”.

12
Keterampilan komunikasi verbal yang baik sangat penting dalam

manajemen keperawatan. Keterampilan ini memungkinkan manajer

perawat untuk berinteraksi dengan staf perawat, pasien, keluarga pasien,

dan anggota tim kesehatan lainnya dengan cara yang efektif. Berikut

adalah beberapa keterampilan komunikasi verbal yang penting dalam

manajemen keperawatan:

1. Mendengarkan aktif: Keterampilan mendengarkan aktif melibatkan

memberikan perhatian penuh pada apa yang dikatakan orang lain. Manajer

perawat harus mampu mendengarkan dengan seksama saat berinteraksi

dengan staf perawat atau pasien. Ini melibatkan menghentikan gangguan

dan menunjukkan minat serta pengertian terhadap apa yang dikatakan

orang lain, memberikan perhatian penuh pada pasien, memvalidasi

pemahaman, dan memberikan umpan balik yang sesuai.

2. Memberikan umpan balik yang konstruktif: Manajer perawat perlu

mampu memberikan umpan balik yang jelas, terperinci, dan konstruktif

kepada staf perawat. Ini termasuk memberikan pujian dan penghargaan

atas kinerja yang baik, serta memberikan saran atau kritik yang

membangun untuk meningkatkan kinerja.

3. Menyampaikan instruksi dengan jelas: Komunikasi verbal yang efektif

melibatkan kemampuan untuk menyampaikan instruksi dengan jelas dan

terperinci. Manajer perawat harus mampu mengomunikasikan tugas,

13
kebijakan, prosedur, atau perubahan kebijakan kepada staf perawat dengan

cara yang mudah dipahami dan menghindari ambigu.

4. Empati: Keterampilan komunikasi verbal yang baik melibatkan

kemampuan untuk berempati dengan orang lain. Manajer perawat harus

mampu mendengarkan dan memahami perspektif, perasaan, dan

kebutuhan staf perawat, pasien, dan keluarga pasien. Ini membantu dalam

membangun hubungan yang baik dan memastikan kebutuhan pasien dan

staf terpenuhi.

5. Mengatasi konflik: Keterampilan komunikasi verbal yang baik juga

melibatkan kemampuan untuk mengatasi konflik. Manajer perawat harus

mampu mengidentifikasi sumber konflik, mendengarkan semua pihak

terkait, dan memfasilitasi dialog yang konstruktif untuk mencapai

pemecahan masalah yang memuaskan semua pihak.

6. Pemimpin yang efektif: Komunikasi verbal yang baik menjadi kunci

bagi seorang manajer perawat untuk menjadi pemimpin yang efektif.

Keterampilan komunikasi yang baik memungkinkan manajer perawat

untuk menginspirasi dan memotivasi staf perawat, membangun tim yang

kuat, dan mencapai tujuan organisasi.

keterampilan komunikasi verbal dapat dikembangkan melalui pelatihan,

pengalaman, dan refleksi diri. Dengan meningkatkan keterampilan

komunikasi verbal, seorang manajer perawat dapat membangun hubungan

14
yang lebih baik, meningkatkan efektivitas komunikasi, dan

mengoptimalkan pengelolaan organisasi.

b. Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik merupakan landasan penting dalam praktik

manajemen keperawatan. Komunikasi terapeutik adalah suatu pendekatan

komunikasi yang bertujuan untuk membangun hubungan saling percaya

antara perawat dan pasien, dengan tujuan meningkatkan perawatan dan

kesembuhan pasien.

Dalam manajemen keperawatan, komunikasi terapeutik digunakan untuk

membantu mengelola interaksi antara perawat dan pasien, serta antara

anggota tim perawatan. Beberapa prinsip dan teknik yang mendasari teori

komunikasi terapeutik dalam manajemen keperawatan antara lain:

1. Empati: Perawat harus mampu memahami dan merasakan apa yang

dialami pasien secara emosional. Empati memungkinkan perawat

untuk menunjukkan pengertian, kepedulian, dan dukungan

terhadap pasien.

2. Mendengarkan aktif: Perawat perlu mendengarkan pasien dengan

penuh perhatian, menghargai apa yang dikatakan, dan

menunjukkan minat yang tulus. Mendengarkan aktif membantu

perawat memperoleh informasi yang penting untuk perawatan

pasien.

15
3. Keterbukaan: Perawat perlu menciptakan suasana yang terbuka dan

aman, sehingga pasien merasa nyaman untuk berkomunikasi

dengan perawat. Hal ini melibatkan kejujuran, kerendahan hati,

dan konsistensi dalam berkomunikasi.

4. Pertanyaan terbuka: Penggunaan pertanyaan terbuka membantu

perawat memperoleh informasi yang lebih banyak dari pasien.

Pertanyaan terbuka mendorong pasien untuk mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan kekhawatiran secara lebih mendalam.

5. Refleksi: Perawat dapat menggunakan teknik refleksi untuk

mengklarifikasi dan memvalidasi pemahaman mereka terhadap apa

yang dikatakan oleh pasien. Dengan memperjelas dan

mencerminkan kembali pernyataan pasien, perawat dapat

membangun hubungan yang lebih kuat dan menghindari

kesalahpahaman.

6. Bahasa yang sederhana: Perawat sebaiknya menggunakan bahasa

yang mudah dipahami oleh pasien, menghindari penggunaan istilah

medis yang kompleks. Penggunaan bahasa yang sederhana

membantu memastikan pasien benar-benar memahami informasi

yang disampaikan oleh perawat.

7. Menghindari sikap otoriter: Perawat sebaiknya menghindari sikap

yang otoriter dan memperlakukan pasien secara merendahkan.

Sebaliknya, perawat seharusnya berinteraksi dengan pasien sebagai

mitra dalam perawatan, membangun kepercayaan, dan mendorong

16
partisipasi aktif pasien dalam pengambilan keputusan terkait

perawatan.

Melalui penerapan teori komunikasi terapeutik dalam

manajemen keperawatan, perawat dapat membangun hubungan

yang baik dengan pasien, meningkatkan kualitas perawatan, dan

mencapai hasil yang lebih baik dalam kesembuhan pasien.

c. Bahasa Yang Efektif

Bahasa yang efektif dalam manajemen keperawatan adalah bahasa

yang jelas, terbuka, dan berfokus pada komunikasi yang tepat dan efisien

antara anggota tim keperawatan. Beberapa aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam menggunakan bahasa yang efektif dalam manajemen

keperawatan meliputi:

1. Klaritas: Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan sederhana. Hindari

penggunaan istilah medis yang rumit jika berkomunikasi dengan anggota

tim non-medis. Pastikan pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan

jelas dan tidak menimbulkan kebingungan.

2. Kesantunan: Tetaplah sopan dan hormat dalam berkomunikasi dengan

anggota tim. Gunakan ungkapan yang membangun dan hindari

penggunaan bahasa yang menyinggung atau merendahkan orang lain. Beri

apresiasi pada kontribusi anggota tim dan jangan ragu untuk memberikan

pujian atau penghargaan ketika pantas.

17
3. Keterbukaan: Dorong komunikasi dua arah yang terbuka dan jujur.

Berikan ruang bagi anggota tim untuk menyampaikan pendapat, masukan,

atau kekhawatiran mereka. Dengarkan dengan seksama dan berikan

respons yang tepat. Hindari kritik yang bersifat pribadi dan berfokus pada

masalah yang dibahas.

4. Konsistensi: Pastikan penggunaan terminologi yang konsisten dalam

tim. Ini membantu meminimalkan kesalahpahaman dan memperkuat

pemahaman bersama tentang istilah dan konsep yang digunakan dalam

manajemen keperawatan. Penggunaan istilah yang konsisten juga penting

saat berkomunikasi dengan anggota tim dari departemen atau latar

belakang yang berbeda.

5. Empati: Tunjukkan empati dan kepekaan terhadap anggota tim.

Manajemen keperawatan melibatkan bekerja dengan beragam individu

yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Dengarkan dengan

empati dan pertimbangkan perspektif orang lain dalam pengambilan

keputusan atau penyelesaian masalah.

6. Tujuan yang jelas: Sampaikan pesan dengan tujuan yang jelas dan

spesifik. Pastikan bahwa semua anggota tim memiliki pemahaman yang

sama tentang tujuan, tugas, dan harapan yang harus dicapai. Gunakan

bahasa yang memotivasi dan menginspirasi untuk mendorong kolaborasi

dan pencapaian tujuan bersama.

18
7. Komunikasi tertulis: Selain komunikasi lisan, komunikasi tertulis juga

merupakan bagian penting dalam manajemen keperawatan. Pastikan

bahwa pesan tertulis disampaikan dengan jelas, lengkap, dan mudah

dipahami. Gunakan format yang sesuai, seperti email atau catatan medis,

dan periksa kembali pesan sebelum dikirim untuk memastikan tidak ada

kesalahan atau kekeliruan.

Dengan menggunakan bahasa yang efektif dalam manajemen

keperawatan, akan tercipta lingkungan kerja yang lebih produktif,

kolaboratif, dan memperkuat keberhasilan tim dalam memberikan

perawatan yang berkualitas kepada pasien.

d. Keterampilan Mendengarkan

Keterampilan mendengarkan yang baik sangat penting dalam komunikasi

verbal dalam manajemen keperawatan. Berikut adalah beberapa

keterampilan mendengarkan yang dapat meningkatkan komunikasi verbal

dalam manajemen keperawatan:

1. Mendengarkan aktif: Mendengarkan aktif adalah keterampilan untuk

mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat yang tulus terhadap apa

yang dikatakan oleh pasien atau anggota tim perawatan. Fokuskan

perhatian pada pesan yang disampaikan, hindari distraksi, dan jangan

mengalihkan perhatian pada hal-hal lain saat berkomunikasi.

2. Memberikan perhatian penuh: Berikan perhatian penuh kepada

pembicara. Tunjukkan minat dan keterlibatan dengan menggunakan

19
bahasa tubuh yang terbuka, seperti kontak mata, mengangguk, dan

ekspresi wajah yang menunjukkan pemahaman.

3. Hindari interupsi: Jangan memotong pembicara atau menginterupsi

mereka saat berbicara. Biarkan mereka menyelesaikan kalimat atau

pemikiran mereka sebelum memberikan tanggapan atau bertanya.

4. Gunakan bahasa tubuh yang mendukung: Selain mendengarkan dengan

teliti, juga penting untuk menggunakan bahasa tubuh yang mendukung

komunikasi. Hal ini mencakup menghadapkan tubuh ke arah pembicara,

memberikan senyuman atau ekspresi wajah yang tepat, serta menggunakan

gerakan tangan yang sesuai untuk menunjukkan pemahaman atau

menggambarkan informasi.

5. Verifikasi pemahaman: Setelah pasien atau anggota tim perawatan

selesai berbicara, pastikan untuk memverifikasi pemahaman Anda. Anda

dapat mengulang kembali atau merangkum apa yang telah mereka katakan

untuk memastikan bahwa Anda mengerti dengan benar. Ini juga

memberikan kesempatan bagi pembicara untuk mengklarifikasi atau

melengkapi informasi yang mungkin belum disampaikan.

6. Menghindari penilaian dan asumsi: Jaga sikap yang terbuka dan

menghindari membuat penilaian atau asumsi sebelum benar-benar

memahami apa yang dikatakan oleh pasien atau anggota tim perawatan.

Dengan tetap terbuka dan tanpa prasangka, Anda dapat mendengarkan

dengan lebih efektif dan menerima informasi dengan lebih objektif.

20
7. Mengajukan pertanyaan yang tepat: Pertanyaan yang tepat dapat

membantu memperjelas informasi atau mendapatkan rincian lebih lanjut.

Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendorong pembicara untuk berbagi

lebih banyak informasi dan pemikiran mereka.

Mengembangkan keterampilan mendengarkan yang efektif memerlukan

latihan dan kesadaran diri yang terus-menerus. Dengan memperhatikan

dan mempraktikkan keterampilan mendengarkan ini, Anda dapat

meningkatkan komunikasi verbal dalam manajemen keperawatan dan

membangun hubungan yang kuat dengan pasien dan anggota tim

perawatan lainnya.

e. Mengajukan Pertanyaan Yang Efektif

Mengajukan pertanyaan yang efektif berarti mengajukan pertanyaan yang

relevan, terbuka, menggali informasi yang lebih dalam, dan mendorong

pasien atau anggota tim perawatan untuk berpikir secara reflektif. Tujuan

dari pertanyaan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik

tentang kebutuhan, keadaan, atau masalah pasien, serta untuk mendorong

partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan terkait perawatan.

Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat membantu dalam mengajukan

pertanyaan yang efektif :

1. Pertanyaan terbuka: Mengajukan pertanyaan terbuka memungkinkan

pasien atau anggota tim perawatan untuk memberikan respons yang lebih

panjang dan rinci. Pertanyaan terbuka memberi kesempatan bagi mereka

21
untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan kekhawatiran mereka

dengan lebih mendalam.

Contoh pertanyaan terbuka:

- "Bagaimana perasaan Anda tentang kondisi kesehatan Anda saat ini?"

- "Apa yang Anda pikirkan tentang rencana perawatan ini?"

2. Pertanyaan reflektif: Pertanyaan reflektif melibatkan mengulang

kembali atau merangkum apa yang telah dikatakan oleh pasien atau

anggota tim perawatan. Tujuannya adalah untuk memverifikasi

pemahaman Anda dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk

mengklarifikasi atau melengkapi informasi yang mungkin belum

disampaikan.

Contoh pertanyaan reflektif:

- "Jadi, Anda mengatakan bahwa Anda merasa cemas tentang prosedur

ini?"

- "Jadi, Anda ingin menghindari efek samping yang mungkin timbul dari

obat ini?"

3. Pertanyaan mendalam: Pertanyaan mendalam digunakan untuk

menggali informasi lebih dalam dan mendapatkan pemahaman yang lebih

komprehensif tentang masalah atau kebutuhan pasien. Pertanyaan ini dapat

22
membantu mengidentifikasi penyebab, faktor pemicu, atau dampak dari

suatu kondisi atau perawatan.

Contoh pertanyaan mendalam:

- "Bagaimana kondisi ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari Anda?"

- "Apa yang Anda pikirkan tentang perawatan sebelumnya yang Anda

terima?"

4. Pertanyaan terarah: Pertanyaan terarah digunakan ketika ada kebutuhan

spesifik untuk mendapatkan informasi yang jelas dan terfokus. Pertanyaan

ini membantu mengarahkan percakapan ke topik atau masalah tertentu.

Contoh pertanyaan terarah:

- "Apakah Anda mengalami gejala nyeri di dada?"

- "Apakah Anda mengikuti instruksi perawatan dengan ketat?"

Dalam mengajukan pertanyaan, penting untuk mendengarkan dengan

seksama dan memberikan waktu bagi pasien atau anggota tim perawatan

untuk merespons, menjaga sikap yang terbuka dan mendukung, serta

menghargai setiap jawaban yang diberikan.

f. Mengatasi Konflik

Konflik dalam komunikasi verbal dalam manajemen keperawatan

adalah hal yang wajar dan dapat terjadi karena perbedaan pendapat,

persepsi, atau tujuan antara perawat, pasien, atau anggota tim perawatan.

23
Penting untuk dapat mengatasi konflik tersebut dengan baik agar

komunikasi yang efektif tetap terjaga. Berikut adalah beberapa langkah

yang dapat dilakukan dalam mengatasi konflik dalam komunikasi verbal

dalam manajemen keperawatan:

1. Tetap tenang dan empati : Pertahankan ketenangan dan berusaha untuk

memahami perspektif orang lain. Tunjukkan empati terhadap perasaan dan

kebutuhan mereka. Pendekatan yang empatik dan pengertian dapat

membantu mengurangi ketegangan dan membangun kepercayaan.

2. Dengarkan dengan penuh perhatian : Berikan perhatian penuh pada apa

yang dikatakan oleh pihak lain. Dengarkan dengan teliti dan jangan

memotong pembicara. Hindari membuat asumsi atau penilaian sebelum

benar-benar memahami sudut pandang mereka.

3. Gunakan komunikasi non-verbal yang mendukung : Selain

mendengarkan, perhatikan bahasa tubuh Anda. Pastikan postur tubuh,

ekspresi wajah, dan gerakan tangan Anda mendukung komunikasi yang

positif dan terbuka. Ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang

aman dan terbuka bagi dialog yang produktif.

4. Jaga kejelasan dan kejelasan : Sampaikan pesan dengan jelas dan

terstruktur. Hindari penggunaan bahasa yang ambigu atau

membingungkan. Pastikan bahwa apa yang Anda sampaikan mudah

dipahami oleh semua pihak yang terlibat.

24
5. Fokus pada masalah, bukan pada individu : Jaga fokus diskusi pada

masalah atau situasi yang menyebabkan konflik, bukan pada individu.

Hindari menyerang atau mengkritik secara personal. Bertujuanlah untuk

mencapai pemahaman bersama dan solusi yang saling menguntungkan.

6. Gunakan teknik komunikasi aktif : Gunakan teknik komunikasi aktif

seperti mengulang kembali, merangkum, atau menegaskan pemahaman.

Hal ini membantu memastikan bahwa pesan dipahami dengan benar dan

memperjelas setiap kesalahpahaman yang mungkin muncul.

7. Cari solusi bersama: Ajak semua pihak yang terlibat untuk

berpartisipasi dalam mencari solusi yang memadai. Diskusikan opsi-opsi

yang tersedia dan upayakan untuk mencapai titik temu yang saling

menguntungkan. Jika diperlukan, melibatkan pihak yang berwenang atau

mediator yang dapat membantu menengahi konflik.

8. Evaluasi dan refleksi: Setelah konflik teratasi, lakukan evaluasi terhadap

situasi dan komunikasi yang terjadi. Identifikasi pelajaran yang dapat

dipetik dan refleksikan bagaimana komunikasi dan konflik dapat dihindari

atau dikelola dengan lebih baik di masa depan.

g. Memberikan umpan balik yang konstruktif

Memberikan umpan balik yang konstruktif dalam komunikasi

verbal dalam manajemen keperawatan berarti memberikan tanggapan yang

objektif, jelas, dan membangun kepada pasien, rekan kerja, atau anggota

tim perawatan lainnya. Tujuan dari umpan balik ini adalah untuk

25
meningkatkan komunikasi, memperbaiki kinerja, dan mencapai tujuan

perawatan yang optimal. Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan dalam memberikan umpan balik konstruktif:

1. Bersifat objektif: Pastikan umpan balik yang diberikan didasarkan pada

fakta dan observasi yang konkret. Hindari memberikan umpan balik yang

didasarkan pada asumsi, pendapat pribadi, atau penilaian yang tidak

relevan.

2. Jaga suasana yang aman: Pilih waktu dan tempat yang tepat untuk

memberikan umpan balik. Pastikan suasana yang kondusif untuk diskusi

terbuka dan tidak memihak. Jaga sikap yang terbuka, mendengarkan

dengan penuh perhatian, dan menghargai pandangan orang lain.

3. Sampaikan dengan jelas: Sampaikan umpan balik dengan cara yang

jelas dan terstruktur. Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan hindari

penggunaan kalimat yang menyerang atau memprovokasi. Fokuskan pada

perilaku atau tindakan yang dapat diperbaiki, bukan pada pribadi individu.

4. Berikan contoh konkret: Untuk memberikan umpan balik yang efektif,

berikan contoh konkret mengenai situasi atau perilaku yang menjadi

perhatian. Gambarkan secara jelas apa yang terjadi dan bagaimana hal

tersebut mempengaruhi pasien atau tim perawatan. Hal ini membantu

penerima umpan balik memahami dengan lebih baik.

5. Sertakan saran perbaikan: Selain mengidentifikasi masalah, berikan

saran atau alternatif yang konstruktif untuk memperbaiki situasi atau

26
perilaku. Tawarkan solusi yang mungkin dan berikan dukungan dalam

mencapai perubahan yang diinginkan.

6. Dorong dialog dan partisipasi: Ajak penerima umpan balik untuk

berpartisipasi dalam diskusi. Tanyakan pendapat mereka dan berikan

kesempatan bagi mereka untuk menyampaikan pandangan mereka.

Dorong komunikasi dua arah dan beri waktu bagi mereka untuk merespons

dan memberikan tanggapan.

7. Tetap positif dan dukung: Meskipun mengajukan kritik, tetaplah positif

dan dukung. Berikan umpan balik dengan niat yang baik dan fokus pada

upaya untuk membantu dan meningkatkan, bukan untuk menyalahkan atau

merendahkan.

8. Pantau hasil dan berikan tindak lanjut: Setelah memberikan umpan

balik, penting untuk memantau hasilnya. Pastikan bahwa tindakan

perbaikan dilakukan dan evaluasi dampaknya. Jika perlu, berikan tindak

lanjut atau dukungan tambahan yang diperlukan.

h. Komunikasi Dengan Keluarga Dan Tim Multidisiplin

Komunikasi dengan keluarga dan tim multidisiplin adalah bagian penting

dari manajemen keperawatan yang efektif. Berikut adalah beberapa aspek

yang perlu diperhatikan dalam komunikasi dengan keluarga dan tim

multidisiplin :

27
1. Transparansi dan kejujuran : Sampaikan informasi dengan jujur dan

transparan kepada keluarga pasien serta anggota tim multidisiplin. Berikan

penjelasan yang jelas mengenai kondisi pasien, prosedur yang akan

dilakukan, serta perkembangan terkini. Hindari menutup-nutupi informasi

yang penting dan penting untuk melibatkan semua pihak yang terkait.

2. Dengarkan dengan empati : Dengarkan dengan empati kekhawatiran,

kebutuhan, dan perspektif keluarga pasien serta anggota tim multidisiplin.

Berikan perhatian penuh dan jangan mengabaikan atau meremehkan

masukan atau pertanyaan mereka. Ini membantu membangun hubungan

yang kuat dan saling pengertian antara semua pihak yang terlibat.

3. Komunikasi terbuka dan saling mendukung : Fasilitasi komunikasi

terbuka dan saling mendukung antara keluarga pasien dan anggota tim

multidisiplin. Dorong mereka untuk berbagi informasi, pemikiran, dan

masukan mereka secara terbuka. Jaga suasana yang aman dan nyaman di

mana setiap orang merasa dihargai dan dihormati.

4. Penggunaan bahasa yang jelas dan sederhana : Gunakan bahasa yang

jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat.

Hindari penggunaan istilah medis yang rumit atau teknis yang mungkin

sulit dipahami oleh keluarga pasien yang tidak memiliki latar belakang

medis. Pastikan bahwa pesan Anda mudah dimengerti oleh semua orang.

5. Kolaborasi dan koordinasi : Fasilitasi kolaborasi dan koordinasi antara

keluarga pasien dan anggota tim multidisiplin. Ini melibatkan pertukaran

informasi yang efektif, pembaruan secara berkala, dan pembagian

28
tanggung jawab yang jelas. Tujuannya adalah untuk mencapai perawatan

yang terkoordinasi dan komprehensif untuk pasien.

6. Menyampaikan harapan dan ekspektasi : Sampaikan harapan dan

ekspektasi dengan jelas kepada keluarga pasien dan anggota tim

multidisiplin. Jelaskan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak

serta apa yang diharapkan dari mereka dalam perawatan pasien. Ini

membantu menghindari kesalahpahaman dan memastikan bahwa semua

pihak memiliki pemahaman yang sama.

7. Fleksibilitas dan kemampuan menghadapi perbedaan : Menghadapi

perbedaan pendapat atau perspektif adalah hal yang biasa dalam

komunikasi dengan keluarga pasien dan tim multidisiplin. Penting untuk

tetap fleksibel dan terbuka terhadap sudut pandang yang berbeda.

Berusaha mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dengan

berdiskusi dan mencari solusi bersama.

8. Evaluasi dan umpan balik : Selama proses komunikasi dengan keluarga

dan tim multidisiplin, penting untuk melakukan evaluasi terhadap

efektivitas komunikasi yang terjadi. Pertimbangkan apakah pesan telah

disampaikan dengan jelas, apakah informasi telah dipahami dengan benar,

dan apakah tujuan komunikasi tercapai. Jika diperlukan, berikan umpan

balik secara konstruktif kepada keluarga pasien dan anggota tim

multidisiplin untuk meningkatkan kualitas komunikasi di masa mendatang.

9. Menghargai perbedaan budaya dan nilai : Dalam komunikasi dengan

keluarga pasien dan tim multidisiplin, sadari adanya perbedaan budaya,

29
nilai, dan keyakinan. Penting untuk menghargai keunikan setiap individu

dan keluarga, serta memahami bahwa cara berkomunikasi dan

menginterpretasikan informasi dapat bervariasi. Jaga kesadaran akan

keragaman budaya dan berusaha untuk berkomunikasi dengan pengertian

dan kepekaan.

10. Timbal balik terbuka : Selain memberikan umpan balik kepada

keluarga pasien dan anggota tim multidisiplin, juga penting untuk

menerima umpan balik dari mereka. Jadilah terbuka terhadap masukan,

kritik, atau saran yang mereka berikan. Hal ini membantu memperbaiki

komunikasi Anda dan membangun hubungan yang lebih baik dengan

mereka.

11. Dokumentasikan komunikasi : Penting untuk mencatat komunikasi

yang terjadi dengan keluarga pasien dan tim multidisiplin dalam catatan

medis atau dokumen yang relevan. Ini membantu menjaga catatan yang

akurat dan terorganisir, sehingga informasi dapat diakses dan dipahami

oleh semua anggota tim perawatan.

12. Pembelajaran dan pengembangan kontinu : Komunikasi merupakan

keterampilan yang dapat terus dikembangkan. Jadilah terbuka untuk

belajar dan terus meningkatkan keterampilan komunikasi Anda dalam

manajemen keperawatan. Terlibatlah dalam pelatihan, seminar, atau

program pengembangan diri yang berkaitan dengan komunikasi efektif.

Komunikasi yang efektif dengan keluarga pasien dan tim

multidisiplin membantu membangun kolaborasi yang kuat, meningkatkan

30
koordinasi perawatan, dan meningkatkan hasil klinis. Dengan

memperhatikan aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, Anda dapat

membangun hubungan yang saling menguntungkan dan memastikan

komunikasi yang efektif dalam manajemen keperawatan.

i. Etika dalam komunikasi

Etika dalam komunikasi sangat penting dalam manajemen

keperawatan. Etika komunikasi mencakup prinsip-prinsip moral dan nilai-

nilai yang mengatur bagaimana kita berinteraksi, berkomunikasi, dan

berhubungan dengan orang lain. Berikut adalah beberapa prinsip etika

yang perlu diperhatikan dalam komunikasi dalam konteks manajemen

keperawatan:

1. Kehormatan dan menghargai: Berkomunikasilah dengan kehormatan

dan menghargai orang lain, termasuk pasien, keluarga pasien, dan anggota

tim multidisiplin. Hindari perilaku yang merendahkan, menghina, atau

memicu konflik. Jaga sikap dan bahasa yang sopan serta menghormati

privasi dan kerahasiaan informasi pasien.

2. Keterbukaan dan kejujuran: Berkomunikasi dengan keterbukaan dan

kejujuran, terutama dalam memberikan informasi medis dan

perkembangan terkait pasien. Hindari penipuan, manipulasi, atau

menyembunyikan informasi yang penting bagi keputusan perawatan dan

keputusan medis yang diambil.

31
3. Kerahasiaan dan privasi: Jagalah kerahasiaan informasi pasien dan

privasi mereka sesuai dengan etika dan regulasi yang berlaku. Hindari

mengungkapkan informasi pribadi atau medis tentang pasien tanpa izin

yang sesuai. Pastikan bahwa informasi pasien hanya dibagikan kepada

pihak yang berwenang dan terkait dalam konteks perawatan pasien.

4. Empati dan kepekaan: Bersikaplah empati dan sensitif terhadap

perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Dengarkan dengan penuh

perhatian dan upayakan untuk memahami sudut pandang dan pengalaman

mereka. Jangan mengecilkan atau mengabaikan perasaan atau

kekhawatiran orang lain.

5. Klaritas dan kejelasan: Sampaikan informasi dengan jelas dan

terstruktur. Pastikan bahwa pesan yang Anda sampaikan dapat dipahami

dengan mudah oleh semua pihak yang terlibat. Hindari penggunaan bahasa

yang rumit, teknis, atau ambigu yang dapat membingungkan orang lain.

6. Pertimbangan dan keadilan: Dalam komunikasi dengan tim

multidisiplin, berikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi,

memberikan masukan, dan menyampaikan pendapat. Hindari perilaku

yang memihak atau diskriminatif berdasarkan ras, agama, jenis kelamin,

atau faktor lainnya. Pertimbangkan sudut pandang yang beragam dan jaga

keadilan dalam pengambilan keputusan.

7. Kejujuran diri: Berkomunikasilah dengan integritas dan jujur. Jaga

kesesuaian antara kata-kata dan tindakan Anda. Hindari memberikan janji

32
yang tidak dapat dipenuhi atau membuat klaim yang tidak dapat

dibuktikan. Segera akui kesalahan jika terjadi dan berusaha

memperbaikinya.

8. Komunikasi efektif: Upayakan untuk berkomunikasi dengan efektif dan

terbuka. Dengarkan dengan penuh perhatian, gunakan teknik komunikasi

aktif.

j. Komunikasi Dalam Situasi Darurat

Komunikasi dalam situasi darurat merupakan aspek penting dalam

manajemen keperawatan. Situasi darurat dapat mencakup keadaan krisis

medis yang memerlukan tindakan cepat dan koordinasi yang efektif.

Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

komunikasi dalam situasi darurat:

1. Kepastian dan kejelasan: Komunikasikan informasi dengan jelas dan

pasti kepada semua pihak yang terlibat. Sampaikan pesan dengan bahasa

yang sederhana dan mudah dipahami. Hindari penggunaan istilah teknis

yang mungkin sulit dimengerti oleh orang yang tidak memiliki latar

belakang medis.

2. Prioritaskan komunikasi yang efektif: Dalam situasi darurat, waktu

sering menjadi faktor kritis. Oleh karena itu, komunikasikan informasi

yang paling penting dan relevan terlebih dahulu. Pastikan bahwa pesan

Anda ditujukan dengan tepat dan kepada pihak yang perlu mengetahuinya.

33
3. Gunakan komunikasi langsung: Komunikasi langsung dan terbuka

sangat penting dalam situasi darurat. Berbicaralah secara langsung dengan

anggota tim perawatan, keluarga pasien, dan pihak terkait lainnya. Hindari

penggunaan komunikasi elektronik yang dapat memperlambat respons dan

mengakibatkan ketidakjelasan.

4. Pertahankan ketenangan: Jaga ketenangan dan kestabilan emosional saat

berkomunikasi dalam situasi darurat. Ini membantu menciptakan suasana

yang tenang dan memfasilitasi komunikasi yang lebih baik. Bicaralah

dengan suara yang tenang dan jelas, dan hindari menunjukkan kepanikan

atau kegelisahan.

5. Sampaikan instruksi dengan tegas: Dalam situasi darurat, penting untuk

memberikan instruksi dengan tegas dan jelas kepada anggota tim

perawatan. Gunakan kata-kata yang sederhana dan langsung untuk

mengkomunikasikan tindakan yang harus diambil. Pastikan bahwa

instruksi Anda dipahami dengan benar oleh penerima pesan.

6. Dengarkan dan tanggap terhadap kebutuhan orang lain: Dengarkan

dengan penuh perhatian kebutuhan, kekhawatiran, dan pertanyaan orang

lain dalam situasi darurat. Berikan waktu bagi mereka untuk

menyampaikan informasi atau ekspresi emosi mereka. Tunjukkan empati

dan berusaha memahami perspektif mereka.

7. Koordinasi dan kolaborasi: Komunikasi dalam situasi darurat harus

mencakup koordinasi yang efektif antara anggota tim perawatan. Pastikan

34
bahwa semua pihak terinformasi tentang perkembangan terkini dan tugas

yang harus dilakukan. Berkomunikasi secara terbuka dan saling

mendukung dalam mengambil keputusan dan bertindak.

8. Evaluasi dan umpan balik: Setelah situasi darurat teratasi, lakukan

evaluasi terhadap komunikasi yang terjadi. Tinjau apa yang berjalan

dengan baik dan apa yang dapat diperbaiki. Berikan umpan balik

konstruktif kepada anggota tim perawatan untuk memperbaiki komunikasi

di masa mendatang.

k. Contoh Penerapan Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal memainkan peran yang sangat penting dalam

manajemen keperawatan. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan

komunikasi verbal dalam manajemen keperawatan:

1. Rapat Tim: Manajer keperawatan sering mengadakan rapat tim dengan

staf perawat untuk berbagi informasi, memberikan arahan, dan membahas

isu-isu terkait perawatan. Komunikasi verbal dalam rapat ini

memungkinkan manajer dan staf perawat untuk saling bertukar gagasan,

memberikan masukan, dan membuat keputusan bersama.

2. Komunikasi Pasien-Perawat: Komunikasi verbal antara perawat dan

pasien sangat penting dalam memberikan perawatan yang efektif. Perawat

harus dapat mengkomunikasikan informasi medis dengan jelas kepada

pasien, menjawab pertanyaan mereka, memberikan instruksi tentang

perawatan lanjutan, dan memberikan dukungan emosional. Komunikasi

35
yang efektif dapat membantu membangun hubungan yang baik antara

perawat dan pasien serta meningkatkan kepatuhan pasien terhadap

perawatan.

3. Delegasi Tugas: Manajer keperawatan sering harus mendistribusikan

tugas kepada staf perawat yang ada di bawah pengawasannya. Komunikasi

verbal digunakan untuk menjelaskan tugas yang harus dilakukan,

memberikan instruksi tentang bagaimana melakukannya, serta

menyampaikan harapan dan ekspektasi terkait pekerjaan tersebut.

4. Diskusi Kasus: Dalam manajemen keperawatan, terkadang diperlukan

diskusi kasus untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan perawatan,

atau mengevaluasi hasil perawatan. Komunikasi verbal digunakan dalam

diskusi ini untuk membahas kondisi pasien, menyampaikan pemikiran dan

saran, serta mencapai kesepakatan tentang rencana tindakan.

5. Komunikasi Antar-Tingkat: Manajer keperawatan perlu berkomunikasi

dengan manajer tingkat atas, kolega manajerial, atau pemimpin lainnya di

lingkungan perawatan kesehatan. Komunikasi verbal digunakan dalam

interaksi ini untuk menyampaikan informasi, melaporkan kinerja, berbagi

pemikiran dan ide, serta berkoordinasi dalam mengambil keputusan terkait

manajemen keperawatan.

6. Pendidikan dan Pelatihan: Manajer keperawatan bertanggung jawab

untuk menyediakan pendidikan dan pelatihan kepada staf perawat.

36
Komunikasi verbal digunakan dalam pengajaran untuk menyampaikan

pengetahuan, keterampilan, dan praktik terbaik kepada staf perawat, serta

memberikan umpan balik konstruktif tentang kinerja mereka.

Penerapan komunikasi verbal dalam manajemen keperawatan sangat

penting untuk mencapai kerja sama tim yang baik, memastikan perawatan

yang berkualitas, serta mencapai tujuan organisasi yang diinginkan.

l. Contoh Kasus Atau Roleplay Komunikasi Verbal

Berikut ini adalah contoh kasus atau roleplay komunikasi verbal

dalam manajemen keperawatan:

Kasus: Seorang manajer keperawatan perlu memberikan umpan balik

kepada seorang perawat yang mengalami penurunan kualitas pelayanan

kepada pasien.

Roleplay:

Manajer (M): Halo, Sarah. Apakah kita bisa berbicara sebentar?

Perawat (P): Tentu, ada apa?

M: Saya ingin membicarakan mengenai beberapa masalah yang saya

perhatikan dalam pelayanan pasien belakangan ini. Saya telah menerima

beberapa keluhan dari beberapa pasien dan rekan kerja mengenai

pelayanan yang diberikan.

P: Maaf, saya tidak menyadari adanya keluhan. Apa yang terjadi?

37
M: Beberapa pasien mengatakan bahwa Anda terlihat terburu-buru dan

kurang memperhatikan kebutuhan mereka. Ada juga beberapa rekan kerja

yang melaporkan bahwa mereka merasa Anda kurang responsif dalam

berkolaborasi dalam tim perawat.

P: Saya minta maaf jika terlihat begitu. Saya tidak bermaksud untuk

mengabaikan pasien atau rekan kerja.

M: Saya mengerti bahwa tugas Anda sebagai perawat bisa sangat sibuk,

tetapi penting bagi kita untuk memprioritaskan pelayanan pasien yang

berkualitas. Apakah ada faktor tertentu yang membuat Anda merasa

kesulitan dalam memberikan perhatian yang cukup kepada pasien?

P: Saya merasa terjebak dengan banyaknya tugas administrasi dan

kegiatan lain di unit. Saya juga belum terlalu terbiasa bekerja dalam tim

perawat yang baru.

M: Saya mengerti bahwa tugas administrasi bisa membebani, tetapi kita

harus mencari cara untuk mengelolanya dengan baik agar tidak

mengorbankan perhatian kepada pasien. Mengenai kolaborasi dalam tim,

saya akan memastikan bahwa Anda menerima pelatihan dan bimbingan

yang diperlukan.

P: Terima kasih, saya menghargainya. Saya bersedia untuk memperbaiki

pelayanan saya kepada pasien dan lebih berperan dalam tim perawat.

38
M: Saya menghargai komitmen Anda. Jika Anda membutuhkan bantuan

atau saran tambahan, jangan ragu untuk berbicara dengan saya atau rekan

kerja lainnya. Kita semua di sini untuk saling mendukung dan

meningkatkan kualitas pelayanan kita.

Dalam contoh ini, manajer keperawatan menggunakan komunikasi

verbal untuk memberikan umpan balik kepada perawat yang mengalami

penurunan kualitas pelayanan. Mereka berdiskusi tentang masalah yang

muncul dan mencari solusi bersama. Komunikasi verbal yang terbuka dan

jujur membantu membangun pemahaman dan komitmen untuk

meningkatkan pelayanan pasien.

39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterampilan mendengarkan yang baik adalah kunci dalam komunikasi

verbal manajemen keperawatan. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan

empati membantu memahami kebutuhan pasien, keluarga, dan anggota tim

multidisiplin, serta membangun hubungan yang baik.

Mengajukan pertanyaan yang efektif adalah penting dalam memperoleh

informasi yang relevan dan mendalam. Pertanyaan yang terarah dan terbuka

memfasilitasi komunikasi yang lebih baik dan memungkinkan penerima pesan

untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka.

Mengatasi konflik dalam komunikasi verbal adalah keterampilan penting

dalam manajemen keperawatan. Menggunakan pendekatan yang empatik,

memahami perspektif orang lain, dan mencari solusi yang saling

menguntungkan membantu mengurangi konflik dan membangun kolaborasi

yang lebih baik.

Memberikan umpan balik yang konstruktif adalah kunci dalam

memperbaiki komunikasi dan meningkatkan kualitas perawatan. Umpan balik

yang jujur, terarah, dan disampaikan dengan sikap yang positif membantu

anggota tim perawatan memahami kekuatan dan area perbaikan dalam

komunikasi mereka. Komunikasi dengan keluarga dan tim multidisiplin

40
memerlukan penggunaan keterampilan komunikasi yang baik. Memahami

perbedaan budaya, nilai, dan keyakinan, serta menjaga komunikasi yang

terbuka dan transparan, memfasilitasi kolaborasi yang efektif dalam

manajemen keperawatan.

Dengan menguasai keterampilan komunikasi verbal dalam manajemen

keperawatan, perawat dapat membangun hubungan yang baik dengan pasien,

keluarga, dan anggota tim multidisiplin. Hal ini membantu meningkatkan

koordinasi perawatan, kepuasan pasien, dan hasil klinis yang optimal.

B. Saran

Adapun saran terkait keterampilan komunikasi verbal dalam manajemen

keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Bersikap Empati : Dalam berkomunikasi dengan pasien, keluarga, atau

anggota tim lainnya, tunjukkan empati dan perhatian terhadap perasaan

dan kebutuhan mereka. Dengarkan dengan saksama, beri respon yang

memperlihatkan pemahaman, dan perlihatkan kepedulian.

2. Gunakan Bahasa yang Mudah Dipahami : Saat berkomunikasi dengan

pasien atau anggota tim yang mungkin tidak memiliki latar belakang

medis yang sama, hindari penggunaan istilah teknis yang sulit dipahami.

Gunakan bahasa yang jelas dan sederhana agar pesan Anda dapat dengan

mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat.

41
3. Jaga Komunikasi Terbuka : Dalam manajemen keperawatan, penting

untuk menjaga saluran komunikasi terbuka dengan semua anggota tim.

Berikan kesempatan kepada semua orang untuk berbicara, mendengarkan

secara aktif, dan memberikan umpan balik. Dorong kolaborasi dan

pertukaran informasi yang efektif.

4. Sisipkan Pertanyaan yang Efektif : Mengajukan pertanyaan yang tepat

dapat membantu Anda memperoleh informasi yang diperlukan dan

memperjelas pemahaman. Gunakan pertanyaan terbuka untuk merangsang

diskusi dan refleksi, serta pertanyaan tertutup untuk mendapatkan

informasi yang spesifik.

5. Hindari Asumsi : Jangan membuat asumsi tentang pemahaman orang

lain atau situasi tertentu. Selalu pastikan bahwa pesan Anda diterima dan

dipahami dengan baik oleh semua pihak. Jika perlu, konfirmasikan dan

klarifikasi pesan untuk menghindari kesalahpahaman.

6. Pertahankan Etika Profesional : Komunikasi verbal dalam manajemen

keperawatan harus tetap mengikuti etika profesional. Berbicara dengan

sopan, hormat, dan menghindari komentar yang tidak pantas. Jaga sikap

profesional dalam menyampaikan pesan dan menyelesaikan konflik.

7. Berlatih Keterampilan Mendengarkan : Keterampilan mendengarkan

yang baik sangat penting dalam komunikasi verbal. Berikan perhatian

penuh kepada lawan bicara, jangan menginterupsi, dan tunjukkan rasa

42
hormat terhadap pendapat dan perasaan mereka. Berlatih aktif

mendengarkan dengan mengulang ringkasan atau merespon secara tepat.

8. Gunakan Komunikasi Nonverbal yang Efektif : Selain komunikasi

verbal, perhatikan juga komunikasi nonverbal Anda. Ekspresi wajah,

gerakan tubuh, dan kontak mata dapat mempengaruhi cara pesan Anda

diterima. Jaga bahasa tubuh yang terbuka, senyum, dan tunjukkan

ketertarikan dengan lawan bicara.

9. Kelola Konflik dengan Baik : Dalam manajemen keperawatan,

kemungkinan timbulnya konflik adalah hal yang biasa. Penting untuk

mengatasi konflik dengan bijaksana dan menggunakan komunikasi verbal

yang efektif. Dengarkan semua pih

43
Daftar Pustaka

Daly, J., Speedy, S., & Jackson, D. (2015). Communication skills for
nursing practice.

Macmillan International Higher Education.

Dougherty, L., & Lister, S. (2015). The Royal Marsden manual of clinical nursing
procedures.

John Wiley & Sons.

Higgs, J., & Jones, M. A. (2018). Clinical Reasoning In The Health Professions.
Elsevier Health

Sciences.

O'Malley, A. L., Brown, C. E., & Higgins, M. M. (2020). Communication


Practices In

Healthcare : A Systematic Review. Patient Education And Counseling, 103(6),


1065-1085.

World Health Organization. (2011). Communication in patient safety: The


essential link between

patient safety and patient-centered care. World Health Organization.

44

You might also like