You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM (PRODI D IV)

MATA KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG


PENGGANGGU-A
IDENTIFIKASI VEKTOR LALAT

ANDRIAN SUWIGNYO PUTRO


P07133214017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DENPASAR
2016
LAPORAN PRAKTIKUM (PRODI D-IV)
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG
PENGGANGGU-A

IDENTIFIKASI VEKTOR LALAT

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu-A
Jurusan Kesehatan Lingkungan Program Studi DIV

Oleh :
I KADEK ANANTA KUSUMA EDI
NIM. P07133214010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DENPASAR
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Dosen Pembimbing Praktikum Mata


Kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu-A, telah melakukan
bimbingan dan pemeriksaan terhadap Laporan Praktikum yang disusun oleh :
NAMA : I KADEK ANANTA KUSUMA EDI
NIM : P07133214010
JUDUL : Identifikasi Vektor Lalat
Dan mendapat hasil : A/B/C/D dengan nilai
Demikian pengesahan hasil penilaian dimaksud.

Mengetahui Mengetahui
Koordinator MK PVBP-A Pembimbing MK PVBP-A

I Gusti Ayu Made Aryasih, S.KM., M.Si Nengah Notes, S.KM., M.Si
NIP. 197301191998032001 NIP. 195812311983031036

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Praktikum Mata Kuliah Vektor dan
Binatang Pengganggu-A yang berjudul ”Identifikasi Vektor Lalat” dapat
disusun dan selesai tepat pada waktunya. Laporan Praktikum ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu-
A.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu menyelesaikan Laporan
Praktikum ini, diantaranya :
1. Bapak I Wayan Suarta Asmara, BE., SST, M.Si selaku Ketua Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Ibu I Gusti Ayu Made Aryasih, S.KM., M.Si selaku dosen pengajar
mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu-A
3. Nengah Notes, S.KM., M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu-A
Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki, maka dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan Laporan Praktikum ini.

Denpasar, April 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i
LEMBAR PENGESAHAN………………….....…………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….... 1
B. Tujuan……………………………………………………………….. 2
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………..... 3
A. Tinjauan pustaka.………………………………………………….... 3
B. Metode ................................................................................................ 11
C. Alat dan bahan .................................................................................... 11
D. Cara kerja............................................................................................ 11
BAB III HASIL dan PEMBAHASAN…………………………………..... 13

A. Hasil…………………………................…………………...……..... 13

B. Pembahsan …………………………………………………….......... 13

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………....... 14

A. Simpulan…………………………………………………………….. 14

B. Saran………………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15

LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi


menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya.
Salah satu vektor yang dibahas pada praktikum ini yaitu Lalat. Lalat adalah jenis
serangga dari ordo Diptera berasal dari bahasa Yunani di berati dua dan ptera
berarti sayap (Wikipedia). Beberapa spesies lalat merupakan spesies yang paling
berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan
penyakit. Peranan lalat dalam menyebarkan penyakit adalah sebagai vektor
mekanik. Sebagai vektor mekanis lalat membawa bibit-bibit penyakit melalui
anggota tubuhnya. Tubuh lalat mempunyai banyak bulu-bulu terutama pada
kakinya. Bulu-bulu yang terdapat pada kaki mengandung semacam cairan perekat
sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat. Serangga lalat merupakan
hewan yang hidup dan berkembang biak di tempat-tempat kotor dan berbau
busuk.
Lalat merupakan vektor mekanis dari berbagai macam penyakit, terutama
penyakit-penyakit pada saluran pencernaan makanan. Penyakit yang ditularkan
oleh lalat tergantung sepesiesnya. Lalat rumah (musca domestica) dapat
membawa telur ascaris, spora anthrax dan clostridium tetani. Lalat dewasa dapat
membawa telur cacing usus (Ascaris, cacing tambang, Trichuris trichiura,
Oxyiuris vermicularis, taenia solium, taenia saginata), Protozoa (Entamoeba
histolytica), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Escherichia coli), virus polio,
Treponema pertenue (penyebab frambusia) dan Mycobacterium tuberculosis.
Lalat kecil (Fannia) dapat menularkan berbagai jenis Myasis (Gastric, Intestinal
dan Genitourinary). Lalat kandang (Stomoxys calcitrans) merupakan vektor
penyakit anthrax, tetanus, yellow fever dan traumatic myasis dan entric
pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Phaenicia) dapat menularkan
Myasis mata, tulang dan organ melalui luka. Lalat daging (Sarcophaga) dapat
menularkan Myasis kulit, hidung, jaringan,vagina dan usus. Untuk itu maka perlu
adanya identifikasi lalat yang ditangkap dari tempat perindukannya baik itu di
TPS, pasar dll.

B. Tujuan Praktikum

1.1 Tujuan Umum


Mahasiswa dapat mengidentifikasi lalat yang ditemukan sesuai dengan
spesiesnya.
1.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa membedakan lalat berdasarkan ciri-cirinya sesuai dengan
spesiesnya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Gambaran Umum Lalat


Lalat merupakan serangga yang termasuk ke dalam ordo diptera yang
merupakan ordo terbesar dari serangga dengan keragaman jenis yang tinggi.
Istilah “Diptera” menunjukkan bahwa kelompok serangga ini memiliki dua
pasang sayap pada masa embrional. Pasangan sayap belakang mengalami
perubahan bentuk dan fungsi menjadi alat keseimbangan yang disebut halter
sedang sepasang sayap lainnya menjadi sayap sejati (Borror dkk, 1992 dalam
Indriasih 2015).
Klasifikasi lalat adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Diptera
Famili : Muscidae, Challiporidae, Sarchopagidae, dll
Genus : Musca, Chrysomya, Stomoxyx, dll.
Spesies : Musca domestica, Chrysomya megachepala, Stomoxys calcitrans, dll

2. Siklus Hidup Lalat


Lalat adalah insekta yang mengalami metamorfosa sempurna yang terdiri atas
stadium telur, stadium larva, stadium kepompong, serta stadium dewasa (Azwar,
1996 dalam Indriasih 2015). Menurut Depkes RI (1991) dalam , perkembangan
lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang
tersedia.
a. Stadium Telur
Lalat betina umumnya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-20 hari
setelah dewasa. Telur yang dihasilkannya berbentuk oval, berwarna putih,
berukuran sekitar 10 mm dan biasanya mengelompok, sebanyak 75 sampai 150

3
telur setiap kelompoknya. Telur ini biasanya diletakkan pada daerah yang
terhindar dari sinar matahari dan tersedia cukup makanan. Jika tersedia panas
yang dibutuhkan, maka dalam tempo 12 jam telur akan menetas dan menghasilkan
tempayak (larva).
b. Larva atau tempayak
Stadium ini terdiri dari 3 tahap atau tingkatan, yaitu :
1) Tingkat I : Telur yang baru menetas, disebut instar I. Berukuran panjang 2
mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan ganas
terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan menjadi instar II.
2) Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa
hari, kulit mengelupas dan keluar instar III.
3) Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan
waktu 3 sampai 9 hari.
Larva diletakkan pada tempat yang disukai dengan temperature 30-35 oC dan
dalam waktu antara 4 sampai 7 hari akan berubah menjadi kepompong.
c. Kepompong
Kepompong lalat berbentuk lonjong dan umumnya berwarna merah tua atau
coklat. Umumnya kepompong mencari tempat yang kering atau dapat
menyembunyikan diri ke dalam lubang tanah yang ditemukannya. Jika suhu yang
dibutuhkan sesuai yakni ± 350 C maka sekitar 3 hari, kepompong akan berubah
menjadi bentuk dewasa.
d. Lalat dewasa
Sebelum terbang meninggalkan tempatnya, lalat memerlukan waktu sekitar 1
jam untuk mengeringkan tubuh dan sayapnya. Kemudian setelah beristirahat
selama lebih kurang 15 jam, ia memulai kehidupannya sebagai layaknya lalat
dewasa. Usia lalat dewasa biasanya antara 2 sampai 4 minggu, tetapi dapat
bertahan lebih lama jika udara dingin.

4
Gambar 1 Siklus Hidup Lalat (Watson dkk dalam Indriasih 2015)

3. Pola Hidup Lalat


Menurut Depkes RI (1995) dalam Indriasih 2015 pola hidup lalat adalah
sebagai berikut :
a. Tempat perindukan/berbiak
Kotoran binatang (kuda, sapi, ayam, babi), kotoran manusia, saluran air kotor,
sampah, kotoran got yang membusuk, buah-buahan, sayuran busuk dan biji-bijian
busuk adalah tempat yang disenangi lalat dan sering dijadikan sebagai tempat
perindukan.
b. Jarak terbang
Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata
6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari tempat berbiak.
c. Kebiasaan makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari.
Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu,
makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang.
Sehubung dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cairan,
makanan yang kering dibasahi oleh lidahnya terlebih dahulu baru dihisap. Air

5
merupakan hal yang penting dalam hidupnya, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam
saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari.
d. Tempat istirahat
Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik
hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat
istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai, dinding,
langit-langit, rumput-rumput dan tempat yang sejuk. Lalat juga menyukai tempat
yang berdekatan dengan makanan dan tempat perkembangbiakannya, serta tempat
yang terlindung dari angin dan matahari terik. Didalam rumah, lalat istirahat pada
pinggiran tempat makanan, kawat listrik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat
hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
e. Lama hidup
Lama hidup lalat sangat bergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada
musim panas berkisar antara 2-4 minggu sedangkan pada musim dingin biasanya
mencapai 70 hari.
f. Temperatur dan kelembaban
Lalat mulai terbang pada temperatur 15 0C dan aktifitas optimumnya pada
temperatur 210C. Pada temperatur di bawah 10 0C tidak aktif dan di atas 45 0C
terjadi kematian pada lalat. Sedangkan Kelembaban erat hubungannya dengan
temperatur setempat. Kelembaban berbanding terbalik dengan temperatur. Jumlah
lalat pada musim hujan lebih banyak daripada musim panas. Lalat sangat sensitif
terhadap angin yang kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari
makanan pada waktu kecepatan angin tinggi.
g. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai sinar. Pada
malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar
pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban. Jumlah lalat
akan meningkat pada temperatur 200C – 250C dan akan berkurang pada
temperatur <100C atau >490C serta kelembaban yang optimum 90%.
h. Warna dan Aroma
Lalat tertarik pada cahaya terang seperti warna putih dan kuning, tetapi takut
pada warna biru. Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu, termasuk bau busuk

6
dan esen buah. Bau sangat berpengaruh pada alat indra penciuman, yang mana
bau merupakan stimulus utama yang menuntun serangga dalam mencari
makanannya, terutama bau yang menyengat.

4. Jenis-Jenis Lalat
Berdasarkan pembagian spesiesnya, lalat memiliki beberapa spesis yang
terpenting dari sudut kesehatan yaitu : lalat rumah (Musca domestica), lalat
kandang (Stomoxys calcitrans), lalat hijau (Phenisial), lalat daging (Sarchopaga),
dan lalat kecil (Fannia) (Depkes RI, 1991 dalam Husain 2014).
a. Lalat rumah (Musca domestica)
Tubuh Musca domestica dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada (toraks)
dan perut (abdomen) (Hanidhar, 2007 dalam Indriasih 2015). Lalat ini berukuran
medium, yaitu panjang 6-9 mm, berwarna abu-abu, dan mempunyai empat pita
yang berupa garis memanjang pada permukaan toraks. Memiliki mata majemuk
yang besar, pada bentuk jantan kedua mata majemuk agak berdekatan, tetapi
bentuk betina lebih berjauhan (Sembel, 2009 dalan Indriasih 2015). Menurut
Sucipto (2011) dalam Husein 2014 bahwa: “Lalat rumah termasuk family
Muscidae sebarannya diseluruh dunia, berukuran sedang dan panjang 6-8 mm,
berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang gelap pada bagian
dorsal toraks dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal, matanya pada
yang betina mempunyai celah yang lebih lebar sedangkan lalat jantan lebih
sempit, antenanya terdiri dari tiga ruas, bagian mulut atau proboscis lalat
disesuaikan khusus dengan fungsinya untuk menyerap dan menjilat makanan
berupa cairan, sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tajam ke arah kosta
mendekati vena 3, ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang
kuku dan sepasang bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Di
daerah tropika, lalat rumah membutuhkan waktu 8-10 hari pada suhu 30 0C dalam
satu siklus hidupnya, dari telur, larva, pupa dan dewasa. Telur berbentuk seperti
pisang, berwarna putih kekuningan, dan panjangnya kira-kira 1 mm. Betina
bertelur dalam bentuk kelompok di dalam bahan organik yang sedang membusuk
dan lembab tetapi tidak cairan. Kelembaban yang tinggi diperlukan untuk

7
kelangsungan hidupnya, mereka akan menetas dalam waktu 10-12 jam pada suhu
300C.

Gambar 1 Lalat Musca domestica dewasa (Isselee, 2010 dalan Indriasih 2015)
b. Lalat kandang (Stomoxys calcitrans)
Menurut Sucipto (2011) dalam Husein 2014 bahwa, lalat kandang bentuknya
menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur mulutnya yang berfungsi
menusuk dan menghisap darah. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang
dapat menurunkan produksi susu. Kadang-kadang menyerang manusia dengan
menggigit pada daerah lutut atau kaki bagian bawah. Lalat kandang dewasa
berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian mulut (proboscis) meruncing
untuk menusuk dan menghisap darah, bagian thoraksnya terdapat garis gelap yang
diantaranya berwarna terang, sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung
tidak tajam ke arah kosta mendekati vena. Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas
terakhir paling besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang
memiliki bulu hanya pada bagian atas.

Gambar 2 Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)


(sumber: Wikipedia, 2013 dalam Husain 2014)
8
c. Lalat hijau (Chrysomya megacephala)
Biasanya lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang
berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging busuk, bangkai, sampah
penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah yang mengandung kotoran hewan
(Kemenkes RI, 2012 dalam Indriasih 2015). Ciri umum Chrysomya megacephala
dewasa selain memiliki warna tubuh hijau kebiruan metalik, mengkilat, lalat ini
memiliki ukuran kira-kira 1,5 kali lalat rumah. Sayapnya jernih dengan guratan
venasi yang jelas, seluruh tubuh tertutup dengan bulu-bulu pendek diselingi
dengan bulu-bulu keras dan jarang letaknya. Mempunyai abdomen berwarna hijau
metalik). Lalat jantan memiliki sepasang mata yang cenderung bersatu atau
holoptik sedangkan lalat betina memiliki sepasang mata yang sedikit terpisah
antara satu dan lainnya atau dikoptik (Fardaniyah, 2007 dalam Indriasih 2015).

Gambar 3 Chrysomya megacephala (a) jantan (b) betina (Kartikasari, 2008


dalam Indriasih 2016)
d. Lalat daging (Sarchopaga)
Menurut Sucipto (2011) dalam Husain 2014 bahwa lalat daging termasuk
dalam family Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm
panjangnya.
2) Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan
perutnya mempunyai corak seperti papan catur.
3) Bersifat viviparous dan mengeluarkan larva hidup pada tempat
perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang
sedang membusuk.
4) Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung
telur cacing Ascaris lumbricoides dan cacing cambuk.
9
Gambar 4 Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
(sumber: Wikipedia, 2013 dalam Husain 2014)
e. Lalat kecil (Fannia)
Lalat Fannia canicularis dan Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte
house flies. Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang
atau unggas, atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai
keadaan sejuk dan lebih lembab dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini juga
menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia, dan tempat
jantan berkeliling di sekitar lampu-lampu yang menggantung. (Sucipto, 2011
dalam Husain 2014).

Gambar 5 Lalat Kecil (Fannia), (a) Fannia Canicularis , (b) Fannia Scalaris
(sumber: Wikipedia, 2013 dalam Husain 2014)

10
B. Metode
Penangkapan lalat langsung terjun ke lapangan yaitu ke tempat umum seperti
pasar, TPS untuk memperoleh lalat yang banyak dengan menggunakan
menggunakan lem lalat. Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky
tapes). Di pasaran tersedia alat ini, menggantung di atap, menarik lalat karena
kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat
ini dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu
atau lalat yang terperangkap.

C. Alat dan Bahan


1.1 Alat
a. Petridish
b. Pipet tetes
c. Mikroskop
d. Jarum Seksi
e. Botol
f. Pinset
g. Loop
1.2 Bahan
a. Chloroform
b. Lem Lalat
c. Kapas

D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Menangkap lalat dan membunuh dengan chloroform dengan cara
memasukkan kapas yang telah dibasahi chloroform ke botol yang telah
berisi lalat.
3. Memindahkan lalat yang sudah mati ke dalam petridish, lalu diamati
dengan menggunakan loupe/mikroskop dan dipastikan lalat pada posisi
tengkurap.

11
4. Mencatat ciri-ciri lalat yang telah diamati lalu dibandingkan dengan kunci
identifikasi.

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan mikroskop dan loop lalat yang
ditemukan yaitu lalat rumah sebanyak 4 ekor dan lalat hijau sebanyak 3 ekor.

B. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan identifikasi terhadap lalat terlebih dahulu
dilakukan penangkapan lalat di menggunakan lem lalat. Lalat yang
tertangkap kemudian dipindahkan ke botol menggunakan pinset. Selanjutnya
diperiksa dilaboraturium menggunakan mikroskop. Hasil yang diperoleh yaitu
ditemukan 4 ekor lalat rumah (Musca Domestica) dan 3 ekor lalat hijau
(Chrysomya megacephala).
Lalat rumah (Musca Domestica) berukuran medium, yaitu panjang 6-9 mm,
berwarna abu-abu, dan mempunyai empat pita yang berupa garis memanjang pada
permukaan toraks. Memiliki mata majemuk yang besar, pada bentuk jantan kedua
mata majemuk agak berdekatan, tetapi bentuk betina lebih berjauhan (Sembel,
2009 dalan Indriasih 2015).
Ciri umum dari lalat hijau (Chrysomya megacephala) dewasa selain memiliki
warna tubuh hijau kebiruan metalik, mengkilat, lalat ini memiliki ukuran kira-kira
1,5 kali lalat rumah. Biasanya lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau
semi cair yang berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging busuk, bangkai,
sampah penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah yang mengandung
kotoran hewan (Kemenkes RI, 2012 dalam Indriasih 2015).

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan yaitu :
1. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan mikroskop dan loop lalat
yang ditemukan yaitu lalat rumah sebanyak 4 ekor dan lalat hijau sebanyak
3 ekor.
2. Lalat rumah (Musca Domestica) berukuran medium, yaitu panjang 6-9
mm, berwarna abu-abu sedangkan lalat hijau (Chrysomya megacephala)
dewasa memiliki warna tubuh hijau kebiruan metalik mengkilat, lalat ini
memiliki ukuran kira-kira 1,5 kali lalat rumah.

B. SARAN
1. Mahasiswa memahami materi praktikum sebelum praktikum dilakukan.
2. Pengamatan lalat sebaiknya dilakukan di loop untuk mempermudah karena
ukurannya lalat cukup besar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Husain, Srieh. 2014. Tinjauan Pustaka Tentang Lalat. Available:


http://eprints.ung.ac.id/7601/5/2013-2-2-13201-811409126-bab2
26022014123217.pdf. Diakses tanggal 5 Mei 2015 jam 20.46 WITA.

Indriasih, M. 2015. Tinjauan Pustaka Vektor Penyakit. Available:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45400/4/Chapter
%20II.pdf . Diakses tanggal 5 Mei 2016 jam 18.36 WITA.

Isna.2013. Laporan Praktikum Parasitologi tentang Identifikasi Lalat.


Available:http://aiyssmithdhavidhsond.blogspot.co.id/2013/09/laporan
-praktkum-parasitologi-tentang.html. Diakses tanggal 6 Mei 2016 jam
18.20 WITA.

15
LAMPIRAN

Foto penangkapan lalat


Di tpa suung, denpasar selatan

You might also like