You are on page 1of 11

JURNAL GRAMATIKA

ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN CERITA


RAKYAT SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR
BAHASA INDONESIA DI SMP
Nurmansyah Triagus Maulana, Edy Suryanto, Andayani
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas Sebelas Maret
e-mail: edy.kelik_uns@yahoo.co.id
Submitted :08-01-2018, Reviewed:24-03-2018, Accepted:01-04-2018
https://doi.org/10.22202/JG.2018.V4i1.2424

Abstract

Lack of attention in documenting folklore can remove local assets and local knowledge.
Therefore, this study aims to describe folklore in Pemalang District which includes: (1) the
content of the story; (2) story structure; (3) the value of education; and (4) its relevance as
Indonesian language teaching material in junior high school. In this qualitative descriptive
research, the folklore data is taken by purposive sampling. Data validation using source
triangulation. Data were collected by observation, interview, and document. Data analysis
technique using interactive model. Result of research: (1) Novelty of story content there are
addition of character on story of Banyumudal Origin, addition of contents on story of Joko Ripuh
and Mbah Bantarbolang, and story still intact at Legend Curug Maratangga; (2) The structure of
the story is interesting because the place is the history of the story; (3) The values of stories
dominated by religious and moral education values and adat values are little found because there
are no living habits in the community of the owner; and (4) Stories have resolutions, codes,
conflicts, and settlements that can serve as teaching materials for the study of folklore structures.
The relevance of this material is clearly contained in the Indonesian language learning syllabus
in SMP class VII, KD3.15: Identifying information about local and readable fables / legends and
KD 3.16: Reviewing the structure and linguistic of local fables/legends that are read and heard.

Keywords: Folklore, Structural Approach, Value of Education, Instructional Materials

Abstrak

Kurangnya perhatian dalam pendokumentasian cerita rakyat dapat menghilangkan aset daerah
dan pengetahuan masyarakat lokal. Karena itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan cerita
rakyat di Kabupaten Pemalang yang meliputi: (1) isi cerita; (2) struktur cerita; (3) nilai
pendidikan; dan (4) relevansinya sebagai materi ajar Bahasa Indonesia di SMP. Dalam
penelitian deskriptif kualitatif ini, data cerita rakyat diambil secara purposive sampling. Validasi
data menggunakan triangulasi sumber. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara,
dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian: (1)
Kebaruan isi cerita terdapat penambahan tokoh pada cerita Asal-usul Banyumudal, penambahan
isi pada cerita Joko Ripuh dan Mbah Bantarbolang, dan cerita masih utuh pada Legenda Curug
Maratangga; (2) Struktur cerita menarik karena tempat menjadi sejarah cerita; (3) Nilai-nilai
cerita didominasi nilai pendidikan agama dan moral dan nilai adat sedikit ditemukan karena
tidak ada kebiasaan yang masih hidup di lingkungan masyarakat pemilik; dan (4)Cerita memiliki
resolusi, koda, konflik, dan penyelesaian yang dapat dijadikan sebagai materi ajar kajian
struktur cerita rakyat. Relevansi materi ini secara jelas termuat dalam silabus pembelajaran
Bahasa Indonesiq di SMP kelas VII, KD3.15:Mengidentifikasi informasi tentang fabel/legenda

139 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

daerah setempat yang dibaca dan didengar dan KD 3.16: Menelaah struktur dan kebahasaan
fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.

Kata kunci: Cerita Rakyat, Pendekatan Struktural, Nilai Pendidikan, Bahan Ajar

PENDAHULUAN diperoleh melalui kegiatan observasi,


Kabupaten Pemalang yang terletak wawancara dan dokumen. Ketiganya
di pesisir Laut Jawa memiliki khasanah dijadikan sebagai trianggulasi data. Seperti
budaya yang besar untuk dilestarikan. penelitian Rukmini (2009:58) yang
Tidak terlepas dari sejarah kabupaten menggunakan ketiga teknik pengumpulan
sebagai tempat penting di bawah kerajaan tersebut, melalui tempat yang diobservasi
Mataram, dan sejak itu banyak cerita dan informan yang mengetahui cerita.
rakyat yang lahir. Berdasarkan data dari Selain itu, penelitiannya menggunakan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan analisis struktural.
Kabupaten Pemalang tahun 2016 terdapat Menurut Ratna (2010:344) sebuah
lebih dari 20 cerita rakyat yang ada di karya sastra jika dianalisis secara
Kabupaten Pemalang, dari kawasan utara struktural maka yang dianalisis
hingga selatan Kabupaten Pemalang strukturnya. Semua pesan, amanat, dan
mempunyai banyak cerita yang telah nasihat yang terdapat dalam penelitian
tertulis atau pun belum tertulis. Ada tradisional disebut isi, misalnya dalam
beberapa cerita belum tertulis hanya kajian strukturalisme menjadi tema dan
sebatas lisan. Cerita tertulis yang memiliki tema itu sendiri merupakan bagian dari
kebenaran dihimpun oleh Dinas struktur. Jadi, tema merupakan bagian
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten tidak terpisahkan dari kajian sastra yang
Pemalang serta juru kunci yang masih menggunakan pendekatan strukturalisme.
memahami cerita rakyat tersebut. Selain Secara ringkas, Wahyuningtyas &
itu, keterbatasan informasi cerita rakyat Santosa (2011:6-7) menjelaskan bahwa
dari sesepuh dan kunci belum bisa struktural adalah unsur yang meliputi:
menceritakan secara jelas. Ditambah tema, tokoh, alur (plot), latar (setting) dan
semakin menuanya budaya dan orang amanat. Jadi setelah ada deskripsi dari
yang ingin melestarikannya semakin cerita rakyat tersebut dilakukan analisis
langka menjadi pudarnya cerita rakyat di kelima unsur struktur tersebut.
Kabupaten Pemalang. Cerita rakyat yang dijadikan bahan
Berdasarkan masalah di atas ajar pun diharuskan mengandung nilai
peneliti berupaya mengumpulkan data pendidikan untuk menanggulangi kondisi
cerita rakyat di Kabupaten Pemalang. budaya modern yang lebih disenangi
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: siswa. Seperti Kemendiknas (2011:8) yang
(1) deskripsi cerita rakyat di Kabupaten membagi nilai pendidikan menjadi 18
Pemalang; (2) unsur intrinsik cerita rakyat yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi,
di Kabupaten Pemalang; (3) nilai (4) disiplin, (5) kerja keras , (6) kreatif, (7)
pendidikan cerita rakyat di Kabupaten mandiri, (8) demokratis (9) rasa ingin tahu,
Pemalang; dan (4) relevansi sebagai bahan (10) semangat kebansaan, (11) cinta tanah
ajar Bahasa Indonesia di SMP. air, (12) menghargai prestasi, (13)
Deskripsi cerita rakyat di Kabupaten komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar
Pemalang bertumpu pada hasil data yang

140 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

membaca, (16) peduli lingkungan , (17) cerita rakyat di Kabupaten Pemalang.


peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Tempat yang dijadikan tempat penelitian
Menurut Zuriah (dalam Setyawan, adalah empat tempat, antara lain: (1)
2015:6) menjelaskan nilai pendidikan itu makam Joko Ripuh di sebelah barat Pasar
harus mencakup empat nilai besar yang Petarukan, (2) Kecamatan Petarukan,
dapat diimplementasikan oleh Makam Mbah Bantarbolang Kecamatan
manusia.Nilai tersebut adalah (1) sikap Bantarbolang, (3) Sungai Granggang, Desa
terhadap Tuhan, (2) sesama, (3) diri Banyumudal Kecamatan Moga, (4) curug
sendiri dan (4) alam semesta. Keempat Maratagga, Desa Sima, Kecamatan Moga.
nilai tersebut merupakan manifestasi dari Keempat tempat tersebut merupakan
beberapa bagian nilai yang menjadi satu beberapa tempat di Kabupaten Pemalang
kesatuan. Menurut Rukmini (2009:34), yang memiliki bukti fisik untuk dikaji.
beberapa nilai yang harus dimiliki sebuah Teknik pengambilan data yaitu
karya sastra yang baik, yaitu di antaranya; purposive sampling yang mengambil
nilai estetika, nilai moral, nilai keempat cerita rakyat di atas. Teknik
konsepsional, nilai sosial dan budaya atau pengambilan ini didasarkan pada
adat, dan lain sebagainya. pengambilan sampel dari cerita rakyat di
Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai Kabupaten Pemalang.
pendidikan dapat diambil beberapa sebagai Teknik pengumpulan data
prioritas dalam pembelajaran dilihat dari dilakukan dengan cara: (1) observasi, (2)
sudut pandang pendidikan karakter. Dalam wawancara, dan (3) dokumen. Sumber
hal ini peneliti mengacu pada sampel data yang diperoleh, yaitu primer dan
kedua mengambil empat nilai , yakni sekunder. Data primer diperoleh peneliti
agama, moral, sosial dan adat atau budaya. melalui observasi dan wawancara,
Selain itu, nilai pendidikan karakter yang sedangkan data sekunder didapatkan
diambil adalah religius, kejujuran, melalui dokumen.
menghargai, semangat kebangsaan, cinta Teknik uji validitas penelitian ini
tanah air dan peduli lingkungan. Masing- menggunakan trianggulasi data. Teknik
masing sikap tersebut telah masuk dalam trianggulasi data digunakan untuk
penjelasan berikut: (1) nilai pendidikan memvalidasi data yang diperoleh dari
agama (religi); (2) nilai pendidikan moral informan dan dokumen. Dalam hal ini
(sikap menghargai, jujur); (3) nilai peneliti menggunakan hasil wawancara
pendidikan sosial (semangat kebangsaan, dan dokumen yang memuat tentang cerita
cinta tanah air, dan peduli sosial); dan (4) rakyat. Teknik analisis data menggunakan
nilai pendidikan adat. model analisis interaktif, yang dimulai
Di samping itu, cerita rakyat yang dengan tahap pengumpulan data, reduksi
dijadikan bahan ajar harus memenuhi data, sajian data dan penarikan
standar di dalam silabus pembelajaran. kesimpulan.
Relevansi cerita rakyat di Kabupaten
Pemalang disesuaikan dengan silabus HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat Deskripsi Cerita Rakyat di Kabupaten
SMP edisi revisi tahun 2016/2017. Pemalang
Berdasarkan sampel cerita rakyat
METODE PENELITIAN di Kabupaten Pemalang diambil empat
Jenis metode penelitian ini adalah cerita. Pertama Joko Ripuh, cerita ini
penelitian kualitatif dengan mengkaji berasal dari Desa Petarukan, Kecamatan

141 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

Petarukan tepatnya di Makam Joko Ripuh.


Cerita ini mengisahkan perjuangan Joko “Aku tak perlu panjang lebar
Ripuh dalam mengabdikan diri di Keraton memperkenalkan diri, dan perlu tahu
Surakarta, berbekal ilmu yang diberikan saja di sini aku diperintahkan untuk
oleh Sunan Kalijaga dan Cempaluk ia membantu siapa pun yang
berjanji untuk berjuang bagi rakyat. kesusahan,” ucapnya (Disbudpar
Berjuang bersama adiknya Bahurekso Kab. Pemalang, 2016).
melawan penjajah yang akan menginvasi
Jawa, namun Joko dan Bahurekso terusir Dialog di atas adalah kemunculan
dari Keraton Surakarta yang telah dikuasai Mbah Bantarbolang pertama kali di desa,
oleh penjajah. Joko merupakan pejuang ada salah satu warga yang tertarik dengan
yang tangguh menentang sikap penjajah, keajaiban air yang tidak tumpah dibawa
seperti yang terdapat pada dialog berikut: Mbah Bantarbolang menggunakan
keranjang. Melalui pendidikan yang ia
“Kami tidak butuh itu!! Kalian ini ajarkan pada murid-muridnya, ia mencoba
memiliki tujuan yang menurut kami mewariskan segalanya dengan ujian. Ujian
hanya menguntungkan kalian. Kami itu dilakukan dengan cara Mbah
tidak akan mengikuti walau seberapa Bantarbolang menghilang dari padepokan
pun akan dibayar hanya untuk miliknya. Hal ini menimbulkan
mendukung Kolonial,” jelas Joko kegelisahan warga. Kedua muridnya, Ki
Ripuh (Disbudpar Kab. Pemalang, Pandanjati dan Ki Palintaran dengan
2016) terpaksa mengambil alih, kemudian dalam
waktu yang lama Mbah Bantarbolang
Meski demikian, Joko dan mengawasinya hingga dinilai pantas untuk
Bahurekso masih menganggap diri mereka menggantikan tampuk kepemimpinananya.
delegasi Keraton Surakarta dengan Ketiga Asal Usul Banyumudal,
berusaha lari ke arah Batavia untuk cerita ini berasal dari Sungai Granggang
menghambat laju penjajah saat itu. yang berada di cagar alam Cempaka
Berbekal wejangan dari Sunan Kalijaga Wulung di Desa Banyumudal, Kecamatan
dan Cempaluk mereka terus menyisir ke Moga. Cerita ini menceritakan tentang dua
barat untuk meyakinkan warga melawan orang Raden Jumintar dan Roro Juminten
penjajah. Namun akhirnya mereka terhenti yang merupakan pasangan suami istri.
di Petarukan karena Joko menjadi lumpuh, Mereka dikenal makmur dengan
meski begitu ia tetap gigih melawan kelimpahan air yang mereka miliki. Suatu
penjajah dengan komandonya. Akhirnya ia hari desa mengalami kekeringan panjang,
meninggal dalam penyakitnya itu. membuat para warga sengsara tidak dapat
Kedua Mbah Bantarbolang, cerita berbuat apa-apa. Melihat kemakmuran
ini berasal dari Desa Bantarbolang, yang dimiliki kedua orang itu, salah satu
Kecamatan Bantarbolang, berada di warga meminta bantuan kepada mereka.
kawasan Mbah Bantarbolang. Cerita ini Awalnya Roro Juminten tidak bersedia
mengisahkan tentang seorang ulama karena dapat membuka rahasianya sendiri
bernama Mbah Bantarbolang membuka bersama suaminya. Akhirnya Roro
permukiman untuk menolong sesamanya. menyetujui karena rasa belas kasihan
Ia merupakah tokoh yang tanpa pamrih kepada warga, seperti yang terdapat pada
untuk menolong siapa pun, seperti yang kalimat berikut:
digambarkan pada kalimat berikut:

142 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

Namun karena desakan serta berubah menjadi ular.” (Disbudpar


permohonan yang sangat Kab. Pemalang, 2016).
mengharukan, akhirnya Roro
Juminten terketuk hatinya untuk
membantu warga (Disbudpar Kab. Penggambaran penokohan di atas
Pemalang, 2016). dilakukan melalui dialog dan narasi yang
ada dalam cerita. Seperti penelitian yang
Tidak semulus yang dibayangkan warga, dilakukan Setyawan (2015:67) dengan
Roro yang bekerja sama dengan Dewi melakukan analisis penokohan
Rantamsari pun berdebat terlebih dahulu berdasarkan teks cerita. Berdasarkan
tentang tawar menawar tumbal. Berkat deskripsi di atas keempat cerita rakyat
negosiasi Roro Juminten, warga akhirnya terdapat kebaruan cerita yang perlu ditulis
terselamatkan tanpa harus menyiapkan antara lain: (a) cerita Joko Ripuh dalam
tumbal manusia. beberapa aksi yang dilakukan oleh Joko
Keempat Legenda Curug dan Bahurekso ; (b) Mbah Bantarbolang
Maratangga, cerita ini berasal dari daerah kebaruan ditambah pada keajaiban yang
Curug Maratangga yang berada di Desa dimilikinya ketika membawa air dengan
Sima, Kecamatan Moga. Cerita ini keranjang dan agak tertutupnya Mbah
menceritakan tentang seorang bernama Bantarbolang untuk menjelaskan asal-
Nyai Ronggeng, ia memiliki alat musik usulnya; (c) cerita Asal-Usul Banyumudal
gamelan emas. Ia tidak sungkan kebaruan cerita terletak dengan adanya
meminjamkannya pada siapa pun. Suatu tokoh Raden Jumintar, yang dahulu antara
ketika gamelan miliknya dipinjam oleh nama tokoh Juminten dan Jumintar
orang bernama Dasri, setelah ia pinjam dianggap sama; (d) Legenda Curug
beberapa lama ia kembalikan alat musik Maratangga kebaruan terletak pada isi
itu. Setelah itu, datanglah Si Nini yang cerita seluruhnya yang dahulu hanya
tanpa sengaja memeriksa gamelan Nyai sekadar nama saja.
Ronggeng. Ternyata salah satu alat
musiknya yakni kendang tidak berada di
Struktur Cerita Rakyat di Kabupaten
tempat. Sangkaannya jatuh pada Dasri
Pemalang
yang memang menyembunyikannya,
Berdasarkan hasil analisis struktur
kemudian Nyai Ronggeng mendatangi
unsur-unsur di dalam cerita antara lain: (1)
rumah Dasri. Dasri tidak mengakui, hingga
tema; (2) tokoh dan penokohan; (3) alur;
Nyai Ronggeng marah dan bersumpah
(4) latar; dan (5) amanat. Seperti yang
serapah serta ia tidak muncul lagi di desa.
diungkapkan Ratna (2010:344) yang
Kendang yang disembunyikan Dasri
mengungkapkan semua pesan adalah
akhirnya berubah menjadi ular. Dalam
kandungan isi yang termasuk struktur.
cerita ini Nyai Ronggeng menunjukkan
Selain itu, Wahyuningtyas & Santosa
sifat menyumpahi yang tidak patut ditiru,
(2011:6) mengemukakan bahwa unsur
berikut kalimatnya:
struktur yang diteliti, antara lain: (1) tema;
(2) tokoh dan penokohan; dan (3) alur.
“ Sekarang aku tidak akan
Kelima unsur tersebut dianalisis pada
meminjamkannya pada siapapun lagi,
keempat cerita rakyat dan hasilnya dapat
dan aku tidak akan pernah muncul
dikemukakan sebagai berikut.
lagi. Dan kelak kendang itu akan

143 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

Pertama, cerita rakyat Joko Ripuh. Rantamsari (teguh, dermawan, dipercaya);


Tema cerita Joko Ripuh adalah tentang (d) warga (penurut). Latar cerita: (a)
perjuangan. Dilihat dari gambaran tempat (Sungai Granggang, rumah Roro,
perjuangan Joko Ripuh terhadap pertapaan); (b) waktu (tidak terikat); (c)
penguasaan penjajah di Mataram, terutama suasana (bahagia, sedih, tegang). Alur
di Jawa Tengah. Tokoh dan penokohan cerita adalah maju. Amanat adalah selalu
dalam cerita antara lain: (a) Joko Ripuh memberikan pertolongan ketika kita
(gigih, penurut); (b) Bahurekso (suka memiliki kelebihan.
mendukung, pejuang); (c) Sunan Kalijaga Keempat, Legenda Curug
(mendidik, peduli); (d) Cempaluk Maratangga. Tema cerita adalah kejujuran,
(mendidik, peduli); (e) Samar (penurut); dilihat dari tokoh Nyai Ronggeng dan
(f) Suro (penurut); (g) penjajah (licik, Dasri yang sama-sama berbohong mencari
sombong. Alur di dalam cerita ini maju. pembenaran di antara keduanya. Tokoh
Latar yang terbagi tiga ; (a) tempat dan penokohan cerita antara lain: (a) Nyai
(pedukuhan Njimat, Keraton Surakarta); Ronggeng (terbuka, pamer, penyumpah);
(b) waktu (masa penjajahan); (c) suasana (b) Si Nini (peduli, teliti); (c) Dasri
(sedih, tegang). Amanat cerita ini adalah (pembohong). Latar cerita ini: (a) tempat
perjuangan yang bagus didasari dengan (rumah Dasri, rumah Nyai Ronggeng); (b)
segala keikhlasan, sehingga akan waktu (tidak diceritakan secara jelas); (c)
membuahkan hasil yang baik dari diri suasana (tegang). Alur cerita diceritakan
sendiri maupun orang lain. maju, dilihat dari Nyai Ronggeng yang
Kedua, cerita rakyat Mbah meminjamkan alat musiknya pada Dasri
Bantarbolang. Tema cerita adalah hingga disembunyikannya oleh Dasri.
pendidikan. Dilihat dari pengajaran yang Amanat cerita ini adalah selalu berbuat
dilakukan Mbah Bantarbolang kepada baik dan jangan tergoda dengan
muridnya. Tokoh dan penokohan dalam kemewahan yang menjadikan hati menjadi
cerita antara lain: (a) Mbah Bantarbolang buta, dengan itu membuat kita
(tertutup, peduli, menggurui, tanpa menghalalkan segala cara.
pamrih); (b) Ki Pandanjati (ulet, bijaksana, Penjelasan unsur intrinsik di dalam
bertanggungjawab); (c) Ki Palintaran (ulet, cerita didapatkan melalui data yang telah
bijaksana). Unsur latar cerita: (a) tempat dihimpun dari kedua sumber. Tepatnya
(padepokan Mbah Bantarbolang); (b) adalah sebuah cerita yang telah disusun
waktu (masa penjajahan); (c) suasana ( oleh peneliti berdasarkan perpaduan
keresahan, kegembiraan). Alur dalam sumber. Penemuan unsur intrinsik juga
cerita ini adalah maju. Diceritakan dari didapatkan beberapa cara melalui deskripsi
kemunculan Mbah Bantarbolang hingga cerita, dialog tokoh, tingkah laku tokoh
wafatnya. Amanat cerita selalu menolong dan masalah cerita. Jadi, unsur dalam
orang dalam keadaan dan sesulit apapun. cerita memiliki keterkaitan dengan
Ketiga, cerita rakyat Asal-Usul keutuhan dan isi materi cerita yang dapat
Banyumudal. Tema cerita ini adalah diserap pembaca. Penemuan peneliti pada
kedermawanan, dilihat dari sikap tokoh Cerita Rakyat di Kabupaten Pemalang
seperti Roro Juminten dan Dewi sebagai berikut: (a) segi tokoh, cerita
Rantamsari. Tokoh dan penokohan antara rakyat di Kabupaten Pemalang
lain: (a) Roro Juminten (welas asih, teguh, mengandung tokoh yang bergerak dalam
berjiwa sosial); (b) Raden Jumintar perjuangan, (b) tema cerita, yaitu
(pendukung, penurut); (c) Dewi keagamaan, kepahlawanan, kepedulian dan

144 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

kejujuran, (c) alur dari keempat cerita jasa, perjuangan tersebut semata untuk
maju; dan (d) setting tempat terikat;dan (e) meraih keberkahan untuk masyarakat.
pesan cerita didominasi budi pekerti tokoh Nilai pendidikan agama pada Mbah
utama. Unsur yang menjadi ruh dari cerita Bantarbolang terdapat juga keikhlasan dan
di Kabupaten Pemalang berdasarkan berbagi ilmu dilihat dengan kerelaan Mbah
pemahaman informan ketika diwawancarai Bantarbolang menurunkan ilmu pada
adalah tempat cerita. murid-muridnya. Nilai pendidikan pada
Asal-Usul Banyumudal adalah keikhlasan
Nilai Pendidikan Cerita Rakyat di dan kepedulian yang ditunjukkan oleh
Kabupaten Pemalang Roro Juminten dan Dewi Rantamsari serta
Nilai pendidikan yang ada dalam rasa syukur yang ditunjukkan warga. Di
keempat cerita rakyat Kabupaten sisi lain, nilai pendidikan agama dalam
Pemalang memiliki perbedaan temuan cerita Legenda Curug Maratangga lebih
dalam setiap cerita. Berikut ulasan tentang menuju amanat tentang kemewahan yang
isi nilai pendidikan di dalam keempat ditunjukkan Nyai Ronggeng dan
cerita rakyat tersebut: kebohongan Dasri.
Pertama, nilai pendidikan moral. Ketiga, nilai pendidikan sosial.
Nilai pendidikan moral dalam cerita Nilai pendidikan sosial pada keempat
banyak ditemukan. Dalam cerita rakyat cerita rakyat memiliki satu sifat yang sama
Joko Ripuh dan Mbah Bantarbolang, yaitu yaitu peduli. Sifat kepedulian dalam cerita
pemberian rasa hormat. Pada cerita Asal- Joko Ripuh dilihat pada seorang Joko
Usul Banyumudal nilai moral lebih pada Ripuh dan Bahurekso yang sangat peduli
kepedulian yang dilakukan oleh Roro untuk melindungi negaranya dari asing.
Juminten dan Dewi Rantamsari ketika Sifat kepedulian pada cerita Mbah
warga meminta bantuan. Warga dalam Bantarbolang dilihat dari cara Mbah
cerita Asal-Usul Banyumudal juga Bantarbolang dalam mendidik muridnya.
memunculkan kerendahan hati. Disisi lain, Nilai kepedulian pada cerita Asal-Usul
nilai moral pada Legenda Curug Banyumudal dilihat sikap Roro Juminten
Maratangga menonjolkan sisi negatif yang dan Dewi Rantamsari memenuhi
tidak perlu ditiru, antara lain sifat yang keinginan warga. Kepedulian yang terakhir
ditunjukkan oleh Nyai Ronggeng dengan pada cerita rakyat Legenda Curug
meminjamkan barang pribadi yang Maratangga justru terdapat pada tokoh Si
tergolong mewah dan sifat suka Nini yang membantu Nyai Ronggeng.
menyumpah menjadi nilai moral untuk Selain itu, ada juga nilai gotong royong
tidak ditiru. Selain itu, Dasri dalam cerita pada cerita Asal Usul Banyumudal.
menunjukkan karakter kebohongannya Keempat, nilai pendidikan adat.
ketika didatangi Nyai Ronggeng. Nilai adat yang hadir dalam cerita rakyat
Kedua, nilai pendidikan agama. di Kabupaten Pemalang adalah tradisi
Nilai agama yang ada pada keempat cerita berguru secara mandiri ke seseorang.
rakyat hampir sama yakni keikhlasan, rasa Kebiasaan ini masih sering dilakukan oleh
syukur, dan tanpa pamrih. Selain itu orang-orang Kabupaten Pemalang
terdapat nilai negatif yang dipandang dari terutama para remajanya. Berguru yang
segi agama yakni terdapat pada Legenda dilakukan adalah belajar agama. Dua cerita
Curug Maratangga. Nilai pendidikan rakyat, yaitu Joko Ripuh dan Mbah
agama pada cerita Joko Ripuh Bantarbolang yang sampai sekarang masih
memperlihatkan pengabdian tanpa tanda terasa nilai adatnya, sedangkan Asal-Usul

145 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

Banyumudal yang sekitar 10 tahun terakhir pendidikan yang menjadi fokus analisis
kegiatan Nyadran (bersyukur atau meliputi: kepahlawanan, cinta tanah air,
selamatan) sudah terjadi penolakan. Nilai peduli sosial, kejujuran, religi.
adat pada Legenda Curug Maratangga Bertumpu pada nilai pendidikan
tidak begitu jelas, yang ada masyarakat keempat cerita rakyat. Nilai pendidikan
meyakini dua curug yang saling agama dan moral lebih banyak ditemukan
bertumpangan adalah rumah Nyai dibandingkan dengan nilai pendidikan adat
Ronggeng dan Si Nini. yang sedikit dapat ditemukan. Nilai
Nilai pendidikan dalam cerita rakyat pendidikan sosial dapat ditemukan pada
di Kabupaten Pemalang. Dilihat keempat cerita rakyat tersebut, lebih
keterkaitan dengan nilai pendidikan, merata dibanding ketiga nilai pendidikan
keempat cerita rakyat tersebut memiliki yang dianalisis.
aspek-aspek yang kaitannya dengan nilai-
nilai pendidikan. Sesuai dengan tujuan Relevansi Temuan Penelitian Cerita
pendidikan karakter sebagai pondasi Rakyat di Kabupaten Pemalang sebagai
kepribadian yang diharapkan dapat Bahan Ajar
dimiliki siswa. Keempat cerita rakyat di Kabupaten
Menurut Gusal (2015:2), Pemalang direlevansikan dengan
pendidikan adalah daya upaya untuk kebutuhan siswa dan kompetensi. Materi
memajukan pertumbuhan nilai moral cerita rakyat yang ada dalam silabus
(kekuatan batin ,karakter), dan pikiran. pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Nilai yang terkandung dalam keempat kelas VII terdapat pada KD
cerita rakyat tersebut meliputi: kejujuran, 3.15“Mengidentifikasi informasi tentang
kepahlawanan, keuletan, kepedulian yang fabel/legenda daerah setempat yang
dapat diambil sebagai nilai positif yang dibaca dan didengar”, KD 3.16
merupakan pendidikan budi pekerti. Nilai “Menelaah struktur dan kebahasaan
negatif terdapat dalam cerita adalah fabel/legenda daerah setempat yang
kebohongan, dan sebagainya. Nilai-nilai dibaca dan didengar”, KD 4.15
tersebut merupakan beberapa contoh yang “Menceritakan kembali isi fabel/ legenda
ada pada diri tokohnya. Selain itu, nilai daerah setempat”, dan KD 4.16
pendidikan yang diambil antara lain: (a) “Memerankan isi fabel/legenda daerah
nilai pendidikan sosial, (b) nilai setempat yang dibaca dan didengar”.
pendidikan agama, (c) nilai pendidikan Kompetensi dasar di atas
moral, dan (d) nilai pendidikan adat. merupakan acuan ketentuan pemenuhan
Keempat nilai tersebut terdapat pada syarat keempat cerita rakyat di Kabupaten
keempat cerita tersebut, porsi nilai Pemalang sebagai bahan ajar. Kesusuaian
pendidikan tersebut di dalam cerita rakyat kompetensi didasarkan pada materi ajar
Kabupaten Pemalang berbeda-beda satu yang tepat. Seperti yang dikemukakan oleh
sama lain. Kurniawati (2009:29) bahan ajar harus
Keempat nilai di atas telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang
terkandung nilai pendidikan karakter, telah diatur dalam kurikulum. Selain itu,
seperti yang ada dalam Kemendiknas bahan ajar menjadi wadah untuk
(2011:8) yang mengemukakan 18 nilai mengakomodasi kesukaran siswa.
pendidikan karakter yang perlu Menurut Kurniawati (2009:39)
dikembangkan oleh sekolah. Nilai-nilai kriteria bahan ajar yang baik salah satu
tersebut terintegrasi dalam keempat nilai kriteria bahan ajar yang baik adalah

146 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

memiliki daya tarik. Daya tarik masing- tahun 2016 materi yang diajarkan dalam
masing cerita rakyat sudah ada, hal ini pembelajaran harus berdasarkan kriteria
didasarkan pada siswa dan guru yang sebagai berikut, (a) kelayakan isi, (b)
diwawancarai. Pertama, Cerita Joko Ripuh kebahasaan, (c) penyajian materi dan, (d)
yang mengisahkan perlawanan terhadap grafika. Bertumpu pada regulasi di atas
penjajahan di daerah Petarukan. Kedua, cerita rakyat di Kabupaten Pemalang telah
Mbah Bantarbolang yaitu tentang sesuai, hanya perlu terus dikembangkan
usahanya untuk mendidik atau cara pada penulisannya. Berdasarkan hasil
mendidik muridnya. Ketiga, Cerita Asal- wawancara dengan siswa, jawaban yang
Usul Banyumudal yaitu tentang cara Roro diungkapkan oleh siswa tepat meski tidak
Juminten mencari solusi kekeringan. lengkap seperti isi cerita tersebut ketika
Keempat, Legenda Curug Maratangga diceritakan. Namun, secara keseluruhan
yakni perbuatan Dasri yang telah memenuhi kriteria seperti yang
mengakibatkan petaka. tertuang dalam KD 3.16 yang harus
Di sisi lain, bahan ajar yang terdapat orientasi, konflik, dan resolusi.
berkriteria baik harus bermanfaat bagi
guru dan siswa. Menurut Lestari (2013:2) UCAPAN TERIMA KASIH
fungsi bahan ajar dibagi menjadi dua yaitu Ucapan terima kasih ini
bagi guru dan siswa. Fungsi bagi guru disampaikan kepada para penguji dan
adalah mengarahkan semua aktivitasnya pembimbing skripsi di Program Studi
dalam proses pembelajaran sekaligus Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP
merupakan substansi kompetensi yang Universitas Sebelas Maret. Ucapan terima
seharusnya diajarkan kepada siswa. Fungsi kasih juga disampaikan kepada berbagai
bagi siswa akan menjadi pedoman dalam pihak yang telah memfasilitasi penelitian
proses pembelajaran dan merupakan ini dapat berjalan baik dan lancar, antara
substansi kompetensi yang harus lain: (1) Bagian Akademik
dipelajari. Kemahasiswaan FKIP Universitas Sebelas
Sampel cerita rakyat di Kabupaten Maret dan Dinas Kebudayaan dan
Pemalang telah memiliki kelebihan dilihat Pariwisata Kabupaten Pemalang yang
dari aspek budaya yang berbasis lokal. telah memberikan surat izin penelitian; (2)
Kurikulum 2013 yang sekarang lebih Tokoh masyarakat di Kecamatan
menekankan pada karakter dan Petarukan, Kecamatan Bantarbolang, dan
menjunjung kearifan lokal sehingga cerita Kecamatan Moga yang telah bersedia
rakyat telah cocok untuk guru dan siswa. sebagai narasumber untuk penggalian data
Seperti yang diungkapkan oleh informan cerita rakyat; dan (3) Guru dan siswa SMP
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Negeri 2 Pulosari Kabupaten Pemalang
SMP Negeri 2 Pulosari menjelaskan yang telah bersedia sebagai informan
tentang kelebihan cerita rakyat di untuk penggalian data relevansi kajian
Kabupaten Pemalang. Selain sebagai daya struktur dan nilai-nilai cerita rakyat
tarik tujuan pembelajaran, cerita rakyat ini sebagai materi ajar. Selanjutnya, kami
memiliki keunggulan melalui deskripsi berharap semoga hasil penelitian ini dapat
tentang daerah tertentu di Kabupaten memberikan manfaat bagi upaya
Pemalang sebagai nilai kearifan lokal yang peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa
perlu dipertahankan. Indonesia di SMP.
Segi kelayakan bahan ajar juga
dijelaskan pada Permendikbud Nomor 8 SIMPULAN

147 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

Berdasarkan hasil penelitian dan Keempat, cerita rakyat yang


pembahasan yang telah ditemukan di memiliki nilai-nilai pendidikan telah
depan dapat dikemukakan simpulan memiliki syarat sebagai bahan ajar yang
sebagai berikut. Pertama, keempat cerita didasarkan pada materi di dalam silabus
rakyat tersebut diceritakan dalam bentuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada KD
yang baru. Dilihat dari isi cerita terdapat 3.15, KD 3.16, KD 4.15, dan KD 16,
penambahan di dalamnya, seperti tokoh keempat cerita rakyat telah memiliki
dan alur cerita yang dapat menambahkan resolusi, koda, konflik dan penyelesaian.
kandungan cerita yang ada di dalamnya. Aspek yang ditemukan dalam bahan cerita
Mengingat cerita-cerita tersebut tidak rakyat Kabupaten Pemalang adalah adanya
banyak dibukukan. daya tarik, kesesuaian kompetensi, dan
Kedua, kelengkapan struktur telah mudah diterima. Selain itu, aspek
ada dalam keempat cerita rakyat di kelayakan dalam cerita rakyat Kabupaten
Kabupaten Pemalang. Kajian struktural Pemalang telah memenuhi syarat yang
menyangkut, tema, penokohan, alur, latar meliputi; (1) isi ; (2) kebahasaan; (3)
dan amanat. Unsur dalam cerita rakyat penyajian; dan (4) keterbacaan. Meski
Kabupaten Pemalang memiliki keterkaitan ditemukan beberapa kekurangan berupa
dengan keutuhan dan isi materi cerita cerita yang masih sederhana
yang mengandung nilai-nilai yang dapat penyusunannya, secara keseluruhan cerita
diserap pembaca. Unsur yang memberikan rakyat Kabupaten Pemalang telah
keutuhan cerita rakyat di Kabupaten memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan.
Pemalang adalah tema, karena Saran bagi peneliti berikutnya,
penggambaran cerita hidup oleh diperlukan model penelitian yang lain
Ketiga, nilai pendidikan yang untuk memperkaya hasil penelitian
dianalisis terdapat empat nilai meliputi: (1) berkualitas. Masih banyak cerita rakyat di
Nilai pendidikan sosial, (2) nilai Kabupaten Pemalang yang belum
pendidikan agama, (3) nilai pendidikan terhimpun dalam buku yang perlu ditulis
moral, dan (4) nilai pendidikan adat. Nilai dan diteliti.
pendidikan sosial yang dijelaskan di dalam
cerita meliputi, kerjasama, kepedulian dan
DAFTAR PUSTAKA
cara mendidik. Nilai pendidikan agama
yaitu, ketaatan yang paling mendominasi. Disbudpar Kabupaten Pemalang. (2016).
Nilai pendidikan moral, adalah tingkah Legenda dan Cerita Rakyat
laku terhadap sesama. Nilai pendidikan Kabupaten Pemalang. Pemalang:
adat, yaitu kebiasaan yang masih ada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
hingga sekarang, meliputi upacara atau Kabupaten Pemalang.
kebiasaan. Pada keempat cerita rakyat
Kabupaten Pemalang nilai pendidikan Gusal, L. O. (2016). “Nilai-Nilai
agama dan moral lebih banyak ditemukan Pendidikan Dalam Cerita Rakyat
dibandingkan dengan nilai pendidikan adat Sulawesi Tenggara Karya La Ode
yang sedikit dapat ditemukan. Nilai Sidu”. Jurnal Humanika. 16 (1). 1-
pendidikan sosial dapat ditemukan pada 18.
keempat cerita rakyat tersebut, lebih
merata dibanding ketiga nilai pendidikan Kemendikbud.(2016). Permendikbud
yang dianalisis. Nomor 8 tentang Buku Yang

148 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


JURNAL GRAMATIKA
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316

Digunakan Oleh Satuan Ajar Telaah Naskah Sandiwara


Pendidikan. Jakarta: Kementerian pada Siswa SMP.” Skripsi tidak
Pendidikan dan Kebudayaan RI. dipublikasi, Program Studi
Pendidikan Bahasa Jawa, Fakultas
Kemendiknas.(2011). Panduan Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Universitas Sebelas Maret.
Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional RI. Sugiarto, E.(2013). Mengenal Sastra
Lama. Yogyakarta: Andi Offset.
Kurniawati, E.D. (2009). “Pengembangan
Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunata, Y.N.; Saddhono, K.; & Hastuti,
Indonesia dengan Pendekatan S.(2014). “Tinjauan Struktural Dan
Tematis”. Tesis tidak Nilai Pendidikan Novel Bidadari-
dipublikasikan, Program Studi Bidadari Surga Karya Tere Liye:
Pendidikan Bahasa Indonesia, Relevansinya dalam Pembelajaran
Program Pascasarjana Universitas di Sekolah Menengah Atas”.
Sebelas Maret. BASASTRA Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia dan
Lestari, I.(2013). Pengembangan Bahan Pengajarannya. 1 (3), 583-593.
Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:
Akademia Permata. Wahyuningtyas, S. & Santosa, W.H.
(2011). Sastra: Teori dan
Ratna, N.K.(2010). Metodologi Penelitian Implementasi. Surakarta: Yuma
Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Pustaka.
Humaniora pada Umumnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rukmini, D. (2009). “Cerita Rakyat


Kabupaten Sragen Suatu Kajian
Struktural dan Nilai Edukatif.”
Tesis tidak dipublikasi, Program
Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.

Sarmadi,L.G.(2009). “Kajian
Strukturalisme dan Nilai Edukatif
dalam Cerita Rakyat Kabupaten
Klaten.” Tesis tidak dipublikasi,
Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.

Setyawan, B.W.(2015). “Naskah Drama


Jenggit Cembeng Karya Trisno
Santoso sebagai Alternatif Bahan

149 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

You might also like