Professional Documents
Culture Documents
2424 7150 1 PB
2424 7150 1 PB
ISSN: 2442-8485
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia V4.i1 (139-149) E-ISSN: 2460-6316
Abstract
Lack of attention in documenting folklore can remove local assets and local knowledge.
Therefore, this study aims to describe folklore in Pemalang District which includes: (1) the
content of the story; (2) story structure; (3) the value of education; and (4) its relevance as
Indonesian language teaching material in junior high school. In this qualitative descriptive
research, the folklore data is taken by purposive sampling. Data validation using source
triangulation. Data were collected by observation, interview, and document. Data analysis
technique using interactive model. Result of research: (1) Novelty of story content there are
addition of character on story of Banyumudal Origin, addition of contents on story of Joko Ripuh
and Mbah Bantarbolang, and story still intact at Legend Curug Maratangga; (2) The structure of
the story is interesting because the place is the history of the story; (3) The values of stories
dominated by religious and moral education values and adat values are little found because there
are no living habits in the community of the owner; and (4) Stories have resolutions, codes,
conflicts, and settlements that can serve as teaching materials for the study of folklore structures.
The relevance of this material is clearly contained in the Indonesian language learning syllabus
in SMP class VII, KD3.15: Identifying information about local and readable fables / legends and
KD 3.16: Reviewing the structure and linguistic of local fables/legends that are read and heard.
Abstrak
Kurangnya perhatian dalam pendokumentasian cerita rakyat dapat menghilangkan aset daerah
dan pengetahuan masyarakat lokal. Karena itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan cerita
rakyat di Kabupaten Pemalang yang meliputi: (1) isi cerita; (2) struktur cerita; (3) nilai
pendidikan; dan (4) relevansinya sebagai materi ajar Bahasa Indonesia di SMP. Dalam
penelitian deskriptif kualitatif ini, data cerita rakyat diambil secara purposive sampling. Validasi
data menggunakan triangulasi sumber. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara,
dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian: (1)
Kebaruan isi cerita terdapat penambahan tokoh pada cerita Asal-usul Banyumudal, penambahan
isi pada cerita Joko Ripuh dan Mbah Bantarbolang, dan cerita masih utuh pada Legenda Curug
Maratangga; (2) Struktur cerita menarik karena tempat menjadi sejarah cerita; (3) Nilai-nilai
cerita didominasi nilai pendidikan agama dan moral dan nilai adat sedikit ditemukan karena
tidak ada kebiasaan yang masih hidup di lingkungan masyarakat pemilik; dan (4)Cerita memiliki
resolusi, koda, konflik, dan penyelesaian yang dapat dijadikan sebagai materi ajar kajian
struktur cerita rakyat. Relevansi materi ini secara jelas termuat dalam silabus pembelajaran
Bahasa Indonesiq di SMP kelas VII, KD3.15:Mengidentifikasi informasi tentang fabel/legenda
daerah setempat yang dibaca dan didengar dan KD 3.16: Menelaah struktur dan kebahasaan
fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.
Kata kunci: Cerita Rakyat, Pendekatan Struktural, Nilai Pendidikan, Bahan Ajar
kejujuran, (c) alur dari keempat cerita jasa, perjuangan tersebut semata untuk
maju; dan (d) setting tempat terikat;dan (e) meraih keberkahan untuk masyarakat.
pesan cerita didominasi budi pekerti tokoh Nilai pendidikan agama pada Mbah
utama. Unsur yang menjadi ruh dari cerita Bantarbolang terdapat juga keikhlasan dan
di Kabupaten Pemalang berdasarkan berbagi ilmu dilihat dengan kerelaan Mbah
pemahaman informan ketika diwawancarai Bantarbolang menurunkan ilmu pada
adalah tempat cerita. murid-muridnya. Nilai pendidikan pada
Asal-Usul Banyumudal adalah keikhlasan
Nilai Pendidikan Cerita Rakyat di dan kepedulian yang ditunjukkan oleh
Kabupaten Pemalang Roro Juminten dan Dewi Rantamsari serta
Nilai pendidikan yang ada dalam rasa syukur yang ditunjukkan warga. Di
keempat cerita rakyat Kabupaten sisi lain, nilai pendidikan agama dalam
Pemalang memiliki perbedaan temuan cerita Legenda Curug Maratangga lebih
dalam setiap cerita. Berikut ulasan tentang menuju amanat tentang kemewahan yang
isi nilai pendidikan di dalam keempat ditunjukkan Nyai Ronggeng dan
cerita rakyat tersebut: kebohongan Dasri.
Pertama, nilai pendidikan moral. Ketiga, nilai pendidikan sosial.
Nilai pendidikan moral dalam cerita Nilai pendidikan sosial pada keempat
banyak ditemukan. Dalam cerita rakyat cerita rakyat memiliki satu sifat yang sama
Joko Ripuh dan Mbah Bantarbolang, yaitu yaitu peduli. Sifat kepedulian dalam cerita
pemberian rasa hormat. Pada cerita Asal- Joko Ripuh dilihat pada seorang Joko
Usul Banyumudal nilai moral lebih pada Ripuh dan Bahurekso yang sangat peduli
kepedulian yang dilakukan oleh Roro untuk melindungi negaranya dari asing.
Juminten dan Dewi Rantamsari ketika Sifat kepedulian pada cerita Mbah
warga meminta bantuan. Warga dalam Bantarbolang dilihat dari cara Mbah
cerita Asal-Usul Banyumudal juga Bantarbolang dalam mendidik muridnya.
memunculkan kerendahan hati. Disisi lain, Nilai kepedulian pada cerita Asal-Usul
nilai moral pada Legenda Curug Banyumudal dilihat sikap Roro Juminten
Maratangga menonjolkan sisi negatif yang dan Dewi Rantamsari memenuhi
tidak perlu ditiru, antara lain sifat yang keinginan warga. Kepedulian yang terakhir
ditunjukkan oleh Nyai Ronggeng dengan pada cerita rakyat Legenda Curug
meminjamkan barang pribadi yang Maratangga justru terdapat pada tokoh Si
tergolong mewah dan sifat suka Nini yang membantu Nyai Ronggeng.
menyumpah menjadi nilai moral untuk Selain itu, ada juga nilai gotong royong
tidak ditiru. Selain itu, Dasri dalam cerita pada cerita Asal Usul Banyumudal.
menunjukkan karakter kebohongannya Keempat, nilai pendidikan adat.
ketika didatangi Nyai Ronggeng. Nilai adat yang hadir dalam cerita rakyat
Kedua, nilai pendidikan agama. di Kabupaten Pemalang adalah tradisi
Nilai agama yang ada pada keempat cerita berguru secara mandiri ke seseorang.
rakyat hampir sama yakni keikhlasan, rasa Kebiasaan ini masih sering dilakukan oleh
syukur, dan tanpa pamrih. Selain itu orang-orang Kabupaten Pemalang
terdapat nilai negatif yang dipandang dari terutama para remajanya. Berguru yang
segi agama yakni terdapat pada Legenda dilakukan adalah belajar agama. Dua cerita
Curug Maratangga. Nilai pendidikan rakyat, yaitu Joko Ripuh dan Mbah
agama pada cerita Joko Ripuh Bantarbolang yang sampai sekarang masih
memperlihatkan pengabdian tanpa tanda terasa nilai adatnya, sedangkan Asal-Usul
Banyumudal yang sekitar 10 tahun terakhir pendidikan yang menjadi fokus analisis
kegiatan Nyadran (bersyukur atau meliputi: kepahlawanan, cinta tanah air,
selamatan) sudah terjadi penolakan. Nilai peduli sosial, kejujuran, religi.
adat pada Legenda Curug Maratangga Bertumpu pada nilai pendidikan
tidak begitu jelas, yang ada masyarakat keempat cerita rakyat. Nilai pendidikan
meyakini dua curug yang saling agama dan moral lebih banyak ditemukan
bertumpangan adalah rumah Nyai dibandingkan dengan nilai pendidikan adat
Ronggeng dan Si Nini. yang sedikit dapat ditemukan. Nilai
Nilai pendidikan dalam cerita rakyat pendidikan sosial dapat ditemukan pada
di Kabupaten Pemalang. Dilihat keempat cerita rakyat tersebut, lebih
keterkaitan dengan nilai pendidikan, merata dibanding ketiga nilai pendidikan
keempat cerita rakyat tersebut memiliki yang dianalisis.
aspek-aspek yang kaitannya dengan nilai-
nilai pendidikan. Sesuai dengan tujuan Relevansi Temuan Penelitian Cerita
pendidikan karakter sebagai pondasi Rakyat di Kabupaten Pemalang sebagai
kepribadian yang diharapkan dapat Bahan Ajar
dimiliki siswa. Keempat cerita rakyat di Kabupaten
Menurut Gusal (2015:2), Pemalang direlevansikan dengan
pendidikan adalah daya upaya untuk kebutuhan siswa dan kompetensi. Materi
memajukan pertumbuhan nilai moral cerita rakyat yang ada dalam silabus
(kekuatan batin ,karakter), dan pikiran. pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Nilai yang terkandung dalam keempat kelas VII terdapat pada KD
cerita rakyat tersebut meliputi: kejujuran, 3.15“Mengidentifikasi informasi tentang
kepahlawanan, keuletan, kepedulian yang fabel/legenda daerah setempat yang
dapat diambil sebagai nilai positif yang dibaca dan didengar”, KD 3.16
merupakan pendidikan budi pekerti. Nilai “Menelaah struktur dan kebahasaan
negatif terdapat dalam cerita adalah fabel/legenda daerah setempat yang
kebohongan, dan sebagainya. Nilai-nilai dibaca dan didengar”, KD 4.15
tersebut merupakan beberapa contoh yang “Menceritakan kembali isi fabel/ legenda
ada pada diri tokohnya. Selain itu, nilai daerah setempat”, dan KD 4.16
pendidikan yang diambil antara lain: (a) “Memerankan isi fabel/legenda daerah
nilai pendidikan sosial, (b) nilai setempat yang dibaca dan didengar”.
pendidikan agama, (c) nilai pendidikan Kompetensi dasar di atas
moral, dan (d) nilai pendidikan adat. merupakan acuan ketentuan pemenuhan
Keempat nilai tersebut terdapat pada syarat keempat cerita rakyat di Kabupaten
keempat cerita tersebut, porsi nilai Pemalang sebagai bahan ajar. Kesusuaian
pendidikan tersebut di dalam cerita rakyat kompetensi didasarkan pada materi ajar
Kabupaten Pemalang berbeda-beda satu yang tepat. Seperti yang dikemukakan oleh
sama lain. Kurniawati (2009:29) bahan ajar harus
Keempat nilai di atas telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang
terkandung nilai pendidikan karakter, telah diatur dalam kurikulum. Selain itu,
seperti yang ada dalam Kemendiknas bahan ajar menjadi wadah untuk
(2011:8) yang mengemukakan 18 nilai mengakomodasi kesukaran siswa.
pendidikan karakter yang perlu Menurut Kurniawati (2009:39)
dikembangkan oleh sekolah. Nilai-nilai kriteria bahan ajar yang baik salah satu
tersebut terintegrasi dalam keempat nilai kriteria bahan ajar yang baik adalah
memiliki daya tarik. Daya tarik masing- tahun 2016 materi yang diajarkan dalam
masing cerita rakyat sudah ada, hal ini pembelajaran harus berdasarkan kriteria
didasarkan pada siswa dan guru yang sebagai berikut, (a) kelayakan isi, (b)
diwawancarai. Pertama, Cerita Joko Ripuh kebahasaan, (c) penyajian materi dan, (d)
yang mengisahkan perlawanan terhadap grafika. Bertumpu pada regulasi di atas
penjajahan di daerah Petarukan. Kedua, cerita rakyat di Kabupaten Pemalang telah
Mbah Bantarbolang yaitu tentang sesuai, hanya perlu terus dikembangkan
usahanya untuk mendidik atau cara pada penulisannya. Berdasarkan hasil
mendidik muridnya. Ketiga, Cerita Asal- wawancara dengan siswa, jawaban yang
Usul Banyumudal yaitu tentang cara Roro diungkapkan oleh siswa tepat meski tidak
Juminten mencari solusi kekeringan. lengkap seperti isi cerita tersebut ketika
Keempat, Legenda Curug Maratangga diceritakan. Namun, secara keseluruhan
yakni perbuatan Dasri yang telah memenuhi kriteria seperti yang
mengakibatkan petaka. tertuang dalam KD 3.16 yang harus
Di sisi lain, bahan ajar yang terdapat orientasi, konflik, dan resolusi.
berkriteria baik harus bermanfaat bagi
guru dan siswa. Menurut Lestari (2013:2) UCAPAN TERIMA KASIH
fungsi bahan ajar dibagi menjadi dua yaitu Ucapan terima kasih ini
bagi guru dan siswa. Fungsi bagi guru disampaikan kepada para penguji dan
adalah mengarahkan semua aktivitasnya pembimbing skripsi di Program Studi
dalam proses pembelajaran sekaligus Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP
merupakan substansi kompetensi yang Universitas Sebelas Maret. Ucapan terima
seharusnya diajarkan kepada siswa. Fungsi kasih juga disampaikan kepada berbagai
bagi siswa akan menjadi pedoman dalam pihak yang telah memfasilitasi penelitian
proses pembelajaran dan merupakan ini dapat berjalan baik dan lancar, antara
substansi kompetensi yang harus lain: (1) Bagian Akademik
dipelajari. Kemahasiswaan FKIP Universitas Sebelas
Sampel cerita rakyat di Kabupaten Maret dan Dinas Kebudayaan dan
Pemalang telah memiliki kelebihan dilihat Pariwisata Kabupaten Pemalang yang
dari aspek budaya yang berbasis lokal. telah memberikan surat izin penelitian; (2)
Kurikulum 2013 yang sekarang lebih Tokoh masyarakat di Kecamatan
menekankan pada karakter dan Petarukan, Kecamatan Bantarbolang, dan
menjunjung kearifan lokal sehingga cerita Kecamatan Moga yang telah bersedia
rakyat telah cocok untuk guru dan siswa. sebagai narasumber untuk penggalian data
Seperti yang diungkapkan oleh informan cerita rakyat; dan (3) Guru dan siswa SMP
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Negeri 2 Pulosari Kabupaten Pemalang
SMP Negeri 2 Pulosari menjelaskan yang telah bersedia sebagai informan
tentang kelebihan cerita rakyat di untuk penggalian data relevansi kajian
Kabupaten Pemalang. Selain sebagai daya struktur dan nilai-nilai cerita rakyat
tarik tujuan pembelajaran, cerita rakyat ini sebagai materi ajar. Selanjutnya, kami
memiliki keunggulan melalui deskripsi berharap semoga hasil penelitian ini dapat
tentang daerah tertentu di Kabupaten memberikan manfaat bagi upaya
Pemalang sebagai nilai kearifan lokal yang peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa
perlu dipertahankan. Indonesia di SMP.
Segi kelayakan bahan ajar juga
dijelaskan pada Permendikbud Nomor 8 SIMPULAN
Sarmadi,L.G.(2009). “Kajian
Strukturalisme dan Nilai Edukatif
dalam Cerita Rakyat Kabupaten
Klaten.” Tesis tidak dipublikasi,
Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.