This document summarizes the role of a change agent in organizational change. It discusses several models of change agency, including leadership, management, consultancy, and team models. It also outlines the consulting process and the roles a change agent can play within it, such as expert, extra pair of hands, and collaborative role. Finally, it discusses when organizations may use internal versus external change agents.
This document summarizes the role of a change agent in organizational change. It discusses several models of change agency, including leadership, management, consultancy, and team models. It also outlines the consulting process and the roles a change agent can play within it, such as expert, extra pair of hands, and collaborative role. Finally, it discusses when organizations may use internal versus external change agents.
This document summarizes the role of a change agent in organizational change. It discusses several models of change agency, including leadership, management, consultancy, and team models. It also outlines the consulting process and the roles a change agent can play within it, such as expert, extra pair of hands, and collaborative role. Finally, it discusses when organizations may use internal versus external change agents.
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perubahan Dosen Pengampu: Ni Made Mas Yogiswari, S. Tr., M. Par.
OLEH: GEDE OKA RESTU PRATAMA 2117051002 5Q
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2023 THE CHANGE AGENT Dalam mendukung suatu manajemen perubahan diperlukan individu yang berperan sebagai agen perubahan. Agen perubahan memberikan sifat dan kompetensi yang diperlukan dalam menginterpretasikan perubahan dalam perusahaan. Agen perubahan bukanlah hanya seorang pemimpin, melainkan agen yang dalam hal sifat dan peran secara internal atau eksternal organisasi, fokus, kompetensi yang dibutuhkan dan beberapa aspek psikologis yang lebih dalam untuk mengadopsi perubahan pikiran, pengambilan keputusan dan perasaan serta perilaku efektif. 1. Models of Change Agency Perubahan yang ingin dilakukan marwahnya perlu dilaksaankan oleh peran khusus agen perubahan. Agen perubahan merupakan fasilitator perubahan sebagai pihak pelaksana yang selaras dengan tim dan bertindak sebagai pengumpul data, pendidik, penyunting, fasilitator mediasi dan pelatih dalam (O’Nell, 2000). Menurut (Caldwell, 2003) terdapat pendekatan- pendekaan yang berbeda dalam menghadapi tingkat perubahan yang belum pernah terjadi sehingga hal ini mengakibatkan adanya pergeseran pendekatan terencana yang berakibat pada peran agen perubahan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan pendekatan perubahan yang lebih cepat dengan penggabungan konsep kepemimpinan dan manajemen perubahan. Hal tersebut menjadi dasar Caldwell mengembangkan empat klasifikasi model agen perubahan yang terdiri dari leaderships model, management model, consultancy model dan team model. Dalam bagian model agen perubahan ini, leaderships model diidentifikasi sebagai eksekutif senior di puncak organisasi yang mentransformasi jalannya organisasi dan memiliki jangakuan luas. Namun perlu diperhatikan potensi perubahan yang terlalu top-down mengakibatkan adanya direktif pendekatan dan ketika pemimpin tidak tanggap maka akan menimbulkan potensi “voice of below” tidak didengar sehingga menimbulkan tentangan. Model kedua yaitu management model yang dinilai agen perubahan adalah manajer menengah yang bradaptasi, meneruskan dan membangun dukungan dalam perubahan strategis unit bisnis. Hal yang perlu diperhatikan dalam model ini adalah masalah kapabilitas manajer menengah dalam perusahaan. Model ketiga adalah consultancy model yang mana agen perubahan diposisikan untuk melatih dan melakukan mediasi dalam bekerja dalam organisasi untuk memfasilitasi perubahan. Hal yang perlu diperhatikan dalam model ini adalah adanya indikasi melepaskan diri dari komitmen, menimbulkan power untuk mengurangi orang lain dan terbatasnya transfer keterampilan. Model terakhir yaitu team model adalah model yang mana agen perubahan dipahami sebagai tim yang beroperasi dalam tingkat strategis, operasional dalam organisasi. Dalam hal ini, tiruan disfungsi organisasi dan adanya tindak superior dari anggota tim akan membuat adanya fragmentasi dan disfungsional seluruh tim dalam organisasi. Setiap model agen perubahan memiliki peran dan hal yang menjadi perhatian dalam adopsi perubahan yang terjadi dalam perusahaan. Namun dalam ini consultancy model menjadi model yang memberikan kemudahan dalam mencapai pedekatan terprogram terhadap perubahan. Hal ini diakibatkan dari faktor jarak psikologis dan kontraktual oleh para konsultan ini memberikan perubahan yang signifikan sebelum atau setelah terjadi perubahan. Dengan konsultan yang efektif, mendukung para pemimpin menyedikan lingkungan yang mendukung refleksi dan kebangkitan di dalamnya. Adapun penelitian dari Prosci (2003) dan Green (2007) yang mendukung team models yang dikonfigurasi dengan benar dalam mendukung keberhasilan manajemen perubahan. Dengan kredibilitas tim dan keefektifan diri dari tim manajemen perubahan akan memelihara hubungan kerja internal yang baik dalam organisasi yang berfluktuasi dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Model agen perubahan yang telah disampaikan dari Caldwell dinilai memiliki keselarasan dan terbukyi sebagai kunci perubahan yang harus diperhatikan bersama-sama dalam seluruh sistem. Ketika model manajemen Caldwell dinilai membutuhkan penguatan baru, pendapat liar pun disampaikan dengan membentuk satu model meta yang lebih holistic untuk membantu empat model tersebut yaitu model pengambilan tanggung jawab. 2. The Consulting Process and The Role of The Change Agent Within It Dalam model agen perubahan Caldwell ataupun model yang lain diperlukan adanya kontrak yang kuat antara agen perubahan dan jajaran kepemimpinan organisasi yang perlu didukung dari proses konsultasi yang jelas. Menurut Block (2000) terdapat tiga jenis peran agen perubahan dalam proses konsultasi. Jenis peran agen perubahan pertama adalah the expert (ahli) yang merupakan seseorang yang berperan direktif untuk memberikan masukan terhadap apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya dalam sebuah organisasi. Jenis yang kedua adalah the extra pair of hands (sepasang tangan ekstra) adalah seseorang yang memiliki peran lebih patuh dan subjek arahan yang dilibatkan untuk membantu organisasi dan jenis yang terakhir adalah the collaborative role (peran kolaboratif) adalah seseorang yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang perubahan yang diharapkan mampu berkolaborasi dengan sistem dan situasi yang ditangani dalam perusahaan serta mampu mendukung para pemimpin dalam memfasilitasi perubahan. Penting untuk menentukan jenis peran yang diminta dari proses konsultasi dalam proses perubahan guna menjaga integritas dan peran dalam kapasitas dan kemampuan dalam memenuhi peran konsultasi. Adapun peran utama dari konsultan adalah menjalin hubungan kolaboratif, memberikan pemecahan masalah dan memastikan perhatian diberikan dalam masalah tekni/bisnis dan hubungan. Terdapat banyak cara dan tahapan proses konsultasi yang dijabarkan dari para ahli, namun perlu diketahui proses konsultasi menunjukkan adanya rangkaian pengetahuan, keterampilan kognitif dan perilaku yang berbeda di setiap tahapan konsultasi. Proses konsultasi yang disesuaikan dengan rangkuman penjabaran para ahli pun ditemukan sebagai dasar proses konsultasi dan jangkauan pengetahun, keterampilan dan perilaku yang tersusun sistematis sebagai berikut: 1. Phase Entry: melakukan tahap antarpribadi yang membangun kepercayaan dan komitemen dengan menggunakan keterampilan komunikasi, interpersonal dan hubungan untuk melakukan penyelidikan awal, kecocokan dengan klien dan membangun dasar keterlibatan. Dalam fase ini juga memerlukan kemampuan strategis dan analitis yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi klien, organisasi dan proyek guna memahami perencanaan proyek dari klien. 2. Phase Contracting: dalam fase ini mulai melakukan intervensi menemukan penemuan proyek manajemen kemudian melakukan pemahaman tentang keseluruhan sistem dan jaringan pemangku kepentingan dengan melakukan penetapan metode pemantauan dan kriteria evaluasi. Dalam fase ini, agen perubahan harus menghasilkan tujuan dan metric yang dapat dicapai, kejelasan ruang lingkup dan metodologi manajemen proyek untuk mengembangkan kontrak yang disepakati bersama dalam memperjelas harapan dan cara kerja. 3. Phase Diagnosis: dalam fase ini mulai melakukan pemahaman lingkungan operasi dan renvanakan pengumpulan data bersama klien untuk memberikan pelatihan dan fasilitas dalam metode diagnostic yang dibarengi dengan kemampuan memberi umpan balik kepada klien dan mengembangkan pemahaman bersama. Kemudian fase ini juga melakukan pemetaan pemangku kepentingan, pemetaan doamain politik, memahami diagnostic kemudian melakukan diagnosis berdasarkan kemampuan diagnostic dalam penafsitan data sehingga mampu menjelaskan masalah teknis/bisnis yang dikelola. Kemudian dalam fase ini juga melakukan penyajian data pribadi dan organisasi tanpa adanya intervensi. Kemudian tahap akhir adalah memahami dan menyajikan dalam terjemahan ke dalam tindakan dan rencana proyek yang dapat dikelola. 4. Phase Intervening: fase ini merupakan fase lanjutan dari kerja kolaboratif dalam pemahaman, perencanaan tindakan dan intervensi guna memastikan pemimpin berhasil melakukan kinerja kepemimpinannya. Dalam fase ini juga melakukan keselarasan antara wawasan teoritis dan metode yang dirancang untuk memilih intervensi pada organisasi guna mengembangkan ide dan intervensi kreatif dan inovatif. Kemudian urutkan intervensi yang masuk akal sebagai intervensi pembelajatan dan pengembangan manajemen. 5. Phase Evaluating: fase ini adalah fase kunci proses perubahan yang mana melakukan pemantauan metode evaluasi dalam evaluasi biaya dan intervensi di berbagai bidang perusahaan. Dalam fase ini akan menimbulkan banyak masukan sehingga manajemen perlu bersikap terbuka terhadap gagasan sesuai dengan data yang valid. Dalam hal pemberlakuan proses konsultasi, ada beberapa organisasi yang cenderung memilih pihak luar sebagai fasilitator konsultasi dalam perubahan organisasi sementara ditemukan pula organisasi yang lebih percaya dengan kapasitas agen perusahaannya sendiri untuk memfasilitasi proses ini. Menurut Huffington, et al (1997) ada beberapa kriteria kapan sebaiknya perusahaan menggunakan konsultan internal dan konsultan eksternal dalam proyek yaitu sebagai berikut: 1. Internal: ketika adanya hubungan terkait dengan kebutuhan untuk bekerja dalam jangka panjang dengan hasil perubahan; adanya pendorong kepercayaan dalam mengandalkan kapasitas internal; ketika pengetahuan internal dari sistem saat ini diperlukan untuk masa depan 2. Eskternal: ketika adanya kebutuhan perubahan yang besar; terkhusus untuk keterlibatan pihak ketiga dari manajemen senior; ketika perubahan yang diimplementasi bersifat kompleks dengan kapasitas yang terbatas; ketika membutuhkan perspektif eksternal yang lebih objektif. 3. Change Agent Tools and Frameworks Dari bahasan sebelumnya, agen perubahan mendukung perubahan organisasi dalam strategi, struktur, sistem dan proses, orang-orang, kemampuan organisasi, gaya manajemen dan nilai bersama dalam konteks organisasi. Agen perubahan melakukan intervensi yang selaras dengan budaya saat ini untuk memperkenalkan dan memberi contoh berperilaku baru. Agen perubahan dalam organisasi akan bertindak fasilitator kepada orang-orang untuk memasuki hal-hal baru sesuai ruang lingkup proyek, mendukung para pemimpin untuk melakukan mobilisasi pemangku kepentingan dan mendampingi dalam proses transisi serta fokus terhadap terhadap integrasi proses. (Green, 2007a). Adapun fokus agen perubahan dengan memaksimalkan elemen-elemen kunci dalam memimpin perubahan yaitu: 1. Memfasilitasi Perubahan Individu Agen perubahan dalam aspek kunci individu melakukan perubahan cara pandang, perilaku saat ini dan mempelajari cara-cara baru. Menurut Schein, tugas utama agen perubahan adalah menyelaraskan kecemasan yang orang-orang dalam perusahaan rasakan dalam menghadapi perubahan dengan memaksimalkan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu. Dalam hal ini agen perubahan diharapkan membantu orang-orang dalam siklus perubahan dengan cara dan pendekatan yang relevan dan sesuai untuk menyadari kompetensi dalam menghadapi perubahan. 2. Memfasilitasi Perubahan Tim Perubahan pada individu atau lebih memiliki tingkat kerumitan sendiri, namun agen perubahan juga diharapkan mampu menyelesaikan perubahan dalam kelompok individu. Agen perubahan perlu menyadari bahwa keadaan dan status dalam tim saat ini yang terlibat dalam perubahan. Dalam memfasilitasi perubahan tim, agen perubahan diharapkan melakukan beberapa hal dibawah ini seperti: Mendeskripsikan dengan tepat sifat tim dan hal yang perlu diubah dalam peran serta menghadapi perubahan Memahami kebutuhan tim dan kerja sama tim Memahami persyaratan perubahan elemen tim (misi tim, peran tim, proses operasi tim, hubungan interpersonal tim dan hubungan antar tim). Mmastikan proses bahwa tim dan anggotanya melakukan pembentukan dan penataan kembali dalam mengatasi masalah 3. Memfasilitasi Perubahan Organisasi Peran agen perubahan dalam memfasilitasi perubahan organisasi adaah dengan pemahaman tentang perubahan linier/terencana atau lebih pragmatis dan memerlukan keterampilan yang diperlukan untuk mampu bernegosiasi dengan diri sendiri dan orang lain melalui tantangan yang perusahaan hadapi di setiap langkah menuju perubahan. Aspek penting dari peran agen perubahan adalah mampu berada cukup dekat dengan perubahan untuk memahami bagaimana perubahan tersebut terjadi dan apa yang perlu dilakukan saat ini, dan cukup terpisah anara kepentingan subjektif agar dapat melihat sistem yang ada. sedang bekerja. Agen perubahan perlu bergerak di antara kedua posisi tersebut, untuk terlibat dalam refleksi aktif dan aktivitas reflektif serta membuat keputusan yang bermakna mengenai perubahan. 4. The Competencies of The Change Agent Agen perubahan selain berperan dalam mengatasi perubahan yang terjadi, agen perubahan juga diharapkan mampu memperkenalkan, mendeskripsikan dan memberikan kontekstual mengenai pengaruh utama bidang perubahan sekaligus teori dan model perubahan. Melihat pentingnya agen perubahan dalam perusahaan maka diperlukan berbagai kompetensi dari agen perubahan sehingga mampu merepresentasikan kemampuan yang terampil dan kompeten dalam memanfaatkan keahlian yang dimiliki dalam konteks perubahan.