You are on page 1of 28

TUGAS BELAJAR MANDIRI

Pengkajian Status Gizi dan penilaian Kriteria Masalah Gizi Balita Pada Wilayah
Sulawesi Selatan

Dosen Pembimbing

Dr. Healthy Hidayanty, SKM.,M.Kes

Program Mata Kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh,
Alif Nur Ramadhan, MBBS
023180012

PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) TAMALATEA

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA MAKASSAR

2023
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Gizi, Ilmu Gizi dan Status Gizi

Gizi berasal dari bahasa Arab “Qizzi” adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ,serta menghasilkan energi. Makanan merupakan suatu
yang esensial bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan makanan untuk
bisa melakukan seluruh aktivitas disepanjang kehidupannya. Oleh karena
pentingnya makanan bagi aktivitas manusia maka perhatian manusia akan
makanan sangat besar.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan,


karena makanan adalah salah satu persyaraan pokok untuk manusia disamping
udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah
untuk:

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti


jaringan tubuh yang rusak.

b. Memperoleh energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan


cairan tubuh yang lain.

d. Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit.

Ilmu gizi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari nutrisi pada
manusia khususnya yang berhubungan dengan keperluan zat gizi,fungsi-fungsi
makanan dan diet, hubungan diet dan kesehatan dan penyakit, serta penelitian-
penelitian dalam ini. Secara singkat dapat dikatakan ilmu gizi merupakan ilmu
makanan yang berhubungan dengan kesehatan. Mempelajari Ilmu Gizi akan
memberikan manfaat yang sangat besar baik untuk kesehatan fisik maupun
kesehatan mental/emosi. Mengetahui kegunaan dari sebuah bahan makanan dapat
membantu dalam menyusun makanan yang dikonsumsi manusia.

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk


anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.

2 Tinjauan tentang Status Gizi

Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan dari
intake makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai
dimensi. Status gizi dapat dinilai dari setiap jenis zat gizi baik zat gizi makro
maupun mikro. Zat gizi makro yang utama adalah energi, protein, lemak dan
karbohidrat. Lemak dan karbohidrat adalah unsur utama penghasil energi,
sehingga ukuran status gizi untuk zat gizi makro adalah energi dan protein,
disebut juga dengan ”status energi dan protein”.

Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan


masalah kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
tertentu. Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahan-
bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon
tiroid dan transferin). Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan
makanan apa yang dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa
yang biasanya dimakan. dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan
selama 3 hari. Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan
dan tingkah lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya.

Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami


kekurangan gizi karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka bisa mengalami kekurangan
zat besi, asam folat, vitamin c dan tembaga karena makanan yang tidak memadai.
Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan
terjadinya kekurangan kalori protein (kkp), yang merupakan suatu bentuk dari
malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit
hemoragik pada bayi baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin k, dan
bisaberakibat fatal. Sejalan dengan pertumbuhannya, kebutuhan makanan anak-
anak akan bertambah, karena laju pertumbuhan mereka juga bertambah.

Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan sebab-akibat antara
makanan (input) dengan kesehatan (outcome). Pada satu pihak masalah gizi dapat
dilihat sebagai masalah input, tetapi juga sebagai outcome. Dalam menyusun
kebijakan harus jelas mana yang dipakai sebagai titik tolak apakah input atau
outcome. Apabila masalah gizi dianggap sebagai masalah input maka titik tolak
identifikasi masalah adalah pangan, makanan (pangan diolah) dan konsumsi.
Apabila masalah gizi dilihat sebagai outcome, maka identifikasi masalah dimulai
pada pola pertumbuhan dan status gizi anak.
3. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi Anak

Pertumbuhan dari saat lahir sampai mencapai dewasa dapat dibagi menjadi tiga
fase pertumbuhan yang cepat sekali dan masa istirahat fisiologis diantaranya.
Pada masa dua tahun pertama,penambahan berat bedan sampai hampir empat kali
lipat. Kemudian terjadi masa pertumbuhan yang agak lambat (antara umur 2-6
tahun), juga kebutuhan akan berkurang. Sekitar umur 6 – 7 tahun terjadi
pertumbuhan yang kedua yaitu saat anak mulai sekolah dan biasanya nafsu
makannya bertambah. Kemudian menyusul masa istirahat sekitar umur 8 – 9
tahun sampai mereka mencapai masa remaja. Selanjutnya terjadi lagi
pertumbuhan yang cepat sehingga anak bertambah tinggi dan aktifitas
metaboliknya juga bertambah. Pertumbuhan yang cepat inilah yang sering
menimbulkan masalah-masalah.13

Kelompok rentan gizi adalah kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah
menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi. Biasanya
kelompok ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia, jadi terdiri dari
kelompok umur tertentu dari kehidupan manusia. Oleh sebab itu kelompok ini
terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Kelompok
rentan gizi terdiri dari.13

a. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun.

b. Kelompok balita umur 1-5 tahun.

c. Kelompok anak sekolah 6-12 tahun.

d. Kelompok remaja 13-20 tahun.

e. Kelompok ibu hamil dan menyusui.

f. Kelompok usia lanjut.

Pada umumnya kelompok umur anak sekolah mempunyai kesehatan yang lebih
baik dibanding kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada
kelompok ini antara lain: berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah) dan
defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak sangat
aktif bermain dan banyak kegiatan baik di sekolah maupun di lingkungan rumah
tangganya. Dipihak lain, anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makan mereka
menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang
diperlukan. Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat tepat untuk
membina dan meningkatkan gizi dan kesehatan kelompok ini.

Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan
Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga.

a. Kurang Energi Protein Ringan

Pada tahap ini belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas.
Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan
normal.

b. Kurang Energi Protein Sedang

Pada tahap ini berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan
normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi
pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. 15

c. Kurang Energi Protein Berat

Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut
Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai
60 persen atau kurang dari berat badan normal.16

Tujuan penilaian status gizi adalah sebagai berikut :

a. Memberikan gambaran umum mengenai metode penilaian status gizi.

b. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-


masing metode yang ada.

c. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan


implementasi untuk penilaian status gizi.
2.4 Metode Penilaian Status Gizi

Manusia makan pada dasarnya untuk memenuhi 3 fungsi makanan itu sendiri,
yaitu untuk tenaga, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Kurang konsumsi
makanan maka akan diambil dari cadangan tubuh dan jika makan berlebih akan
disimpan dalam bentuk cadangan tubuh. Makanan berperan penting untuk
pertumbuhan. Sehingga pada hakekatnya menilai status gizi adalah mengevaluasi
keseimbangan pemenuhan kebutuhan berupa penampakan/ performa tubuh.
Metode penilaian status gizi untuk menilai status energi protein adalah metode
antropometri.

Metode antropometri (anthropos = tubuh, dan metros = ukuran dari bahasa


Yunani) adalah menggunakan ukuran tubuh untuk menetapkan status gizi.

Metode penilaian status gizi dapat dikelompokkan atas metode langsung dan
metode tidak langsung. Berikut ini akan disajikan secara ringkas kedua kelompok
metode penilaian status gizi tersebut.

a. Penilaian secara langsung

1). Metode Biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia disebut juga dengan metode pemeriksaan
laboratorium, adalah mengukur kadar zat gizi di dalam tubuh dan atau ekskresi
tubuh kemudian dibandingan dengan suatu nilai normatif yang sudah ditetapkan.
Misalnya menilai status zat besi (Fe) dengan mengukur kadar hemoglobin. Bila
kadar hemoglobin <11 mg% maka disebut anemia. Untuk penilaian biokimia
disebut juga pemeriksaan laboratorium, spesimen yang biasa digunakan adalah
darah, faces, kelenjar tubuh, urin dan biopsi jaringan tubuh.

2). Penilaian Klinis

Penilaian status gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang muncul dari
tubuh sebagai akibat dari kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu.
Setiap zat gizi memberikan tampilan klinis yang berbeda, sehingga cara ini
dianggap spesifik namun sangat subjektif. Contoh penilaian status gizi secara
klinis adalah kekurangan vitamin A menyebabkan buta senja (xerophtalmia).
Sedangkan apa bila dinilai secara biokimia dengan menilai kadar retinol dalam
darah.

3). Penilaian Biofisik

Penilaian secara biofisik adalah dengan mengukur elastisitas dan fungsi jaringan
tubuh. Cara ini jarang digunakan karena membutuhkan peralatan yang canggih,
mahal dan tenaga terampil. Salah satu cara penilaian status gizi secara biofisik
adah untuk mengukur komposisi tubuh dengan metode bioelecrical impedance.

4). Penilaian Antropometri

Cara yang paling mudah, tidak membutuhkan peralatan yang mahal adalah
pengukuran antropometri. Dengan demikian antropometri dapat diterapkan secara
luas di lapangan. Sebagai contoh tiap bulan dilaksanakannya penimbangan balita
di posyandu. Pengukuran antropometri memgandung 2 maksud; pertama untuk
mendeskripsikan status gizi (penilaian dilakukan pada satu titik waktu) dan kedua
pemantauan status gizi yaitu untuk melihat trend/ perubahan ukuran tubuh dari
waktu ke waktu. Penimbangan balita di posyandu yang diplot hasilnya ke dalam
KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah salah satu contoh pemantauan status gizi
(nutritional monitoring).

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan mengikuti
pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari
keadaan normal. Metode antropometrik sering digunakan dalam beberapa
penelitian, termasuk dalam penelitian ini karena memiliki keunggulan antara lain:

a). Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dana alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah.
b). Pengukuran dapat digunakan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya, apabila terjadi kesalahan pengukuran lingkar lengan atas pada anak
balita, maka dapat dilakukan pengukuran kembali, tanpa harus mempersiapkan
alat yang rumit.

c). Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-
bahan lainnya.

d). Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas dan buku
rujkan yang sudah pasti.

e). Prosedurnya aman, sederhana, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar.

f). Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

g). Umumnya dapat mengidentifikasikan status gizi sedang, kurang, dan gizi
buruk dengan berpedoman pada ambang batas yang sudah jelas.

Di samping keunggulan metode penentuan gizi secara antropometri, terdapat pula


beberapa kelemahan.

a). Tidak sensitif sebab tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, di
samping itu tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti defisiensi
Zinc dan Fe.

b). Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran.

c). Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran.

d). Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan asumsi yang salah.

e). Kesalahan biasanya bersumber dari kurang terlatihnya petugas pengukur,


kesalahan alat atau alat yang tidak ditera, dan kesulitan dalam pengukuran
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau secara parsial) dapat digunakan untuk
menilai status gizi, namun menurut WHO (1983) hanya 3 ukuran (parameter) saja
yang diangap valid, yaitu : Berat badan, tinggi badan dan lingkaran lengan atas.
Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan status gizi disebut parameter.
Gabungan dari 2 parameter disebut dengan indeks. Sehingga dari parameter yang
valid tesebut dapat dinilai 4 indeks, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), IMT menurut umur (IMT/UMUR) dan
Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LLA/U).18

5). Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan massa jaringan. Massa jaringan


memiliki sifat sensitif, artinya cepat berubah. Perubahan yang terjadi pada
lingkunan akan terlihat langsung pada massa jaringan. Misalnya seorang anak
makan lebih dari biasanya dalam 2 atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan
berat badannya. Atau sebaiknya apabila terjadi penyakit (misalnya diare) maka
berat badan akan langsung turun drastis. Penggunaan berat badan untuk menilai
status gizi menggambarkan kondisi saat ini (dekat dengan waktu pengukuran).
Keadaan kurang gizi yang diukur dengan berat badan bersifat akut.

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Mengingat


karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih meggambarkan
status gizi seseorang saat ini (current national status). Indeks BB/U yang rendah
mengindikasikan suatu keadaan yang disebut underweight pada umur tertentu.

a). Kelebihan Indeks BB/U

(1). Lebih mudah dan cepat dimengerti masyarakat umum.

(2). Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.

(3). Berat badan dapat berfluktuasi.

(4). Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.


(5). Dapat mendeteksi kegemukan.

(6). Pengukuran obyektif bila diulang memberi hasil sama.

(7). Pengukuran mudah dan tidak memakan waktu lama.

b). Kekurangan Indeks BB/U

(1). Tidak sensitif terhadap anak yang stunted, atau anak yang terlalu tinggi tetapi
kurang gizi.

(2). Dapat mengakibatkan interpretasi salah apabila edema atau asites.

(3). Di daerah terpencil, umur sering sulit diketahui dengan pasti.

(4). Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran akibat pengaruh pakaian atau
gerakan anak saat ditimbang.

(5). Secara operasional sering terdapat hambatan karena masalah sosial budaya
setempat, di mana orang tua tidak ingin anaknya ditimbang seperti barang
dagangan.

6). Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan linier. Pertumbuhan liner
(tulang rangka) memiliki sifat pertumbuhannya lambat, tidak mdah berubah, dan
seburuk keadaan ukuran adalah tetap, tidak turun. Tinggi badan menggambarkan
kondisi masa lalu. Gangguan pertumbuhan linier bersifat kronis.

a). Kelebihan Indeks TB/U

(1). Baik untuk menilai gizi masa lampau.

(2). Ukuran dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah.

b). Kekurangan Indeks TB/U

(1). Tinggi badan tidak cepat naik, tidak mungkin turun.


(2). Pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan
2 orang untuk melakukannya

(3). Ketepatan umur sulit didapat.

7). Berat badan menuru tinggi badan (BB/TB)

Indeks BB/TB lebih menggambarkan komposisi tubuh oleh karena dipengaruhi


oleh umur. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks ini disebut status kegemukan
yaitu : sangat kurus, kurus, normal dan gemuk. Sifat masalah gizi dengan indeks
BB/TB adalah akut dan kronis. Berat badan mempunyai hubungan yang linier
dengan tinggi badan. Indeks BB/TB adalah indikator yang baik untuk menilai
status gizi sekarang. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan umurdengan kecepatan tertentu. Berdasarkan sifat-sifat tersebut,
indeks BB/TB mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan.

a). Kelebihan Indeks BB/TB

(1). Dapat membedakan proporsi badan.

b). Kekurangan Indeks BB/TB

(1). Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup
tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur
tidak dipertimbangkan.

(2). Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran


panjang/tinggi badan pada kelompok balita.

(3). Membutuhkan dua macam alat ukur.

(4). Pengukuran relatif lebih lama.

(5). Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

(6). Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok non-profesional.
Penelitian membuktikan ada keterkaitan antara tubuh pendek dan tingkat
kecerdasan. Bila sejak awal sudah tidak ada keseimbangan berat dan tinggi badan,
maka akan berpengaruh pada pembentukan otak. Karena itu, kebutuhan gizi bayi
sejak janin sampai usia lima tahun harus terpenuhi secara baik.

8). Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U
maupun IMT/UMUR. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri
yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan profesional.
Lingkar lengan atas merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan
cepat, sehingga merupakan indeks yang menggambarkan status gizi saat ini.

a). Keuntungan Indeks LLA/U

(1). Indikator yang baik untuk menilai KEP berat.

(2). Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat sendiri.

(3). Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi,
sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.

b). Kelemahan Indeks LLA/U

(1). Hanya mengidentifikasi anak dengan KEP berat.

(2). Sulit menentukan ambang batas.

(3). Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia 2 sampai
5 tahun yang perubahannya tidak tampak nyata.

9). Indeks Massa Tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas)
merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit
tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena, pemantauan
keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara
adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.

10). Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala
atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala
besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus).Lingkar kepala terutama
dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat
secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Dalam antropometri gizi, rasio
lingkar kepala cukup berarti dalam menentukan KEP pada anak.

11). Tebal Lipatan Kulit

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit


(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan
atas (triceps dan biceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di
tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal),
suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapattelar), dan pertengahan tungkai bawah
(medial calf).

Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterpretasikannya


dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para
Ahli Gizi, ambang batas dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap
median, persentil dan standar deviasi unit. Dari ketiga cara penentuan ambang
batas tersebut, yang dianjurkan oleh WHO adalah Standar Deviasi Unit (SD).
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. Rumus perhitungan Z-skor adalah

Z-score = nilai individu subyek – nilai median baku rujukan nilai simpang baku
rujukan
Berdasarkan hasil kesepakatan pakar gizi tahun 2000, maka cut off point
penggunaan standar deviasi (SD) adalah sebagai berikut:

a). Berat Badan Menurut Umur

Gizi lebih : bila Z-score >+2 SD

Gizi baik : bila Z-score ≥-2 SD s/d ≤+2 SD

Gizi kurang: bila Z-score ≥-3 SD s/d <-2 SD

Gizi buruk : bila Z-score <-3 SD

b). Tinggi Badan Menurut Umur

Normal : bila Z-score >-2 SD

Pendek : bila Z-score ≥-3 SD s/d ≤-2 SD

Sangat pendek : bila Z-score <-3 SD

c). IMT menurut umur

Gemuk : bila Z-score >+2 SD

Normal : bila Z-score ≥-2 SD s/d ≤+2 SD

Kurus : bila Z-score ≥-3 SD s/d <-2 SD

Sangat kurus : bila Z-score <-3 SD

b. Penilaian secara tidak langsung

1). Penilaian konsumsi pangan

Mengukur pangan yang dikonsumsi kemudian dianalisis kandungan gizinya.


Jumlah zat izi yang dikonsumsi dibandingkan dengan kebutuhan (anjuran) makan
sehari sesuai umur,jenis kelamin dan aktivitas.
2). Analisis ekologi dan statistik vital mempelajari kondisi lingkunan berupa
produksi pangan, pola makan, sosial budaya, ekonomi dan variabel lain yang
secara teoritis mempengaruhi status gizi. Data ini dianalisis menggunakan statistik
sehingga dapat diprediksi status gizi.

3). Indeks Prognostik Rumah Sakit (IPRS) dan Indeks Diagnostik Rumah Sakit.
suatu metode analisis kebiasaan sehari-hari yang berkaitan dengan konsumsi gzi
dan variabel determinannya yang digunakan untuk menetapkan status gizi. Cara
ini dilakukan di rumah sakit untuk menegakkan diagnosa dan menentukan
tindakan gizi yang harus diberikan kepada pasien.

Proses tumbuh kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor


saling terkait, yaitu ; faktor genetik/keturunan , lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial
dan perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil
akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak.
ANALISIS LAPORAN DATA NASIONAL STATUS GIZI

DI SULAWESI SELATAN PADA TAHUN 2007 2010 2013 2018

1. Data 2007
2. Data 2010
3. Data 2013
4. Data 2018
DIAGRAM TREN STATUS GIZI PROVINSI SULAWESI SELATAN
BERDASARKAN DATA 2007 2010 2013 2018

Diagram Status Gizi Provinsi Sulawesi Selatan


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Underweight BB/U Wasting BB/TB Stunting TB/U Gemuk BB/TB

2007 2010 2013 2018

INTERPRETASI

Berdasarkan Diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa Status Gizi Balita


di Provinsi Sulawesi Selatan masih tinggi dan hanya terjadi sedikit penurunan dari
tahun ke tahun, Gizi Kurang disulawesi selatan masuk kategori serius dengan nilai
di atas 20 %, Diperlukan Layanan Kesehatan yang berperan penting untuk
meningkatakan peran dalam menurunkan tingkat gizi buruk di Indonesia.

You might also like