Professional Documents
Culture Documents
Metakognisi
Metakognisi
Jika dikaji secara terminologis, metakognitif berasal dari kata “meta” dan
“cognition”. Awalan kata “meta” yang dimaksud tidaklah sama dengan makna
fundamental seperti pada kata metafisika, melainkan seperti yang ditekankan
oleh Lawson bahwa kata “meta” dimaknai sebagai refleksi proses kognitif dan
kontrol kognitif. Sementara itu, kognitif sendiri berarti proses mental untuk
mengelola informasi, dan kecerdasan tingkat tinggi lain seperti penalaran,
kreativitas, dan pemecahan masalah.
Selanjutnya menurut Livingstone (1997 dalam Susanti dkk, 2020, hlm. 94)
metakognitif adalah pengetahuan yang diperoleh peserta didik tentang
proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk
mengontrol proses-proses kognitif. Artinya, metakognitif juga berhubungan
dengan pengetahuan-pengetahuan dan kontrol dalam proses kognitif itu
sendiri yang implikasinya, pengetahuan ini tidak hanya bermanfaat bagi
psikolog atau pendidik saja, akan tetapi peserta didik atau individu manusia
sendiri.
Komponen Metakognitif
Menurut Baker & Brown (dalam Mulyadi dkk, 2016, hlm. Hlm. 214) komponen
metakognitif terdiri atas dua macam, yakni pengetahuan tentang kognisi dan
pengaturan kognisi yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Sementara itu, menurut Kapa (dalam Chairani, 36-37), metakognisi terdiri atas
tiga komponen yaitu sebagai berikut.
Pengetahuan Metakognitif
1. Pengetauan Deklaratif
Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang setiap individu ketahui
mengenai karakteristik dan cara belajarnya sendiri, termasuk pengetahuan
mengenai dirinya sendiri, aktivitas, dan strategi berpikir atau memperoleh
pengetahuannya yang selama ini cenderung ia lakukan sendiri.
2. Pengetahuan Prosuderal
Pengetahuan prosuderal adalah pengetahuan prosedur yang digunakan untuk
strategi belajar.
3. Pengetahuan Kondisional
Pengetahuan kondisional mengacu pada pengetahuan kapan dan mengapa
suatu strategi harus dilakukan.
Pengaturan/Regulasi Metakognitif
Tingkatan Metakognitif
Seperti kognitif sendiri yang memiliki tingkatan atau taksonomi yang
dicetuskan oleh Bloom, metakognitif juga memiliki tingkatan serupa. Menurut
Swartz & Perkins, tingkat-tingkat metakognitif adalah sebagai berikut.
1. Tacit Use,
adalah penggunaan pemikiran tanpa kesadaran. Jenis pemikiran metakognitif
ini adalah berbagai pikiran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
tanpa berpikir tentang keputusan tersebut.
2. Aware Use,
adalah penggunaan pemikiran metakognitif dengan kesadaran. Artinya, jenis
pemikiran ini berkaitan dengan kesadaran individu mengenai apa dan
mengapa ia melakukan pemikiran tersebut.
3. Strategic Use,
adalah penggunaan pemikiran yang bersifat strategis, di mana penggunaan
pemikiran berkaitan dengan pengaturan individu dalam proses berpikirnya
secara sadar dengan menggunakan strategi-strategi khusus yang dapat
meningkatkan ketepatan berpikirnya.
4. Reflective Use,
merupakan penggunaan pemikiran yang bersifat reflektif. Artinya, pemikiran
ini berkaitan dengan refleksi individu dalam proses berpikirnya sebelum dan
sesudah atau bahkan selama proses pikiran berlangsung dengan
mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya.
Keterampilan Metakognitif
Keterampilan metakognitif adalah kegiatan pengaturan terkait dengan
pemecahan masalah yang meliputi perencanaan, pemantauan dan evaluasi
metakognitif (Brown, 1987). Menurut Flavell sendiri keterampilan metakognitif
adalah keterampilan memprediksi proses pembelajaran. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa keterampilan metakognitif merupakan kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengatur atau mengendalikan kognisinya
sendiri dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan
kognisi tersebut.
Referensi
1. Chairani, Zahra. (2016). Metakognisi siswa dalam pemecahan masalah
matematika. Yogyakarta: Deepublish.
2. Desmita. (2017). Psikologi perkembangan peseta didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
3. Hasanuddin. (2017). Biopsikologi: pembelajaran teori dan aplikasi. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press.
4. Jacobs, J.E., & Paris, S.G. (1987). Children’s metacognition about reading:
Issues in definition, measurement, and instruction. Educational Psychologist,
22, 255-278.
5. Kristiyani, T. (2016). Self regulated learning: konsep impilkasi dan tantanganya
bagi siswa di indonesia. Yogyakarta: Sanata Dharma Univerisity Press.
6. Mulyadi, Seto. dkk. (2016). Psikologi pendidikan dengan pendekatan teori-
teori baru dalam psikologi. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
7. Susanti, D., Anwar, C., Putra, F. G., Netriwati, Afandi, K., & Widyawati, S. (2020).
Pengaruh model pembelajaran discovery learning tipe POE dan aktivitas
belajar terhadap kemampuan metakognitif. 2(2), 93–105.
Artikel Terkait
Menjadi Lebih Cerdas lewat Metakognitif
20-10-2022
11-03-2022
26-08-2022
Tinggalkan Komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar *
Nama *
Email *
Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk
komentar saya berikutnya.
Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.
Kirim Komentar
Perangkat Output (Output Device): Pengertian & Macam Jenis Perantinya
Trending
Semua Kategori
Aliran Seni Rupa (13)
Bahasa Indonesia (75)
Budaya (4)
Desain (22)
Ekonomi (17)
Filsafat (8)
Fundamental Seni (15)
Ilmu Hukum (20)
Ilmu Komunikasi (24)
Ilmu Pengetahuan Alam (33)
Ilmu Pengetahuan Sosial (37)
Informatika (49)
Inspirasi (23)
Linguistik (11)
Manajemen & Bisnis (138)
Metode Penelitian (11)
Pendidikan (140)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (37)
Prakarya dan Kewirausahaan (19)
Praktik Seni (10)
Psikologi (100)
Sastra (33)
Sejarah (16)
Sejarah Seni (25)
Teori Seni (86)
Video Pembelajaran (10)
Langganan
Masukan alamat email untuk mendapatkan pemberitahuan artikel terbaru
serupa.id
Alamat Email
Subscribe
SERUPA.ID
Serupa.id adalah situs pendidikan berbasis seni & sains yang membahas berbagai ilmu pengetahuan seperti: informatika, psikologi, seni
murni, desain, sastra, bahasa, pendidikan (keguruan), manajemen, filsafat, teknologi, dsb. Materi artikel selalu diperkuat pendapat para