You are on page 1of 4

Tema : Takdir (Menerima Dengan Lapang Dada)

Judul : Asystole

Sinopsis: Asystole merupakan kisah tentang dilemma yang dialami oleh Johan seorang perawat
ICU di salah Satu Rumah Sakit dan harus merawat pasien yang adalah ibunya sendiri. Johan
merupakan seorang perantau dan ibunya yang dating dari kampung untuk bertemu dirinya
akhirnya mengalami sakit dan dirawat di Rumah Sakit tempat dimana Johan bekerja.

Karena perburukan kondisi, ibu Johan tiba-tiba mengami henti jantung. Johan menangis dan
memutuskan untuk melakukan pijat jantung sembari merasa gagal merawat orang tua sendiri.
Gambaran irama jantung pada monitor tampak garis lurus. Johan yang semakin lelah tersadar
bahwa ibunya sudah tiada. Teman sejawat dan dokter memberikan support kepada Johan
akhirnya membuat ia harus ikhlas bahwa ibunya sekarang sudah tenang dan tidak mengalami
sakit lagi.

Outline : Adiksimba
1. Siapa aku sekarang? (Flashback)

2. Mengapa jadi perawat?

3. Apakah yang menyebabkan jadi perawat?

4. Kapan jadi perawat?

5. Siapa yang memotivasi?

6. Bagaimana kisah pahit menjadi perawat?

7. Di mana terjadinya?

8. Bagaimana akhir sebuah cerita?


Asystole

Proses panjang serta perjuangan yang tidak mudah membuahkan gelar S.Kep Ners sudah
aku raih pada usia 24 tahun. Kisah pahit datang menghampiri ketika aku sudah genap 2 tahun
bekerja di salah satu Rumah Sakit Umum dan inilah kisah terpahit yang sulit aku lupakan.
“Nak, kamu harus menjadi sosok laki-laki yang kuat, jangan pernah menyerah dengan
kondisi apapun. Pulanglah membawa profesi perawatmu” begitulah nasihat ibu, wanita yang
sering kusapa dengan sebutan mama ketika hendak mengatarkan aku untuk melanjutkan studi
profesi perawat di Jakarta.
Kerasnya kehidupan kota Jakarta serta pola pikir masyarakat yang beranggapan bahwa
laki-laki Timur notabennya bekerja sebagai security dan debtcolector, membuatku semakin
berambisi untuk mengubah mineset tersebut. Aku harus mampu beradaptasi dengan lingkungan
sekitar, mengingat karatker laki-laki Maluku yang menempel erat dengan diriku. Hitam kulit,
keriting rambut, nada berbicara yang lantang merupakan karater itu. Aku berhasil beradaptasi
dengan lingkungan sekitar dan menjalani proses jatuh bangun kuliah.
4 tahun kemudian aku berhasil menuntaskan kuliah S1 keperawatan dan Profesi Ners,
gelar S.Kep Ners telah aku sandang. Rasa bangga orang tuaku tidak terbendung saat aku
memeberitahu kabar baik ini. Setelah lulus aku memutuskan untuk bekerja bekerja di rumah
sakit dan meminta restu dari orang tua namun karena bertepatan dengan kejadian Covid 19
sehingga orang tuaku semakin khawatir untuk megijinkan aku bekerja di Rumah Sakit. Aku
berusaha meyakinkan orang tua agar bisa bekerja karena merasa terpanggil sebagai seorang
perawat. “Kalau memang kamu ingin untuk bekerja, Ibu ikhlaskan Nak, ingat jangan andalkan
kemampuan diri melainkan tetap mengandalkan Tuhan dalam pekerjaanmu, namamu selalu ibu
titip di dalam doa” ucap ibu dengan penuh harapan. Aku dipanggil untuk diinterview di salah
satu Rumah sakit umum, bermodalkan nasihat dari orang tua akhirnya aku diterima untuk
bekerja di rumah sakit tersebut.
Intensive Care Unit merupakan ruangan dimana aku ditempatkan untuk bekerja, rekan
kerja dan senior di ruangan ini selalu menciptakan suasana yang harmonis sehingga aku semakin
betah bekerja di sini. “Bung” itulah sapaan akrab yang sering dipakai rekan-rekan untuk
memanggilku. Motivasi dan bimbingan selalu diberikan oleh rekan-rekan kerja kepadaku
mengingat aku adalah seorang perantau dari jauh. Mereka juga membentuk aku menjadi sosok
yang mapan dan berpikir dewasa dalam bertindak.
Tak terasa dua tahun sudah terlewati aku bekerja di Rumah sakit dan untuk mengobati
rasa rindu terhadap orang tua, aku memutuskan untuk memberangkatkan kedua orang tuaku
datang ke Jakarta. Aku tinggal dengan kedua orang tuaku di kontrakan dan menikmati tiap masa
indah bersama mereka. Suatu sore Ketika aku hendak selesai bekerja, terdengar bunyi dering dari
Handphone dan ternyata panggilan itu dari Ayah yang mengabarkan bahwa ibu mengalami sesak
nafas. Aku pun berlari ke arah parkiran menyalakan motor tua milikku dan bergegas pulang ke
kontrakan. Setibanya di sana tampak ibu terbaring lemas dan mengalami sesak berat. Tanpa
berpikir panjang aku segera membawa ibu ke ruang IGD Rumah sakit tempat aku bekerja.
Setelah menjalani pemeriksaan, dokter pun mengatakan bahwa ibu harus dirawat intensive
karena mengalami sesak berat.
Ruang ICU merupakan tempat dimana kisah pedih ini tercipta, di sore itu kondisi ruangan
hening seketika ditemani suara monitor dan ventilator yang saling bersahut-sahutan aku
menggenggam tangan ibu dan bebisik di telinganya bawha ibu harus sembuh. Sesaat setelah
bisikan itu, ibu tiba-tiba mengalami henti jantung.
Aku dengan kondisi gementar dan panik langsung melakukan tindakan RJP (Resusitasi
Jantung Paru)/pijat jantung dengan harapan kondisi ibu membaik. Dokter dan semua teman
sejawat langsung datang menghampiri. Pijat jantung serta tindakan pertolongan medis maksimal
yang dilakukan selama 30 menit belum dapat mengembalikan kondisi ibu namun aku yang tetap
memiliki harapan besar teteap melakukan tindakan RJP. Monitor itu seakan memberikan
informasi kepadaku untuk berhenti. Garis lurus yang digambarkan monitor membuatku merasa
kehilangan separuh nyawa. Dokter dan teman sejawat langsung merangkul aku dan mengatakan
“Bung, kami turut berduka cita”. Aku putus asa, aku merasa gagal dan terus menyalahakan
diriku namun ayah dengan cintanya datang memeluk aku sembari berkata, “Nak, semua yang
Tuhan buat itu baik adanya, kamu harus percaya ada maksud baik dibalik semua ini.” Mendengar
nasihat dari Ayah membuat aku sadar bahwa ibu sudah tenang dan tidak sakit lagi, aku merasa
bersyukur karena memiliki sosok ibu yang selalu memberikan seluruh cintanya kepadaku. dan
inilah bentuk pengabdian terakhirku untuk ibu.
ASYSTOLE
Yuliana Ade Yopita, tanggal lahir 05 Februari, 1994
Yuliana Ade Yopita
asal Kalimantan Barat, lulusan STIKES persada
Husada Indonesia Jakarta tahun 2014. Pengalaman
kerja sebagai perawat Instalasi Gawat Darurat selama
5 tahun di Rumah Sakit Hermina Depok lalu
melanjutkan bekerja sebagai perawat Intensive Care
Unit di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok
hingga saat ini sambil melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan Profesi. Hobby tidak lain dan tidak
bukan anak rumahan yang bercita-cita ingin memiliki
XXI sendiri dan ternyata yang tercapai hanyalah
hometeater, always on Netflix, dysney holstar, lqiyi,
dan lain-lain. Saat ini sedang mencoba untuk
mengembangkan minat untuk menulis cerita lewat
mata kuliah kewirausahaan.

You might also like