You are on page 1of 18

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Kegunaan...............................................................................................................4
1.4 Metode Penyusunan..................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................................5
KAJIAN TEORITIS.................................................................................................................................5
2.1 Pengertian irigasi......................................................................................................................5
2.2 Maksud dan Tujuan Irigasi.......................................................................................................5
2.3 Jenis Jenis Irigasi dan jaringan Irigasi......................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................................8
EVALUASI DAN ANALISIS.................................................................................................................8
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2008..........................................................................8
BAB IV..................................................................................................................................................15
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS................................................................15
4.1 Landasan Filosofis..................................................................................................................15
4.2 Landasan Sosiologis...............................................................................................................15
4.3 Landasan Yuridis....................................................................................................................15
BAB V....................................................................................................................................................16
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP......................................................16
5.1 Jangkauan dan Arah Pengaturan.............................................................................................16
5.2 Ruang Lingkup.......................................................................................................................16
BAB VI..................................................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................................................17
6.1 Kesimpulan.............................................................................................................................17
6.2 Saran.......................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran-
saluran ke sawah-sawah atau ke ladang-ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan
lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan
menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan
dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman.
Sekitar 86% produksi beras nasional berasal dari daerah sawah beririgasi. Jadi sawah irigasi merupakan
faktor utama dalam pencapaian ketahanan pangan nasional. Agar produksi beras di lahan beririgasi
maksimal, maka jaringan irigasi harus dikelola dengan baik. Sejak Indonesia tidak mampu lagi mencapai
swasembada pangan, berbagai perubahan kebijakan terus dilakukan pemerintah dalam pengelolaan irigasi.
Alasan utama yang muncul perubahan kebijakan tersebut adalah keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh
pemerintah. Namun jika di kaji lebih dalam, perubahan tersebut juga tidak terlepas perubahan model
kebijakan irigasi pada tingkatan internasional. Dominasi pemerintah dalam pembangunan irigasi pada masa
revolusi hijau dipandang sebagai penyebab utama kegagalan pembangunan irigasi termasuk di Indonesia.
Salah satu dari kegagalan tersebut adalah ekspansi besar-besaran daerah irigasi tidak diimbangi dengan
ketersediaan dana untuk melakukan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi. Dengan demikian
pemindahan tanggung jawab operasional dan pemeliharaan jaringan dari pemerintah kepada petani (P3A) di
pandang sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan sector irigasi. Konsep inilah
yang sebenarnya di adopsi oleh pemerintah Indonesia di sector irigasi atau yang lebih dikenal sebagai
Irrigation Management Transfer (IMT), yang menempatkan P3A sebagai aktor utama dalam operasional
dan pemeliharaan jaringan irigasi. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan
produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya
petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi. Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara
teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persedian air tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien
selain dipengaruhi oleh tata cara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air
tersedia yang dibutuhkan tanaman. Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang
penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di daerah irigasi akan terpenuhi walaupun daerah
irigasi tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha
teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara

Page | 1
yang efektif dan ekonomis. Daerah irigasi (D.I.) adalah suatu wilayah daratan yang kebutuhan airnya
dipenuhi oleh sistem irigasi. Daerah irigasi biasanya merupakan areal persawahan yang membutuhkan
banyak air untuk produksi padi. Untuk meningkatkan produksi pada areal persawahan dibutuhkan sistem
irigasi yang handal, yaitu sistem irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan air irigasi sepanjang tahun Air
merupakan sumberdaya alam yang paling penting dalam menunjang kehidupan semua makhluk hidup yang
ada di bumi. Air juga merpakan sumber daya vital dalam menunjang pembangunan ekonomi seperti sector
industri, perdagangan, pertanian, perikanan, transportasi, pembangkit listrik, pariwisata dan rumah tangga.
Tetapi air dapat berubah menjadi sumber bencana apabila tidak dikelola dengan baik. Kekeringan,
kegagalan panen, dan kelangkaan air adalah beberapa kemungkinan bencana yang mungkin terjadi.
Manusia dan semua makhluk hidup membutuhkan air. Air merupakan material yang membuat kehidupan
terjadi di bumi.Semua organisme yang hidup tersusun dari sel – sel yang berisi air sedikitnya 60% dan
aktivitas metaboliknya mengambil tempat dilarutan air. Pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar seperti
lingkungan industri, komplek perumahan, pertanian modern, dan aktivitas manusia yang memerlukan air
dalam jumlah yang besar umumnya memanfaatkan sumur dalam guna mencukupi kebutuhan air yang
diperlukan. Dalam sistem pengelolaan air tanah akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Pada tingkat
pengelolaan seperti ini informasi tentang potensi air yang ada didaerahnya menjadi penting.Oleh karenanya,
potensi tersebut perlu dipetakan untuk perencanaan pemanfaatan selanjutnya. Seperti halnya tinggi muka air
tanah, tinggi pizometrik juga dapat dipetakan (peta kontur) dengan cara mengukur tinggi permukaan air
sumur yang dibuat khusus untuk maksud – maksud pengukuran tinggi muka air tanah ( Chay Asdak,2002).
Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi pertumbuhan tanaman
(Israelsen dan Hansen 1980) adapula pada PP 77/2001 tentang irigasi yaitu usaha penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah
tanah. irigasi pompa dan irigasi rawa. Kebutuhan air untuk keperluan irigasi dewasa ini saemakin
bertambah, hal ini sejalan dengan bertambahnya kebutuhan pangan akibat pertambahan penduduk yang
semikin meningkat.Untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan air untuk irigasi ini, telah dibuat bangunan –
bangunan air disungai sebagai langkah menanggulangi kebutuhan air didalam irigasi.Dengan sistem ini
berarti irigasi tergantung dari adanya air sungai untuk wadah aliran air irigasi, sehingga pada musim
kemarau disaat debit aliran sungai mulai berkurang, pemberian air untuk irigasi inipun berkurang.Untuk
mangatasi kekurangan air irigasi tersebut dan menjamin hasil pertanian lebih teratur maka masalah utama
yang dihadapi adalah mengusahakan tambahan air irigasi.Cara mendapatkan air yang paling mudah dan
sederhana adalah dengan mempergunakan air tanah. Dengan berbagai cara manusia berusaha untuk
mendapatkan air tersebut, yang disesuaikan dengan jenis kebutuhan dan kondisi daerahnya. Air memiliki
peranan yang sangat penting bagi pertanian utamanya bagi usaha tani padi sawah , jagung dan tanaman
pertanian yang lainnya. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada
saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air.Agar produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas

Page | 2
lahan, maka dibutuhkan suplay air yang cukup melalui irigasi.Irigasi merupakan prasarana untuk
meningkatkan produktifitas lahan dan meningkatkan intensitas panen pertahun. Tersedianya air irigasi yang
cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produksi padi. Mengingat begitu pentingnya irigasi
maka kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan pengairan harus diikuti dengan perluasan jaringan
irigasi. Pembangunan dan rehabilitas jaringan irigasi perlu ditingkatkan untuk memelihara tetap
berfungsinya sumber air dan jaringan irigasi bagi pertanian. Dalam rangka usaha meningkatkan
pembangunan di sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras, salah satu upaya
pemerintah Indonesia adalah menempatkan pembangunan di sektor irigasi. Oleh karena itu, untuk
menunjang ketersediaan air bagi usaha tani padi haruslah dilakukan pengelolaan air secara kontinyu baik
dari segi kuantitas maupun kualitas Irigasi merupakan usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang3pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan irigasi adalah untukmmemanfaatkan air irigasi yang
tersedia secara benar yakni seefisien dan seefektif mungkin agar produktivitas pertanian dapat meningkat
sesuai yang diharapkan (Anton Priyonugroho, 2014). Irigasi pada umumnya adalah usaha untuk
mendatangkan air dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna
keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan
membuang air yang tidak diperlukannya lagi, setelah air itu diperlukan dengan sebaik-baiknya
( Gandakoesoemah, 1975). Hansen et al. (1986). Tidak semua kondisi memungkinkan suatu pengamatan
secara langsung dalam keadaan tertentu. Pada lingkungan yang ekstrim atau tempat yang sangat sulit untuk
dijangkau sering kali tidak dapat dilakukan pengamatan secara langsung. Mengatasi permasalahan tersebut,
kebutuhan informasi sangat dibutuhkan salah satunya adalah dengan metode telematri.

1.2 Identifikasi Masalah

Peraturan Gubenur nomor 15 Tahun 2008 tentang Irigasi, kegiatan pembangunan irigasi adalah
kegiatan pendukung sector pembangunan di wilayah perdesaan khusunya di wilayah pertanian, tetapi
kegiatan pembangunan irigasi ini jarang sesuai dengan aturan yang di buat oleh pemerintah Provinsi Banten
yang sesuai dan belum memaksimalkan pratisipasi masyarakat sekitar hanya sebagian. Di dalam kajian ini
kita akan membahas aturan Gubenur Banten nomor 15 Tahun 2008 tentang Irigasi yang sesuai pelaksanaan
di lapangan.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari kajian ini adalah memberikan gambaran dan pengetahuan tentang bagaimana
penambangan Irigasi yang sesuai dengan atuaran . Kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman
atau bahan untuk gagasan yang berhubungan dengan bagaimana penambangan Irigasi di Kabupaten Serang.

Page | 3
1.4 Metode Penyusunan

1.4.1 Metode Analisis


Metode analisis pada kajian ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan, pertama adalah kondisi yang
terjadi saat ini di lapangan. Kedua adalah mencari sumber permasalahan yang mungkin dapat
menjadi penghambat pengelolaan. Ketiga adalah analisis kesenjangan antara kondisi saat ini
dengan kondisi yang seharusnya lalu dilakukan perumusan strategi dan kebijakan.
1.4.2 Metode Pengambilan Data
Data yang diambil untuk melakukan kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Page | 4
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian irigasi

Irigasi adalah pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya.
(Basri, 1987) Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan
pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan tanah. (Karta Saputro, 1994)
Irigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil dari sungai atau bendung yang dialirkan melalui
system jaringan irigasi untuk menjaga keseimbangan jumlah air didalam tanah. (Suharjono, 1994) Dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi, bangunan irigasi, dan petak irigasi telah
dibakukan yaitu sebagai berikut : 1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan
airuntuk menunjang pertanian. 2. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian
pemberian dan penggunaannya. 3. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi. 4. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi. Dari butir-butir pengertian
tentang irigasi dan jaringan irigasi tersebut di atas kemudian dapat disusun rumusan pengertian irigasi
sebagai berikut: Irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan bangunan berupa jaringan
irigasi.

2.2 Maksud dan Tujuan Irigasi

Maksud irigasi adalah suatu sistem pemberian air ketanah-tanah pertanian guna mencukupi kebutuhan
tanaman agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Adapun tujuan dari irigasi antara lain : a) Membasahi
tanaman Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi bertujuan memenuhi kekurangan air didaerah
pertanian pada saat air hujan kurang atau tidak ada. Hal ini penting sekali karena kekuranggan air yang di
perlukan untuk tumbuh dapat mempengaruhi hasil panen tanaman tersebut. b) Merabuk Merabuk adalah
pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga member zat-zat yang berguna bagi tanaman itu sendiri
c) Mengatur suhu Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu tinggi daan tidak terlalu
rendah, sesuai dengan jenis tanamannya. d) Membersihkan tanah / memberantas hama Makhsud irigasi juga
pertujuan untuk membasmi hama-hama yang berada dan bersarang dalam tanah dan membahayakan bagi
tanaman sehingga pada musim kemarau sebaiknya sawah diberikan air agar sifat garamnya hilang. e)
Kolmatase Kolmotase adalah pengairan dengan maksud memperbaiki / meninggikan permukaan tanah. f)
Menambah persediasan air tanah Tujuan bermaksud menambah persediaan air tanah untuk keperluan
sehari-hari. Biasanya dilakukan dengan cara menahan air disuatu tempat, sehingga memberikan kesempatan
pada air tersebut untuk meresap kedalam tanah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh yang memerlukan.

Page | 5
2.3 Jenis Jenis Irigasi dan jaringan Irigasi

Pemilihan sistem irigasi untuk suatu daerah tergantung dari keadaan topografi, biaya, dan teknologi
yang tersedia. Berikut ini terdapat empat jenis sistem irigasi:
 Sistem irigasi ini memanfaatkan gaya gravitasi bumi untuk pengaliran airnya. Dengan prinsip air
mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah karena ada gravitasi. Jenis irigasi yang
menggunakan sistem irgiasi seperti ini adalah: irigasi genangan liar, irigasi genangan dari saluran,
irigasi alur dan gelombang. (Irigasi gravitasi)
 Pada sistem irigasi ini air dialirkan melalui jaringan pipa dan disemprotkan ke permukaan tanah dengan
kekuatan mesin pompa air. Sistem ini biasanya digunakan apabila topografi daerah irigasi tidak
memungkinkan untuk penggunaan irigasi gravitasi. Ada dua macam sistem irigasi saluran, yaitu: pipa
tetap dan pipa bergerak.(Irigasi siraman)
 Pada sistem ini air dialirkan dibawah permukaan melalui saluran-saluran yang ada di sisi-sisi petak
sawah. Adanaya air ini mengakibatkan muka air tanah pada petak sawah naik. Kemudian air tanah akan

mencapai daerah penakaran secara kapiler sehingga kebutuhan air akan dapat terpenuhi. (Irigasi bawah
permukaan)
 Air dialirkan melalui jaringan pipa dan diteteskan tepat di daerah penakaran tanaman dengan
menggunakan mesin pompa sebagai tenaga penggerak. Perbedaan jenis sistem irigasi ini dengan sistem
irigasi siraman adalah pipa tersier jalurnya melalui pohon, tekanan yang dibutuhkan kecil (1 atm).

(Irigasi tetesan)
Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat
dibedakan ke dalam tiga tingkatan yakni:
 Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih akan mengalir ke
saluran pembuang. Para petani pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi
yang sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah di dalam organisasi jaringan
irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan berkisar antara
sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk
sistem pembagian airnya.
 Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan jaringan semi
teknis adalah bahwa jaringan semi teknis ini bendungnya terletak di sungai lengkap dengan
bangunan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun
beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa
dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk
melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana. Oleh
karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih
rumit jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan
lebih banyak keterlibatan dari pemerintah.

Page | 6
 Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara jaringan irigasi
dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang
tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masingmasing, dari pangkal hingga ujung. Saluran
irigasi mengalirkan air irigasi ke sawahsawah dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari
sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut.

Bangunan irigasi digunakan untuk keperluan dalam menunjang pengambilan dan pengaturan air
irigasi, sehingga air dapat mengalir dengan baik ke areal persawahan. Bangunan utama (head works) dapat
didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang direncanakan dan disepanjang sungai atau aliran air untuk
membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat di pakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama
bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama pintu bilas
kolam olah dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan
pelengkap. Bangunan pembawa dengan aliran tempat di mana lereng medannya maksimum saluran.
Superkritis diperlukan di tempat lebih curam daripada kemiringan maksimal saluran. (Jika di tempat dimana
kemiringan medannya lebih curam daripada kemiringan dasar saluran, maka bisa terjadi aliran superkritis
yang akan dapat merusak saluran. Untuk itu diperlukan bangunan peredam). Macammacam bangunan
pembawa dengan aliran superkritis: Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap
banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada umumnya tanggul diperlukan di
sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di sepanjang saluran primer. Nama-nama yang diberikan
untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang, bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis.
Nama yang diberikan harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-nama harus
dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru kita tidak perlu mengubah semua nama
yang sudah ada. Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang, bangunan-
bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang diberikan harus pendek dan tidak mempunyai
tafsiran ganda (ambigu). Nama-nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan
baru kita tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.

Page | 7
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS

3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2008

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Banten; 2.
Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah; 3. Gubernur adalah Gubernur Banten; 4. Dinas adalah Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman
Provinsi Banten.; 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten;
6. Dinas Teknis terkait adalah instansi pemerintah yang berperan dan mempunyai tugas pokok dan fungsi
dalam pengendalian dan pengelolaan irigasi; 7. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten;
8. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten; 9. Bupati/Walikota
adalah Bupati/Walikota di Provinsi Banten; 10. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat; 11. Sumber Air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah; 12. Air irigasi adalah semua air yang terdapat di atas
maupun di bawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan
air laut yang dimanfaatkan untuk keperluan air irigasi; 13. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak; 14. Sistem irigasi meliputi prasarana
irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia; 15.
Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialokasikan dari suatu sumber
air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk
menunjang pertanian dan keperluan lainnya; 16. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi
pembagian, pemberian, dan penggunaan air irigasi; 17. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air
di bangunan bagi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder; 18. Pemberian air irigasi adalah
kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak
tersier; 19. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan
pertanian pada saat diperlukan; 20. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran
kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu; 21. Daerah irigasi
adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi; 22. Jaringan irigasi adalah saluran,
bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberiaan, penggunaan, dan pembuangan air irigasi; 23. Jaringan irigasi primer adalah bagian
dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya; 24. Jaringan irigasi
sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya,

Page | 8
bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya; 25. Cekungan air tanah
adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti
proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung; 26. Jaringan irigasi air tanah adalah
jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan
saluran irigasi air tanah termasuk bangunan di dalamnya; 27. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari
jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah bangunan pompa sampai lahan yang diairi; 28. Jaringan
irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa atau pemerintah desa;
29. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi
dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuartet dan saluran pembuang, boks tersier,
boks kuartet, serta bangunan pelengkapnya; 30. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang
bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai
air maupun petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air; 31.
Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut P3A adalah kelembagaan pengelola irigasi
berbadan hukum yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan atau petak tersier atau
desa, yang dibentuk secara demokratis oleh dan untuk masyarakat petani; 32. Gabungan Petani Pemakai Air
yang selanjutnya disebut GP3A adalah kelembagaan pengelola irigasi berbadan hukum yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan jaringan irigasi sekunder yang dibentuk secara
demokratis oleh dan untuk masyarakat petani; 33. Induk Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut IP3A
adalah kelembagaan pengelola irigasi berbadan hukum yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu
daerah layanan jaringan irigasi primer atau satu daerah irigasi yang dibentuk secara demokratis oleh dan
untuk masyarakat petani; 34. Masyarakat Petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi P3A/GP3A/IP3A maupun petani lainnya yang belum
tergabung dan/atau tidak tergabung dalam organisasi P3A/GP3A/IP3A; 35. Komisi Irigasi Provinsi adalah
lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil Pemerintah Daerah, wakil P3A tingkat daerah irigasi,
wakil pengguna jaringan irigasi di Daerah dan wakil Komisi Irigasi Kabupaten/Kota yang di wilayahnya
terdapat jaringan irigasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah; 36. Komisi Irigasi
Kabupaten/Kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil Pemerintah Kabupaten/Kota,
wakil P3A tingkat daerah irigasi dan wakil pengguna jaringan irigasi di Kabupaten/Kota; 37. Forum
Koordinasi Daerah Irigasi adalah sarana konsultasi dan komunikasi antara wakil P3A/GP3A/IP3A, wakil
pengguna jaringan, dan wakil Pemerintah Daerah dalam rangka pengelolaan irigasi yang jaringannya
berfungsi multiguna pada suatu daerah irigasi; 38. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan
jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada; 39. Pembangunan jaringan
irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan
irigasinya; 40. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada

Page | 9
dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi; 41. Pengelolaan jaringan irigasi
adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi; 42.
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan
membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan,
menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau,
dan mengevaluasi; 43. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya; 44. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi
guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula; 45. Pengelolaan aset irigasi adalah proses
manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai
tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin; 46. Forum koordinasi daerah irigasi adalah
wadah konsultasi dan komunikasi dari dan antar perkumpulan petani pemakai air, petugas pemerintah
daerah, serta pemakai air irigasi untuk keperluan lainnya dalam rangka pengelolaan irigasi pada satu atau
sebagian daerah irigasi yang jaringan utamanya berfungsi multiguna, serta dibentuk atas dasar kebutuhan
dan kepentingan bersama; 47. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, wakil pengguna
jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi kabupaten/kota yang terkait. Wewenang dan
Tanggungjawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi meliputi : a. menetapkan kebijakan dalam pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi berdasarkan kebijakan nasional dengan mempertimbangkan kepentingan provinsi sekitarnya; b.
melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas kabupaten/kota;
c. melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha
sampai dengan 3.000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota; d. memberi
rekomendasi teknis kepada pemerintah kabupaten/kota atas penggunaan dan pengusahaan air tanah untuk
irigasi yang diambil dari cekungan air tanah lintas kabupaten/kota untuk irigasi; e. memfasilitasi
penyelesaian sengketa antarkabupaten/kota dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; f. menjaga
efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi lintas kabupaten/kota; g. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha sampai dengan
3.000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota; h. memberikan bantuan teknis dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi kepada pemerintah kabupaten/kota; i. memberikan bantuan
kepada masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung
jawab masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip kemandirian; j. membentuk komisi irigasi
provinsi; k. bersama dengan provinsi yang terkait dapat membentuk komisi irigasi antarprovinsi; dan/atau l.

Page | 10
memberikan izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau
saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas kabupaten/kota. Hak
dan tanggung jawab masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi meliputi: a.
melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier; b. menjaga efektivitas, efisiensi, dan
ketertiban pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier yang menjadi tanggung
jawabnya; dan/atau c. memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau
pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan pendekatan
partisipatif. Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan Pemerintah dan/atau pemerintah kabupaten/kota
dalam pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder atas dasar kesepakatan. Dalam
hal pemerintah daerah belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b dan huruf c, pemerintah daerah dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada Pemerintah.
Wewenang yang dapat diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelaksanaan
pembangunan, peningkatan atau rehabilitasi sistem irigasi. (3) Pelaksanaan penyerahan sebagian wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan usulan penyerahan dari pemerintah daerah
kepada Pemerintah yang disertai dengan alasan yang mencakup ketidakmampuan teknis dan/atau finansial.
(4) Pemerintah daerah dan Pemerintah membuat kesepakatan mengenai penyerahan wewenang pemerintah
daerah kepada Pemerintah. (1) Pemerintah Daerah dapat menerima penyerahan wewenang dari Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi
dalam satu kabupaten/kota, dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat melaksanakannya. (2)
Pemerintah Daerah dapat menerima penyerahan wewenang dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu
kabupaten/kota yang luasnya kurang dari 1.000 ha, dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat
melaksanakannya. (3) Wewenang yang dapat diterima dalam penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan (2) hanya meliputi pelaksanaan pembangunan, peningkatan, atau rehabilitasi sistem irigasi. (4)
Pelaksanaan penerimaan sebagian wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
berdasarkan usulan penyerahan dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Daerah yang disertai
dengan alasan yang mencakup ketidakmampuan teknis dan/atau finansial. (5) Pemerintah Daerah
melakukan evaluasi atas usulan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4). (6) Berdasarkan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Pemerintah Daerah dapat menyatakan menerima, baik sebagian
maupun seluruhnya, atau tidak menerima usulan penyerahan wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota. (7)
Dalam hal Pemerintah Daerah menerima usulan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota membuat kesepakatan mengenai penyerahan sebagian
wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Daerah. (8) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak
menerima usulan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Pemerintah Daerah meneruskan usulan
penyerahan wewenang yang tidak diterimanya kepada Pemerintah. (9) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak

Page | 11
menerima usulan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (8), Pemerintah Daerah, Pemerintah, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota membuat kesepakatan mengenai penyerahan wewenang Pemerintah
Kabupaten/Kota kepada Pemerintah. Pemerintah daerah wajib mengambil alih pelaksanaan sebagian
wewenang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dari Pemerintah Kabupaten/Kota, dalam hal: a.
pemerintah kabupaten/kota tidak melaksanakan sebagian wewenang pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi sehingga dapat membahayakan kepentingan umum; dan/atau b. adanya sengketa antar
kabupaten/kota. (1) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi diselenggarakan secara partisipatif,
terpadu, berwawasan lingkungan, transparan, akuntabel dan berkeadilan. (2) Pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di seluruh daerah irigasi yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dan
mengutamakan kepentingan serta peran masyarakat petani. (3) Pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi yang dilaksanakan oleh Badan Usaha, Badan Sosial atau Perseorangan diselenggarakan dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat di sekitarnya dan mendorong peran serta petani. (1) Pengembangan
dan pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani dengan
melibatkan perkumpulan petani pemakai air dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan irigasi. (2)
Untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan irigasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pemberdayaan petani pemakai air secara sistematis, terpadu, berkesinambungan dan
berkelanjutan. (1) Untuk menjamin terselenggaranya pengembangan dan pengelolaan irigasi yang efisien
dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada masyarakat petani, dilaksanakan
dengan pendayagunaan sumber daya air. (2) Pendayagunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan dan air tanah secara terpadu, dengan
mengutamakan pemanfaatan air permukaan. Untuk mewujudkan terselenggaranya pengembangan dan
pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan
dengan memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi serta pengguna jaringan irigasi di bagian hulu,
tengah dan hilir secara selaras. Untuk mencapai pemanfaatan jaringan irigasi yang optimal, maka
penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan irigasi dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan. (1) Keberlanjutan sistem irigasi dilaksanakan dengan dukungan keandalan air irigasi dan
prasarana irigasi yang baik, untuk menunjang peningkatan pendapatan masyarakat petani. (2) Untuk
mendukung keandalan air irigasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan dengan
membangun bendungan, bendung, waduk dan embung, mengendalikan kualitas air, jaringan drainase yang
layak dan memanfaatkan kembali air dari saluran pembuangan/drainase serta menyediakan pompa dan
prasarana lainnya. (3) Dalam menunjang peningkatan pendapatan masyarakat petani sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilakukan untuk mendorong keterpaduan
dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani. (1) Untuk mewujudkan tertib pengelolaan
jaringan irigasi yang dibangun Pemerintah dan Pemerintah Daerah dibentuk kelembagaan pengelolaan

Page | 12
irigasi. (2) Kelembagaan pengelolaan irigasi terdiri dari instansi yang membidangi irigasi, perkumpulan
petani pemakai air, dan komisi irigasi. (3) Mekanisme kerja antara lembaga pengelolaan irigasi diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Gubernur. Petani pemakai air wajib membentuk perkumpulan petani pemakai air
secara demokratis pada setiap daerah layanan/petak tersier atau desa. (2) Perkumpulan petani pemakai air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk gabungan perkumpulan petani pemakai air pada
daerah pelayanan/blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi. (3) Gabungan
perkumpulan petani pemakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat membentuk induk
perkumpulan petani pemakai air pada daerah layanan/blok primer, gabungan beberapa blok primer, atau
satu daerah irigasi. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan
penyelenggaraan pemerintahan menganut azas desentralisasi dengan memberikan keleluasaan kepada
Daerah untuk menyelenggarakan otonomi Daerah dengan prinsip pendekatan pelayanan kepada masyarakat
di berbagai bidang termasuk bidang irigasi. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memberdayakan
dan meningkatkan kemampuan perekonomian Daerah dalam hal ini pembiayaan penyelenggaraan irigasi
utamanya menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota memberikan kewenangan lebih kepada Propinsi untuk
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten/kota, termasuk kegiatan
keirigasian yang bersifat lintas. Dengan demikian diharapkan penyelenggaraannya mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyat, pemerataan keadilan, demokratisasi, dan penghormatan terhadap budaya lokal serta
memperhatikan potensi dan keragaman daerah. Adanya pergeseran nilai air dari sumberdaya milik bersama
yang melimpah dan dapat dikonsumsi tanpa biaya menjadi sumberdaya ekonomi yang menjadi fungsi
sosial, adanya persaingan pemanfaatan air irigasi dengan penggunaan oleh sektor-sektor lain dan makin
meluasnya konversi lahan beririgasi untuk kepentingan lainnya memerlukan adanya kebijakan pengelolaan
irigasi yang efektif sehingga keberlanjutan sistem irigasi dan hak-hak atas air bagi semua pengguna menjadi
terjamin. Sesuai dengan kenyataan tersebut di atas, pemerintah daerah menyediakan pembiayaan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder, sedangkan perkumpulan petani
pemakai air dapat berperan serta. Perkumpulan petani pemakai air menyediakan pembiayaan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawabnya, sedangkan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya dapat membantu sesuai dengan permintaan perkumpulan petani
pemakai air dengan memperhatikan prinsip kemandirian. Pengembangan jaringan irigasi meliputi kegiatan
pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi, dilaksanakan berdasarkan rencana induk pengelolaan
sumber daya air. Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam pembangunan dan peningkatan jaringan
irigasi primer dan sekunder, sedangkan perkumpulan petani pemakai air dapat berperan serta. Perkumpulan
petani pemakai air bertanggung jawab dalam pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi tersier.

Page | 13
Pengelolaan jaringan irigasi meliputi kegiatan operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi.
Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi primer
dan sekunder yang menjadi kewenangannya, sedangkan perkumpulan petani pemakai air dapat berperan
serta. Pengelolaan jaringan irigasi tersier menjadi tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. Dengan
mengingat keadaan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat, jaringan irigasi dapat dimanfaatkan
untuk usaha perikanan dan usaha lainnya dengan ketentuan tidak menghambat aliran, tidak menurunkan
kualitas air, tidak merusak jaringan irigasi beserta bangunan turutannya setelah mendapat persetujuan
perkumpulan petani pemakai air dan mentaati peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melaksanakan pengawasan terhadap pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi. Dalam rangka pengawasan, pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
menyediakan informasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi secara terbuka untuk umum.
Masyarakat berperan dalam pengawasan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dengan cara
menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada pihak yang berwenang.

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

4.1 Landasan Filosofis

Irigasiataupengairanmerupakan upaya yang dilakukanmanusiauntuk mengairilahan pertanian. Dalam


dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika
persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungaiatau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan
membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk
irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah diungkapkan,
dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah
berlangsung sejakMesir Kuno.kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana amanat
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.

Page | 14
4.2 Landasan Sosiologis

Provinsi Banten merupakan daerab yang memiliki kekayaan alam yang beraneka ragam. Salah satu hal
yang menarik perhatian adalah kekayaan Indonesia di bidang pertambangan, sehingga banyak perusahaan
asing maupun dalam negeri yang telah menanamkan investasinya di bidang ini. Dengan banyaknya
perusahaan tersebut peran negara dalam membentuk dan menetapkan peraturan diperlukan guna
mempertahankan hak dan meningkatkan keuntungan negara serta menjaga kelestarian alam.

4.3 Landasan Yuridis

1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 77 TAHUN 2001
2. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 15 Tahun 2008

Page | 15
BAB V
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN RUANG LINGKUP

5.1 Jangkauan dan Arah Pengaturan

Sasaran kajian ini adalah pada penambangan Irigasi . Kajian ini menjelaskan tentang Pembangunan
Irigasi di Kabupaten Serang.

5.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup wilayah kajian ini berada pada penambangan Irigasi Adapun Ruang lingkup
pembahasan di Kabupaten Serang.

Page | 16
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Secara definisi, irigasi merupakan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan pengaliran air
yang menggunakan sistem berupa saluran dan bangunan tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang
produksi pertanian, persawahan, dan perikanan.
Di samping itu, setiap irigasi membutuhkan cara dan strategi pengelolaan yang spesifik. Pasalnya,
masing-masing irigasi memiliki jenis yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan tempat atau lokasi.
Selain itu, jenis tanaman yang dibudidayakan juga menentukan teknik irigasi yang akan digunakan

6.2 Saran

1. Pemerintah lebih bijak dan efektif dalam melakukan pengawasan Pembangunan Irigasi .
2. Pemerintah harus mengetahui Hak guna airirigasiterutama dimaksudkan untuk memberikan
kepastian dan perlindungan kepada masyarakat petani pemakai air. Sumber air meliputi air
permukaan dan air bawah tanah. ... Penetapan PemerintahDaerah sesuai dengan perencanaan teknis
yang sudah disepakati dengan perkumpulan petani pemakai air.

Page | 17

You might also like