You are on page 1of 1

PDAM Belum Memenuhi Full Cost Recovery Membuat Investor Enggan Bekerja Sama

Jan 17, 2020


Sejumlah kalangan menilai perlu ada pembenahan regulasi agar investasi badan usaha di
sektor air minum bisa mengalir deras.
Investasi dari badan usaha dibutuhkan sebagai salah satu upaya untuk menggenjot akses air
rminum yang saat ini belum mencapai 100 persen.
Bank Dunia melansir bahwa skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU)
atau public private partnership dibutuhkan untuk meningkatkan akses air minum karena
anggaran negara tidak cukup untuk membiayai investasi air minum.
Perwakilan dari Bank Dunia Jeff Delmon mengatakan bahwa investasi air minum di Indonesia
menghadapi sejumlah hambatan.
Dia menjabarkan kapasitas badan usaha milik darah dalam menyiapkan proyek kerja sama
terbilang kurang memadai. Bank Dunia juga menilai kerangka hukum dalam pengusahaan air
minum juga dilanda ketidakpastian.
Di samping itu, belum semua badan usaha milik daerah (BUMD) air minum menerapkan full
cost recovery atau biaya pemulihan penuh. Dengan kata lain, masih banyak BUMD yang
menerapkan tarif di bawah biaya produksi. Hambatan juga datang dari dukungan pemerintah
daerah yang minim, terutama untuk subsidi tarif.
Oleh karena itu, Bank Dunia menyarankan agar perubahan regulasi yang memungkinkan
BUMD air minum mendapat akses pendanaan yang lebih luas di luar skema investasi yang
telah berjalan.
"Perlu dibuat kebijakan bagi BUMD air minum untuk mendapatkan akses yang lebih luas
terhadap investasi badan usaha untuk pengembangan pelayanan," kata Demon, Kamis
(16/1/20).

Ketua Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM)


Bambang Sudiatmo mengatakan bahwa kondisi BUMD air minum yang belum memenuhi FCR
membuat investor kurang tertarik bekerja sama untuk investasi infrastruktur air minum.
Dia mengungkapkan bahwa BUMD air minum sulit menerapkan tarif FCR karena penentuan
tarif ditentukan oleh kepala daerah.

Secara umum, dari 380 BUMD air minum di seluruh Indonesia, saat ini hanya 143 BUMD air
minum yang menerapkan FCR. “Jadi, belum ada 50 persen BUMD air minum yang menerapkan
tarif FCR,” tuturnya.

Menurutnya, BUMD air minum juga kesulitan dalam mendapat pinjaman dari perbankan
sehingga sukar untuk mengembangkan jaringan pelanggan maupun produksi air minum. Ke
depan, BPPSPAM berharap supaya Bank Dunia bisa membantu kajian regulasi terkait
penentuan tarif FCR bagi BUMD air minum.
(sumber;bisnis.com/internet)

You might also like