You are on page 1of 14

Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE


(Annulment of Arbitration Awards)

Mosgan Situmorang
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta
mosgansit@yahoo.com

Tulisan Diterima: 18-09-2020; Direvisi: 23-09-2020; Disetujui Diterbitkan: 03-11-2020


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2020.V20.573-586

ABSTRACT
An arbitration award is final and binding, meaning that legal action in the form of appeal and
cassation cannot be made against the award. In anticipation of the possible error or injustice in the
arbitration award, a clause in the law that regulates the annulment of the arbitral award is drawn up.
Annulment of an arbitration award is a control mechanism against the possibility of the arbitrator and
the parties' mistakes, whether intentional or unintentional. With the annulment clause in the law, cause
in the award is not absolute. It is understandable because after all the arbitrator examining an
arbitration case may make a mistake, and there must be a mechanism to make corrections to the error.
The purpose of the clause to annul an arbitration award is good. However, in its implementation, it is
often used by parties, especially those who lose in bad faith, namely to delay or delay the
implementation of an arbitration award. To find out more about the annulment of an arbitration award
is necessary to conduct a study. The problems examined in this research are, first, how is the
arrangement of arbitration annulment in several regulations in force in Indonesia and second, what
are the consequences of the annulment clause of an arbitration award. The method used in this
research is juridical normative, namely by using secondary data, in the form of books, research results,
journals, and legislation, including international conventions. The conclusion obtained in this study is
that the conditions for annulment contained in the arbitration law, namely Law Number 30 of 1999
concerning Arbitration and Alternative Dispute Resolution are narrower when compared to the
conditions for annulment of an arbitration award in several other regulations. Based on this
conclusion, it is suggested that the clause regarding the annulment of arbitration be revised.
Keywords: arbitration; annulment of award
ABSTRAK
Putusan arbitrase bersifat final and binding artinya terhadap putusan tersebut tidak dapat dilakukan
upaya hukum. Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan kesalahan dalam putusan arbitrase maka
dibuatlah suatu klausul dalam undang-undang yang mengatur pembatalan putusan arbitrase.
Pembatalan adalah suatu mekanisme kontrol terhadap kemungkinan kesalahan arbiter maupun para
pihak. Dengan adanya aturan pembatalan dalam undang undang maka putusan tidak bersifat mutlak.
Di dalam pelaksanaannya disinyalir sering dipergunakan oleh para pihak, khususnya yang kalah untuk
menunda atau mengulur waktu pelaksanaan suatu putusan arbitrase. Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai pembatalan putusan arbitrase maka perlu dilakukan suatu penelitian. Permasalahan yang
diteliti dalam penelitian ini adalah, pertama bagaimanakah pengaturan pembatalan arbitrase dalam
beberapa peraturan yang berlaku di Indonesia dan yang kedua apa akibat yang timbul dengan adanya
klausul pembatalan putusan arbitrase. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah normatif
yuridis yakni dengan menggunakan data sekunder. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah bahwa syarat pembatalan yang terdapat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa lebih sempit bila dibandingkan dengan syarat
pembatalan putusan arbitrase dalam beberapa peraturan lainnya dan akibat adanya klausula
pembatalan maka di satu sisi kesalahan dalam putusan arbitrase dapat dihindari akan tetapi juga
memperlambat pelaksanaan putusan, apabila ada gugatan. Berdasarkan kesimpulan ini disarankan agar
klausul mengenai pembatalan arbitrase direvisi.
Kata Kunci: arbitrase; pembatalan putusan

573
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

PENDAHULUAN mencapai suatu hasil tertentu yang secara


hukum final dan mengikat4.
Perkembangan globalisasi saat ini telah Penyelesaian sengketa dalam bidang
membawa bangsa Indonesia dalam free market perdata melalui arbitrase didasarkan pada
dan free competition. Dengan adanya free kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam
market dan free competition serta untuk suatu Perjanjian Arbitrase, yang memiliki
memperlancar dan menyehatkannya, maka empat ciri hak, yaitu: 12 a) mereka berdaulat;
bangsa-bangsa di dunia menyusun multi- b) mereka memiliki otoritas; c) mereka
national agreement dengan tujuan mempunyai juridiksi terhadap sengketanya;
mewujudkan ekonomi yang mampu dan d) masing-masing independen tidak bisa
mendukung perkembangan internasional yang dipengaruhi pihak manapun tanpa
bebas. Dengan adanya perkembangan kegiatan kehendak/izinnya.
ekonomi dan bisnis, maka tidak mungkin Arbitrase sebagai salah satu lembaga
dihindari terjadinya sengketa (dispute) penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
antarpihak yang terlibat. Adanya sengketa ini berkembang saat ini mempunyai peranan
dapat berimbas pada pembangunan ekonomi penting dalam menyelesaikan sengketa bukan
yang tidak efisien, penurunan produktivitas, hanya dalam hal sengketa-sengketa
kemandulan dunia bisnis dan biaya produksi perdagangan seperti jual beli akan tetapi juga
yang meningkat1. dalam sengketa keperdataan lainnya. Di
Seringkali penyelesaian sengketa melalui Indonesia arbitrase sebagai lembaga
proses pengadilan (judicial settlement of penyelesaian sengketa sudah dikenal sejak
dispute) tidak memenuhi asas peradilan zaman penjajahan Belanda, diatur dalam Pasal
sederhana, cepat, dan biaya ringan. Para pelaku 615 sampai dengan 651 Reglement op de
usaha, dalam dunia bisnis yang berkembang Rechtverordering Staatsblad 1847 Nomor 52
menuntut penyelesaian sengketa yang dan Pasal 377 Het Herziene Indonesisch
memenuhi asas peradilan sederhana, cepat, dan Reglement Staatsblad 941 Nomor 44 dan Pasal
biaya ringan. Penyelesaian sengketa yang 705 Rechtsreglement Buiten gewesten
dipilih seringkali merupakan penyelesaian Staatsblad 1927 Nomor 705. Arbitrase semakin
sengketa di luar proses pengadilan2. berkembang pada saat ini terutama setelah
Arbitrase sebagai suatu lembaga adanya undang-undang yang dibuat oleh
penyelesaian sengketa di luar pengadilan sudah bangsa Indonesia untuk mengatur arbitrase
ada sejak lama. Eksistensi arbitrase secara yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
formal sudah ada dan diakui sejak dulu. Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Lembaga arbitrase adalah suatu lembaga Sengketa.
buatan manusia yang bersifat universal yang Sebagai prinsip fundamental dalam
digunakan oleh bangsa-bangsa dan di berbagai hukum perdagangan internasional, arbitrase
kultur dunia karena itu lembaga arbitrase telah digunakan secara intensif dan ekstensif
dikatakan bersifat universal, bahkan sejak lama hingga sekarang. Arbitrase adalah
keberadaannya sudah ada jauh sebelum institusi hukum alternatif bagi penyelesaian
lahirnya pengadilan nasional 3 . Menurut sengketa di luar pengadilan. Sebagian besar
Pryatna Abdul Rasyid, arbitrase merupakan pengusaha lebih suka menyelesaikan sengketa
suatu istilah yang dipakai untuk menjabarkan yang timbul di antara mereka melalui arbitrase
suatu bentuk tata cara damai yang sesuai, atau dari pada pengadilan. Keengganan pengusaha
sebagai penyediaan dengan cara bagaimana asing untuk menyelesaikan sengketa di depan
penyelesaian sengketa yang timbul sehingga pengadilan bertolak dari anggapan bahwa
pengadilan akan bersikap subjektif kepada
mereka, karena sengketa diperiksa dan diadili
1
Suyud Margono, ADR & Arbitrase Proses
Pelembagaan Dan Aspek Hukum (Bandung:
Ghalia Indonesia, 2004).
2
Michael Jordi Kuriawan and Harjono, Jurnal
Verstek 4, no. 3 (2016): 120.
3
Jerzy Jukubowsky, Arbitrase Komersial
4
Internasional, Penerapan Klausul Dalam H. Priyatna Abdul Rasyid, Arbitrase Dan
Putusan Pengadilan Negeri (Jakarta: Sinar Alternatif Penyelesaian Sengketa (Jakarta: PT.
Grafika, 2017). Fikahati Aneska, 2002).

574
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

berdasarkan bukan hukum negara mereka oleh atau undang-undang arbitase di setiap negara.
hakim bukan dari negara mereka5. Hal ini diperlukan untuk menyokong
Putusan arbitrase bersifat final and perdagangan dalam negeri masing masing
binding artinya putusan tersebut tidak dapat maupun perdagangan internasional yang
dimintakan upaya hukum seperti banding dan dilakukan oleh para pelaku usaha. Hukum
kasasi dan putusan tersebut mengikat bagi para arbitrase yang mempunyai kesamaan atau
pihak untuk dapatuhi secara sukarela dengan mirip antara satu negara dengan negara lainnya
itikad baik karena sebelum putusan dibuat akan memudahkan bagi para pengusaha
mereka juga telah sepakat untuk apabila mereka harus menyelesaikan
menyelesaikannya melalui jalur arbitrase sengketanya melalui arbitrase di luar negara
dengan segala konsekuensinya. Akan tetapi mereka. Dewasa ini terdengar pandangan dari
dalam perkembangan selanjutnya sifat putusan pengusaha luar negeri bahwa negeri Indonesia
yang awalnya dilakukan secara sukarela sering dipandang sebagai “unfriendly country” untuk
juga tidak dipatuhi secara suka rela oleh pihak arbitrase. Istilah “unfriendly country” di sini
yang kalah. Hal ini tentu saja menjadi kendala mengacu pada pemahaman mereka bahwa
dalam pelaksanaan arbitrase, sehingga negeri Indonesia tidak ramah (unfriendly)
pemerintah dan DPR merasa bahwa perlu terhadap arbitrase. Alasan sejatinya, putusan
mengatur hal ini dalam Undang-Undang arbitrase yang final dan mengikat, ternyata
Nomor 30 tahun 19996 sebagai jalan keluarnya dibatalkan. Pembatalan suatu putusan arbitrase
yaitu dengan melibatkan negara melalui melukai perasaan suatu pihak yang telah
pengadilan dalam proses eksekusi dan dalam beriktikad baik di dalam menyelesaikan
hal lainnya termasuk pembatalan putusan sengketanya di arbitrase9.
arbitrase. Proses harmonisasi dan efektivitas
Diminatinya lembaga arbitrase sebagai arbitrase telah berlangsung sejak tahun 1928-
alternatif penyelesaian sengketa di bidang an, ketika negara-negara mengesahkan the
perdagangan tidak terlepas adanya beberapa Geneva Protocol on Arbitration Clauses pada
keunggulan yang dimiliki oleh lembaga tahun 1923. Perkembangan penting mengenai
arbitrase seperti prinsip cepat dan hemat biaya, upaya harmonisasi dan kepastian hukum dalam
kebebasan menentukan prosedur beracara, bidang arbitrase tampak pula dengan lahirnya
pengambilan keputusan didasarkan pada Konvensi New York Tahun 1958 mengenai
keadilan, kejujuran dan kepatutan. Hal lain Pengakuan dan Pelaksanaan Arbitrase (The UN
yang juga menjadikan arbitrase berkembang Convention on the Recognition and
adalah sifat putusannya yang final dan Enforcement of Foreign Arbitral Awards).
mengikat serta proses pemeriksaannya yang Yang sudah diratifikasi Indonesia dengan
tertutup untuk umum 7 . Para pengusaha Keppres Nomor 34 Tahun 1981 dan
menghindari publisitas atas sengketa yang ada Convention on the Settlement of Investment
di antara mereka, karena rahasia perusahaan Disputes Between State and National of Other
tidak diinginkan diketahui oleh saingan mereka State (ICSID) yang telah di ratifikasi Indonesia
dan masyarakat pada umumnya8. dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Arbitrase sebagai lembaga penyelesaian Konvensi ini adalah hasil kerja dari badan PBB
sengketa khususnya di bidang keperdataan UNCITRAL dan Bank Dunia.
yang bersifat universal tentu saja Upaya harmonisasi aturan-aturan
membutuhkan harmonisasi baik dalam hukum hukum arbitrase yang sangat penting,
acara arbitrase (rule) maupun dalam hukum sehubungan dengan itu UNCITRAL telah
berhasil melahirkan tiga instrumen hukum
5
Alan Redfem and Martin Hunter, Law and penting di bidang arbitrase, yakni Konvensi
Practice of International Commercial New York 1958, UNCITRAL Arbitration Rules
Arbitration (London: Sweet & Maxwell, 1996). 1976 dan UNCITRAL Model Law on
6
Lihat Pasal 5 (1 )dan Pasal 20 (1) UUD RI 1945 International Commercial Arbitration tahun
7
Suleman Batubara and Orinton Purba, Arbitase 1985, yang dapat digunakan sebagai panduan
Internasional, Penyelesaian Sengketa Investasi
Asing Melalui ICSID, UNCITRAL Dan SIAC
(Jakarta: Raih Asas Sukses, 2013). 9
Huala Adolf, “Pembatalan Putusan Arbitrase
8
Andi Jukia Cakrawala, Penerapan Konsep Oleh Pengadilan Dalam Putusan Mahkamah
Hukum Arbitrase Online Di Indonesia Konstitusi Nomor 15/PUU-XII/2014,” Jurnal
(Yogyakarta: Rangkang Education, 2015). Konstitusi 14, no. 4 (2017): 703.

575
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

untuk membentuk undang-undang arbitrase di Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


setiap negara anggota PBB sehingga setiap Sengketa Pasal 70-73).
negara anggota diharapkan memiliki peraturan Pembatalan suatu putusan arbitrase
yang sama atau setidaknya mirip. The adalah suatu hal yang sangat penting dalam
UNCITRAL Arbitration Rules 1976 direvisi pelaksanaan arbitrase, karena pembatalan
pada tahun 2010 (15 Agustus 2010). Revisi putusan arbitrase dapat mempengaruhi
berupa penambahan ketentuan pasal antara lain kepercayaan masyarakat dalam menggunakan
tentang banyak pihak dalam arbitrase (multiple arbitrase sebagai salah satu alternatif
parties arbitration), keikutsertaan pihak ke-3, penyelesaian sengketa. Pada sisi yang lain
prosedur mengenai keberatan terhadap saksi pembatalan ini juga diperlukan sebagai kontrol
ahli yang ditunjuk oleh badan arbitrase, negara atas kemungkinan adanya
penggantian arbitrator (arbiter), dan kewajaran ketidakadilan, kesewenang-wenangan maupun
biaya arbitrase. tipu muslihat dalam pelaksanaan arbitrase.
UNCITRAL Model Law on International Oleh karena itu maka aturan mengenai
Commercial Arbitration 1985, dipandang pembatalan atas putusan arbitrase harus benar-
sebagai upaya penting dalam menciptakan benar mempertimbangkan keadilan dan
unifikasi hukum di bidang prosedur arbitrase keseimbangan antara kebutuhan para pihak dan
(dan berupaya memenuhi kebutuhan khusus kebutuhan untuk mendukung lembaga arbitrase
dari praktek arbitrase). Model Law mengalami yang mandiri.
revisi (amandemen) pada tahun 2006. Pengaturan mengenai pembatalan
UNCITRAL merasa perlu merevisi putusan arbitrase terdapat dalam undang-
(amandemen) Model Law karena undang negara-negara di dunia. Di Indonesia
berkembangnya perjanjian-perjanjian yang pengaturan mengenai pembatalan putusan
menggunakan sarana teknologi informasi) 10 . arbitrase dapat ditemukan dalam Pasal 70-73
Model Law ini dapat digunakan sebagai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
panduan oleh setiap negara dalam membentuk Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Undang-Undang Arbitrase di negara masing- Sengketa. Pembatalan putusan arbitrase saat ini
masing. Dengan demikian setiap negara disinyalir banyak dipergunakan oleh pihak
mempunyai pengaturan yang relatif sama yang kalah dalam sengketa arbitrase untuk
dalam bidang arbitrase. menghindari eksekusi atau setidak-tidaknya
Pada awalnya pelaksanaan arbitrase untuk menunda eksekusi.
dilakukan tanpa campur tangan pengadilan Dalam Undang-Undang Nomor 30
karena sesuai sifat arbitrase yang mandiri dan Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
didirikan oleh himpunan para pengusaha. Akan Penyelesaian Sengketa sebenarnya tidak ada
tetapi dalam perkembangan selanjutnya dalam ketentuan yang mengatur apakah adanya
rangka untuk kepastian hukum terutama dalam permohonan pembatalan putusan arbitrase
hal eksekusi putusan arbitrase, negara menunda eksekusi atau tidak. Berdasarkan
dilibatkan melalui peran pengadilan. Saat ini logika hukum, hakim harus menunda eksekusi
peranan pengadilan semakin penting dalam apabila ada bukti bahwa putusan yang akan
pelaksanaan arbitrase. Pengadilan bukan hanya dieksekusi tersebut sedang dimohonkan
terlibat dalam eksekusi suatu putusan arbitrase pembatalan apalagi baik eksekusi maupun
akan tetapi termasuk juga dalam hal lain, pembatalan putusan arbitrase harus dilakukan
umpamanya dalam penunjukan arbiter (di di pengadilan yang sama.
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kadang-kadang pihak yang akan
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan menjadi termohon eksekusi mengajukan
Alternatif Penyelesaian Sengketa) Pasal 13 dan pembatalan walaupun mungkin yang
14 dan pembatalan putusan arbitrase (diatur bersangkutan tidak mempunyai bukti yang
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 kuat sebagai alasan untuk mengajukan
permohonan tersebut. Umpamanya dalam
perkara Kraha Bodas vs Pertamina (tahun
2002). Pembatalan diajukan oleh Pertamina ke
10
“UNCITRAL Model Law on International Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam
Commercial Arbitration 1985,” UNCITRAL putusannya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Model Law on International Commercial
mengabulkan permohonan tersebut, padahal
Arbitration, last modified 1985,
http://www.uncitral.org. putusan arbitrase yang dibatalkan tersebut

576
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

adalah merupakan putusan arbitrase adalah sebagai masukan apabila dilakukan


internasional yang dibuat di Swiss. Mahkamah perubahan atau penyempurnaan atas Undang-
Agung Republik Indonesia akhirnya Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
membatalkan putusan Pengadilan Negeri Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Jakarta Pusat tersebut dan mengatakan bahwa Sengketa. Khususnya menyangkut pengaturan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak pembatalan putusan arbitrase di samping itu
berwenang untuk membatalkan putusan juga hasil penelitian ini dapat digunakan
arbitrase internasional tersebut. sebagai acuan dalam mengambil kebijakan dan
Dalam praktiknya terdapat perbedaan sebagai bahan untuk memperkaya wawasan
pendapat di antara para hakim mengenai bagi teoritisi maupun praktisi khususnya di
penerapan pembatalan putusan arbitrase. bidang hukum arbitrase.
Karena adanya perbedaan penerapan Pasal 70
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 METODE PENELITIAN
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa tersebut maka pada tahun 2014 Pasal Metode yang digunakan dalam
ini diajukan ke Mahkamah Konstitusi penelitian ini adalah metode normatif yuridis
(khususnya mengenai penjelasan Pasal 70 dengan demikian data yang dikumpulkan dan
tersebut). Pembatalan ini diajukan oleh Ir. diolah adalah data sekunder. Bahan-bahan
Darma Ambiar dan Drs. Sujana Sulaiman. penelitian berupa bahan primer yakni peraturan
Berdasarkan gugatan tersebut kemudian perundang-undangan utamanya Undang-
Mahkamah Konstitusi membatalkan penjelasan Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Kitab Undang-Undang Hukum
Sengketa Pasal 70 melalui Putusan Nomor 15 Perdata dan peraturan lainnya yang relevan
PUU-XII/2014. Tanggal 23 Oktober 2014. seperti Konvensi New York 1958 Tentang
Pembatalan Ini sedikit banyak akan Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase
berpengaruh dalam kasus permohonan Internasional, Konvensi ICSID, The
pembatalan putusan arbitrase seperti yang UNCITRAL Arbitration Rules 1976 serta bahan
didasarkan pada Pasal 70. Undang-Undang sekunder berupa buku-buku dan hasil
Arbitrase. penelitian maupun bahan berupa tulisan yang
Walaupun pada umumnya negara negara terdapat di jurnal penelitian hukum internet,
di dunia sudah mengacu kepada UNCITRAL dan UNCITRAL Model Law on International
Model Law on International Commercial Commercial Arbitration 1985, putusan hakim
Arbitration 1985, secara umum masih terdapat baik di tingkat Pengadilan Negeri maupun
perbedaan pengaturan pembatalan putusan Mahkamah Agung, Putusan Mahkamah
arbitrase di Negara-negara di dunia dengan Konstitusi. Demikian juga bahan tersier berupa
pengaturan yang terdapat dalam Pasal 70 kamus dan encyclopedia. Semua bahan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tersebut dipelajari kemudian dianalisis
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian kemudian ditulis dengan metode deskriptif
Sengketa. Di Indonesia nampaknya bahwa analisis dan selanjutnya ditarik suatu
dasar untuk membatalkan suatu putusan kesimpulan dan rekomendasi sebagai jawaban
arbitrase sangat dibatasi dan sempit sedangkan atas permasalahan penelitian. Suatu penelitian
di negara lain lebih luas. Untuk mengetahui deskriptif dimaksudkan untuk memberikan
pengaturan dan implementasi pembatalan gambaran yang seteliti mungkin terhadap
putusan arbitrase di Indonesia maka dipandang manusia, keadaan, atau gejala lainnya11.
perlu untuk melakukan suatu penelitian.
Adapun pokok permasalahan yang akan PEMBAHASAN DAN ANALISIS
diteliti dalam hal ini adalah, Bagaimanakah
A. Pengaturan Pembatalan Putusan
pengaturan pembatalan putusan arbitrase dan
Arbitrase
apakah konsekuensi adanya klausul
pembatalan putusan arbirase? Tujuan 1. Alasan Pembatalan di luar Undang-
diadakannya penelitian ini adalah untuk Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
mengetahui Pengaturan Pembatalan dan
konsekuensi adanya klausul pembatalan 11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
arbitrase Adapun kegunaan penelitian ini Hukum (Jakarta: UI Press, 2006).

577
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

Arbitrase dan Alternatif Penyelesain b. Convention on the Settlement of Investment


Sengketa. Disputes Between States and Nationals of
Other States (yang biasa disebut ICSID
Pengaturan pembatalan putusan arbitrase
Convention/Washington Convention).
dapat ditemukan dalam beberapa peraturan,
ICSID (International Centre for Settlement
antara lain pada:
of Invesment Disputes) adalah suatu
a. Rv (Reglement op de Recthvordering),
lembaga Arbitase International. Lembaga
adalah peraturan perundang- undangan
ini didirikan oleh Bank Dunia pada tahun
yang berlaku pada zaman Hindia Belanda
1966 khusus untuk menangani sengketa
hingga kemerdekaan. Peraturan ini berlaku
yang timbul dalam penenaman modal atau
sebelum diterbitkannya Undang-Undang
investasi antar negara/investasi
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
international. Konvensi Washingtom sudah
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
Pasal 643 Rv, mengatur secara lebih
melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun
lengkap hal-hal yang dapat membuat suatu
1968. Di dalam konvensi ini diatur alasan-
putusan arbitrase dibatalkan. Berdasarkan
alasan yang jelas dan lengkap dalam hal
Pasal 643 Rv ada sepuluh alasan yang
apa suatu putusan arbitrase yang
dapat dijadikan dasar pembatalan putusan
dijatuhkan berdasarkan konvesi itu dapat
arbitrase yakni:
dibatalkan. Menurut Pasal 52 konvensi ini
1) Putusan itu melampaui batas-batas
alasan yang dapat digunakan untuk
perjanjian arbitrase.
mengajukan pembatalan adalah antara lain
2) Putusan itu diberikan berdasarkan suatu
apabila terjadi korupsi, proses arbitrase
perjanjian arbitrase yang ternyata tidak
tidak berjalan dengan semestinya atau
sah atau gugur demi hukum.
majelis arbitrase melebihi kewenangannya.
3) Putusan itu telah diberikan oleh arbiter
c. United Nations Convention on the
yang tidak berwenang memutus tanpa
Recognition and Enforcement of Foreign
kehadiran arbiter lainnya.
Arbitral Awards (Konvensi New York
4) Telah diputuskan hal-hal yang tidak
1958). Konvensi ini sudah diratifikasi
dituntut atau putusan telah mengabulkan
dengan Keputusan Presiden Republik
lebih daripada yang dituntut.
Indonesia Nomor 34 Tahun 1981. Dengan
5) Putusan itu mengandung hal-hal yang
demikian Konvensi ini sudah sah berlaku
satu sama lain saling bertentangan.
6) Arbiter telah lalai memberikan putusan sebagai hukum positif di Indonesia.
Menurut Article V Konvensi New York,
tentang satu atau beberapa hal yang
pengakuan dan pelaksanaan putusan
menurut perjanjian arbitrase diajukan
arbitrase dapat ditolak atas permohonan
kepada mereka untuk diputus
7) Arbiter telah melanggar prosedur hukum pihak terhadap siapa putusan tersebut
dijatuhkan, hanya apabila pihak yang
acara arbitrase yang harus diikuti dengan
mengajukan permohonan dimaksud
ancaman kebatalan.
membuktikan beberapa hal sebagai berikut:
8) Telah dijatuhkan putusan berdasarkan
1) Para pihak pada perjanjian (arbitrase)
surat-surat yang setelah putusan itu
yang disebut dalam Pasal II, tidak
dijatuhkan, diakui sebagai palsu atau
memiliki kecakapan berdasarkan hukum
telah dinyatakan sebagai palsu.
yang berlaku atas mereka,
9) Setelah putusan diberikan, surat-surat
atau perjanjian tersebut tidak
yang menemukan yang dulu
sah berdasarkan hukum mana para pihak
disembunyikan oleh para pihak,
sudah menundukkan diri atau, apabila
ditemukan lagi.
tidak terdapat petunjuk mengenai hal
10) Putusan didasarkan pada kecurangan
tersebut di atas, maka berdasarkan
atau itikad jahat, yang dilakukan selama
hukum negara di mana putusan itu
jalannya pemeriksaan, yang kemudian
dijatuhkan.
diketahui12.
2) Pihak terhadap siapa putusan
dijatuhkan tidak diberi pemberitahuan
12
yang patut mengenai penunjukan arbiter
M. Yahya Harahap, Arbitrase Ditinjau Dari Rv,
atau mengenai proses arbitrase atau tidak
Peraturan Prosedur Bani ICSID Dll (Jakarta:
Sinar Grafika, 2004). dapat membela perkaranya.

578
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

3) Putusan berkenaan dengan perselisihan terang sehingga tidak lagi menimbulkan


yang tidak dimaksudkan oleh atau tidak keraguan.
termasuk dalam kesepakatan- 2) Perbaikan putusan
kesepakatan mengenai pengajuan Menurut Pasal 36 UNCITRAL arbitrase
perselisihan itu ke arbitrase atau memuat rule, perbaikan atau koreksi terhadap
putusan atas hal-hal yang berada di luar putusan arbitrase harus dimohonkan oleh
lingkup kesepakatan mengenai salah satu pihak yang bersengketa.
pengajuan perselisihan itu ke arbitrase, Permohonan koreksi atau perbaikan
dengan ketentuan bahwa, apabila terhadap putusan arbitrase dapat di
putusan atas hal-hal yang diajukan ke ajukan jika putusan tersebut
arbitrase dapat dipisahkan dari putusan mengandung kesalahan mengenai:
yang tidak diajukan, maka bagian dari a) Penulisan kata;
putusan arbitrase yang mencantumkan b) Salah pengetikan;
putusan atas hal-hal yang diajukan ke c) Kesalahan perhitungan jumlah
arbitrase dapat diakui dan dilaksanakan. ganti kerugian, dan lain-lain;
4) Komposisi majelis arbitrase atau Kesalahan tulisan, pengetikan atau
prosedur arbitrase tidak sesuai dengan penjumlahan ganti kerugian ini sifatnya
perjanjian para pihak atau, apabila sangat penting karena dapat
kesepakatan tersebut tidak ada, tidak mempengaruhi isi putusan.
sesuai dengan hukum negara di mana 3) Tambahan putusan
arbitrase itu dilangsungkan. Atau, Permohonan penambahan putusan hanya
5) Putusan arbitrase masih belum mengikat dapat dilakukan jika terdapat alasan,
para pihak, atau telah dibatalkan atau bahwa dalam putusan arbitrase yang
ditangguhkan oleh pihak yang dijatuhkan dijumpai adanya klaim atau
berwenang dari negara di mana atau tuntutan para pihak tidak tercantum
berdasarkan hukum mana putusan dalam putusan tersebut atau tidak di ikut
arbitrase itu dijatuhkan. sertakan menjadi bahan pertimbangan
Selanjutnya, konvensi New York juga dalam mengambil atau menjatuhkan
menyatakan pengakuan dan pelaksanaan putusan13.
putusan arbitrase juga dapat ditolak e. UNCITRAL Model Law
apabila pihak yang berwenang di negara UNCITRAL Model Law on International
di mana pengakuan dan pelaksanaan Commercial Arbiration Model Law ini
diupayakan menemukan bahwa materi diadopsi oleh UNCITRAL (United Nation
pokok perselisihan tidak dapat Commison on International Trade Law)
diselesaikan melalui arbitrase pada taganggal 21 Juni 1985 dan sudah
berdasarkan hukum dari negara tersebut, diamandemen pada tahun 2006. Model
atau pengakuan atau pelaksanaan Law ini dirancang untuk membantu
putusan arbitrase berlawanan dengan negara-negara di dunia dalam mereformasi
ketertiban umum dari negara tersebut. dan memodernisasi undang-undang
d. Commission on International Trade Law mereka mengenai prosedur arbitrase agar
(UNCITRAL) Rule dalam pembentukan undang-undang
UNCITRAL tidak mengenal lembaga upay arbitrase mereka, memperhatikan beberapa
a pembatalan putusan. Namun demikian kebutuhan tertentu dalam arbitrase
UNCITRAL komersial internasional. Hal ini mencakup
mengenal upaya lain dalam bentuk berikut semua tahapan proses arbitrase dari mulai
ini: perjanjian arbitrase, komposisi dan
1) Penafsiran Putusan yurisdiksi tribunal arbitrase dan sejauh
Makna penafsiran putusan adalah mana peranan pengadilan sampai pada
sebagai perbedaan pengertian, pengakuan dan pelaksanaan putusan
pemahaman, atau jangkauan pendapat arbitrase. Model Law ini mencerminkan
para pihak terhadap putusan arbitrase. konsensus di seluruh dunia mengenai
Timbulnya perbedaan pemahaman inilah
yang menyebabkan para pihak dapat 13
Hendhy Timex, “Pelaksanan Dan Pembatalan
mengajukan permohonan penafsiran
Putusan Arbitrase Lex Privatum” 1, no. 2
resmi yang berupa penjelasan yang (2013): 87.

579
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

aspek-aspek penting dalam praktik Selanjutnya, pada Pasal yang sama


arbitrase internasional yang telah diterima dikatakan, putusan arbitrase dapat
oleh negara-negara diseluruh dunia dan dibatalkan apabila:
dari sistem hukum atau ekonomi yang 1) Pengadilan menemukan bahwa pokok
berbeda. Model Law bukan merupakan sengketa tidak dapat diselesaikan melalui
suatu konvensi atau peraturan dia hanyalah arbitrase berdasarkan hukum negara ini.
suatu model yang dapat digunakan oleh 2) Putusan bertentangan dengan ketertiban
negara negara di dunia dalam membuat umum dari negara ini.
undang undang agar terjadi keseragaman Ketentuan sebagaimana disebutkan di
hukum dalam rangka mendukung dalam Pasal 34 (2) UNCITRAL Model
perdagangan international. Namun Law tersebut telah diadopsi sebagian
demikian seharusnya Model Law ini dapat besar negara negara di dunia di dalam
juga dijadikan sebagai acuan dalam hukum nasionalnya. Berdasarkan
pembatalan putusan arbitrase. Dalam Pasal Konvensi New York maupun
34 (2) UNCITRAL Model Law dikatakan UNCITRAL Model Law, dapat dilihat
putusan arbitrase dapat dibatalkan oleh dua alasan optional yang dapat diajukan
pengadilan yang disebut dalam Pasal 6 oleh para pihak dan dapat digunakan
ketentuan tersebut hanya apabila, pihak oleh pengadilan untuk membatalkan
yang mengajukan permohonan putusan arbitrase, yakni apabila sengketa
menyerahkan bukti bahwa: yang diputus menurut hukum tidak dapat
1) Pihak perjanjian arbitrase yang disebut diselesaikan melalui arbitrase (non-
dalam Pasal 7 tidak memiliki kecakapan, arbitrable) atau melanggar ketertiban
atau perjanjian tersebut tidak umum (public policy) Ketentuan
sah berdasarkan hukum mana para pihak mengenai pembatalan putusan arbitrase
sudah menundukkan diri, atau, apabila ini sama dengan ketentuan pembatalan di
petunjuk mengenai hal itu tidak ada, negara negara lain, maka seyoginyalah
berdasarkan hukum negara di mana kita mengacu kepada konvensi konvensi
putusan itu dijatuhkan. yang ada maupun Model Law. Hal ini
2) Pihak yang mengajukan permohonan akan memudahkan bagi investor asing
dimaksud tidak diberi pemberitahuan yang akan berinvestasi memahami
yang patut mengenai penunjukan arbiter hukum arbitrase di Indonesia dan dapat
atau mengenai proses arbitrase atau tidak meningkatkan investasi14.
dapat membela perkaranya.
3) Putusan berkenaan dengan perselisihan 2. Pembatalan Putusan Arbitrase dalam
yang tidak dimaksudkan oleh atau tidak Undang Undang Nomor 30 tahun 1999
termasuk dalam kesepakatan- Pembatalan putusan arbitrase dapat
kesepakatan mengenai pengajuan diartikan sebagai upaya hukum yang dapat
perselisihan itu ke arbitrase atau memuat dilakukan oleh para pihak yang bersangkutan
putusan atas hal-hal yang berada di luar
untuk meminta Pengadilan Negeri agar suatu
lingkup kesepakatan mengenai
putusan arbitrase dibatalkan, baik terhadap
pengajuan perselisihan itu ke arbitrase,
sebagian atau seluruh isi putusan15.
dengan ketentuan bahwa, apabila
Berdasarkan Pasal 70, terhadap putusan
putusan atas hal-hal yang diajukan ke
arbitrase para pihak dapat mengajukan
arbitrase dapat dipisahkan dari putusan
permohonan pembatalan apabila putusan
yang tidak diajukan, maka bagian dari
tersebut diduga mengandung unsur-unsur
putusan arbitrase yang mencantumkan
sebagai berikut:
putusan atas hal-hal yang diajukan ke
a. Surat atau dokumen yang diajukan
arbitrase dapat diakui dan dilaksanakan.
dalam pemeriksaan, setelah putusan
4) Komposisi majelis arbitrase atau
prosedur arbitrase tidak sesuai dengan
perjanjian para pihak atau, apabila
14
Toni Budidjaya, “Pembatalan Putusan Arbitrase
perjanjian tersebut tidak ada, tidak sesuai Di Indonesia,” Www.Hukumonline.Com, n.d.,
dengan hukum negara di mana arbitrase www.hukumonline.com.
15
Munir Fuady, Arbitrase Nasional: Alternatif
itu dilangsungkan.
Penyelesaian Sengketa Bisnis (Bandung: Citra
Aditya, 2006).

580
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan maupun kesalahan arbiter. Dalam praktek
palsu; bahkan hakim tetap memeriksa dan memutus
b. Setelah putusan diambil ditemukan perkara dimana Badan Arbitrase yang
dokumen yang bersifat menentukan, mengeluarkan putusan Arbitrase yang
yang disembunyikan oleh pihak lawan; dimintakan pembatalan tidak ditarik sebagai
atau pihak tergugat. Putusan Nomor
c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat 55/Pdt,G/2019/Pn.Bdg Antara PT.
yang dilakukan oleh salah satu pihak International Business Futures dengan Yunita,
dalam pemeriksaan sengketa. dalam putusan ini hakim yang memeriksa tidak
mempertimbangkan dalil tergugat yang
Pembatalan putusan arbitrase diatur di
menyatakan bahwa gugatan tersebut kurang
dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 39
pihak karena tidak menarik pihak yang
Tahun 1999 yang secara limitatif sudah
membuat putusan No.Reg 042/BAKTI-
membatasi alasan pembatalan. Berbeda dengan
ARB/03.2018 yakni BAKTI ( Badan Arbitrase
UNCITRAL Model Law yang menetapkan
Berjangka Komoditi) sebagai tergugat. Hal
salah satu alasan pembatalan adalah apabila
semacam ini seolah meletakkan posisi Badan
majelis arbitrase atau salah satu anggotanya
Arbitrase dan Arbiter selalu benar.
korupsi atau menerima uang suap. Di dalam
Memasukkan badan arbitrase sebagai
Undang Undang Arbitrase Indonesia perbuatan
tergugat sebenarnya sangat beralasan karena
majelis arbitase yang tidak profesional tidak
menurut penjelasan Undang Undang Nomor 30
dapat digunakan untuk menjadi alasan
Tahun 1999 Pasal 72 Ketua Pengadilan Negeri
pembatalan. Bagaimanapun baik suatu system
diberi wewenang untuk memeriksa tuntutan
akan tetapi manusia yang teribat didalamya
pembatalan jika diminta oleh para pihak, dan
dapat saja melakukan suatu kesalahan yang
mengatur akibat dari pembatalan seluruhnya
mengakibatkan ruginya salah satu pihak dalam
atau sebagian dari putusan arbitrase
sengketa arbitrase. Mungkin ketentuan didasari
bersangkutan. Ketua Pengadilan Negeri dapat
pemikiran pemeriksaan suatu perkara di sidang
memutuskan bahwa setelah diucapkan
pengadilan melalui litigasi, dimana apabila
pembatalan, arbiter yang sama atau arbiter lain
hakim korupsi atau menerima suap dari salah
akan memeriksa kembali sengketa
satu pihak maka putusannya tidak menjadi
bersangkutan atau menentukan bahwa suatu
batal. Sebenarnya hal ini adalah suatu yang
sengketa tidak mungkin diselesaikan lagi
berbeda karena dalam litigasi dikenal adanya
melalui arbitrase. dimungkinkan hakim untuk
upaya hukum berupa banding, kasasi dan
memerintahkan pemeriksaan arbitrase untuk
peninjauan kembali.
diulang atau menyatakan bahwa kasus tersebut
Apabila dibandingkan dengan dengan
tidak dapat lagi diselesaikan melalui
syarat-syarat pembatalan yang terdapat pada
arbitrase 16 . Dengan demikian adalah tidak
Rv, Konvensi New York, Konvensi
mungkin hakim memerintahkan pemeriksaan
Washington maupun UNCITRAL Model Law
ulang apabila badan arbitrasenya bukan
maka, syarat pembatalan yang terdapat dalam
menjadi salah satu pihak dalam perkara
dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30
pembatalan putusan arbitrase.
tahun 1999 kelihatan lebih sempit dan sangat
Salah satu peran pengadilan yang sangat
terbatas. Ketentuan ini tidak mencantumkan
penting dalam arbitrase adalah fungsi dan
bahwa apabila terjadi korupsi dalam
kewenangan pengadilan dalam memeriksa
pengambilan putusan arbitrase atau arbiter
permohonan pembatalan putusan arbitrase.
melampaui kewenangan sebagai hal yang
Upaya pembatalan putusan arbitrase adalah
dapat dijadikan alasan untuk membatalkan
langkah upaya hukum extra yang dapat
putusan arbitrase. Syarat pembatalan putusan
ditempuh apabila memang telah terjadi
arbitrase hanya diletakkan pada kesalahan
kecurangan-kecurangan dalam proses arbitrase
yang dibuat oleh para pihak akan tetapi tidak
menjangkau kesalahan yang dilakukan oleh
arbiter atau majelis arbiter.
Dalam Ketentuan pembatalan arbitrase
seyogianya adalah sebagai kontrol terhadap
proses arbitrase terhadap kemungkinan 16
Penjelasan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 30
kecurangan yang dilakukan oleh para pihak Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa

581
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

tersebut17 . Fungsi ini berbeda dengan fungsi menilai atau memutuskan apakah alasan-alasan
dan kewenangan pengadilan dalam memeriksa yang dikemukakan oleh pemohon pembatalan
permohonan penunjukan arbiter ataupun beralasan atau tidak tanpa harus menunggu
pelaksanaan (eksekusi) putusan arbitrase. atau mempertimbangkan putusan pengadilan
Apabila dalam memeriksa permohonan tentang pemalsuan dokumen dalam proses
eksekusi putusan arbitrase, fungsi pengadilan suatu arbitrase. Kata dugaan di sini dapat
lebih bersifat administratif, maka dalam disamaartikan dengan kata persangkaan
memeriksa permohonan pembatalan putusan sebagaimana yang biasa digunakan dalam
arbitrase, fungsinya adalah yudikatif hukum acara perdata. Suatu persangkaan yang
(mengadili). Hasil permohonan eksekusi dapat mendukung alasan pengabulan
adalah berupa penetapan pengadilan permohonan pembatalan putusan arbitrase,
Sedangkan hasil dari permohonan pembatalan harus mempunyai nilai atau bobot yang sah
putusan arbitrase adalah berupa putusan sebagai alasan pengabulan. Dalam hal ini,
pengadilan. Dengan demikian semua para harus ada fakta yang mendukung persangkaan,
pihak yang terlibat dalam proses arbitrase atau sekurang-kurangnya ada petunjuk-
tersebut yakni arbiter, pihak yang kalah dan petunjuk yang membenarkan persangkaan, dan
pihak yang menang harus didengarkan fakta atau petunjuk itu harus masuk akal.
keterangannya oleh pengadilan. Apabila terdapat fakta atau petunjuk misalnya
Pemohon pembatalan seharusnya bahwa arbiter telah melakukan suatu kelalaian
membuktikan adanya dugaan yang sah bahwa yang penting dalam melaksanakan wewenang
putusan arbitrase tersebut mengandung yang diberikan menurut perjanjian arbitrase,
unsur pemalsuan, tipu-muslihat, atau maka kelalaian tersebut dapat dianggap
penyembunyian fakta/ dokumen. Kelemahan sebagai suatu penipuan ataupun tipu-muslihat.
Pasal ini adalah tidak secara tegas menjelaskan Dalam hal ini, ada adagium hukum yang
apa yang dimaksudkannya dengan kata dugaan mengatakan Magna culpa dolus est. Great
ataupun kata unsur sebagaimana disebut di neglect is equivalent to fraud. Kelalaian yang
dalam. Undang-Undang Arbitrase juga tidak besar sama artinya dengan penipuan/ tipu
memberikan definisi mengenai apa yang muslihat18.
dimaksud dengan kata pemalsuan, tipu- Hal lain yang sebenarnya dapat
muslihat, atau penyembunyian fakta/ dokumen digunakan sebagai alasan untuk membatalkan
sebagaimana yang termuat di dalam Pasal 70. putusan arbitrase adalah alasan yang dapat
Mengacu kepada Pasal ini maka dugaan saja digunakan untuk menolak putusan permohonan
sudah cukup bagi pihak yang kalah untuk eksekusi seperti yang diatur di dalam Pasal 62
mengajukan permohonan pembatalan padahal yaitu Ketua Pengadilan Negeri, sebelum
dugaan tersebut sangat subjektif dan rentan memberikan perintah pelaksanaan, diberikan
untuk digunakan pihak yang kalah untuk hak untuk memeriksa terlebih dahulu apakah
menunda nunda pelaksanaan eksekusi. putusan arbitrase tersebut telah diambil dalam
Sebelum penjelasan Pasal 70 dibatalkan oleh satu proses yang sesuai, di mana:
Mahkamah Konstitusi pada 23 Oktober 2014, 1. Arbiter atau majelis arbitrase yang
alasan-alasan permohonan pembatalan yang memeriksa dan memutuskan perkara
disebut dalam Pasal 70 harus dibuktikan telah di angkat oleh para pihak sesuai
dengan putusan pengadilan. Apabila dengan kehendak mereka; dan
pengadilan menyatakan bahwa alasan-alasan 2. Perkara yang diserahkan untuk
tersebut terbukti atau tidak terbukti, maka diselesaikan oleh arbiter atau majelis
putusan pengadilan ini dapat digunakan arbitrase tersebut adalah perkara yang
sebagai dasar pertimbangan bagi hakim untuk menurut hukum yang dapat
mengabulkan atau menolak permohonan. diselesaikan dengan arbitrase, serta
Dengan adanya pembatalan penjelasan
Pasal tersebut maka pengadilan yang
memeriksa permohonan pembatalan putusan
arbitrase diberikan kewenangan oleh untuk

17
Muhammad Andriansyah, “Pembatalan Putusan 18
Toni Budidjaya, “Pembatalan Putusan Arbitrase
Arbitrase Nasional Oleh Pengadilan Negeri,” Di Indonesia,” Hukumonline, n.d.,
Jurnal Cita Hukum 1, no. 2 (2014): 339. www.hukumonline.com.

582
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

3. Putusan yang dijatuhkan tersebut tidak Konsekuensi dari adanya ketentuan


bertentangan dengan kesusilaan dan pembatalan putusan putusan arbitrase di
ketertiban umum19. pengadilan negeri adalah hilangnya salah satu
ciri arbitrase yakni rahasia. Seperti diketahui
Sehubungan dengan hal ini, masih
salah satu daya tarik penyelesaian sengketa
terdapat beberapa ketentuan di dalam Undang-
melalui arbitrase adalah proses pelaksanaannya
Undang Nomor 30 Tahun 1999 yang dapat
yang bersifat tertutup yang sangat disukai oleh
dianggap sifatnya memaksa. Misalnya:
apara pebisnis. Pembatalan putusan arbitrase
keharusan mendengarkan kedua belah pihak
yang dilakukan di pengadilan negeri dan
secara adil/ seimbang (Pasal 29 Ayat 1),
dilaksanakan berdasarkan hukum acara perdata
keharusan menjatuhkan putusan dalam waktu
mengakibatkan sengketa arbitrase yang tadinya
180 hari, kecuali bila disetujui para pihak
tertutup menjadi terbuka untuk umum dan
(Pasal 48). Penjelasan Pasal 72 Ayat (2) secara
dapat diliput mass media. Pembatalan ini bak
tersirat menunjukkan adanya kewenangan yang
buah simalakama karena disatu sisi diperlukan
besar yang diberikan kepada pengadilan untuk
sebagai kontrol untuk mengatasi adanya
memeriksa dan memutus suatu permohonan
kemungkinan kesalahan dalam pengambilan
pembatalan putusan arbitrase. Dengan sangat
putusan arbitrase akan tetapi di sisi yang lain
terbatasnya alasan yang dapat digunakan untuk
juga menjadi hal yang dianggap melemahkan
membatalkan suatu putusan Arbitrase dalam
arbitrase.
Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999, hakim
Ketentuan pembatalan putusan arbitrase
dapat juga mengabulkan permohonan
adalah seperti pisau bermata dua karena disatu
pembatalan arbitrase berdarkan konvensi yang
sisi dapat digunakan untuk menegakkan
sudah diratifikasi oleh Indonesia. Konvensi
keadilan apabila ada pihak yang dirugikan
yang sudah disebutkan di atas adalah
akibat adanya kecurangan yang dilakukan oleh
merupakan hukum positif di negara kita karena
salah satu pihak, akan tetapi disatu pihak
sudah diratifikasi.
ketentuan ini juga rentan digunakan untuk
hanya sekedar menunda atau menghindar dari
B. Konsekuensi Adanya Pembatalan
kewajiban melaksanakan putusan. Apabila ada
Putusan Arbitrase
kasus pembatalan putusan maka ada
Pembatalan suatu putusan arbitrase kemungkinan besar putusan arbitrase juga
adalah upaya hukum yang biasa yang berlaku tidak akan dilaksanakan secara sukarela.
secara universal. Hukum arbitrase di negara Putusan kemungkinan akan dilaksanakan
manapun pasti mengatur upaya hukum yang melalui proses eksekusi oleh pengadilan
dapat dilakukan terhadap suatu putusan negeri. Setidak tidaknya ada tiga kerugian
arbitrase, walaupun istilah yang digunakan yang akan dialami oleh pihak pemenang dalam
mereka mungkin berbeda-beda. Di Amerika arbitrase dengan pengajuan perkara
Serikat misalnya menggunakan istilah vacating pembatalan putusan arbitrase yakni:
the award (dapat diterjemahkan peniadaan 1) Kerugian berupa tertundanya
putusan); di Perancis seperti halnya di Belanda pelaksanaan eksekusi
dan Indonesia menggunakan istilah pembatalan Dengan mudahnya syarat untuk
(annulment; recours en annulation); di mengajukan pembatalan arbitrase maka
beberapa negara lainnya menggunakan ada kemungkinan bahwa hal ini akan
istilah set aside (dapat diterjemahkan digunakan oleh pihak yang kalah untuk
pengesampingan). Meski demikian, tentu saja, menghindari atau setidaknya menunda
upaya pembatalan putusan arbitrase tidak pelaksanaan putusan arbitrase yang pada
boleh dilakukan secara berlebihan. Campur- gilirannya akan mengurangi animo
tangan pengadilan melalui kewenangannya masyarakat terutama para pengusaha
untuk membatalkan putusan arbitrase perlu untuk memilih arbitrase sebagai
dibatasi, dengan tetap memperhatikan nilai- alternatif penyelesaian sengketa.
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat Berdasarkan penelusuran terhadap
mengenai arbitrase. beberapa kasus pembatalan arbitrase
yang di upload terakhir dalam system
19 direktori perkara Mahkamah Agung
Gunawan Widjaja and Ahmad Yani, Hukum
sebagian besar permohonan pembatalan
Arbitrase (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000). putusan arbitrase ditolak pengadilan. Hal

583
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

ini dapat menjadi indikasi bahwa para pembatalan putusan arbitrase. Alasan-alasan
pemohon pembatalan sebenarnya tidak tersebut dapat digunakan oleh para pihak untuk
mempunyai bukti yang memadai seperti mengajukan pembatalan dan menjadi dasar
yang disyaratkan oleh dalam Undang putusan hakim. Di samping Undang Undang
Undang Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 70. Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 70 sebenarnya
2) Kerugian berupa materi untuk masih ada hal hal lain yang dapat digunakan
membiayai perkara dalam proses perkara oleh para pihak maupun hakim seperti untuk
pembatalan dan kemungkinan biaya membatalkan suatu putusan arbitrase yang
ekseskusi oleh pengadilan. Tertundanya sudah diatur di dalam beberapa konvensi yang
pelaksanaan putusan berarti tertunda sudah diratifikasi oleh Indonesia seperti
juga keuntungan atau hasil yang didapat konvensi ICSID yang sudah diratifikasi dengan
pemenang sengketa arbitrase. Besar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968
kecilnya kerugian tersebut sangat maupun Konvensi New York 1958 yang sudah
tergantung berapa nilai kemenangannya diratifikasi dengan Keppres No. 34 Tahun
dalam putusan dan berapa lama 1981.
pelaksanaan putusan tersebut tertunda Konsekuensi adanya klausul pembatalan
sebagai akibat adanya perkara putusan arbitrase adalah hakim dapat
pembatalan putusan arbitrase. Biaya menjatuhkan putusan berupa perintah untuk
berperkara di pengadilan yang relative melakukan pemeriksaan ulang atas putusan
mahal terutama apabila para pihak harus arbitrase tersebut oleh arbiter yang sama atau
menggunakan jasa pengacara adalah arbiter yang lain atau menentukan bahwa kasus
kerugian yang sulit untuk diprediksi. tersebut tidak mungkin diselesaikan melalui
Kerugian berupa potensi keuntungan arbitrase, apabila ada gugatan. Di samping itu
yang dapat diperoleh seandainya putusan apabila ada gugatan berupa pembatalan
arbitrase dilaksanakan secara suka rela putusan maka ada konsekuensi yang lain
adalah hal yang membuat klausul berupa potensi kerugian materil maupun non
pembatasan putusan arbitrase berpotensi materil yang akan dialami oleh para pihak.
merugikan pihak yang menang.
3) Kerugian moril berupa hilangnya sifat SARAN
kerahasiaan perkara arbitrase karena
kasusnya terekspos dalam pemeriksaan Agar arbitrase di Indonesia dapat
di sidang pengadilan yang sifatnya berkembang lebih baik, Undang-Undang
terbuka untuk umum. Hal ini Nomor 30 Tahun 1999 perlu disempurnakan
menghilangkan salah satu kelebihan dalam beberapa aspek, khususnya dalam hal
arbitrase yakni kerahasiaan yang sangat pengaturan mengenai alasan-alasan yang dapat
diperlukan oleh pengusaha, karena salah digunakan oleh pengadilan Indonesia untuk
satu yang menjadi daya tarik arbitrase membatalkan putusan arbitrase. Di samping
dalam dunia bisnis adalah sifat Pasal 70 seharusnya juga dibuka kemungkinan
kerahasiaannya di samping sifat putusan untuk menggunakan alasan lain seperti yang
yang final and binding. sudah diatur dalam beberapa konvensi yang
sudah diratifikasi oleh Indonesia Alasan-alasan
sebagaimana tercantum dalam Konvensi New
KESIMPULAN York maupun UNCITRAL Model Law,
Dibandingkan alasan pembatalan seperti: ketiadaan perjanjian arbitrase yang sah,
putusan arbitrase di negara lain alasan pelanggaran terhadap prinsip kepatutan atau
pembatalan putusan arbitrase di Indonesia keadilan dalam berperkara (due process of
sangat terbatas karena hanya menjangkau law), misalnya: ketidakwajaran dalam proses
kesalahan yang dilakukan oleh para pihak pemilihan arbiter atau proses arbitrase, tidak
belum menjangkau kelalaian atau kesalahan adanya pemberitahuan yang patut dan
arbiter yang disengaja. Umpamanya apabila pemberian kesempatan membela diri yang adil/
arbiter tersebut korupsi atau menerima uang berimbang, proses pemilihan arbiter yang
suap. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 bertentangan dengan perjanjian, arbiter yang
Pasal 70 hanya mengatur alasan-alasan bertindak di luar kewenangan (excess of
yang dapat digunakan oleh para pihak yang authority), dan sengketa yang diputus tidak
bersengketa untuk mengajukan permohonan dapat diarbitrasekan (non-arbitrable), maupun

584
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

alasan pelanggaran atas ketertiban umum Jakarta: Sinar Grafika, 2004.


(public policy), sepatutnya ikut Jukubowsky, Jerzy. Arbitrase Komersial
dipertimbangkan oleh pengadilan dalam Internasional, Penerapan Klausul Dalam
memeriksa permohonan pembatalan putusan Putusan Pengadilan Negeri. Jakarta:
arbitrase di Indonesia. Sinar Grafika, 2017.
Agar klausul pembatasan tidak disalah Kuriawan, Michael Jordi, and Harjono.
gunakan oleh pihak yang kalah untuk menunda “Implikasi Yuridis Pembatalan Putusan
pelaksanaan putusan maka perlu juga diatur Arbitrase Di Indonesia, Studi Putusan
tentang hukum acara dimana dalam kasus Nomor:
pembatalan putusan arbitrase harus didahului 305/Pdt.G/Bani/2014/Pn.Jkt.Utr.” Jurnal
pemeriksaan awal seamacam proses dismissal Verstek 4, no. 3 (2016): 120.
dalam perkara TUN dan perlu juga dipikirkan Margono, Suyud. ADR & Arbitrase Proses
apakah sebaiknya proses pemeriksaan Pelembagaan Dan Aspek Hukum.
pembatalan putusan arbitase dilakukan tertutup Bandung: Ghalia Indonesia, 2004.
seperti sifat dasar pemeriksaan arbitase. Rasyid, H. Priyatna Abdul. Arbitrase Dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
UCAPAN TERIMAKASIH Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 2002.
Redfem, Alan, and Martin Hunter. Law and
Ucapan terima kasih disampaikan Practice of International Commercial
kepada semua pihak yang terlibat dalam Arbitration. London: Sweet & Maxwell,
penerbitan Karya Tulis ilmiah ini antara lain 1996.
dewan redaktur, reviewer, sekretariat Jurnal Situmorang, Samuel F B. “No Title.” Jurnal
Hukum DeJure dan pihak pihak yang Ilmiah Dunia Hukum 4, no. 1 (2019).
memberikan bahan dalam rangka penulisan ini. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian
Hukum. Jakarta: UI Press, 2006.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Timex, Hendhy. “Pelaksanan Dan Pembatalan
Adolf, Huala. “Pembatalan Putusan Arbitrase Putusan Arbitrase Lex Privatum” 1, no. 2
Oleh Pengadilan Dalam Putusan (2013): 87.
Mahkamah Konstitusi Nomor 15/PUU- Widjaja, Gunawan, and Ahmad Yani. Hukum
XII/2014.” Jurnal Konstitusi 14, no. 4 Arbitrase. Jakarta: Raja Grafindo
(2017): 703. Persada, 2000.
Andriansyah, Muhammad. “Pembatalan “UNCITRAL Model Law on International
Putusan Arbitrase Nasional Oleh Commercial Arbitration 1985.”
Pengadilan Negeri.” Jurnal Cita Hukum UNCITRAL Model Law on International
1, no. 2 (2014): 339. Commercial Arbitration. Last modified
Batubara, Suleman, and Orinton Purba. 1985. http://www.uncitral.org.
Arbitase Internasional, Penyelesaian
Sengketa Investasi Asing Melalui ICSID,
UNCITRAL Dan SIAC. Jakarta: Raih
Asas Sukses, 2013.
Budidjaya, Toni. “Pembatalan Putusan
Arbitrase Di Indonesia.”
Www.Hukumonline.Com, n.d.
www.hukumonline.com.
———. “Pembatalan Putusan Arbitrase Di
Indonesia.” Hukumonline, n.d.
www.hukumonline.com.
Cakrawala, Andi Jukia. Penerapan Konsep
Hukum Arbitrase Online Di Indonesia.
Yogyakarta: Rangkang Education, 2015.
Fuady, Munir. Arbitrase Nasional: Alternatif
Penyelesaian Sengketa Bisnis. Bandung:
Citra Aditya, 2006.
Harahap, M. Yahya. Arbitrase Ditinjau Dari
Rv, Peraturan Prosedur Bani ICSID Dll.

585
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 4, Desember 2020

HALAMAN KOSONG

586

You might also like