You are on page 1of 67
Woy B.t-b, PERAN DAN KEDUDUKAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA. PERPUSTAKAAN FAKULTAS HUKUM.] UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA fos hcucneneragkan nahwa fab im tetas : oho indun | iPeroJt! W/ ROU Disusun Oleh: . ‘Ninuk Wijiningsih, SH - Wiratno,SH,MH = 2 Kum 1,7 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2004 KATA PENGANTAR Puji syukur kami.panjatkan kehadirat Ailah/SW'T Karena hanya dengan berkat karunia dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul"“PERAN -DAN-KEDUDUKAN ‘BADAN PEMERIKSA KEUANGAN Riz: DALAM PEMERIKSAAN' TERHADAP - PENGELOLAAN: * DAN CTANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA”. * ‘Penelitin ini. dilakokan sfelah’ adanya- perubahan testadap UUndang- Undang Dasar RI-1945 yang membawé dainpak pula terhadap kedudulan Badan Pemeriksa Keuanjan sebagai Lembaga' Tinggi Negara: dindonesia. Kami -menyadert -babwa -Iaporan’ penelitian ini tontu’'masih terdapat kekurangan bak’ dari segi bahasanya ‘maupun materinya::Oleh-karena itu kami mengharapkan kritik da saran dein dapat menyernputeaken laporan penclitian inks. : conve. Dalam kesempatan ini, kanii-mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Fakultas Hukum Universitas Trisakti: yang telah’ memberikair:kesemipatan’ untuk melakukan- penelitian ini. Ucapartterima kasih juga’ kami-sainpaikai kepada pibak-pibak’ yang. telah bekerjasama. dan. menyumbang: pemikran dalam Penyusunan peneltian ini =. khimyasemoga laporan penelitan ini dapat memberikan misifat bagi kalangan akademisi maupun para pemerhati masalah-masalah ketatanegaran, aa , Jakarta, September 2004 © :Ninuk Wijiningsit, SH + Wirmtno, SH, MH ABSTRAK Kata Kunci: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Keuangan Negara. Salah sat kedaulaian yang mendasat adalah mengenai pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab pemerintsh dalam penggunaan kevangan Negara yang dilaksanakan melalui Anggeran Pendapatan dan Belanja Negara, Wewenang pelaksanaan kedauletan ini oleh UUD 1945 diberikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan, Hasil pemeriksaan BPK diserabkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta diberitabukan kepada Pemerintah, Sedangkan hasil pemeriksaan yang mempunyai indikasi tindak pidana atau perbuatan yang merugiken kevangan negara, diberitabukan kepada Pemerintah khususnya Kepolisian dan atau Kejaksaan. Mengingat pentingnya peran dan kedudukan BPK dalam melakoakan pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sehingga dapat terlaksana dengan baik, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme atau dengan kata lain BPK dapat disebut sebagai salah satu benteng penyelamat Keuangan negara, maka perlu dilakukan pengkajian secara mendalam mengenai Jandasan konstitusional, tugas, Kewenangan dari BPK tetmasuk mengenai pengertian keuangan negara jtu sendiri yang menjadi obyek pelaksanaan tugas dan wewenang dari BPK. Penclitian ini termesuk tipe penelitian hukum normatif dar bersifat deskriptif, Karena dalam penelitian ini yang dilakukan adalah penelitian terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur mengenai lembaga negara Kbususnya BPK. Pengambilan data dilakukan melalui pengambilan data dokumen, studi literatur, dan wawaneara dengan para nara sumber. Setelah semua data terkumpul mzka dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode analisa kualitatif. Hasil penelitian menunjukken bahwa BPK sebagai lembaga negara yang kewenangannya berdasarkan perintah ~ Undang-Undang Dasar (constitutionally entrusted power) verperan sebagai satt-satunya lembaga pemeriksa ekstermal Keuangan negara yang bebas dan mandiri, demikian pula setelah terjadinya perubahan terhadap UUD 1945,- BPX mengalami perkembangan, yaitu yang menyangkut perubshan bentuk organisasinya secara straktural dan’ menyangkut perluasan jangkauan tugas pemeriksaannya secara fungsional, Hasil Perubahan UUD 1945 juga mengandung perluasan maksud mengenai pengertian keuangan negara yang harus diperiksa oleh BPK, schingga tidak terbatas hanya dalam hubungannya dengan APBN, tetapi juga dengan APBD di daerah-daerah, KATA PENGANTAR.., DAFTAR IS} BABI BABII BABIV PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. B. _ Perumtusan Masalah.. C, . Tujuan Penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keuangan Negara.. Pengelolaan Keuangan Negara Sejaiah Badan Pemeriksa Keuangan Bentuk, Susunan dan Keanggotaan BPK. Visi Dan Misi BPK.. ‘Wewenang BPK. Lingkup Dan Jenis Pemeriksaan BPK. osm oA Pp METODE PENELITIAN.. HASIL PENELITIAN DAN PEMBARASAN A. Peranan BRK. B. Kedudukan BPK setelah Perubahan UUD 1945. 1. Perkembangan BPK. 2, Perluasan Pengertian Keusngan Negara ... C. Hubungan BPK dengan Lembaga-Lembaga Negara. iii BABV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. B. Saran DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN = 1. Hbungan Kerja Antara Badan Pemeriksa Keuangan RI Dengan Mitra Kerja Dalam Pemeriksaan Tethadap Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Tl —_Bagan Organisai Pelaksana BPK RI Ti. Began Proses Pelaksanaan Tugas BPK RI BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakaing “Jaringan hukum hanya berguna untuk menangkap penjahat-penjahat kecil”, demikisn pemah dinyatakan olch Kahlil Gibran (1883-1931). Berpuluh alum kemudian apa yang dikatakan filsuf sekaligus penyair Kelahiran Lebanon ity masih berlangsung di Indonesia, Jarang sekali penjahat (koruptos) dijerat hukum walaupun negara ini tergolong sebagai negara paling korup di dunia, Seperti yang diberitakan Harian Kompas (2/10/2004), kalau padi masa Orde Baru kebocoran unag negara masih 30 persen, setelsh reformasi bergulir Tahun 1998 indikasi tindak pidena yang merusak perckonomian dan moral bangsa ini justru makin mencemaskan, Terakhir memurut laporan Baden Pemerikea Keuangan, penyimpangan uang Negara sudah mencapai Rp. 166,53 triliun atau . sekitar $0 persen Gari APBN Tahun 2003. Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya keberadaan sebuah lembaga pengawas dan pemeriksa terhadap pengelolaan dan tanggung jaweb euangan negara, Pasal | ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan thenurut Undang-Undang Dasar ini, Salah satu Kedaulatan yang mendasar adalah pengawasan terhadep pengelolan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara, Tugas pelaksanaan kedaulatan ini di dalam UUD 1945 diberikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pembentuk” UUD 1945 menyadari babwa untuk memeriksa cara pemerintah menggunakan vang belanja yang sudah disetujui oleh’ rakyat melalui Dewan Perwakilan Rakyat diperlukan suatu lembaga negara yang dapat secara obycktif menjalankan tugesnya. Lembaga negara yang dapat secara obycktif menjatankan tugas sedemikian itu harus terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah. Oleh Karena itu, pembentuk UUD 1945 menempatkan Badan Pemeriksg Keuangan sebagai suatu lembaga tinggi negara yang sejajar atau setara dengan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR dengan maksud untuk dapat dimanfaatkan oleh DPR. dalam menjalankan tugas pengewasan umum terhadap penyelenggaraan pemerintaban negara, Adanya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesunggubnya: memperkuat pelaksanaan demokrasi dalam arti sesungguhnya. Salah satu tanda penting dari ada atau tidak adanya demokrasi dalam suatu negara adalah terletak pada bagaimana negara itu memperoleh wang untuk mengatur hidup dan pembangunan masyarakat, dari mana sumnber-sumber biaya diperoleh dan digunakan untuk apa. Karena Indonesia menganut tata kehidupan demokrasi maka hal-hal tersebut harus ditentukan atau disetujui oleh rakyst, yang dalam hal ini adalah Dewan Perwakifan Rakyat. Ttulah sebabnya, Angearen dan Pendapatan Belanja Negara horus dituangkan dalam bentuk undang-undang. Jadi jelastah bahwa kebijaksanan keuangan dan pengurusan rumah tanga negara telah diatur oleh rakyat sendiri. ‘Akan tetapi pengaturan kebjjakan dan pemberian arah saja belum cukup. Yang tidak kalah pentingnya adalah apakah hal tessebut telah dilaksanakan oleh pemerintah dengan sebaik-baikya menorut tyjuan semmula. Untuk tujuan-tujuan tersebut diadakan Badan Pemeriksa Keuangan, Badan ini bertugas untuk memeriksa pertanggungjawaban pemerintah tentang keuangan negara dan memeriksa semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat dacrab. Oteh karena itu dapat dikatakan bahwa adanya BPK. memperkuat pelaksanaan demokrasi dalam arti sesungguhnya, Yang diperiksa pertanggungjawaban keuangannya itu tidak saja terbatas pada pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, melainkan juga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Perusahaan-perusahaan milik negara dan sebagainya, Hasil pemeriksaan itu bukan tanpa sanksi, Apabila hasil pemeriksaan mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan sangkaan adanya tindak pidana atau perbuatan yang merugikan keuangan negara, maka masalahnya diberitahukan kepada Kepolisian atau Kejaksaan. Dari segi ini, maka hasil pemeriksaan Badan ini merupakan upaya yang menjamin tertibmya aparatur pemerintahan dan aparatur perekonomian negara yang bersih dan schat Untuk terwujudaya aparatur pemeriniah dao. aparatur perekonomian negafa yang bersih dan sehat serta masyorakat adil dan makmur, maka Badan Pemeriksa Keuangan sebagai salah satu Lembaga Tinggi Negara dari masa ke ‘masa dengan segala kemampuannya telsh berusaha untuk melaksanakan tugas dan kkewajibannya, yaitu memeriksa tanggung jawab sins keuangan negara ager pengelolaan Keuagnan negara dikendalikan secara tetib, dileksanakan secara layak dan memenuhi ketentuan perataran permdang-undangen, yang berlalen, schingga dapat dihinderkan penyalahgunaan dan penye‘ewengan. Demikian pula Badan Pemeriksa Keusngan selalu memacu agar pengguna Keuangan’ negara memenuhi prinsip efisiensi dan kehematan, Badan Pemériksa Keuangan yang mempunyai tugas pokok amemeriksa tanggung jawab pemerintah tentang Kkeuangen negara, peru merumuskan pandangan tentang makna pengelolsan Keuangan negara agar proses atau kegictannya dapat tersclenggara dengan tertIb, taat pada pératuran perundang- undangan, ekonomis, efisien, dan efektif sebagaianana dikehendaki oleh Undang- Undng Dasar 1945, Proses dani kegiatan pengelolaan keuangan negara dewasa ini semakin meningiat Kompleksitasnya sejalan dengan meningkatnya tugas-tugas wumum pemerintahan dan’ pembangunan yang memertukan pembiayaan yang semakin membesar, Kondisi yang demikian ini menuntut kesungguban pemerintah dalam mengelola Keuangan negara agar tujuan nasional bangsa Indonesia dapat terwujud sesuai arahan setiap GBHN. Perhatian masyarakat yang lebih meaitikberatkan pada upaya menesri pengertian tentang keuangan Negara dan eksistensi BPK, sering kali hanya meninjeunya dari sudut pandang kepentingannya sendiri atau instansi tempatnya bemaung, sebingga ada yang memahami dalam arti Iuas, tetapi ada yang memahami dalam arti sempit. Perhatian masyarakat tersebut, yang semula dapat diharapkan untuk mempertuas dan menyumbang Khasanah seluk beluk keuangan [Negara serta memperlancar dan mengembangkan tugas konstitusional BPK, justra kedangkala memberikan pemahaman yang herbeda mengenai pengestian keuangan Negara, Perbedaan pemahaman tersebut kadangkale oleh pihak yang ciperiksa’ sering dimanfaatken untuk menghindasi pemeriksaan, terutama pemahaman yang mempersempit luss lingkup pemeriksxan BPK, Amandemen ke tige UUD 1945 Pasal 23E ayat (1) menyatakan “Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suaty Badan’ Pemeriksa Keuangan yang bebes dan mandiri: ayat (2), Hasil pemeriksaan kewangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilin Rakyat, Dewan Perwakilan Daerab, sesuai dengan kewenangannya: ayat (3) Hasil pemeriksaan tersebat ditindaklanjuti oleh lembaga yang independen tersebut dipertegas dalam TAP MPR RI No, VI/MPR/2002 tentang Laporan Pelaksanaan_ Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada sidang Tahunan MPR RI “Tahun 2002, yang antara lain menegaskan kembali kedudukan BPK sebaga’ sate satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranansya yang bebas dan mandiri perlu lebih dimantabkan, Selain itu kedudukan BPK diatur pula dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang berbunyi Badan Pemériksa Keuangan adalah Lembaga Tinggi Nogara yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah, akan tetapi tidak berdiri di atas Pemerintah. Mengingat begitu pentingnya Kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam system ketatanegaraan RI dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dapat terjalan dengan baik, bebas dari korupsi, Kolusi dan nepotism, maka perlu dilakukan pengkajian secara mendalam mengenai bagaimana peranan, kedudukan, tugas dan kewenangan dari BPK serta pengertian dari Keuangan negara secara mendalam, schingga diharapkan wakil-wakil rakyat yang melakukan pengawasan umum pemerintahan, khususnya di bidang keuangan negara, serta para pemeriksa sendiri dan kalangan intelektual bisa memahami pengertian keuangan negara dalam arti yang seluas- wasnya atau hakekatnya yang merupaken keseluruhan kekayaan negara tersebut. ‘'B. Perumusan Masalah 1 Bageimanckah peranan Badan Pemerikse Keuangan dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ? . Bagsimanakeh kedudukan Badan Pemerikse Keuangan dan pengertian ‘keuangan negara terutama setelah adanya perubahan terhadap UUD 1945? . Bagaimana hubungan BPK dengan Lembaga-lembaga Negara yang lain khususnya dengan Pemerintah, DPR, DPD dan DPRD sérta Kepolisian dan atau Kejaksaan dalam pemeriksaan terhadsp pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara? C. Tujuan Penelitian 1 Untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Pemeriksa Keriangan dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ? . Untuk mengetahui bagaimanakah kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dan’ pengertian keuangan negara terutama setelah adanya perubahan tethadap UUD 19457 . . . Untuk mengetahui bagaimana hubungan BPK dengan Lembage-lembaga ‘Negara yang Jain khususnya dengen Pemerintab, DPR, DPD dan DPRD serta Kepolisian dan atau Kejaksaan dalam pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara? BABIL TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keuangan Negara Untuk lebih memahami makna keuangan negara, pease tama perlu diketahui apa arti negara dan keuangan yang diperluken oleh negara dalam menjalankan pemerintahan untuk. mencapai tujuannya. «8 Negara adalah suatu lembaga _kemasyarakatan . yah mempuayai wilayah dan pemerintahan yang berkuasa yang didukung oleh vrarganya di wilayah itu guna mencapai tjuan tertenta Pandangan para filosof mengenai tujuan negara pada dasarnya adalah sama, yaitu untuk mencapai, kesejahleraan. warga negaranys, Plato berpendapat bahwa, tujuan_ negara adalah - untuk .memenuhi Keanckaragaman, Kebutuhan yang © dapat,.dipenuhi_olch manusia secara individual; Aristoteles berpendapat bahwa tujuan negara adalah untuk menylenggarakan -kehidupan-yang, baik bagi semua wanga negaranya.’ : Keberhasilan negara, dalam mencapai tujuannya a terscbu, tergantung pada bagimana negaré itu menghimpun dana masy: utamanya pajak guna menyelenggarakan fungsi-fungsinya antara keamanan, ketertiban. dan hubunganinternasional, Hal ini mudah dipakami, karena untuk menjalankan.roda pemerintahan, negara membutuhkan dukungan dana yang sangat besar yang bersumber dar pendapatan, negara yang potensial, antara., fain, pajak_mielalut kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan pemerintah yang semula terbatas hanya mengenai perpajakan namon sejalan dengan perkembangan Kebutuhan negara guna menyejahterakan warga masyarakat, * Mobi Kusnatdi dan Bintan R’Saragih, some Negara, Gaya Media Protama, Jakarta, 1988, fal 67 kebijaksanaan tersebut berkembang lebih luas menjadi kebijaksanah dibidang keuangan negafa- Keuangan negara yang pengertiannya selalu berkembang dat berbeda, baik menurut tempat’ tegara yang’ mengélolanya’ maupuin menurut pendapat para abli, Pengertian-pengertian keuangan’ negara yang dikemukakan oleh para abli tersebut diuraikan di bawah init Menurut M. Hadi, keuangun negara adalah : Semiza hak dan kewajibain yang dapat dinilaj dengan-asng, demikian pula segala sesuati; baik wag maupurt barang, yang dapat dijadikan milik niegara, berhubung dengan * “peliksanaan hakédan kewajiban dimaksud? ‘Menurat M. Subagio, Keuangan Negara adalah: * Keuangar negara‘terdiri atas hak dan kewajiban négara yang dapat dinilai dengan uang, déomikian pula ségala sesuatu baik ‘bérupa uang maiipiin’ barang~yang dapat dijadikafi milik negara bechubung’dengait’ Delakaenie * dan kewajibannya itu, Hak negara meliputi hak smenciptakan wang ;° bak “mendatangkan’ ‘hasil; hak “melakvkan” pungutan; Chak meminjaih dan hak‘niemaksa.” °° " % * Kewajibarimegara melipiti kewajiban ményelenggarakan tugas nega demi Kepentingan masyarakat; dan kewajiban membayar hak-hak tagihan pihak ketiga® _ Dari pendapat M Hadi dan M. Subagio’ tersebut nampak unsur-unsur keuangan negara, yaituuang’dan barang yang’dijadikan milik negara, kekayaan negara, hak dan kewajiban negara -yang dapat * inital dengan’ ang, Sedangkan - pakar ° lain « Otto’ Eckstein menyatakan: . > M, Hadi, Administrasi Keuangan Negara RI, Jakasta, 1980, hal. 3. ~ 7M, Soebagio, Hukum Keuangan Negara Republik Indonesia, Rajewali Pers, Jakarta, 1988, hal 11 Keuangan Negara adalah bidang yang mempelajari akibat-akibat dari anggaran belanja Negara atas ekonomi, Khususnya akibat dari dicapainya tujuan-tujuan ekonomi yang pokok, pertumbuhan, kemantapan, keadilan dan efisiensi, Juga dipelajari tentang “bagaimana scharusnya” :-andaikata kita ingin mencapai_tujuan-tujuan tertente, seperti misalnya pertumbuhan yang lebih cepat atau distribusi pendapatan. yang. lebih adil, kebijaksanasn- kebijaksanaan yang bagaimanakah yang akan dapat mengarah ke tujuan-tujuan itu?,* Bambang Kusmanto menyatakan : Public Finance (keuangan negara). diinterprestasikan dalam arti sempit yakni, Government Finance. (keuangan pemerintahan), -sedangkan makna “Finance!!. (kevangan) sudah ada kata sepakat yakni . menggambarkan, segala Kegiatan(pemerintah) di. dalam mencari. sumber-sumber. dana _ (Sources of fund).dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan’ (uses of fund) untuk mencapai tujuan-tujuan (pemerintahan) tertentu, Jadi keuangan negara mencerminkan kegiatan-kegiatan pemerintah, sedangkan kegiatan pemerintah itu sendiri berada dalam sektor publik (public. sector), bukan berada dalam sektor swasta (private sector)> Dalam UUD 1945 sebelum diamandemen, belum ditemukan pengertian keuangan negara, namun Prof Dr, A, Hamid.S. Attamimi mencoba memberikan pengertian keuangan Negara berdasarkan Pasal 23 UUD.1945 tersebut dengan dua alternative konstruksi. Konstruksi.I memberikan pengertian keuangan Negara dalam art: sempit yang hanya mengaitkan antara Pasal 23 ayat (1) dan ayat (3) beserta penjelasaannya yang berarti APBN. Sedangkan konstruksi I memberikan pengertian * Otto Eckstein, Public Finance (Keucngan Negara), Bina Aksara, Jakarta, 198), hal 5- 6 * Bambang Kusmanto, Keuangan Negara, Intermedia, Yogyakarta, 1992, hal 2. keuangan Negara. dalam arti’ luas yang meigaitkan seluruh ayst“dalam Pasal 23 UUD 1945 secara menyefuruih. Prof. Dr. Hamid $. Attamimi,. berpendapat-bahwa pengertian keuangan: Negara. adalah dalam ‘arti luas seperti Konstruksi'IL “yang menjelaskan sebagai berikut = Hh Shae Keuangan negara: yang pemeriksaan’ terhadap. tanggung jawab penyelnggarsanfya: “merupakan. -tugas*. BPRS , dan basil ~ peineriksaannya diberitahukan kepada: DPR-itu melipist: bukah hariya APBN yang ditetapkan’tiap tahun dengan’ unding-undang inelainkan meliputi juga APBN yang'dipisabkan, baik dipisabkan + kepada Pemerintah Daerah; kepada Badan Usaha. Milik Négara, ~ Badaiy Usahe Mitik Dacrah,maupum kepada badan lainnya. Maka berdasarkan pemahaman tentang kata-kata “ keuangan négara’? dalam ayat (4) Konstruksi’H-mienarikkesimpulan ; pengertian tentang Keuangan‘negara Jainnya, baile Yang: berdsal dari-APBN ‘maupun-yang berasal deri sumber-tainnya,yang pengelolaannya berada dari. sumber Ininnya, yang ‘pengelolaanya berada-datam tanggung jawab pemerintah dibidang keuangan Negasa.° ‘Undang:uridang No.-5 Tahun: 1973 tidak merumuskan pengertian tentang keuangan- negara “secara’tegas,namun keuangannepara yang: diperiksa oleh“ BPK: hingga ‘saat ini ialah-keuagan negara yang dikelola oleh -pemerintah ‘pusat, -pemerintah daerah, badan-badan usaha muilik negara dan dacrah, dan instansi-instansi Jain yang bérkaitan dengan. dengan keuangan negara ‘menurut pendspat para pakar dan unsur-unsur kenangan. negara menurut tinjauan yuridis, serta. memperhatikan pula. pendapat dan-praktek pemeriksaan yang dilakukan olch Dewan Pengawas Kenangan - periode, 1950-1959, maka, Badan Pemeriksa Keuangan berpendapat bahwa. pengertian. © A. Hamid S. Attanimi, Keuangan Negara Lingkup -Pengeitiannya. dan» Hakekat Pervadang-undanganays menurut UUD 1945, Jakarta, 1982, hal 5-6. keuangan negara yang-dikehendaki-oleh-Pasal 23 UUD-1945° dan Pasal 2 Undang-undang No.5 Tahin 1973 meliputi : 3 Pertama,. schirob penerimaan dan -pengeluaran’ baik’ yang menyangkut pemerintah pusat, pemerintaly dacrah'dan badan-badafi usaba mitik negara dan daerah maupun instituéi-yang’ menggunakait modal atau kelonggaran dari negara atau masyarakat. ‘Kedua, seluruh kekayéan negara benipa haita yarig berbennik . Wang; barang; piutang, jasa serta. hak-hak negara’ seperti hak-hak mendigih atas kontrak karya pertambangan; hak penangkapadi lin dan hak pengusahaan hutan, kewajiban-kewajiban atau uténgutang seperti dana peasiun, asuransi Kesehatan, jasmtani sosial tena kedjas ‘kekayaan’bersth negara dan kekayaan alamnya. Ketiga, \ebijaksanaan-kebijoksanaan” " anggatan, » fiskal, moneter beserta akibatnya dibidang ekonomi, Keempat, keuangan \ainnya yang dikelola oleh pemerintah pusat'dan daerah dan badan-badain: yang" menjalankan: kepentingan regard alas uang yang diilki mrgara-moupun aang/dand ang dimilki masyarakat. Berdasarkan pengertian keuangan Négara menurit adi undang No, 5 Tahun 1973 tersebut, ‘make BPK nienetapkan Bais Singkip pencerminan tanggung jawab Keuangan Negara olch BK mencakup seluruh kekayaan negara.” B, Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara ‘Sistem pemerintahan” negara Republik ” Indénésia perdasarkan UUD1945, meneiapkan Presiden sebagai penyelenggara pemerintah negard yang tertinggi dibawah Majelis Pérmusyawaratan Rakyat (MPR). Presiden memilki kekuasaan penyelengaraan pémerintahan negara, metiputi apa yang dalam trias politika digebut 7 Tim BEPERA, Keuangan Negara dan Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, 1998, hal 23-24, ekuasaan: cksckutif, legislative, dan yudiketif dengan pengertian bahwa-kekuasaan cksekutif.itu-dijalankan, oleh Presiden dengan persetyjuan. DPR. Kekuasaao penyelengearaan pemerintahan, negara itu meliputi, di. dalamnya stiga, kekuasaan. pengeloalaan keuangan negara yaitu keknasaan,».otorisasi; “ordonansi, - dan;. kekvasaan ebendeharawanan. Kekuasaan Otorisasi. adalah kekuasaan untuk _ Mengambil ,,tindakan atau keputusan yang dapat mengakibatkan Kekaygan negara menjadi berkurang alas bertambuh, Kekgsaa otorisasi,dibedaken atas, kekuasaan, otorisasi yong bersifat Kchusus, Kekuasaon oforisasi yang hersif amum diwojudkcan dalam, bentuke Kekuasegn membuat .peratucan . yang,_bersifat mum .. seperti menetapkan Undang-undang tentang, Anggaran Pendapatan, dan Belanja Negara, Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan, Tata Cara Perpajatan, dan, sbaeainy, i undang. Selanjatya aa Vndang-ondang tersebut dapat ; pala mesnust ketentuan bahwa bentuk. pelaksanaan otorisasi yang beysifat umum .dituangkan,, dalam, peraturan, perundang-undangan. , yang tingkatnya lebih rendah dari undang-undang. Kekuasean otprisast_ yang. bersifat, Khusus Gyujudian dalam bentuk ekuasaan untuk . a ichusuya mengikst. orang, atau_pihak fertentu sebagai ‘elaksqnean keputusan otorisasi yang bersifat umum, _ Kekuasaan ordonansi, “adalah, “lesan, vuntuk ‘Menerima, meneliti, menguji keabsahan dan menerbitkan ‘surat perintah menagih dan membayar tagihan yang membebani anggaran penerimaan dan pengeluaran negara sebagai akibat dari tindakan ‘otorisator. Pengujian:dan penelitian yang dilakukan: oleh. ordonator meliputi“dasat “haknya :(wotmarigheids), dasar -hukum tagihannya (rechoniatigheids), dan tyjuannya (doelmatigheids). Kekuasaan kebendaharawanan adalah kekuasaan untuk inenerima; menyimpan,” atau .membayer /.mengeluarkan ‘wang “atau barang, seria’ memper-latggungjawabkan’-uaig atau barangyang berada datam peut Sony ' ca Seis BRK”: “ moat . Badan’ Pemeriksa’ Keiiangan” Masa ° Pering” Kenlerdekaaii Repiablik’ Indonesia (194551950) *- * Badan Peniétiksa Kimi dibetie beidadaril "isi 23 ayat (5) UUD 1945 sébeluh'diamafdemen yang’ ienelaplian bahwa “untuk memeriksa ‘langgungjdivab tentingi*Keutingan Negara tanggungiawab tentang” Kéuangai” Negtira diadakan sudtis Badin’ Pemeriksa Keuangan yang peraticennpd dielapkan denigan’ imdarig-imdang” Ketéituaxi’ ini” ditédligasikan’ Ydait diumumikan oleh Menteri Keuangaii kepada’ selurdhkementrian teritang “perstapan " pembentukiin Badai’ Peiieriksa’” Keuangaii, dikota” Magelatig pada tanggal’ 10° Desember':1946: No“1 1M. diYogyakarta. Badan ‘ini mulai bekerja“pada tanggal 1 Jariuatt 1947 Berdasarkani Penctapan’ Pemerintah’tersebut dan Perdfuran Perdilitian Pasal 1 UUD 1945. tugas Kewajiban“susunan, dan tata Kerja BEPEKA‘RI masih berpegang’ pada’ pératurari peruhdiing undshgan yarig berlaku bagi Algeniéeie “Rekenkamer ‘Hindi Belanda: Hal ini 'terjadi karerid pada‘ waktu itu! Negara RI mash berada dalam mala perjuaigan' iémpertahankin ‘kemetdekiian sehingga waktu “dan” kéadaan’ tidak ‘miéthungkiikan’~ untlk ' Tim BEPEKA, op. eit, hal, 25. * Tim BEPEKA, Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Sekretariat Jendera) Badan Pemeriksa Keusngan, Jakarta, 2003, hal 43-34, “inenbuit: peraturani-perundaing-undangan’ yang mengatur téiilang ‘kegiatan BEPEKA, Satu-satunya’* peraturan' perundang-undangan. “yang ditéibitkan’ guna ménititjang pelaksanaan'tugas’ BEPEKA ‘ddalah *periegasdid Mentéri Keuiangan dalam surat No, 003:21°49'tanggs 10 Desember 1949. Dalai saratnya tersebut:: Meiiieri Keaatigan niiétiinta “kepada” sertiua’: kemeriteriai~inndsing'mdsing’~ uintike inengirimkan selckasnya" kepada Badan’ Pemettksa ‘Keuaiigan, ‘sufatsurat'dan daftar yang mefibrut’atdran-aturaidabihibiasa dikirmikan kepada Aigeméene Rekenkamiér: * ‘Terhadap’ dokuimeri-dokuinen: téi8ebut’ Badan Pemeriksa ‘Keudngan melekukan’ ‘verifikasi' dan “dilanjutksint deigin peiiteriksaan ‘seterbpiat bila dianggap’ pierlu. Selama-periodé’ ‘tugas-tugas Badin Pemeriksa Kewangan, aering térgatigau karéiia terjadi’ Clash Ke-1 dai’ Clash Ke-2- yang mengakibatkan pula tempat “kéduduken BEPEKA’ bérpindah ‘dari kota’ Magelang’ke Yogyakarta. Dalim Periode ini BEPEKA belum dapat imemnahi Kewajibarinya memberitahukan’ hasil petneciksadiinya’* kepada Komité Nasional Indonesia'Pusat (KNIP)-yang*pada waknd‘ita beriiwigsi sebagai DPR: BEPEKA’ juga’ belum.’ melakgaritkan pemériksaan Perhitungan Anggaran Negara (PAN) karefia’ dalam ‘periode ini pemerintahan belum berhasil menyuson PAN. Perlu dicatat bahwa'dalim masa 1945-1950 Belanda berusaha inenancapkan kembali keuasaannya di Indonésia dengan mendirikan - Nederlands Indies. Civit. Administration’ (NICA). “Dalam upayanya itu ARK dibidupkan kembali untuk menuhjang ‘kegiatin pemerintah NICA. Akait tetapi kegiatan ARK’ ith jelas bukan-metupakan kiprah BEPEKA -RI, sing tidak diakoi ‘oleli pemerintah “ 3 2. Dewan Pengawas Keuangan Masa Demokrasi Liberal (1950+ 1959) . Pada masa demokrasi liberal yang dimulai sejak tah 1949 berdasarkan. Pasal. 115 Konstitusi.. Reput ik. Indonesia Serikat (RIS) nama Badan ‘Pemeriksa Keuangan diganti dengap, Dewan Pengawas. Keuangan. Dewan. Pengawas Keuangan Dewan Pengawas Keuangan inj berkedudukan di Bogor. Susunan, personalianya terdiri dari unswr-unsur. Badan... Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan Algemeene Rekenkamer di Bogor. Pada masa ini, Dewan . Pengawas.,, Keuangan,, telah menyusun hasil-hasil pemeriksaan tabunanya, dalam ‘buku yang. dinamakan “Pemberitahuan Dewan Pengawas Tahun 1949” yang, amtara lain memust; hasil-hasil_pemeriksaan dokumen dan hasil pemeriksaan setempat pada berbagai sentemetenie Aanstansi baik di pusat maupun di daerab, __. Konstitusi RIS tidak berumer panjang dan pada tanga | 15 Agustus. 1950 diganti_ dengan, UUDS_ 1950., Oleh _karena, itu Dewan Pengawas Kevangan RIS Bogor dan, Badan, Pemeriksa, Keuapgan Negara di. Yogyakarta bergabung menjadi .Dewan Pengawas Keuangan RI yang berkedudukan divBogor, sedangkan Badan _Pemeriksa. Keuangan di Yourshara menjadi, Perwakilannya. Sesuai dengan. kewajiban konsitusionalnya, dewan Pengawas Keuangan tiap tahun menyusun Pemberitahuan Dewan Pengawvas Keuangan tip. tahun menyysin Pemberitaan Dewan, Pengawas Keuangan."Pemberitaan Dewan Pengawas Keuangan’ Tahun 1950” memuat hasil kegiatantahun-lalu yang didslamnya, termasuk . hasil pemeriksaan, yang _mengungkapkan » semua, penyelewengan , dan _penyimpanan peraturan perundang-. vundangan yang ditemukan, serta, tindaken. yang dianggap perta oleh Dewan Pengawas Keuangan untuk kepentingan pengelolaan keuangan negara. Selain itu juga diungkapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti regi (TP/TGR), Selanjutnya mulai tahun 1951 diungkapkan pula husi! pemeriksaan terhadap,perusahaan dan yayasan-yayasarr serta lainlain -bada .yang _mempunyai: hubungan. ° dengan keuangan negara, BEPEKA mulai riemeriksa- PAN Tahun 1950, PAN ‘Tahun-1951, PAN Tahun 1952, dan PAN-Tahun 4953 yang disampaikan. olch .pemerintah -kepada . BEPEKAv dengan. stirat. tanggal 28 Januari: 1958. No.974/GT. dan tanggal: 14 Maret 1958 No, 253/G7. Hasi) Pemeriksaan PAN yang, dimuat dalam surat Dewan Nomor 5570/VIIUS® tanggal’ 17.Desember 1958" telah mmemberikin- pernyataan pendapat. atas. kewajaran...penyajian: angka-angka:-PAN dengan pertimusan yang berikut: “Dalane art begrooting ' tecimisch, Dewan ° tidak dapat mémberikan pengesahan karena angka-angka PAN tidak didukung oleh data ~ lengkap dan pembukuan yang tertib.” * Och Karena -yakin bahwa tidak-ada: kemungkinari untuk menghasiikan..angka-angka:yang Jebih-akurat :dan -waktu ‘akan. terbuang percuma, ‘maka’ untuk menghindarkan jalan bunt, Dewen bersedia memberi pengesahan pada PAN Tahun--1950,; 1951, 1952, dar tahun’ 1953 ‘hanya untuk memenuhi ketentuan ‘formal sebagai ditetapkan dalam Pasal’116 UUDS: 1950,’tidak dalam arti begrootings -technisch, 3, Badan-Pemeriksa Keuangan Masa Demokrasi‘Terpimpin (4989-1966) ve Pertumbuhan Negara: Republik Iidonesia antara. ‘tahun 1950: sampai tahun 1959 -mengalami pasang‘surut. -Berdasarkan Deksit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, Negara RI akhimya kentbali kepada landasan konstitusi'UUD 1945, o Sebubungan dengan iw, maka nama, Dewan, Pengawas Keuangan, sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 diganti menjadi. Badan Pemeriksan Kevangan,, Welaypun samanya diganti, namun pelaksanaan kegiatannya, masih -tetap Derdasarkan pada. peraturan. perundang-yndangan.-yang,-lama (ICW & JAR). Pada masa; itm-BPK,, dinyatakan sebagai alat revolusi seperti halnya dengan, lembaga-lembaga tinggi. negara lainnya.Kedudukan, tugas,.. kewajiban; dan, wewenang, BRK ditegaskan kembali dengan. ketctapan MPRS No. IMPRS/1960 tentag Garis-garis Besar Pola Pembangunan. Nesional. Semesta Beroncana Tahap Pertama 1961/4969.dan-Resolusi:MPRS, No. WRes/MPRS/1963 antara lain dengan mengemukakan keinginan untuk menyempurnakan BPK schingga menjadi alat Kontrol-yang, ¢fektif. Dalam psal, 13. lampiran A. keferapan MPRS tersebut ditentukan mengenai kedudulan,, tugas -dan ,wewenang -BPK yang disempumakan sebagai berikut =‘tmemeriksa. tangeung jawab. Pemerintah sesuai dengan ketentuan pasal, 23, UUD. 1945. _perlu, disempurvakan, keinginan. unmk.,menyempumakan.:, .BPK , tercermin, dalam berbagai pidato, amara lain, Pidato, Presiden yang diucapkan pda Pembukaan Sidang 1}. MPRS..tanggo). 15 Mei 1963, .yang wneugatgkan, bahwa dibidang ‘administrasi, kevangan. negara, BPK.perlu-disempurnakan seperti dikehendaki “oleh JUD 1945. Kecuali. hams dicukupialat kelengkapannya, perlu. pula ditegaskan dengan jelas mengenai,: kedudukan. dap. wewenang BPK itu, ager berwibawa dan efektif' dalam segala karyanya,, lnspirasi.. yang: demikian itu, dipelopori -olgh Dewan Pertimbangan Agung sebagai yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah: Penganti Undang-Undang (Perpu) No. 7, Tahun:1963 tertanggal 12, klober..1963. Materi -Perpu. ini. memberikan kedudukan kepada .BPK sebagai, Badan, yang Jberwibawa, yang Sesuai dengan. Kedudukannya,. rmengatur tentang bentu, Keanggotaan, tugas dan wewenangnya. Selanjutnya Perpy tersebut disempurnakan dengan Keputissan Presiden No. 29 Tehun 1963 tentang Pengawasan Ketangan Negara Walaupun Pespy No, 7 Tahun 1963 ini, belum Gilaksanakan, namin pada tanggal 2 Mei 1964 Perpy tersebut telah dicabut “kembali' dan diganti dengan Perpu No. 6 Tahun 1964. Di dalam Perpu No. 6 ini terdapat beberapa hal yang baru, antara fain mengenai pimpinan, kedudukan dan jurmiah anggota baden, Tugas Badan yang semula bersifat preventif beralih menjadi represi? dengan ‘pertimbangan —bahwa , pengawasan preventif telah diatur dalam Keputusan Presiden (Kepres) No. 29 Tahun 1963 Pada tanga! 23 Agustus 1965 dengan berbagai penyempuraan atas Perpu No, 6 Tahun 1964,~ akhimya ditetapkin menjadi Undang-undang No. 17 Tahun 1965. Dalam UU ini dinyatakan bahwa Presiden sebagai Pimpinan Besar~ Revolusi_ memegany kekwusnan pemeriksaan, pengawasan dan penel:itian tertinggi atas penguasaan dan pengurusen keuangen negara. Dalam pelaksanaan sehari-harinya kekuasaan’ tersebut dilakukan atas nama dan untuk beliau oleh BPK. Selain itu terdapat perubahan pimpinan BPK. Pimpinan BPK gaya lama berasal dari pegawai negeri, sedangkan Pimpinan BPK. gaya baru berasat dari wakil-wakil partai politik, aki! angkatan bersenyota dan wakil organisasi-organisasi massa serta orang-orany yany mempunyai dukungan masyarakat_ yang ierorganisasi, yang ditonjuk oleh Presiden. Dari “ketentwan- ketentuan itu dapat diketahui ‘bahwa kedudukan BPK temyata tidak sesuai lagi dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945, Dalam period: ini “Pemberitahuan Dewan. Pengawas Keuangan” diubah judwlnya menjadi “Pemberitaan Badan Pemeriksa Keuangan memuet hasil-hasil pemeriksaan atas 17 Perhitungan Anggaran Daerah Swatantra Tingkat I, pengurusan dan pertanggung jawaban kevangan dan milik-milik: negara, perusahaan-perusahaan milk negara sesudah diberlakukan UU No. 19 Prp Tahun 1960 termasuk yayasan-yayasan dan badan- badan lain yang merpunyai hubungan dengan keuangan negara. Selama periode ini pemerintah tidak pemah berhasit menyusun PAN untuk disampaikan kepada DPR, oleh karenanya BPK tidak memeriksa PAN selama periode ini. . Badan Pemeriksan Keuangan Masa Tramsisi Sebelum PELITA (1966-1969) Dalam masa transisi, kedudukan BPK ditinjaw kembali berdasarkan TAP MPRS No. X dan No, XIX/MPRS/1966., Pasal 4 TAP MPRS No. X/MPRS/1966 tersebut_menugaskan kepada Pemerintah bersama dengan’ DPR-GR untuk membuat undang- undang sebagai tandasan hukum dart lembaga-lembaga negara (termasuk BPE). Mengensi kedudukan BPK dikemukakan dalam penjelasan ayat (5) Pasal’23 UUD 1945, yang-antara lain menyatakan, bahwa untuk memeriksa tanggung — jawab pemerintah itu, perlu ada suatu Badan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintoh, Suatu badan yang: tunduk ‘pada pemerintah tidak dapat melakukan Kewajiban seberat_ itu, sebaliknya badan itz bukanlah badan yang berdiri diatas pemerintah, Dengan berpedontin pada ketentuan pasal 23 UUD 1945 dan TAP MPRS tersebut, naka datam tahun 1967. Badan Pemeriksa Keuangan, menyampatkan konsep — rancangan pembaharuan undang-undang tentang BPK kepada Pemerintah dan DPR-GR sebagai pengganti UU No. 17 Taltun 1965. 18 Dan sejak itu BPK tidak lagi memberlakukan.beberapa ketentuan pasal yang, dintur dalam Undang-undang Nomor. 17 ‘Tabun 1965 yang bertentangan dengan UUD 1945. Matcri muatan ~“Pemberitaan Badan Pemeriksa Keuangan” pada periode ini sama dengan periode tahun 1959- 1966 yang memuat hasil-hasit pemeriksaan atas pelaksanaan APBN, APBD, anggatan badan-badan usaba milik negara dan daefah Jain termasuk yayasan-yayasan dan badan tain yang mempunyai hubungan dengan Keuangan negara. Badan Pemeriiss Keuangan Masa Pembangunan Lima ‘Tahun (1969-Sekarang), _Rencana Pembangunan Lima,Tahun (Repelita). pertama cimulai pada tahun 1969. sesuai dengan suasana kenyataan pada waktu itu, BAPEKA berupaya untuk”berbenah diri” dengan tujuan agar dapat berfungsi seirama dengan gerak pembangunan, Sehubungan dengan BPK, sebagai anggota international Organization of supreme Audit Institutions (INTOSAI) yang selaty _mengikuti _Kongres-kongresnya,mengadakan studi petbandingan di beberapa negara dan bekerjasama dengan beberapa negara dengan megirimkan tenaga-tenaga abli dan itambah dengan pengalaman sendiri, maka banyak diketahui hal- yhal yang baru, dan hasitnya dapat dipergunakan oleh Pemerintab dan DPR sebagai bahan penyernpurnaan UU No. 17 Tahun 1965, Seteiah mengaisini pembahasan yang cukup Jama, Penserintah dan DPR akhirnya menetapkan Undang-Undan No.5 Tahun 1973 sebagai pengyanti Undang-Undany No.17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Badan Pemeriksaan Keuangan, Undang-Undang No.5 ‘Tahun 1973 ini terdiri dari 22 pasal, yang antara lain pasal 2 ayat (3) masih melakukan pengaturan lebih Janjut, yaitu tentang pelaksanaan Pemeriksaan BPK. Walaupun 19 demikian, undang-undang ini telah memberikan landasan yuridis, yang dapat membanty Badan dalam) memenuhi tugas Konstitusionalnya untuk menyempurnakan kedudukan, tugas, kewajiban, wewenang dan cara kerja BEPEKA melalui tabapan penyempurnaan yang terus-menerus. Dalam periode ini terjadi perubahan masa untuk laporan hasil pemeriksaan BPK yang sebelumnya meliputi inasa tahun fakwim menjadi tahun anggaran. 1970/1971 ;.dan 1971/1972 ‘memuat hasil-hasil pemeriksaan BPK atas tata usaha keuangan negara, ketepatan dasar hukum dan tujuan pengeluaran uang negara, segi-segi efesiensi dan ekonomis penggunaan wang, material personil, proyek-proyek pelite, pengurusan keuangan negara yang dipisabkan, seria pemeriksaan atas pembukuan . Snggatan dan perhitungan anggaran, Selain itu laporan tahunan hasil pemeriksaan BPK juga memuat hsil-hasil pemeriksaan atas keuangan daerah otonom, penyelesaian kerugian keuangan negara. dan anggaran pemilihan umum, serta tata usaha euangan perwakilan RI di luar negeri Sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 1993 laporan basil pemeriksaan BPK diubah namanya menjadi Hasil Pemeriksaan Tahunan (HAPTAH). Selanjutnyasejak Tahun Anggaran 1993/1994 hasil pemeriksaan BPK yang diberitahuken kepada DPR dan Pemerintah divbalt dari tahunen menjadi sementara dan disebit Hast] Pemeriksaan Sementara (HAPSEM) BPK. Perbedaan antara HAPTAH dan HAPSEM selain frekuensi pemberitahuannya dilakukan dua kali dalam satu tahun enygaran, juga dari segibenmuk dan cara penyajiannya. Sedangkan materi muatannya tetap-memuat —hasil-hasil pemeriksaan BPK atas pelaksanaan APBN, APBD, anggaran bedan-badan usaha milik negara dan daerah, hakekatnya seluruh kekayaan negara. 20 D, Bentuk Susunan dan. Keanggotaan BPK Badan Pemeriksan Keusngan berbentuk “dewan yang terdiri dasi seorang Ketua merangkap . anggota, seorang Wakil Ketua ‘merangkap Angyota dan 5 (lima) orang anggota, Dalam melakukan:. pemeriksaci-atas. tangeung jawa pemerintah tentang keuangan negara, BPK Ri dibantu oleh pelaksanan BPK RI yang terdiri atas satu Sekietariat Jenderal, dua Inspektorat Utara, lima Auditorat Utama. Keuangey Negara, dan lima Stat Abii"? E. Visi dan Misi BPK: . * Visi BPK adalah: Tenvviijudnja BPK stbagai lémbaga pemeriksa yang bebas dan maidiri, profesional; “efektif, efisicn,“dan modem dalam’ system’ pengelolaan keuangan Negara yang setiap' entitasnya: (1) memiliki pengendatidn intem yang kuat, (2) memiliki aparat pemériksaan intern yany kdat dun (3) hanya diperiksa oleh satu aparat pemeriksa ekstern. ' . Misi BPK adalah: Mewujudkan dirt menjadi auditor eksternal Keuangon Negara yang bebus-dan::mandiri, efektif, efisien, dan modern sesuai dengan praktek internasional terbaik, berkedudukan di ibukota. Negara dan di ibukota. setiap provinsi serta_mampu memberdayakan DPR, DPD dan DPRD .melaksanakan . fungsi pengawasannya terhadap pemerintah pusat dan daerah . untuk mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisine.!? © Badan Pemeriksa Kenangan Ri, Sckretaciat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, 2004, hal 4. "ibid bal 5. BS F, Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan 1, Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh ‘setiap. orang; badarvinstansi pemerintah atau badan. swesta yang berkaitan dengan keuangan Negara. 2. Memberikan pernyatean -pendapat (opini), sebagaimana diatur dalam ‘TAP MPR nomor X/MPR/2001 Yentang Laporan Peloksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada » Sidang Tahunan MPR RI-Tahun 2001, Penjelasan:Pasal.2 alinea dua UU No, 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 70 ICW Staatsblad Tahun 1925 Nomor.448, dan Pasal6): ayat (3) UU no. 23-Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Melakukan penilaian (peer view) atas hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintaly (APFP). dan mmempeaikan serta memanfaatkan-hasil pekerjaan APEP, 4, Menetapkan besarnya penggantion kerugian Negara, yang terjadi karena kesalahan/kelalaian Bendabarawan. G. Lingkup dan Jenis Pemeriksaan BPK: 1. Lingkup Perneriksaan Badan Pemeriksa "Keuangan RI meliputi pengelolaan dan tanggung jawab atas : a, Selurah penerimaan‘dan pengeluatan, baik ‘yang menyangkut Pemeritah Pusat, Daerah dan Badan- Badan Usaha Milik Negara dan Daerah, maupun instansi yang menggunakan modal atau fasi dari negara aiau masyarakat b, Seluruh kekayaan yang berupa harta berbehtuk uang, berang, pittang, serta hak-hak negara ¢. Kebijaksanaan-kebijaksanaan anggaran, fiskal, moneter besérta akibatnya dibidang ekonomi. 22 “d Keuangan’lainnya diurus oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Badan-badai yang menjalankan kepentingan.negara alas uang yang. dimiliki negara maupun wangldana” yang dina masyarakan 2. Jenis pemeriksaan Badan Petrieriksa Keuangan, rvelipati: a. Pemeriksaan keuangan yaitu:” 1) Pémeriksaan’ atas.Taporan kovangan, yang bertujuan” untuk memberikan ..eyakinan- apakah laporan keuangandari entitas yang diaudit telah menyajikan .secara wajar_ tentang posisi keuangani; hasil operasi/usaha, “dan arus kas, . sesuai .dengan prinsip akuntansi yang berlaku wmum. 2) Pemeriksaan atas hal yang berkaitan dengan keuangen, meneakup pententuan, apakah : a)Informasi keuangan telah disajikan sesuai kriteria_yang telah ditetapkan. b)Entitas yang diaudit telah mematuhi —~ ‘persyaratan kepatuhan terhadap peraturan keuangan tertents, _o)Sistem —pengendatian infer instansi tersebut, baik tethadap laporan keusngan maupun terhadap —-péngamanan_—atas ekayaannya, telah dirancang dan dilaksanakan secara—memadai untuk ‘mencapai tujuan pengendatian - b, Pemeriksaun Kinetja, mencakup 1) Pemeriksaan tentang ekonomi dan efisiensi untuk menentukan apakab : a) Suatu entitas telah memperoleh, melindungi dan menggunakan sumber dayanya secara hemat dan efisien, b) Penyebab timbulnya ketidak hematan dan ketidak efisienan. ©) Entitas tersebut telah mematuhi, peraturan perundangan —yangberkaitan dengan kehemetan danefisiensi. * 2) Pemeriksaan program, mencakup penentuan < a) Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau_manfaat yang telah ditetapkan Undang-Unang atan Badan lain yang berwenang. b) Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan atau fungsi entitas yang bersangkutan. ©) Apakah entitas yang diaudit dalam melakasnakan —kegiatan/program telah mentaati peraturan perundangan, 24 BAB IIL METODE PENELITIAN A, Tipe Penelitian Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian hukum nonmatif, kerena dalam penelitian ini yang dilakukan adqlaky penelitian tethadap ketentuan-ketentuan, hukum yang mengtur mengenai lembaga Negara khususny Badan Pemerikst Keuangan (BPK), dan hubungan BPK dengan lembage-lerabaga negara yang lainnya, Pendekatn yuridis normnatif’ akan, dilakutan dengan menggunakan bahan hukum primer, Bahan hukum sekunder, dan behan hukum tersier.* B. Sifat Penelitian + Sifat Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah bersifat deskriptif analistis, Deskriptif merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi atau berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian © Dalam deskrinsi Sosjono Soekanto dan Sri mamudi, apabila dithar dari sudut informast yang, berikannya;gwaka spahan -pustaka. dapat dibagi ke dalam dus kelompok sebagai berikut:(8) bahan/sumber primer, dan (2) bahan/smber sekunder. Bahanlsumber sekunder adalah baban pustaka yong: bersikan-pengetahuan ilmiah yang baru ate mutakhit, ataupun pengeriian baru tentang fekta_ yang kei maupun mengenai sua gngasan (idea), Bahaa/suber primer tersebut mencakup:*(@) buku; (b) kertas kerja konfefensi, Jokakarya, seminar, symposium, dan sebagninya; (c) faporan penelitian, (4) iaporan teknis; (e) majalah; (f) disertasi atau tesis: dan (g) paten. Sedangkan bifvan/suinber sekunder adelah shan pustaka yang berisikan informasi tentang Bahan prim, yang nara lin mencakup (a) abs; () inde, () biome () penrbian pemerintah; dan (e) bahan acuan lainnya, Di somping kedue bahan tersebut, terdapat pula Bahan inukum tersier atay-bahan hokum penuojany, yang pada dasariya mencakup: (1) bahan-bahan yang, memberiker petvrjuk mengenai balan inkum primer dao bahan hukum sekunder, yang lebih ‘kena sebagai baharactian bidang hukum atay bahan rujukan bidarg imbue, Misalnya adalah abstrak —perundangamdangan, bibliograhi hukum, ditektori pengadilan, ensiklopedia hakam, indeks majalah bukum, kaseis hukor dan sebagainya; dan (2) bahas-bahan primer, sekunder, dan tersier di luar bidang inukum, misalnya yang berasal dari sosiologi, ekonomi, ilams politik, filsafat, dan lain sehagainya, yang oleh para peneliti hokum dipergunakan untuk melengkapi ataupun rierunjang date peneitiannya, Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mammudji, Penvfsian Sukum Normatif: Suatu Tinjowan Shugkat (Jakarta: CV Rajawali, 1985), hal 34-35 dan 4 25 dianalisa berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang, berlaku. * C. Sumber Data © 1. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu dengan cara mendatangi Kantor Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta dan melakukan wawancara dengan informan dari kantor tersebut 2. Data Sekunder Data sekundur yaitu data yang diperoleh dari baban hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Yang dimaksud dengan ketiga batian hokumn tersebut dalam penelitian ini adalah mencakup buku-buku (termasuk kamus), artikel, majalah ilmiah, lporan penelitian, surat kabar, thesis dan deta/suber yang tidak diterbitkan, bahan-bahan dari internet, peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan Jain ‘yang terkait dengan penelitian ini Kedua jenis data tersebut, baik data primer maupun data sekunder akan saling mendukung dalam perumusan akhir penelitian, D. Cara Pengumpulan Data a. Penelitian Kepustaksan (Library Research) Data yang didapat dari studi kepustakaan di berbagai perpustakaan dengan maksud untuk memperoleh data sekunder. b, Wawancara - Data yang diperoleh yaitu dengan cara melakukan tanya-jawab langsung dengan informan dari Kantor Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta 26 E. Anatisis Data Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analistis maka analisis data yang dipakai adalah analisa kualitatif tethadap data sekunder maupun terhadap data primer, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan akhir yang akan menjawab berbagai permasalahan yang diajukan, 27 BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peranan Badan Pemeriksa Keuangan Peranan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat dilihat dari hasil temuannya yang mengungkapkan penyimpangan-penyimpangan keuangan negara dari dana APBN, Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, BUMN, dan lain-lain, Penyimpangan angearan keuangan negera Tahun Anggaran 1999/2000 sebesar Rp. 165,8 tritiun dari 29,1 porsen total anggaran yang harus diperiksa (Rp. 233,8 triliun). Total anggaran keuangan yang harus diperiksa tahun itu adalah Rp. 803,4 triliun. Laporan terakhir menyatakan bahwa Penyimpangan keuangen negara dari APBN dan APBD Periode Januari ~ Juni 2004, mencapai Rp. 166,53 triliun atau sekitar SO persen dari APBN Tahun 2003. Indikasi yang ditemukan antara lain laporan keuangan daerah Provinsi Gorontalo Tahun anggaran 2002-2003 dan pelaksanaan APBD 2002+ 2003 Kabupaten Deli Serdang, serta dari kabupaten Janeponto Sulawesi selatan, Dalam semester satn Tahun 2004, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap 377 proyek dan aset dengem nilai Rp. 1.312 triliun. Dari jumlah itu, BPK menemukan penyimpangan sekitar Rp. 37,4 triliun atau 2,85 persen dari nilai kescluroban, BPK terus meningkatkan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan investigatif baik terhadap pengelolaan ‘keuangan negara pusat (APBN, non APBN, Bank Indonesia, dan badan- badan lain), pengelolaan keuangan daerah maupun pengetolaan Keuangan negara oi Jingkungan badan usaba milik negera (BUMN) dan bedan uusaba milik daerab (BUMD). BPK juga telah meningkatkan yemeriksaan Keuanganterhadap Jembaga yang menggunakan keuangan negara, seperti Jembaga-lembaga tinggi negara, dan institusi pemerintah pusal/ duerab. 28 Pemeriksaan ini diutamakan pada entitas-entitas berupa satuan Kerja pemerintah puset, satuan kerja pemerintah daereh, BUMN, dan badan layanan umum. Hasil-hasil pemeriksaan fas perhitungan APBD provinsi/ kabupalten/kota telah dimanfsatkan oleh DPRD yang bersangkutan untuk: mengawasi pelaksanaan APBD. Pasal 19 Undang-undang Nomor 15 tahun 2005 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengamanatkan bahwa semua laporan hasil pemeriksaan. yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum kecuali yang memuat rahasia negara. Membahas peranan BPK tidaklah lengkap jika tidak mengungkapkan mengenai kedudukan Lembaga Pemeriksa Tertinggi (Supreme Audit Institution) dalam sistem ketatanegaraan suatu negara. Secara umum kedudukan Lembaga Pemeriksa Tertinggi diselurah dunia adalah berbeda, yaitu ada yang berfungsi membantu lembaga legislatif seperti The United States General Accounting Office (US-GAQ), ada yang berfungsi membantu lembaga eksekutif seperti Board of Audit and Inspection (BAD South of Korea dan ada pula yang keberadaannya tidak di atas dan tidak di Bawah lembaga eksekutif dan lembaga legislatif seperti Badan Pemeriksa Keuvangan Republik Indonesia (BPK-RI). Ketiga macam kedudukan lembaga pemeriksa tersebut, akan mempengaruhi peranan dan fungsinye masing-masing. Peranan BPK-RI dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Badan “Pemeriksa Keuangan Sebagai Pemeriksa Ekstem yang Independen Keberadaan BPK ditentukan oleh UUD 1945 BAB VIIA Pasal 238, yaitu sebagai berikut : Ayat (1) Untuk memeriksa pengelolean dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadskan suata Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. 29 Dari Ketentuan Pasal 23E ayat (1) UUD 1945, terkandung pengertian bahwa kedudukan BPK adalah sama dengan kedudukan Presiden. BPK yang bertugas memeriksa tanggung jawab Pemerintah tentang keuangan negara adalah suatu badan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah dan melaksankaan pemeriksaan dari tuar tubuh Pemerintah mengenai penguasaan, pengururan, dan pertanggungjawaban keuangan negara dalam rangka tanggung jawab Pemerintah terhadap rakyat, Selanjumya ketentuan Pasal 23G ayat (2) UUD 1945 menyatakan: Ketentuan lebih Janjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang, * Undang-undang yang dimaksnd adalah UU No. $ Tahun 1973 Tentang Badan Pemerikse Keuangan RI, Kemadirian BPK ditegaskan dalam Bab I Pasal 1 bahwa Badan Pemeriksa Keuangan adalah Lembaga Tinggi Negara yang dalam pelaksanan tugasnye terlepas deri pengaruh dan kekuasaan Pemerintah, akan tetapi tidak berditi di atas Pemerintah. Dalam fubungan dengan pemeriksan atas tanggung jawab Keuangan negara, dikenal pula aparat pengawasan infern pemerintah (APIP) sebagai yang disebutkan pada Penjelasan Umum butir 3 ‘Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973, Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit pengawas yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi, dan bertugas membantu fungsi pengawasan dari pimpinan organisasi serta ‘membanty menyusun Japoran peleksanaan kegiatan organisasi. Pemeriksaan ekstem adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di lar unit organisasi yang diawali Dalam hal ini di Indonesia yang bertindak sebagai pemeriksa ektemn Pemerintah adalah BPK, suatu badan yang terlepas dati pengaruh dan kekuasan Pemerintah, dan melaksanakan pemeriksaan dari huar tubuh Pemerintah, Selanjutnya dalam penjelasan umum Undang-undang, 30 No. 5 Tebun 1973 disebutkan, antara [ain dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, BPK memperhatikan dan memanfaatkan hasil-hasil pekerjaan APIP, Untuk keperloan itu, APIP wajib menyampaikan taporan setiap hasil pemeriksaannya kepada BPK, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang. Dengan demikian dapat dipahami bahwa di Indonesia kedudukan BPK adalah Lembaga Tinggi Negara yang mempunyai otoritas tertinggi di bidang pemeriksaan tanggung jawsb kevangan negara. Kedudukan seperti ini memang.sudah lazim bagi lembage-lembaga pemeriksa keuangan yang keberadaannya ditentukan oleh ‘undang-undang yang bersangkutan. 3. Badan Pemeriksa Keuangen Sebagai Penyaji Informasi Kepada DPR, DPD dan DPRD, Kewajiban memberitaimkan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD dan DPRD dimuat dalam ketentuan Pasal 23E ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: Hasil pemeriksaan Keuangan Negara diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD, sesuai dengan kewenangannys, Dari ketentuan Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 dapatlah dipahami bahwa hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR, DPD dan DPRD untuk diektahwi dan dimanfaatkan dalam rangka melaksinkean fungsi kontrol atau pengawasannya; Hal ini erat kaitannya, antara Jain dengan pelaksanaan hak begrooting dari DPR seperti tercantum dalam ketentuan Pasal 23 ayat (1), yaitu bahwa. untuk penetapan RUU APBN digjukan oleh presiden dilakukan setiep tahun untuk dibahas bersama dengan DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD, dilanjutkan dengan ketentuan pada ayat (3) yang ‘menyatakan apabila DPR tidak menyetujui anggaran yang diusulkan oleh Pemerintah harus menjalankan anggaran tahun Jalu. Dalam hal ini, DPR sangat befkepentingan untuk mengetahui cara Pemeimtah 31 mempertanggungjawabkan penguasaan dan pengurusan keuangan negara. Sejalan dengan ketentuan ini terdapat dalam Pasal 2 ayat (4) Undang-undang No. 5 Tehun 1973 yang menyatekan bahwa “hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan diberitahukan. kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. Badan Pemeriksa Keuangan Sehagai Pemberi Rekomendasi Kepada Pihak Yang Diperiksa Peranan BPK sebagai pemberi rekomendasi diatur dalam ketentuan Pasa] 59 ICW jo. Pasal 42 ayat (2) LAR. Dalam ketentuan. itu dinyatakan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan dapat memberi saran atau perlu untuk kepentingan negara atau jika terdapat hel-hal yang dapat menyebabkan pengurangan atau penghematan pengelvaran negara dan penyederhanean keuangan negara. Fungsi rekomendasi, yakni berupa usu! untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah mengenai hal-hal yang bersifat. penyempurnaan mendasar, strategis, dan berskala nasional di bidang penguesaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban keuangan negara. Pemberian rekomendasi kepada Pemerintah, yang seharusnya ditindak lanjutt agat memberikan manfaat bagi upaya penyémpurnaan pengurusan Keuangan negara dan pertanggung-jawabannya, Dengan demikian ada kepastian dan kesungguhan pelaksanaan tindak lenjut, karena tanpa tindak Janjut maka pesneriksaan menjadi pekerjaan yang tidak ada manfaainya. Rekomendasi BPK yang disampaikan kepada Pemerintah, dapat disusun berdasarkan : basil pengolahan informasi strategis tentang pengurusan Kevangan negara ; hasil penelashan atas peraturan perundang-undangan di bidang kevangan negara’ yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dan atau menyimpang dari kepantasan atau kebenaran; hasil pengolahan temuan-temuan pemeriksaan, baik oleh BPK maupun APIP; hosil pemantavan tindak lanjut saran, baik 32 yang dimuat dalam hasil pemeriksaan BPK maupun yang dimuat dalam LAPT. Bentuk-bentuk rekomendasi tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam: a. rekomendasi yang mengarah = pada_—_periyempurnaan administrasi/tata usaha keuangan negara yang menoju pada kebenaran penyajian angka laporan afua pertanggungjawban keuangan; b. rekomendasi yang mengarah pada penyempurnean sistem manajemen kevangan negara yng menuju pada pencapaian ckonomis, efesiensi dati efektivitas; ©. rekomendasi yang mengaran pada penuntutfin ganti rugi yang ‘menuju pada pengembalian harta kekayaan negara yang hileng Karena perbuatan pegawai atau pejabat negara; 4, rekomendasi yang mengarah pada penegakan disiplin menuju pada peningkatan disiplin nasional di bidang keuangan negara; e, rekomendasi yang -mengarah pada penindakan pidana atan perdata memuju pada Kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, Dampak (outcome) pemeriksaan okan nampok dari pelaksanaan rekomendasi atau tindak lanjut atas saran-saran BPK yang dilakukan oleh pemerintab, Beberapa rekomendas yang telah diberikan oleh BPK kepada pemerintah seperti tersebut di bawah ini &, Pedoman tentang Pelaksanan APBN tb. Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) c. Pembatasan waktu penggunaan SLAP dd. Pembayaran sebagai beban tetap atau sebagai beban sementara ¢, Prosedur pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan proyek yang lokasi kegiatannya dibeberapa tempat yang berjauhan 33 f. Pemusnahan Dokumen Teta Usaha Keuangan Negara (tembusan surat pertang gunigjawaban dan tembusan bukti-bukti kas). Inventaris Barang Milik Negara/Kekayaan Negara Pemisaban fungsi dalam organisasi dan prosedar kerja i, Pembayaran biaya untuk pembuatan disain “dan biaya pengawasan lapangan/biaya dircksi Prosedur peniadaan selisih antara saldo buku dan saldo kas. k. Prosedur Pembukuan Anggaran dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Negara. 1, Dana di luar anggaran Salah satu contoh rekomendasi BPK adalah mengenai penertiban dana di fuar anggaran yang disampaikan kepada Presiden. Oleh arena dana-dana tersebut merupaken bagian dari keuangan Negara, maka perl ada tindakan pemerintah. BPK telah menyampaikan surat kepada Presiden tanggal 10 April 1973 No. K.03/4/Rab/1973 dan tanggal 12 Matet 1974 No. K.1 78/U/3/74 dan kepada DPR tanggal 12 Maret 1974 No. K.179AUWU/3/74 telah merckomendasikan kepada pemeriniah guna penertiban secara bertahap yang pada pokoknya meliputi hal-hal yang berikut : 1) Inventaris dan pengadmistrasian yang baik dari semua dana di lwar anggaran yang terdapat pada Instansi Pusat dan Daerah dan melaporkannya kepada Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan kepada BPK. Kepada aparat pengawasan intern Pemerintah dan BPK supaya diberi_ = wewenang untuk ——melakukan roe 2 pengawasan/pemeriicsaan atas dana-dana tersebut. 3) Berdasarkan, seleksi alas dana-dana im (yang dilakukan ‘bersama oleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan BPK) supaya ditetapkan dang-dana mana yng diperbolehkan dan dana-dana mana yang dilarang, 34 4) Dana-dana yang diperbolehkan supaya _disempuspakan mengenai bentuk badan hukumnya yang dikuatkan dengan akte pendirian serta anggsran pendapaton dan belanjanya masing-masing, 5) Anggaran dari Badan Hukum tersebut supaya’ diupayakan untuk diintegrasikan (dikaitkan) ke dalam APBN/APBD atau ‘Anggaran Perusahaan yang bersangkutan, Pada akhir tahun Baden Hukum tersebut diharuskan untuk membuat pethitungan mengenai pelaksanan anggaran dan belanja sebagai lampiran dari Pethitungan Anggaran Negara, Perhitungan Anggaran Daerah atau Perhitungan Anggaran Perusahaan yang bersangkutan, 5. Badan Pemeriksa Keuangan Scbagai Lembaga Peradilan Quasi. Apabila dalam pelaksanaan pemerikssan tangguag jawab keuangan negara texjadi kekurangan yang mengakibatkan keragian negara, kurena ada unsur salah, lalai atau alpa, maka Pemerintah (nstansi yang bersangkutan) harus ségers mengambil tindakn untuk menutup Kerugian negara tersebut dengan = meminta pertanggungjawaban yang bersangkutan untuk segera menyetor Kembali jumlah Kekurangun itu. Apabila tindakan tersebut tidak berhasil, maka harus dilakukan proses penyelesaian kerugian negara. agar pertanggung-jawaban keuaagan negara menjadi utuh atu bulat dan kerugian negara dapat dikembalikan kepada negara. Proses yang mempertimbangkan unsur keadilan. Proses yang mempertimbangkan ‘unsur keadilan ini dikenal dengan proses Tuntutan Perbendsharaan (TP) yang dikenakan terhadap bendaharawen yang lalai atau alpa atau bersalah dalam melaksankaan tugasnya. Terhadap pegawai negeri yang buken bendaharawan diberlakukan proses Tuntutan Ganti Rugi (TGR). . 35 Proses TP diselenggerakan oleh BPK berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam ICW Pasal 77 dan 79 dan seterusanya, serta IAR Pasal 36 dan 39. Proses TGR dilakukan oleh, Pemerinteh berdasarkan ketentuan ICW Pasal 74 jo Staatsblad 1904 No. 241. Berdasarkan Pasal 23E ayat (2) dan ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No. $ Tahun 1973 berikut penjelasonnya. BPK bertuges untuk memesiksa tanggung jaweb Pemerintah tentang keuanean negara seutuhnya, bukan hanya terbatas pada tanggung jawab bendaharawap. Sehubungan dengan hal itu, apabila terjadi erugian negara yong menjadi tanggung jawab Pemerintah, maka proses penyelesaiannya dilakukan oleh BPK. Dalam prakick fungsi peradilan quasi (sermu) dilaksinakan oleh BPK melalui dua majelis, yaitu Majelis A dan Majelis B. Apabila putusan tingkat pertama dilakukan oleh Majelis A, make putusan “tingkat pertama dilakukan oleh Majelis B. Demiltian pula sebaliknya, Keputusan-keputusan Majelis BPK yang berdasarkan ketentuan ICW dan TAR tersebut dipertegas oleh ketentuan-ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1918 dan Pasal i919, Pasal 1918 KUH Perdata menetapkan bahwa “Semua putusan Hakim yang telah memperoleh Kekualan mutlok, dengai mana seorang telah dijatuhkan huikuman katena suatu kejahatan maupun pelanggaran di dalam suatu perkara perdata dapat diterima sebagai suatu bukti tentang pembuaten yang telah dilakukan kecuali’jika dapat dibuktikan sebatiknya”. Sebaliknya, Pasal 1919 KUH Perdata menetapkan bahwa “Sika seorang felch dibebaskan dari suatu kejahatan atau pelanggaran yang dituduhkan kepadanya, maka pembebasan itu dimuka Hakim perdata tidak dapat dimajukan untuk menangkis suatu tuntutan ganti rugi”. 36 Fungsi peradilan quasi ini dilaksanakan melalui + a. penetapan syarat-syarat pembuktian terjadinya kerugian negara: b. penetapan prosedur penyampaian dan penetapan jumlah kerugian negara yang harus dikembatikan; ©. penetapan - prosedur persidangan quasa dan pengarubilan Keputusan oleh Majetis d. pemantauan pengembalian kerugian negara; e. penyerahan penyelrsaian atau pengembalian Kerugian negara yang berlarat-larut kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang ‘Negara (BUPLN). Berbagai peran BPK seperti tersebut di atas tidak dapat terlepas dari fungsi BPK itu sendiri yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1, Fungsi Pemeriksaan - Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan ‘Negara, untuk menilai tentang: a) Ketepatan operasi keuangan. ) Kelayakan laporan keuangan. ©) Ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan perundang- vndangan yang berlaku, 4) Penggunaan uang belanja dilalakan dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabken sesuai dengan tujuan yang telah dlitetapkan, 2. Fungsi Rekomendasi Menyampaikan pertimbangan dan saran kepada pemerintah mengenai hal-hal yang ‘bersifat penyempomaan’ mendasar, strategis dan berskala nasional di bidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, 7 3. Fumgsi Quasi Yudisial Melakukan proses Tuntutan Perbendaharaan terhadap Bendaharawan yang merugikan Negara dan memberikan pertimbangan kepada pemerintah atas proses Tuntuten Ganti Rugi terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendaharawan yang merugikan Negara, 38 B. Kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan Setelah Perubahan UUD 1945, 1. Perkembangan Kedudukan BPK Dalam pasal 23B ayat (1) Perubahan Ketiga UUD Tahun 1945 ditetapka bahwa untuk memeriksa pengolahan dan tanggung jawab Keuangen negara diadakan suaiu Badan Pemeriksa Keusngan yang bebss dan mandiri. Kedudukan Badan Pemeriksan Keuangan sebagai Jembaga yang independen tersebut dipertegas dalam ketetapan MPR RI No. X/MP2V2001 tentang Laporan Pelaksanean Putusan MPR RY oleh Lembaga Tinggi Negara peda Sidang Tabunan MPR RI tahun 2001 dan No, VYMPR/2002 Tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang tahunan MPR RU ‘tahun 2002, yang isinya a] Menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksaan ekstemal keuangan negara dan peranannya yang bebas dan mandiri perlu lebih dimantapkan, Selain itu kedudukan Badan Pemeviksa Keuangan adalah Lembaga Tinggi Negara yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas desi pengaruh dan kekuasaan pemerintah, akan tetapi tidak berdiri di atas pemerintah, Dapat dikatakan bahwa cikal bakal ide pembenetukan Badan Pemeriksa Keuangan ini berasal dari Raad van Rekenkamer pada zaman Hindia, Belanda, Beberapa negara lain juga mengadakan Jembaga semacam inj untuk menjalankan fungsi-furgsi pemeriksaan atau sebagai external auditor terhadap kinerja keuangan pemerintah. Misalaya, di RRC juga terdapat lembaga konslitusional yang disebut Yusa Pengawas Keuangan sebagai salh satu pilar kelembagaan negara yang penting."? "simly Assiddigi, Konsttusi & Xonstitusfonalisme Indonesia, Mahkarah Konstiisi dan Pusat Studi Huium Tata Negara Falciias Hakum Universitas Indonesia, 2004, hal 60, 39 Fungsi pemeriksa keuangan yang dikeitkan dengan lembaga ini sebenamya terkait erat dengan fungsi pengawasan oleh parlemen, Karena itu, kedudukan kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini sesunggubnya berada dalam ranah kekuasean legislative, atu sekurang- kurangnya berhimpitan dengan fungsi pengawasan yang dijalankan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Selanjutnya Japoran hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan ini harus dilaporkan atau disampaikan- kepada DPR untuk ditindaklanjuti sebageimana mestinya, Dapat dikatakan bahWa dengan adanya Perubahan Ketiga UUD 1945, keberadaan badan pemeriksa ini mengalami, perubahan yang sangat mendesar. Semula ketentuan mengenai BPK ini hanya distur sepintas Jalu dalam Pasal 23 UUD 1945, yaitu Pasal 23 ayat (5) yang menyatakan “Untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan nega diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat”, Pasal ini berada dalam Bab VIII tentang Hal Keuangan. Tetapi, sekarang berdasarkan Perubahan Ketiga UUD 1945 yang disahkan pada Tahun 2001, ketentuan mengenai BPK ini diatur dalam bab baru tersendiri yaitu Bab VIIA, Badan Pemeriksa Keuangan yang terdiri atas Pasal 23E, Pasal 23F, dan Pasal 23G, Isinyapun lebih lengkap yaitu masing-masing berisi tiga ayat, dua ayat, dan dua ayat sehingga seluruhnya berjumlah tujub ayat ataw 7 butir ketentuan, Pasal 23B menentukan bahwa “(I) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang Keuangan negera diadakan satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri; (2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya; (3) Hasil pemeriksuan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan darvatau badan sesuai dengan undang-undang”. Pasal 23F menentukan bahwa “(I) Anggota badcn pemeriksa keuangan dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD, dan 40 diresmikan olch Presiden. (2) Pimpinan badan pemeriksa keuangan dipilih dati dan oleh anggota”. 2) Ketentuan lebih Janjut mengenai badan pemeriksa keuangan diatur dengan undang-undang”. Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas, setidak-tidaknya ada dua perkembangan baru yang terjadi dengan Badan Pemeriksa Keuangan, yaitu menyangkut perubahan bentuk organisasinys secara struktural dan menyangkut perluasan jangkavan tugas pemeriksaannya secara fungsional. Sebelumnya, organisasi BPK hanya memiliki kantor perwakilan di'beberape provins! saja karena kedudukan kelembageannya memang hanya terkait dengan fungsi pengawasan oleh DPR RI terhadap kinerja pemerintahan di tingkat pusat saja, BPK tidak mempunyai hubungan dengan DPRD, dan pengertian keusngan negara yang menjadi objek pemeriksaan hanya terbatas pada pengertian Anggaran Pendapiatan dan Belanja Negara (APBN) saja. Karena pelaksanaan APBN itu terdapat juga di daerah-daerah maka diperlukan ada kantor perwakilan BPK di dserah-daerah tertentu. Karena ity, dibandingkan dengan Badan Pengawesan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang. dibentuk _ pemerintah Orde Baru, stuktur organisasi BPK javh lebih kecil. BPKP mempunyai struktur organisasi yang menjangkau seluruh daerah propinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. BPKP itu di satu segi merupakan lembaga infernal auditor atas Kegiatan pemerintahan dan pembangunan, tetapi terhadap infansi pemerintahan yang diperiksa, sekalipun merupakan lembaga external auditor. Untuk menghadasi dualisme pemeriksaan oleh BPK dan BPKP itulah maka Pasal 23E ayat (1) menegaskan bahwa, “Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara, diadakan SATU badan pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri®. Di sini tegas dikatakan hanya satu badan yang bebas dan mandiri, Karena itu, BPKP dengan sendirinya harus dilikuidasi, dan digantikan fungsinya oleh BPK yang menurut ketentuan Pasal 23G ayat (1)”... berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilin dj setiap propinsi.” 4 Berkenaan dengan masalah dualisme pemeriksaan BPK dan BPKP itu pla pimpinan BPK. mengharapkan agar pemeriksaan internal hanya dilakukan oleh inspektorat jenderal untuk loingkungan departemen, unit pengawasan untuk lembaga pemerinteh non departemen, inspektorat wwilayah propinsi, inspektorat wilayah kabupaten, dan wilayah inspektorat kota seta satuan pengawasan intern BUMN. Adapun untuk pemeriksaan/audit eksternal hanya hanya dilakukan oleh BPK. Sementara BPKP dapat diseposisi menjedi aparat audit pemerinteh yang melakukan pre-auidit (pemeriksaan sebelum uang dibayar/borang dikeluarkan) dan audit khusus. Upaya untuk mengatur keberadaan BPKP dan menata kembali ruang lingkup tugas masing-masing lembaga pemeriksa itu sebenarya sudeh dilakukan beberapa kali, namun hingga saat ini belum ada langkah onkret yang memisahkan pemeriksaan intem dengan pemeriksean ekstern. ‘Darl segi jangkauan fungsi pemeriksaannya, tugas BPK sckarang menjadi makin Ivas. Ada tiga perlussan yang dapat dicatat disini. Pertama, perluasan dari pemeriksaan atas pelaksanaan APBN menjadi pemeriksaan atas petaksanaan APBN dan APBD serta pengelolaan kebangan dan kekayaan negara dalam arti yang luas. Kedua, perluasan dalam arti hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak saja dilaporkan Kepada DPR di tingkat pusat tetapi juga kepada DPD dan DPRD Provinsi sert DPRD kabupater/kota sesuai dengan tingkatan kewenangannya masing-masing, Ketiga, perluasan juga terjadi terhadap lembaga atau badan/badan hukum yang menjadi obyek pemerintahan oleh BPK, yaitu dari sebelum hanya terbatas pada lembaga negarea dan/atan subjek hukum administrasi negara meluas schingga mencakup pula organ-organ yang merupaken subjek hukum perdata sebagai seperti perusabaan dzerah, BUMN, ataupun perusahaan swasta di mana di dalamnya terdapat Kekayaan negara, Menurut ketentuan UU tentang Keuangan ‘Negara yang berussha menjabarkan lebih lanjut ketentuan UUD 1945 42 tentang Badan Pemeriksa Keuangan ini, badan ini juga dapat memeriksa keuangan negara yang terdapat di dalam saham perusahaan daerah (BUMD) ataupun BUMN, meskipun organ teralchir ini mutlak-sebagai ongan perdata, Sebenamya, ketiga perluasan pengertian tersebut dapat dikatakan sebagai penyimpangan, karena ketiganya bertentangan dengan pengertian asli UUD 1945 mengenai soal ini, Akan tetapi, karena ketentuan baru dalam Pasal 23E, Pasal 23F, dan Pasal 23G UUD 1945 telah menentukan secara baru, maka mau tidak meu kita harus mencatatnya sebagai perkembangan baru dalam sistem — hukum administrasi keuangan negara di Indonesia di masa mendatang. 2. Perluasan Pengertian Keuangan Negara Dalam Pasal 23E ayat (2) UUD 1945 hasil Perubahan Ketiga, ditentukan bahwa “Hasil pemeriksaan Keuangan negara diserabkan kepads DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya”. Padahal, ketentuan scbelumnya, hasil pemeriksaan Keuangan itu cukup hanya discrahkan kepada DPR saja di tingkat pusaf, karena BPK itu sendiri merupakan partner DPR di bidang pengawasan keuangan. Di dalam perubahan ketentuan ini sudah terkandung maksud untuk memperluas pengertian keuangan negara yang harus diperiksa oleh BPK, sehingga tidak terbatas hanya dalam hubungannya dengan APBN, tetapi juga dengan APBD di daeroh-dacrah, Perluasan pengertan ini tercermin dalam. rumusan Undang-undang tentang Keuangan Negara yang - dibuat kemudian pada tohun 2003." Dalam pasal 2 UU ini ditegeskan bahwa yang dimaksud dengan keuangan negara itu adalah meliputi : a. Hak negara uniuk memungut pajak, mengeluarkani dan mengedarkan wang dan melakukan pinjaman, b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum ‘PeTmErinIanA Nepara dan membeyar tapihan plhak ketiga ™ Republik Indonesia, Undang-Undsng Tentang Kevangan Negara, Undang-Undang, Nomor 17 Tahun 2003, LN Nomor 47 Tahun 2003, TLN Nomor 4286. 43 . Penerimaan negara as |. Pengeluaran daerah, Penerimaan daerah Pengeluaran daerah g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak hak-hak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak Jain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusshaan negara/perusabaan éaerah, h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau Kepentingan umum, . i, Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunaken fasilites yang diberikan pemerintab Adanya kesembilan kelompok pengertian kekayaan negara tersebut mienyebabkan pengertian Kekaysan negara yang harus diperiksd oleh BPK: berkembang menjadi sangat luas, termasuk juga kekayaan pihak Jain yang diperolch oleh pihak Jang bersangkutan dengan, menggunakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintal Bahkan kekayaan pihak lain yang dikwasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tuges pemerintahan dan/atan kepentingan umum dikategorikan pula sebagai kekayaan pemerintah yang harus diperiksa oleb BPK, Pasal 6 ayat (1) UU tentang Keuangan Negara tersebut juga menentukan behwa kekuasaam atas pengelolaan kevangan negara itu ada pada Presiden. Presiden selaloa kepala pemerintahan memegang kekuasaan tersebut sebagai bagian dari kekuasan pemerintahan, Presiden menguasakan pengelolaan keuangan negara itu : a. Kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemterintah dalam kepemilikan kekayaan negera yang dipisahkan. b. Kepada Menteri/Pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran atau pengguna barang kementerian negara atau lembaga yang dipimpinnya. c. Kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintaban daerah untuk mengelota Keuangan daerah dan mewakili pemerintah daecah dalam kepemilikan kekayaen daerah yang dipisahkan. ‘Yang dikecualikan dari kekuasaan Presiden seperti tersebut di atas adalah kewenangan di bidang moneter, yang metiputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan yang yang diatur dengan undang-undang tersendiri. Dalam Pasal 7 UU Keuangan Negara dinyatakan pula bahwa kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bemegara, Untuk itulah maka setiap tahun disusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, . C. Hubungan BPK dengan Lembaga-lembaga Negara- Dalam melaksanakan tugas konstitusionalnya BPK senantiasa berhubungan dengan pemerintah dan DPR. Hubungan BPK dengan Pemerintah difakukan dalam hal pemeriksaan tanggung jawab kewangan negara dengan memberikan saran dan atau rekomendasi guna meningkatkan kesempurnaan tanggung jawab keuangan negara, Hubungan dengan pemerintah iai mencakup pula API, perencanaan dan pelaksanaan pengelgla keuangan negara, kejaksaan atan kepolisian, Hubungan BPK dengan DPR, DPD dan DPRD dilaicukan dalam hal pemberitehuan, hasil pemeriksaan BPK untuk dimanfaatkan dalam pelaksanoan tugas pengawasan umum DPR, DPD, dan DPRD terhadap pemerintah, 45

You might also like