Professional Documents
Culture Documents
Analis Spatial 2017
Analis Spatial 2017
net/publication/323417996
CITATIONS READS
2 808
3 authors, including:
Budi Setiawan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
27 PUBLICATIONS 21 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Budi Setiawan on 08 June 2023.
Kata kunci: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di dunia, terutama di
analisis spasial, negara berkembang. Lima ratus ribu kasus DBD memerlukan perawatan di rumah sakit
kerawanan wilayah, dengan 22.000 kasus kematian (CFR : 4,4 %). Dari Januari hingga Maret 2013, telah
Demam Berdarah Dengue, terjadi 85 kasus DBD di wilayah Puskesmas Umbulharjo. Penelitian ini bertujuan
Indeks Maya mengetahui tingkat kerawanan wilayah terhadap kejadian DBD, hubungan curah
hujan, kepadatan penduduk, HI, BI dan MI dengan kejadian DBD. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Penggunaan SIG dilakukan untuk identifikasi kejadian DBD, keberadaan larva Aedes,
serta tingkat kerawanan wilayah terhadap kejadian DBD. Sehingga, dapat dijelaskan
secara visual mengenai kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian DBD serta
wilayah rentan kejadian DBD. Analisis univariat dan bivariat dilakukan untuk
mengetahui kebermaknaan secara statistik menggunakan uji chi square. Sampel
penelitian 96 responden. Variabel yang secara statistik berhubungan dengan kejadian
DBD yaitu MI dan curah hujan (p-value < 0,05) sedangkan variabel HI, BI, dan
kepadatan penduduk tidak bermakna (p-value > 0,05). Seluruh wilayah kerja
Puskesmas Umbulharjo yang terdiri dari empat kelurahan rentan terhadap DBD dan
memiliki tingkat kerawanan endemis tinggi karena setiap tahun selalu terjadi kasus
DBD. Tingginya curah hujan menunjukkan peningkatan kejadian DBD. Saat curah hujan
tinggi, kurang perhatian masyarakat terhadap banyaknya disposable site menyebabkan
terbentuknya breeding places bagi vektor DBD.
https://doi.org/10.22435/vektorp.v11i2.6464.77-87 77
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 2, 2017 : 77 - 87
78
Analisis Spasial Kerentanan.......... (Budi Setiawan, et.al)
79
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 2, 2017 : 77 - 87
Density Figure = 1, sedang bila Density Figure = Dari Tabel 1, diketahui bahwa terdapat 37
3,7,8
2 – 5 serta tinggi jika Density Figure = 6 – 9. (38,5%) rumah responden dengan status BRI
Daerah rentan DBD adalah kondisi suatu rendah, 40 (41,7%) sedang, dan 19 (19,8%)
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas berstatus tinggi. Tabel 2 terdapat klasifikasi
Umbulharjo yang diprediksi berdasarkan Hygiene sebanyak 60,4% rendah, 33,3%
jumlah skor nilai harkat dari parameter yang sedang, dan 6,3% tinggi, sehingga rata-rata
digunakan setelah dikalikan dengan faktor jumlah DS di rumah responden kebanyakan
pembobotnya, akan mengalami kejadian DBD rendah.
yang di kelompokan dalam kategori Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
kerentanan rendah, sedang dan tinggi. Klasifikasi MI Rumah
Responden di Wilayah Kerja
HASIL Puskesmas Umbulharjo Tahun 2013
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil sebagai berikut: Gambar 1 Tingkat Frekuensi Persentase (%)
mendeskripsikan mengenai persebaran Rendah 55 57,3
Sedang 36 37,5
penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas
9 Tinggi 5 5,2
Umbulharjo. Terlihat bahwa penderita DBD Total 96 100,0
mengelompok di Kelurahan Pandeyan.
Klasifikasi MI rumah responden rendah
sebanyak 57,3%, tinggi sebanyak 5,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa rumah-rumah di
wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo tidak
berisiko menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk.
Tabel 4 menunjukkan status MI dengan
tingkat kejadian DBD. Terdapat lima penderita
dengan rumah MI tinggi, 32 rumah penderita
sedang dan 12 rumah penderita berstatus
rendah. Pada responden bukan penderita
DBD, tidak terdapat rumah responden yang
Gambar 1. Peta Sebaran DBD di Wilayah Kerja berstatus MI, empat rumah berstatus sedang,
Puskesmas Umbulharjo Tahun 2013
dan 43 rumah berstatus rendah. Dari tabel,
Tabel 1. Distribusi Breeding Risk Indicator (BRI) diketahui nilai p-value = 0,000 dan chi-square
Rumah Responden di Wilayah Kerja =44,228 yang berarti terdapat hubungan yang
Puskesmas Umbulharjo Tahun 2013 bermakna antara MI dengan kejadian DBD.
Gambar 2 merupakan peta overlay status MI
Tingkat Frekuensi Persentase (%) rumah responden dengan tingkat jumlah
Rendah 37 38,5
penderita. Titik rumah penderita dibedakan
Sedang 40 41,7
Tinggi 19 19,8 berdasarkan status MI.
Total 96 100,0 Data curah hujan menunjukkan curah
hujan pada periode 2012 hingga 2013
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan bervariasi ditandai dengan curah hujan tinggi,
Hygiene Rumah Responden di Wilayah sedang dan rendah. Pada Mei 2012, curah
Kerja Puskesmas Umbulharjo Tahun hujan rendah, yaitu 38 mm, sedangkan
2013 Oktober, curah hujan sedang, yaitu 63 mm.
Tingkat Frekuensi Persentase (%) Curah hujan tinggi terjadi pada bulan-bulan
Rendah 58 60,4 selanjutnya. Januari hingga Maret 2013, curah
Sedang 32 33,3 hujan diklasifikasikan tinggi.
Tinggi 6 6,3
Total 96 100,0
Pada periode curah hujan tinggi, terjadi
96 kasus DBD, sedangkan pada periode curah
hujan sedang, terdapat dua kejadian DBD.
80
Analisis Spasial Kerentanan.......... (Budi Setiawan, et.al)
Tabel 4. Cross Tabulation Status Maya Index terhadap Kejadian DBD Tahun 2013
Status Total X2 p-value
Bukan
Penderita
Penderita
Tinggi 5 0 5
Sedang 32 4 36 44,22 0,000
Rendah 12 43 55
Total 49 47 96
Tabel 5. Cross Tabulation Curah Hujan Terhadap Kejadian DBD Tahun 2013
Curah hujan Status Total X2 p-value
Bukan
Penderita
Penderita
Tinggi 5 0 5
Sedang 32 4 36 44,228 0,000
Rendah 12 43 55
Total 49 47 96
81
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 2, 2017 : 77 - 87
banyak penderita, sedangkan HI yang sedang Wilayah dengan BI tinggi (value merah), tidak
terlihat mempunyai distribusi yang lebih banyak terdapat sebaran kasus.
banyak. Berdasarkan klasifikasi kepadatan
Wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo, penduduk dengan melihat nilai rata-rata dan
hanya terdapat wilayah dengan status BI standar deviasi (Rata-rata 88,97 dan SD
sedang dan rendah. Wilayah BI sedang, 23,95), wilayah Warungboto merupakan
terdapat 35 responden penderita DBD dan 34 wilayah kepadatan tinggi, sedangkan
responden bukan penderita DBD, sedangkan Giwangan merupakan wilayah dengan
wilayah dengan BI rendah terdapat 14 kepadatan rendah. Tabel 9 menunjukkan
responden penderita DBD dan 13 responden jumlah responden penderita DBD yang tinggal
bukan penderita dengan nilai p-value = 0,921 di wilayah dengan kepadatan tinggi sebanyak
yang menunjukkan tidak ada hubungan yang 11 (11,46%) responden. Responden
bermakna antara BI dengan kejadian DBD. terbanyak merupakan penderita yang tinggal
Gambar 5 menunjukkan peta overlay di wilayah dengan kepadatan sedang,
wilayah dengan status BI dan koordinat sebanyak 30 (31,25%). Dari tabel diketahui
penderita DBD Januari hingga Maret 2013. bahwa nilai p-value adalah 0,989, dan Chi-
82
Analisis Spasial Kerentanan.......... (Budi Setiawan, et. al)
Tabel 8. Klasifikasi Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo Tahun 2012
Kelurahan Kepadatan penduduk/Km2 Klasifikasi kepadatan penduduk
Warung Boto 115,78 Tinggi
Pandeyan 88,25 Sedang
Sorosutan 86,70 Sedang
Giwangan 57,16 Rendah
Sumber : Profil Puskesmas Umbulharjo Tahun 2012
Tabel 9. Cross Tabulation Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo Tahun 2012
Kepadatan
Status Total X2 p-value
Penduduk
Bukan
Penderita
penderita
Tinggi 11 10 21
Sedang 30 29 59 0,023 0,989
Rendah 8 8 16
Total 49 47 96
83
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 2, 2017 : 77 - 87
square adalah 0,023 yang berarti tidak tinggi, perkembangbiakan nyamuknya tinggi.9
terdapat hubungan yang bermakna antara Hal ini sejalan dengan penelitian yang
kepadatan penduduk dengan kejadian DBD. dilakukan oleh Prasetyo,di Kecamatan
Gambar 6 menunjukkan peta overlay Magetan, Kabupaten Magetan di mana nilai p
tingkat kepadatan penduduk dengan value = 0,017, sehingga terdapat hubungan
10
persebaran penderita DBD. Terlihat bahwa antara MI dengan persebaran kasus DBD.
wilayah kepadatan penduduk tinggi (value Banyaknya DS (157 DS) di luar rumah
cokelat tua), tidak terdapat persebaran responden kurang diperhatikan sehingga
penderita tinggi. Berdasarkan beberapa menjadi breeding places. Hasil penelitian
parameter epidemiologi yang dilakukan mengenai MI ini dikuatkan oleh hasil variabel
didalam penelitian ini, wilayah kerja lain yaitu curah hujan dengan kejadian DBD di
Puskesmas Umbulharjo merupakan daerah mana p-value adalah 0,00 (<0,05). Hal
yang tingkat kejadian DBD tinggi seperti yang tersebut menunjukkan bahwa di saat curah
terlihat dalam Gambar 7. Gambar 8 hujan tinggi, maka DS akan mejadi breeding
menunjukkan Peta Buffering titik rumah places bagi vektor DBD. Hal ini dibuktikan pula
respoonden yang terdapat breeding places. bahwa ditemukan jentik pada rumpun bambu
Dari peta tersebut terlihat bahwa, wilayah di sekitar rumah warga.Hasil penelitian
Pandeyan yang memiliki jumlah kasus Prasetyo menunjukan keadaan di mana
terbanyak di tahun 2013, tidak seluruhnya semakin tinggi curah hujan, kejadian DBD
10
terdapat penyebaran vektor DBD. semakin meningkat.
Hasil uji chi-square mengenai HI dan
PEMBAHASAN kejadian DBD menunjukkan nilai p-value =
Berdasarkan hasil analisis statistik, nilai 0.890 sehingga tidak ada hubungan antara
p-value MI dan kejadian DBD sebesar 0,00, kejadian DBD dengan HI. Hal yang sama
sehingga ada hubungan antara status MI dan terjadi pada uji chi-square BI dengan kejadian
kejadian DBD, HI dan kejadian DBD, diperoleh DBD di mana nilai p- value =0,921 sehingga
nilai p-value 0,89 sehingga tidak ada tidak ada hubungan antara kejadian DBD
hubungan antara status HI dengan kejadian dengan BI.
DBD. Begitu pula dengan status BI dan Penularan virus dengue tidak terjadi di
kejadian DBD, nilai p-value sebesar 0,92 dalam rumah responden tetapi berasal dari
sehingga tidak ada hubungan antara kejadian luar lingkungan rumah responden. Dalam
DBD dan status BI. Curah hujan dan kejadian penelitian ini, Warungboto merupakan
DBD, diperoleh nilai p-value sebesar 0,00, wilayah dengan kepadatan vektor tinggi,
sehingga ada hubungan antara curah hujan namun kejadian DBD dari Januari hingga
dan kejadian DBD, sedangkan uji Chi-square Maret 2013 menunjukkan penurunan kasus.
antara kepadatan penduduk dan kejadian Begitu pula dengan Giwangan yang memiliki
DBD, diperoleh nilai p-value = 0,989, sehingga kepadatan sedang, terjadi penurunan kasus,
tidak terdapat hubungan antara kejadian DBD di mana pada Bulan Maret, tidak terjadi kasus
dan kepadatan penduduk. DBD di wilayah tersebut. Hal ini sejalan
Status MI dengan uji chi square, α = 0,05, p dengan penelitian Prasetyo dengan nilai p-
= 0,00 sehingga terdapat hubungan antara value = 0,716 sehingga tidak terdapat
kejadian DBD dengan status MI di wilayah hubungan antara kepadatan vektor DBD
10
kerja Puskesmas Umbulharjo I. Tingginya dengan kejadian DBD.
jumlah CS dan DS mengakibatkan timbulnya Strategi pengendalian dan
breeding places bagi vektor DBD, sehingga pemberantasan DBD pada saat ini difokuskan
beresiko menularkan virus dengue. Terdapat pada vektor penyakit DBD. HI sendiri lebih
lima rumah penderita dengan status MI tinggi, menggambarkan luasnya persebaran nyamuk
namun pada rumah responden non penderita, di suatu wilayah. Dengan pemeriksaan HI
tidak ada yang diklasifikasikan sebagai rumah sebelum dan sesudah pengendalian, dapat
11
dengan MI tinggi. Rumah dengan status MI diketahui hasil pengendalian vektor DBD.
84
Analisis Spasial Kerentanan.......... (Budi Setiawan, et. al)
85
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 2, 2017 : 77 - 87
penentuan berbagai faktor dalam risiko 5. Troyo A, Fuller DO, Calderón-arguedas O, et al.
penularan DBD, HIV, malaria, pertusis, dan A geographical sampling method for surveys
berbagai penyakit infeksi lain.
5,19,20 of mosquito larvae in an urban area using
high-resolution satellite imagery. 2007;33(1).
6. Jhonson C.P. GIS : A Tool For Monitoring And
KESIMPULAN Management Of Epidemics, , In: Map India
Seluruh wilayah kerja Puskesmas 2001 Conference, New Delhi;2001..
Umbulharjo rentan terhadap DBD dan
7. Kusriastuti R. Epidemiologi Penyakit DBD dan
memiliki tingkat kerawanan endemis tinggi
Kebijaksanaan Penanggulangannya di
karena setiap tahun selalu terjadi kasus DBD. Indonesia. In: Makalah Simposium Dengue
Variabel yang berhubungan dengan kejadian Controll Up-Date Pusat Kedokteran Tropis
DBD di lokasi penelitian adalah Maya Index UGM. Yogyakarta. ; 2005:1-2.
dan curah hujan, sedangkan yang tidak 8. Mardihusodo S. Cara-Cara Inovatif
berhubungan adalah house index, bretau Pengamatan Dan Pengendalian Vektor Demam
index, dan kepadatan penduduk. Berdarah Dengue. Yogyakarta: Pusat
Kedokteran Tropis, UGM; 2005.
SARAN 9. Anonim. Profil Puskesmas Umbulharjo I Tahun
Perlu adanya surveilans aktif terutama 2012. Yogyakarta; 2013.
untuk survei entomologis sehingga dapat
10. Prasetyo A. Analisis Spasial Penyebaran
mengontrol perkembangbiakan nyamuk yang Penyakit DBD di Kecamatan Magetan
dapat mengurangi kepadatan vektor di lokasi Kabupaten Magetan. 2012.
tersebut.
11. Wulandari R. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Upaya Pencegahan DBD di Pedukuhan
UCAPAN TERIMA KASIH Jaranan, Desa Panggungharjo, Sewon Bantul.
Peneliti mengucapkan terima kasih 2007.
kepada DIKTI yang telah membiayai
12. Hazrin M, Hiong HG, Jai N, et al. Spatial
penelitian ini dalam skema hibah dosen Distribution of Dengue Incidence : A Case
pemula. Terimakasih kepada Puskesmas Study in Putrajaya. J Geogr Inf Syst 2016, 8, 89-
Umbulharjo yang telah membantu dalam 97. 2016;(February):89-97.
proses pengumpulan data. Tidak lupa penulis doi:10.4236/jgis.2016.81009.
mengucapkan kepada Mujiyanto, S.Si, MPH 13. Dom NC, Ahmad AH, Latif ZA, Ismail R.
yang telah membantu dalam telaah analisis Application of geographical information
spasial DBD dan juga Anis Nurwidayati, S.Si, system-based analytical hierarchy process as
M.Sc atas masukan dan diskusinya demi a tool for dengue risk assessment. Asian Pacific
tersempurnanya tulisan ini. Penulis juga J Trop Dis. 2016;6(12):928-935.
mengucapkan terima kasih untuk semua doi:10.1016/S2222-1808(16)61158-1.
pihak yang tidak dapat disebutkan satu 14. Shahera Banu; Wenbiao Hu; Yuming Guo; Shilu
persatu. Tong. Space-time clusters of dengue fever in
Space-time clusters of dengue fever in
DAFTAR PUSTAKA Bangladesh. Trop Med Int Health.
2012;17(9):1086-1091. doi:10.1111/j.1365-
1. Cruz, M.G., Sprinz, E., Rosset, I., Goldani, L., 3156.2012.03038.x.
Teixeria M. Dengue and Primeri Care : a tale of 15. Delmelle E, Hagenlocher M, Kienberger S,
two cities. Bull WHO. 2010;88:244. Casas I. Acta Tropica A spatial model of
2. Fathi., Keman, S., Wahyuni C. Peran Faktor socioeconomic and environmental
Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan determinants of dengue fever in Cali ,
Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. J Colombia. Acta Trop. 2016;164:169-176.
Kesehat Lingkung. 2005;2(1):1-10. doi:10.1016/j.actatropica.2016.08.028.
3. Sutoto TBT. Penting Survei Jentik Sebelum 16. Castillo KC, Körbl B, Stewart A, Gonzalez JF,
Fogging. Medika. 2005;XXXI:185-187. Ponce F. Application of spatial analysis to the
examination of dengue fever in Guayaquil,
4. Soedarto. Demam Berdarah Dengue (Dengue Ecuador. Procedia Environ Sci. 2011;7:188-
Haemorrhagic Fever). Jakarta: Sagung Seto; 193. doi:10.1016/j.proenv.2011.07.033.
2012.
86
Analisis Spasial Kerentanan.......... (Budi Setiawan, et. al)
87