Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
menggunakan bahan bakar fosil dan gas data-data berupa profil cerobong
alam (Abidin, 2019). Proses pembakaran pembangkit listrik, data meteorologi, dan
bahan bakar oleh pembangkit hasil monitoring emisi akan diolah dengan
menghasilkan energi, dan sisanya yaitu persamaan Gaussian yang pada persamaan
emisi. Peningkatan kebutuhan manusia ini akan memperoleh hasil dispersi dari
akan energi listrik mendorong industri emisi yang dihasilkan oleh cerobong
pembangkit listrik untuk menambah pembangkit listrik. Selanjutnya akan
kapasitas produksi listriknya (Hunter, dilakukan pemanfaatan teknologi
2017). Emisi yang dihasilkan apabila pengindraan jauh SIG berupa perangkat
industri listrik ini menambah kapasitasnya lunak Bernama Quantum Geographical
yaitu emisi yang dihasilkan juga semakin Information System (QGIS) versi 3.24
banyak. Industri listrik terbesar di Bali dalam pembuatan peta pemodelan dispersi
yaitu PT Indonesia Power Bali PGU. PT dari emisi yang dihasilkan pembangkit
Indonesia Power Bali PGU mengelola 19 listrik (Arif, 2020).
unit pembangkit listrik dengan rincian 3 Tujuan dilakukannya penelitian ini
unit PLTD, 4 unit PLTG, dan 12 unit yaitu guna mengetahui emisi yang
PLTDG dengan kapasitas total 379,49 dihasilkan dari kegiatan pembangkit listrik
Megawatt. Upaya yang sudah dilakukan di PT Indonesia Power Bali PGU, guna
oleh PT Indonesia Power Bali PGU yaitu menganalisis pola persebaran emisi yang
memantau emisi yang dihasilkan oleh dihasilkan oleh pembangkit listrik di PT
pembangkit dengan metode Continous Indonesia Power Bali PGU menggunakan
Emission Monitoring System (CEMS) dan SIG, dan untuk menganalisis tingkat
melaporkan secara rutin setiap 1 bulan validitas pemodelan dispersi
sekali ke Kementerian Lingkungan Hidup menggunakan perangkat lunak SIG
Republik Indonesia. dibandingkan dengan hasil pengukuran
Potensi dampak yang akan timbul pada titik-titik pantau.
apabila tidak adanya pemantauan
persebaran emisi yang dihasilkan berupa 2. METODOLOGI
terganggunya kesehatan masyarakat yang
bermukim maupun yang berkegiatan di 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
sekitaran tempat pembangkit listrik akibat
terpapar udara yang tercemar secara terus Penelitian dilaksanakan pada bulan
menerus dengan intensitas yang tinggi Agustus 2022. Dimulai dari penyusunan
(Masito, 2018). Adapun emisi yang proposal penelitian, permohonan data ke
dihasilkan oleh pembangkit ini berupa PT Indonesia Power Bali PGU,
CO, SO2, NO2, O3, H2S, dan Debu (TSP) permohonan data ke BMKG Stasiun
(Aliba, 2018). Penelitian ini hanya Meteorologi Kelas I Ngurah Rai,
berfokus pada 3 parameter emisi yaitu penyusunan hasil penelitian hingga
SO2, NO2, dan Debu (TSP). Penelitian ini analisis data. Pengujian kualitas udara
penting dilakukan mengingat adanya ambien dilakukan pada tanggal 30
dampak yang timbul akibat emisi dari Agustus 2022 di 5 titik pantau yang
kegiatan industri pembangkit listrik di PT disajikan pada Tabel 1 serta lokasi
Indonesia Power Bali PGU. Penelitian ini penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
meliputi pengumpulan dan pengolahan
Gambar 1.
Peta Lokasi Penelitian
Hasil dari pemetaan emisi akan Analisis data beban emisi dilaksanakan
dibandingkan dengan hasil pengujian dengan mengakumulasikan emisi yang
kualitas udara ambien pada koordinat dihasilkan oleh 12 cerobong (multiple
geografis yang sama. Kedua data yaitu hasil point source) sehingga mendapatkan nilai
pemodelan menggunakan pemodelan akumulatif yang akan dimasukkan ke
dispersi gaussian dan hasil pengujian persamaan gaussian. Analisis karakteristik
kualitas udara ambien kemudian dilakukan cuaca dilakukan berdasarkan data
uji t-test berpasangan untuk menentukan meteorologi yang sudah dianalisis
apakah kedua data tersebut ada perbedaan meliputi kecepatan serta arah angin.
yang signifikan pada taraf α = 5%. 2) Pembuatan model dispersi
Pembuatan model dispersi dalam
2.3 Analisis Data penelitian ini dilaksanakan melalui
Proses analisis data penelitian ini sejumlah tahap yakni:
dilaksanakan melalui beberapa tahap a) Menentukan stabilitas atmosfer
yaitu: dengan koefisien Pasquill Gifford
1) Analisis data beban emisi dan Turner (PGT). Tabel stabilitas
karakteristik cuaca. atmosfer disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Atmosfer dalam Berbagai Kelas Stabilitas
Kecepatan angin permukaan Radiasi matahari siang hari Keawanan malam hari
(m/det)a Kuatb Sedangc Rendah Berawan Cerah
(>4/8)d (<3/8)e
<2 A A-B B E F
2-3 A-B B C E F
3-5 B B-C C D E
5-6 C C-D D D D
>6 C D D D D
Sumber: Koehn, 2013
Gambar 2.
Model Penyebaran Emisi dari Cerobong
Tabel 4. Data CEMS PT Indonesia Power Bali PGU tanggal 30 Agutsus 2022
Parameter
No. Waktu Debu SO2 NOx Temperatur Flow
(mg/m3) (mg/m3) (mg/m3) (oK) (m³/s)
1 10.00 – 11.00 4,15 423,63 1.116,67 683,25 11,44
2 11.30 – 12.30 4,24 424,80 1.107,33 698,01 15,61
3 13.00 – 14.00 4,03 418,44 1.108,90 691,93 19,04
4 14.30 – 15.30 4,04 417,07 1.073,95 691,22 16,76
5 16.00 – 17.00 4,12 410,96 1.121,22 698,69 16,06
Rata-rata 4,12 418,98 1105,61 688,21 14,88
Tabel 4 menunjukkan nilai emisi dari Power Bali PGU juga melakukan pemilihan
parameter yang dihasilkan oleh 12 unit bahan bakar secara ketat agar emisi yang
cerobong di PT. Indonesia Power Bali dihasilkan tetap berada di bawah baku mutu
PGU. Nilai konsentrasi untuk parameter lingkungan.
SO2 tertinggi pada pukul 10.00 – 11.00
sebesar 423,63 mg/m3 dan terendah pada 3.2. Data Profil Cerobong
pukul 16.00 – 17.00 sebesar 410,96 mg/m3. PT Indonesia Power Bali PGU memiliki
Nilai konsentrasi NO2 tertinggi dihasilkan 12 unit cerobong sebagai jalur keluarnya
pada pukul 16.00 – 17.00 sebesar 1.121,22 hasil pembakaran yang dilakukan pada
mg/m3 dan terendah pada pukul 13.00 – ruang bakar. Masing-masing cerobong
14.00 sebesar 1.108,90 mg/m3. Nilai terbagi menjadi 4 bagian dimana tiap
konsentrasi Debu (TSP) tertinggi bagiannya memiliki 3 unit cerobong.
dihasilkan pada pukul 11.30 – 12.30 Seluruh cerobong memiliki karakteristik
sebesar 4,24 mg/m3 dan terendah pada yang sama yaitu tinggi cerobong 37 meter
pukul 13.00 – 14.00 sebesar 4,03 mg/m3. dengan diameter 1,6 meter. Tiap cerobong
PT. Indonesia Power Bali PGU secara sudah dilengkapi data titik koordinat seperti
rutin melakukan perawatan meliputi disajikan pada Tabel 5. Foto dari cerobong
preventive maintenance, pemilihan bahan yang dimiliki PT Indonesia Power Bali
bakar, dan inovasi lainnya. Preventive PGU akan disajikan pada Gambar 3.
maintenance merupakan suatu kegiatan
perawatan yang direncanakan baik secara Tabel 5. Data Profil Cerobong
rutin maupun periodik. Preventive No. Unit Koordinat
maintenance dilakukan dengan tujuan untuk 1 PLTDG 1 -8.717972 , 115.211277
2 PLTDG 2 -8.717972 , 115.211277
mengurangi down time dari peralatan
3 PLTDG 3 -8.717972 , 115.211277
apabila dilakukan secara tepat. Adapun 4 PLTDG 4 -8.717972 , 115.211444
kegiatan preventive maintenance ini 5 PLTDG 5 -8.717972 , 115.211444
dilakukan meliputi kegiatan perawatan yang 6 PLTDG 6 -8.717972 , 115.211444
dilakukan dengan tujuan untuk 7 PLTDG 7 -8.717972 , 115.211972
memperbaiki alat yang rusak saja dalam 8 PLTDG 8 -8.717972 , 115.211972
unit dengan kinerja produksi tetap berjalan 9 PLTDG 9 -8.717972 , 115.211972
(running maintenance), dan perawatan 10 PLTDG 10 -8.717972 , 115.212138
terhadap peralatan yang sengaja dihentikan 11 PLTDG 11 -8.717972 , 115.212138
pengoperasiannya (turning around 12 PLTDG 12 -8.717972 , 115.212138
maintenance). Hal ini berdampak pada
jumlah emisi yang dihasilkan. PT. Indonesia
Gambar 3.
Unit Cerobong di PT Indonesia Power Bali PGU
Tabel 8. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian beserta Fungsinya
No. Alat dan bahan Fungsi
1. Komputer Penyusunan laporan, menganalisis data, membuat
model disperse
2. GPS Penentuan koordinat
3. Kamera Dokumentasi
4. Air Sampler Impinget Set Mengambil sampel udara ambien
5. Barometer Mengetahui kecepatan angin, tekanan udara dan suhu
udara ambien
6. Alat Tulis Mencatat
7. Software QGIS versi 3.24 Pemodelan sebaran emisi
8. Software lainnya Penunjang hasil penelitian
3.4. Data Meteorologi 1) Kecepatan angin rata-rata
Data meteorologi diperoleh dari Koordinat : -8.74583, 115.16917
BMKG stasiun meteorologi kelas 1 Elevasi : 3 meter
Ngurah Rai, Tuban. Selanjutnya data Satuan : m/s
meteorologi yang diperoleh diolah dengan Kecepatan angin rata-rata yang didapat
cara diinput ke dalam persamaan Gaussian dari BMKG Stasiun Meteorologi kelas I
agar mendapatkan pemodelan dispersi Ngurah Rai. Data rata-rata kecepatan
emisi. Data meteorologi tersebut sebagai angin merupakan rata-rata bulanan yang
berikut: disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kecepatan Angin Rata-Rata
Tahun Ja Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
n
2021 3.6 3.6 2.5 2.5 3.0 3.0 3.6 3.6 3.6 2.0 2.0 3.6
2022 3.6 3.0 2.5 2.0 2.5 3.6 4.1 3.6
bulanan yang didapat dari BMKG Stasiun
2) Arah angin rata rata Meteorologi Kelas I Ngurah Rai. Data
Data arah angin yang akan disajikan arah angin disajikan pada Tabel 10.
merupakan data rata-rata arah angin
Tabel 10. Arah angin rata-rata (o)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2021 270 270 270 90 90 90 135 135 136 180 270 270
2022 270 270 270 90 90 90 135 135
SO2
Konsentrasi (ug/m3) 300
250
200
150
100
50
0
325
875
125
175
225
275
375
425
475
525
575
625
675
725
775
825
925
975
25
75
1025
1075
1125
1175
Jarak (m)
Gambar 4.
Grafik Konsentrasi SO2 terhadap Jarak
NO2
350
Konsentrasi (ug/m3)
300
250
200
150
100
50
0
325
875
125
175
225
275
375
425
475
525
575
625
675
725
775
825
925
975
25
75
1025
1075
1125
1175
Jarak (m)
Gambar 5.
Grafik Konsentrasi NO2 terhadap Jarak
TSP
1,4
Konsentrasi (ug/m3)
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
725
125
175
225
275
325
375
425
475
525
575
625
675
775
825
875
925
975
25
75
1025
1075
1125
1175
Jarak (m)
Gambar 6.
Grafik Konsentrasi Debu (TSP) terhadap Jarak
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Tabel perbandingan hasil perhitungan dan
semakin jauh jarak sebaran, maka data hasil uji kualitas udara ambien
konsentrasi emisi semakin menurun. disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Perbandingan Hasil Perhitungan dan Data Hasil Uji Kualitas Udara Ambien
Konsentrasi Hasil Uji
Jarak Konsentrasi Perhitungan
Titik Pantau Kualitas Udara Ambien
(m)
SO2 NO2 TSP SO2 NO2 TSP
Titik 1 (Upwind) 425 7,02 25,70 1,36 5,25 16,63 124
Titik 3 325 12,49 32,99 2,20 11,48 28,205 132
Titik 4 400 10,10 27,27 1,52 6,219 24,165 112
Titik 2 725 4,96 14,22 0,52 8,309 21,43 143
Titik 5 1000 3,20 9,42 0,29 2,481 10,115 94
Gambar 7.
Peta Persebaran SO2
Gambar 8.
Peta Persebaran NO2
Gambar 9.
Peta Sebaran Debu (TSP)
Berdasarkan hasil pemodelan dispersi source yang artinya sumber emisi tidak
yang dilakukan dapat dilihat bahwa angin termasuk ke dalam kategori area source
membawa emisi ke arah tenggara dari titik dan memiliki beberapa point. Perhitungan
sumber emisi sesuai dengan data yang model multiple point source dapat
didapat dari BMKG Stasiun Meteorologi dihitung menggunakan perhitungan model
Kelas I Ngurah Rai. Penggambaran single point source yang diakumulasikan
sumber emisi pada peta persebaran emisi dari beberapa sumber pada suatu
menggunakan metode multiple point penerima.
Berdasarkan Tabel 12, SO2 dan NO2 temuan yang sama yakni terdapat perbedaan
menunjukan perbedaan yang tidak nyata antara hasil perhitungan dan hasil
antara hasil analisis dengan nilai kualitas pengukuran. Perbedaan ini disebabkan
udara ambien, sedangkan TSP karena kondisi lingkungan yang kering
memberikan perbedaan hasil yang nyata. (dibuktikan dari klasifikasi stabilitas
Berdasarkan hasil penelitian Zellia, et al. atmosfer bernilai C yang berarti kondisi
tahun 2018, beberapa faktor yang atmosfer sedikit tidak stabil), sehingga debu
menyebabkan perbedaan hasil perhitungan lebih mudah terbawa oleh angin dan terisap
dan hasil pengukuran yaitu: oleh alat pengambilan sampel. Adanya
1) Terdapat sumber emisi lain seperti kegiatan masyarakat sekitar saat
aktivitas industri, kegiatan pengambilan sampel udara ambien juga
masyarakat dan kendaraan bermotor turut meningkatkan jumlah debu yang
di sekitar titik pengukuran. terisap oleh alat pengambilan sampel. 2 titik
2) Intensitas radiasi matahari yang pantau berada di kawasan pemukiman, 1
mempengaruhi nilai stabilitas titik sampel berada di pinggir jalan raya, dan
atmosfer dalam memperoleh 1 titik sampel berada di kawasan
konsentrasi TSP hitung perkantoran. 4 dari 5 titik pantau ini
3) Kondisi topografi yang dikelilingi dikelilingi beberapa bangunan sehingga
beberapa bangunan. mempengaruhi nilai dari hasil uji kualitas
4) Pengaruh kondisi meteorologi yang udara ambien.
berbeda di tiap titik sampling. Menurut penelitian Wijaksana, et. al
Sesuai dengan hasil penelitian (2019), emisi gas buang yang dihasilkan
sebelumnya, penelitian ini pun memperoleh dari PLTDG Unit 1 di PT. Indonesia
4.1. Simpulan
Emisi yang dihasilkan oleh cerobong
pembangkit di PT Indonesia Power Bali
PGU Indonesia sudah berada di bawah
DAFTAR PUSTAKA
Sasmita, A., Arifin, D.a., Nopita, R. 2021. PT Indonesia Power UPJP Bali.
Dispersi SO2 dan NO2 dari IPTEKMA: Jurnal Mahasiswa
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Universitas Udayana 8 (2): 75-80.
Tembilahan, Riau. Jurnal Envirotek Yasir, M. 2021. Pencemaran Udara di
13 (2): 98-107. Perkotaan Berdampak Bahaya Bagi
Stoker and Seager. 1972. Environtmental Manusia, Hewan, Tumbuhan dan
Chemistry: Air and Water Pollution. Bangunan. Universitas Lambung
ERIC. Mangkurat, Banjarmasin.
Suparno, S.M., Marlina. 2005. Zhang, G., Ge, R., Lin. T., Ye, H., Li, X.,
Perencanaan dan Pengembangan Huang, N., (2018) Spatial
Perumahan. Yogyakarta. Andi Offset. Aportionment of Urban Greenhouse
Gas Emission Inventory and its
Wijaksana. et al. 2019. Kajian Teknis
Implications for Urban Planning: A
Antara Penggunaan Bahan Bakar
Case Study Xiamen, China.
HSD dan MFO Sebagai Bahan Bakar
Ecological Indicator. Ecolind.
Alternatif Pengganti LNG di PLTDG