You are on page 1of 17

Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik..

, [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

ANALISIS DISPERSI EMISI CEROBONG PEMBANGKIT


LISTRIK DI PT. INDONESIA POWER BALI PGU PESANGGARAN

I Wayan Gde Sutasoma1)*, I Wayan Nuarsa2), I Made Sara Wijana2)


1)
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Udayana-Denpasar
2)
Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Udayana-Denpasar
*Email: yandesutasoma@gmail.com

ABSTRACT

EMISSION DISPERSION ANALYSIS OF POWER PLANTS STACKS IN PT.


INDONESIA POWER BALI PGU PESANGGARAN

Air as an important environmental component in life that needs to be maintained


and improved in quality. The presence of human activity causes the composition of
clean air to undergo changes. Air pollution is caused by several factors. One of them is
the industrial activities of power plants that use fossil fuels and natural gas. This
research was conducted to monitor the distribution of emissions produced by power
plants in PT. Indonesia Power Bali PGU uses Geographic Information System (GIS)
technology and is validated using the paired t-test method. The result is that the
direction of distribution of each emission parameter (SO 2, NO2 and Dust (TSP)) follows
the wind direction according to data obtained from BMKG with a downward trend
according to the distance traveled. This is because emissions are propagated by wind
with dispersion variables at any given distance. The degree of validity of the modeling
analysis with the results of ambient air quality measurements at each monitoring point
of the SO2 and NO2 parameters is no difference between the results obtained. However,
for dust parameters (TSP) there are significant differences. This is due to atmospheric
conditions at the time of sampling, the location of the monitoring point surrounded by
buildings, 1 sample point being on the side of the highway, and community activities
around the monitoring point location.
Keywords: Power Plant Emission; Air Quaity Control; Geographic Information System
(GIS); Gaussian Disperssion
pencemaran udara telah tercantum pada
1. PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 22 Tahun 2021 mengenai
Udara sebagai unsur lingkungan yang Penyelenggaraan Perlindungan dan
penting pada kehidupan wajib dijaga serta Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
ditingkatkan kualitasnya agar mampu Pasal 1 poin 49 menyatakan bahwa,
memberi daya dukungan bagi makhluk Pencemaran Udara yakni masuk atau
hidup demi hidup dengan optimal. Udara dimasukkannya energi, zat, dan/atau unsur
bebas pada permukaan bumi di lapisan lain ke dalam udara ambien oleh aktivitas
troposfer yang diperlukan serta manusia alhasil melampaui baku mutu
berpengaruh pada kesehatan makluk udara ambien yang sudah ditentukan.
hidup, manusia, serta elemen lingkungan Pencemaran udara disebabkan oleh
hidup lain disebut udara ambien. Aktivitas sejumlah determinan, salah satunya yakni
manusia menjadikan komposisi udara aktivitas industri pembangkit listrik yang
bersih mengalami perubahan. definisi

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 81


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

menggunakan bahan bakar fosil dan gas data-data berupa profil cerobong
alam (Abidin, 2019). Proses pembakaran pembangkit listrik, data meteorologi, dan
bahan bakar oleh pembangkit hasil monitoring emisi akan diolah dengan
menghasilkan energi, dan sisanya yaitu persamaan Gaussian yang pada persamaan
emisi. Peningkatan kebutuhan manusia ini akan memperoleh hasil dispersi dari
akan energi listrik mendorong industri emisi yang dihasilkan oleh cerobong
pembangkit listrik untuk menambah pembangkit listrik. Selanjutnya akan
kapasitas produksi listriknya (Hunter, dilakukan pemanfaatan teknologi
2017). Emisi yang dihasilkan apabila pengindraan jauh SIG berupa perangkat
industri listrik ini menambah kapasitasnya lunak Bernama Quantum Geographical
yaitu emisi yang dihasilkan juga semakin Information System (QGIS) versi 3.24
banyak. Industri listrik terbesar di Bali dalam pembuatan peta pemodelan dispersi
yaitu PT Indonesia Power Bali PGU. PT dari emisi yang dihasilkan pembangkit
Indonesia Power Bali PGU mengelola 19 listrik (Arif, 2020).
unit pembangkit listrik dengan rincian 3 Tujuan dilakukannya penelitian ini
unit PLTD, 4 unit PLTG, dan 12 unit yaitu guna mengetahui emisi yang
PLTDG dengan kapasitas total 379,49 dihasilkan dari kegiatan pembangkit listrik
Megawatt. Upaya yang sudah dilakukan di PT Indonesia Power Bali PGU, guna
oleh PT Indonesia Power Bali PGU yaitu menganalisis pola persebaran emisi yang
memantau emisi yang dihasilkan oleh dihasilkan oleh pembangkit listrik di PT
pembangkit dengan metode Continous Indonesia Power Bali PGU menggunakan
Emission Monitoring System (CEMS) dan SIG, dan untuk menganalisis tingkat
melaporkan secara rutin setiap 1 bulan validitas pemodelan dispersi
sekali ke Kementerian Lingkungan Hidup menggunakan perangkat lunak SIG
Republik Indonesia. dibandingkan dengan hasil pengukuran
Potensi dampak yang akan timbul pada titik-titik pantau.
apabila tidak adanya pemantauan
persebaran emisi yang dihasilkan berupa 2. METODOLOGI
terganggunya kesehatan masyarakat yang
bermukim maupun yang berkegiatan di 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
sekitaran tempat pembangkit listrik akibat
terpapar udara yang tercemar secara terus Penelitian dilaksanakan pada bulan
menerus dengan intensitas yang tinggi Agustus 2022. Dimulai dari penyusunan
(Masito, 2018). Adapun emisi yang proposal penelitian, permohonan data ke
dihasilkan oleh pembangkit ini berupa PT Indonesia Power Bali PGU,
CO, SO2, NO2, O3, H2S, dan Debu (TSP) permohonan data ke BMKG Stasiun
(Aliba, 2018). Penelitian ini hanya Meteorologi Kelas I Ngurah Rai,
berfokus pada 3 parameter emisi yaitu penyusunan hasil penelitian hingga
SO2, NO2, dan Debu (TSP). Penelitian ini analisis data. Pengujian kualitas udara
penting dilakukan mengingat adanya ambien dilakukan pada tanggal 30
dampak yang timbul akibat emisi dari Agustus 2022 di 5 titik pantau yang
kegiatan industri pembangkit listrik di PT disajikan pada Tabel 1 serta lokasi
Indonesia Power Bali PGU. Penelitian ini penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
meliputi pengumpulan dan pengolahan

82 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

Tabel 1. Lokasi Titik Pantau Pengujian Kualitas Udara Ambien


No Titik Pemantauan Koordinat
1. Titik 1 (Upwind) Halaman Vihara Setya Dharma -8.717972 , 115.212138
2. Titik 2 (Downwind) Depan Pos Balak DAM -8.7155332, 115.2056332
IX/Udayana
3. Titik 3 (Downwind) Halaman depan BPTP -8.7149464, 115.2110978
4. Titik 4 (Downwind) Pemukiman Griya Kecana -8.71470007, 115.21368202
5. Titik 5 (Downwind) Pemukiman Golden Gate – Kepaon -8.71596354, 115.20292365

Gambar 1.
Peta Lokasi Penelitian

karena emisi yang dihasilkan merupakan


2.2 Prosedur Penelitian
emisi dari 12 cerobong atau multiple point
Penelitian ini diawali dengan source. Pada Gambar 1 sudah ditunjukan
pengumpulan data emisi yang dilakukan bahwa hanya menggunakan 1 titik karena
langsung di tempat (insitu) yaitu pada dari 12 cerobong ini parameternya sudah
kegiatan pembangkit listrik dengan diakumulasikan. Selanjutnya dilakukan
mencatat hasil monitoring data CEMS dari pemodelan dispersi menggunakan
12 unit PLTDG, dan mengumpulkan data persamaan gaussian. Hasil dari pemodelan
meteorologi dari BMKG Stasiun gaussian akan digunakan untuk pemetaan
Meteorologi Kelas I Ngurah Rai. Data emisi kontur nilai konsentrasi emisi tiap parameter
parameter SO2, NO2, dan TSP yang dicatat menggunakan perangkat lunak QGIS
dari hasil CEMS pada 12 unit PLTDG di PT dengan modul-modul analisis yang sudah
Indonesia Power Bali PGU diakumulasikan. tersedia dalam perangkat lunak tersebut.
Pengakumulasian parameter ini dilakukan

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 83


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

Hasil dari pemetaan emisi akan Analisis data beban emisi dilaksanakan
dibandingkan dengan hasil pengujian dengan mengakumulasikan emisi yang
kualitas udara ambien pada koordinat dihasilkan oleh 12 cerobong (multiple
geografis yang sama. Kedua data yaitu hasil point source) sehingga mendapatkan nilai
pemodelan menggunakan pemodelan akumulatif yang akan dimasukkan ke
dispersi gaussian dan hasil pengujian persamaan gaussian. Analisis karakteristik
kualitas udara ambien kemudian dilakukan cuaca dilakukan berdasarkan data
uji t-test berpasangan untuk menentukan meteorologi yang sudah dianalisis
apakah kedua data tersebut ada perbedaan meliputi kecepatan serta arah angin.
yang signifikan pada taraf α = 5%. 2) Pembuatan model dispersi
Pembuatan model dispersi dalam
2.3 Analisis Data penelitian ini dilaksanakan melalui
Proses analisis data penelitian ini sejumlah tahap yakni:
dilaksanakan melalui beberapa tahap a) Menentukan stabilitas atmosfer
yaitu: dengan koefisien Pasquill Gifford
1) Analisis data beban emisi dan Turner (PGT). Tabel stabilitas
karakteristik cuaca. atmosfer disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Atmosfer dalam Berbagai Kelas Stabilitas
Kecepatan angin permukaan Radiasi matahari siang hari Keawanan malam hari
(m/det)a Kuatb Sedangc Rendah Berawan Cerah
(>4/8)d (<3/8)e
<2 A A-B B E F
2-3 A-B B C E F
3-5 B B-C C D E
5-6 C C-D D D D
>6 C D D D D
Sumber: Koehn, 2013

b) Menghitung parameter dispersi arah 𝜎z = Koefisien dispersi arah vertikal


horizontal dan vertikal dalam satuan (m)
meter dengan persamaan berikut: a, c, f = koefisien dispersi untuk
𝜎y = a x 0,893 (1) daerah urban
0,893 x = jarak downwind (km)
𝜎z = c x +f (2)
Keterangan: Koefisien yang digunakan yaitu
𝜎y = Koefisien dispersi arah koefisien Martin tahun 1976 yang
horizontal (m) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Koefisien Dispersi untuk Daerah Urban


x<1km x>1km
Kelas Stabilitas
a c d f c d f
A 213 440,8 1,941 9,25 459,7 2,094 -9,6
B 156 100,6 1,149 3,3 108,2 1,098 2
C 104 61 0,911 0 61 0,911 0
D 68 33,2 0,725 -1,7 44,5 0,516 -13
E 50,5 22,8 0,678 1,3 44,5 0,305 -34
F 34 14,35 0,74 -0,35 62,6 0,18 -48
Sumber: (Martin, 1976)

84 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

c) Menghitung kecepatan angin pada digambarkan pada persamaan 5


ketinggian tertentu dengan persamaan sebagai berikut:
berikut:
(5)
(3)
Keterangan :
p = fungsi stabilitas atmosfer (daerah
urban = 0,12) Pada penelitian ini y dan z
u1 dan u2 = kecepatan angin pada diasumsikan 0 karena hanya
ketinggian 1 dan ketinggian 2 (m/s) menghitung konsentrasi emisi searah
z1 dan z2 = ketinggian 1 dan mata angin di tanah (ketinggian 0
ketinggian 2 (m) meter dari tanah). Maka persamaan
yang digunakan seperti persamaan 6
d) Menghitung plume rise dengan sebagai berikut
persamaan berikut:
( ) ( ( )) (4)
Keterangan :
Keterangan: C : konsentrasi polutan pada suatu
∆h = tinggi plume rise (m) titik (x,y,z), dalam gm-3
Vs = Kecepatan gas buang pada Q : laju emisi, dalam gs-1
cerobong (m/s) σy, σz : koefisien penyebaran
D = Diameter cerobong (m) horizontal (y) dan vertikal (z),
Us = kecepatan angin (m/s) merupakan fungsi dari jarak (x)
∆T = temperatur cerobong – π : konstanta perbandingan lingkaran
temperatur udara ambien (oK) dengan diameter (3,14)
Ts = temperatur cerobong (oK) u : kecepatan angin rata-rata pada
ketinggian cerobong, dalam m/s
e) Menghitung konsentrasi emisi di tiap x : kepulan horizontal dari sumber
titik menggunakan persamaan pencemar searah arah angin, dalam m
gaussian y : kepulan horizontal tegak lurus
Persamaan gaussian pada umumnya arah angin, dalam m
akan memasukkan variabel x sebagai z : kepulan vertikal dari permukaan,
kepulan horizontal dari sumber dalam m
pencemar searah arah angin, y H : ketinggian efektif (H=h+∆h)
sebagai kepulan horizontal tegak h : ketinggian cerobong
lurus arah angin dan z kepulan Δh : tinggi kepulan di atas cerobong.
vertikal dari permukaan (Istiyanto, Gambaran model penyebaran emisi
2019). Persamaan gaussian akan dari sumber titik ditampilkan pada
Gambar 2.

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 85


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

Gambar 2.
Model Penyebaran Emisi dari Cerobong

3) Pemetaan sebaran emisi analisis laboratorium pada koordinat


menggunakan sistem informasi geografis yang sama. Hasil pemodelan
geografis (SIG) dispersi dinyatakan valid apabila tidak
Pemetaan sebaran emisi ada perbedaan yang nyata antara emisi
memanfaatkan teknologi sistem gas hasil pemodelan dengan hasil analisis
informasi geografis (SIG) dengan laboratorium pada taraf  = 5%.
perangkat lunak QGIS versi 3.24. Hasil 6) Pembahasan
perhitungan sebaran emisi menggunakan Pembahasan dilakukan berdasarkan
persamaan gaussian. Titik-titik yang analisis data hasil perhitungan
sudah memiliki nilai emisi selanjutnya konsentrasi dan peta kontur wilayah
dilakukan interpolasi dengan metode penelitian. Perhitungan konsentrasi
Inverse Distance Weighting (IDW) polutan dilakukan pada waktu yang
(Adil, 2017). Metode ini merupakan bersamaan yaitu tanggal 30 Agustus
salah satu metode interpolasi untuk 2022, sehingga didapatkan hasil
menaksir suatu nilai pada lokasi yang pemodelan dengan nilai konsentrasi
tidak tersampel berdasarkan data di sebaran polutan di masing-masing
sekitarnya (Pramono, 2008) parameter. Setelah diketahui nilai
4) Pengujian kualitas udara ambien sebaran polutan pada titik-titik penerima
Pengujian kualitas udara ambien pada masing-masing parameter,
dilakukan di titik-titik pantau. Pengujian selanjutnya dibahas mengenai pengaruh
ini dilakukan dengan cara mengambil faktor-faktor cuaca pada kondisi waktu
sampel udara dengan alat air sampler yang berbeda (musim hujan dan musim
impinget set dan dianalisis di hujan) terhadap pola persebaran polutan.
laboratorium yang sudah terakreditasi
KAN yaitu PT Global Quality Analitical. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang diuji dalam pengujian ini
yaitu SO2, NO2, dan Debu (TSP) 3.1. Data hasil CEMS di PT Indonesia
Power Bali PGU
5) Pengujian validitas model
Pengujian validitas pemodelan dispersi Data yang digunakan untuk
emisi SO2, NO2 dan TSP dilakukan perhitungan gaussian menggunakan data
dengan uji t berpasangan (t-test pair), CEMS pada tanggal 30 Agustus 2022.
dengan cara membandingkan emisi gas Emisi yang dihasilkan dari 12 cerobong
hasil analisis pemodelan dispersi dengan akan diakumulasikan untuk mendapatkan
emisi gas pada udara ambien hasil 1 nilai yang nantinya akan digunakan

86 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

sebagai variabel input pada persamaan disajikan pada Tabel 4.


gaussian. Data emisi CEMS akan

Tabel 4. Data CEMS PT Indonesia Power Bali PGU tanggal 30 Agutsus 2022
Parameter
No. Waktu Debu SO2 NOx Temperatur Flow
(mg/m3) (mg/m3) (mg/m3) (oK) (m³/s)
1 10.00 – 11.00 4,15 423,63 1.116,67 683,25 11,44
2 11.30 – 12.30 4,24 424,80 1.107,33 698,01 15,61
3 13.00 – 14.00 4,03 418,44 1.108,90 691,93 19,04
4 14.30 – 15.30 4,04 417,07 1.073,95 691,22 16,76
5 16.00 – 17.00 4,12 410,96 1.121,22 698,69 16,06
Rata-rata 4,12 418,98 1105,61 688,21 14,88

Tabel 4 menunjukkan nilai emisi dari Power Bali PGU juga melakukan pemilihan
parameter yang dihasilkan oleh 12 unit bahan bakar secara ketat agar emisi yang
cerobong di PT. Indonesia Power Bali dihasilkan tetap berada di bawah baku mutu
PGU. Nilai konsentrasi untuk parameter lingkungan.
SO2 tertinggi pada pukul 10.00 – 11.00
sebesar 423,63 mg/m3 dan terendah pada 3.2. Data Profil Cerobong
pukul 16.00 – 17.00 sebesar 410,96 mg/m3. PT Indonesia Power Bali PGU memiliki
Nilai konsentrasi NO2 tertinggi dihasilkan 12 unit cerobong sebagai jalur keluarnya
pada pukul 16.00 – 17.00 sebesar 1.121,22 hasil pembakaran yang dilakukan pada
mg/m3 dan terendah pada pukul 13.00 – ruang bakar. Masing-masing cerobong
14.00 sebesar 1.108,90 mg/m3. Nilai terbagi menjadi 4 bagian dimana tiap
konsentrasi Debu (TSP) tertinggi bagiannya memiliki 3 unit cerobong.
dihasilkan pada pukul 11.30 – 12.30 Seluruh cerobong memiliki karakteristik
sebesar 4,24 mg/m3 dan terendah pada yang sama yaitu tinggi cerobong 37 meter
pukul 13.00 – 14.00 sebesar 4,03 mg/m3. dengan diameter 1,6 meter. Tiap cerobong
PT. Indonesia Power Bali PGU secara sudah dilengkapi data titik koordinat seperti
rutin melakukan perawatan meliputi disajikan pada Tabel 5. Foto dari cerobong
preventive maintenance, pemilihan bahan yang dimiliki PT Indonesia Power Bali
bakar, dan inovasi lainnya. Preventive PGU akan disajikan pada Gambar 3.
maintenance merupakan suatu kegiatan
perawatan yang direncanakan baik secara Tabel 5. Data Profil Cerobong
rutin maupun periodik. Preventive No. Unit Koordinat
maintenance dilakukan dengan tujuan untuk 1 PLTDG 1 -8.717972 , 115.211277
2 PLTDG 2 -8.717972 , 115.211277
mengurangi down time dari peralatan
3 PLTDG 3 -8.717972 , 115.211277
apabila dilakukan secara tepat. Adapun 4 PLTDG 4 -8.717972 , 115.211444
kegiatan preventive maintenance ini 5 PLTDG 5 -8.717972 , 115.211444
dilakukan meliputi kegiatan perawatan yang 6 PLTDG 6 -8.717972 , 115.211444
dilakukan dengan tujuan untuk 7 PLTDG 7 -8.717972 , 115.211972
memperbaiki alat yang rusak saja dalam 8 PLTDG 8 -8.717972 , 115.211972
unit dengan kinerja produksi tetap berjalan 9 PLTDG 9 -8.717972 , 115.211972
(running maintenance), dan perawatan 10 PLTDG 10 -8.717972 , 115.212138
terhadap peralatan yang sengaja dihentikan 11 PLTDG 11 -8.717972 , 115.212138
pengoperasiannya (turning around 12 PLTDG 12 -8.717972 , 115.212138
maintenance). Hal ini berdampak pada
jumlah emisi yang dihasilkan. PT. Indonesia

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 87


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

Gambar 3.
Unit Cerobong di PT Indonesia Power Bali PGU

3.3. Hasil Pemantauan Kualitas Udara Pemantauan kualitas udara ambien


Ambien dilakukan dengan cara menyedot udara
Pemantauan kualitas udara ambien di dengan ketinggian rata-rata 1,5 meter di
sekitar lokasi penelitian dilakukan pada atas permukaan tanah menggunakan Air
tanggal 30 Agustus 2022 di 5 titik pantau. Sampler Impinger Set. Penentuan titik
Penentuan titik pantau ini dilakukan pantau dilakukan menggunakan metode
menggunakan metode yang tercantum yang tercantum dalam SNI 19.7119.6-
dalam SNI nomor 19.7119.6-2005. Hasil 2005. Pengambilan sampel udara
pemantauan kualitas udara di 5 titik dilakukan selama 1 jam di masing-masing
pantau akan disajikan pada Tabel 6 dan titik pantau. Alat dan bahan yang
Tabel 7. digunakan untuk mendapatkan hasil
Pemantauan kualitas udara ambien di pemantauan kualitas udara ambien dapat
sekitar lokasi penelitian dilakukan pada dilihat pada Tabel 8.
tanggal 30 Agutsus 2022 di 5 titik pantau.

Tabel 6. Titik Pemantauan dan Waktu Pengambilan Sampel Udara Ambien


No Titik Pemantauan Koordinat Waktu
1. Titik 1 (Upwind) -8.717972 , 115.212138 10.00-11.00
Halaman Vihara Setya Dharma
2. Titik 2 (Downwind) -8.7155332, 115.2056332 11.30-12.30
Depan Pos Balak DAM IX/Udayana
3. Titik 3 (Downwind) -8.7149464, 115.2110978 13.00-14.00
Halaman depan BPTP
4. Titik 4 (Downwind) -8.71470007, 115.21368202 14.30-15.30
Pemukiman Griya Kecana
5. Titik 5 (Downwind) -8.71596354, 115.20292365 16.00-17.00
Pemukiman Golden Gate - Kepaon

88 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

Tabel 7. Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien


Hasil Baku
No Parameter Satuan
1 2 3 4 5 Mutu
1. Sulfur Dioksida 5,25 8,309 11,48 6,219 2,481 150 µg/Nm3
(SO2)
2. Nitrogen Doiksida 16,63 21,43 28,205 24,165 10,115 200 µg/Nm3
(NO2)
3. Debu (TSP) 124 143 132 112 94 230 µg/Nm3
4. Oksidan (O3) 20,56 28,032 31,01 22,48 15,506 150 µg/Nm3
o
5. Suhu 35 36 33 33 33 - C
6. Kelembaban 60 56 65 67 65 - %
Udara
7. Kecepatan Angin 0,55 – 1,22 – 0,16 – 0,55 - 0,77 – - m/s
1,32 1,27 1,59 1 1,68

Tabel 8. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian beserta Fungsinya
No. Alat dan bahan Fungsi
1. Komputer Penyusunan laporan, menganalisis data, membuat
model disperse
2. GPS Penentuan koordinat
3. Kamera Dokumentasi
4. Air Sampler Impinget Set Mengambil sampel udara ambien
5. Barometer Mengetahui kecepatan angin, tekanan udara dan suhu
udara ambien
6. Alat Tulis Mencatat
7. Software QGIS versi 3.24 Pemodelan sebaran emisi
8. Software lainnya Penunjang hasil penelitian
3.4. Data Meteorologi 1) Kecepatan angin rata-rata
Data meteorologi diperoleh dari Koordinat : -8.74583, 115.16917
BMKG stasiun meteorologi kelas 1 Elevasi : 3 meter
Ngurah Rai, Tuban. Selanjutnya data Satuan : m/s
meteorologi yang diperoleh diolah dengan Kecepatan angin rata-rata yang didapat
cara diinput ke dalam persamaan Gaussian dari BMKG Stasiun Meteorologi kelas I
agar mendapatkan pemodelan dispersi Ngurah Rai. Data rata-rata kecepatan
emisi. Data meteorologi tersebut sebagai angin merupakan rata-rata bulanan yang
berikut: disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kecepatan Angin Rata-Rata
Tahun Ja Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
n
2021 3.6 3.6 2.5 2.5 3.0 3.0 3.6 3.6 3.6 2.0 2.0 3.6
2022 3.6 3.0 2.5 2.0 2.5 3.6 4.1 3.6
bulanan yang didapat dari BMKG Stasiun
2) Arah angin rata rata Meteorologi Kelas I Ngurah Rai. Data
Data arah angin yang akan disajikan arah angin disajikan pada Tabel 10.
merupakan data rata-rata arah angin
Tabel 10. Arah angin rata-rata (o)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2021 270 270 270 90 90 90 135 135 136 180 270 270
2022 270 270 270 90 90 90 135 135

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 89


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

Berdasarkan Tabel 10 dapat 𝜎z = c x 0,893 + f (2)


disimpulkan bahwa kecepatan angin untuk nilai x ditentukan berdasarkan
tertinggi yaitu pada bulan Juli 2022 jarak yang ditentukan sendiri. Untuk
dimana rata-rata kecepatan angin stabilitas atmosfer dengan jarak kurang
mencapai 4,1 m/s. Rata-rata kecepatan dari 1 km, koefisien nilai a yaitu 61,141,
angin terendah terjadi pada bulan Nilai c yaitu 12,5, Nilai d yaitu 1,0857,
Oktober dan Nopember 2021 yaitu 2,0 dan f yaitu 0. Setelah koefisien dispersi
m/s. Rata-rata arah angin pada bulan didapatkan, maka langkah selanjutnya
Januari sampai Maret tahun 2022 dan menghitung konsentrasi di tiap titik yang
2021 adalah 270o yang artinya dominan sudah ditentukan dengan memasukkan
ke arah Barat. Sementara itu, pada bulan hasil perhitungan yang sudah dilakukan
Agustus 2021 dan 2022 arah angin sebelumnya dan data yang sudah didapat
menunjukan nilai 135o yang artinya dengan persamaan gaussian seperti
dominan ke arah Tenggara. persamaan 6
3.5. Perhitungan Dispersi (6)
Perhitungan dispersi emisi diawali persamaan ini digunakan berdasarkan
dengan menentukan kelas stabilitas keadaan di lapangan dimana nilai y atau
atmosfer dengan memasukkan data rata- kepulan horizontal tegak lurus dari arah
rata kecepatan angin, mengamati kondisi mata angin dianggap 0 karena
keawanan, dan lain-lain. Dalam persebaran emisi sejajar dengan arah
penelitian ini kelas stabilitas atmosfer angin. Nilai z sebagai kepulan vertikal
termasuk ke kelas C yaitu stabil dianggap 0 karena akan menghitung
menengah. Selanjutnya menghitung emisi yang jatuh ke tanah (pada
kecepatan angin pada ketinggian ketinggian 0 m). Contoh perhitungan
cerobong dengan Persamaan 3 dibawah. emisi SO2 dengan persamaan diatas
(3) dengan variabel yang sudah diketahui
adalah sebagai berikut:
Dari persamaan diatas, didapat Q = 339,57 m/s
kecepatan angin di cerobong yaitu 5,85 U = 5.95 m/s
m/s. Selanjutnya dilakukan perhitungan H = 92,14
Plume rise dengan memasukkan X = 25 m
variabel-variabel yang sudah diketahui
sebelumnya. Persamaan untuk
menghitung plume rise ditunjukkan pada
µg/m3
Persamaan 4

( ) ( ( )) 3.6. Hasil Perhitungan Konsentrasi di


(4)
Tiap Titik
Besaran Plume rise yang didapat
Dari perhitungan nilai konsentrasi di
yaitu 55,14 meter. Hasil yang didapat ini
tiap titik, maka dibuat tabel untuk
juga dapat diakumulasikan untuk
mengetahui grafik yang dihasilkan.
mendapatkan ketinggian efektif
Adapun grafik konsentrasi emisi
cerobong (H) yaitu (37 + 55,14 = 92,14
terhadap jarak di masing-masing
meter). Selanjutnya dilakukan
parameter ditunjukkan pada Gambar 4
perhitungan koefisien dispersi σy dan σz
sampai Gambar 6.
dengan Persamaan 1 dan 2.
𝜎y = a x 0,893 (1)

90 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

SO2
Konsentrasi (ug/m3) 300
250
200
150
100
50
0

325

875
125
175
225
275

375
425
475
525
575
625
675
725
775
825

925
975
25
75

1025
1075
1125
1175
Jarak (m)

Gambar 4.
Grafik Konsentrasi SO2 terhadap Jarak

NO2
350
Konsentrasi (ug/m3)

300
250
200
150
100
50
0
325

875
125
175
225
275

375
425
475
525
575
625
675
725
775
825

925
975
25
75

1025
1075
1125
1175
Jarak (m)

Gambar 5.
Grafik Konsentrasi NO2 terhadap Jarak

TSP
1,4
Konsentrasi (ug/m3)

1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
725
125
175
225
275
325
375
425
475
525
575
625
675

775
825
875
925
975
25
75

1025
1075
1125
1175

Jarak (m)

Gambar 6.
Grafik Konsentrasi Debu (TSP) terhadap Jarak

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 91


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Tabel perbandingan hasil perhitungan dan
semakin jauh jarak sebaran, maka data hasil uji kualitas udara ambien
konsentrasi emisi semakin menurun. disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan Hasil Perhitungan dan Data Hasil Uji Kualitas Udara Ambien
Konsentrasi Hasil Uji
Jarak Konsentrasi Perhitungan
Titik Pantau Kualitas Udara Ambien
(m)
SO2 NO2 TSP SO2 NO2 TSP
Titik 1 (Upwind) 425 7,02 25,70 1,36 5,25 16,63 124
Titik 3 325 12,49 32,99 2,20 11,48 28,205 132
Titik 4 400 10,10 27,27 1,52 6,219 24,165 112
Titik 2 725 4,96 14,22 0,52 8,309 21,43 143
Titik 5 1000 3,20 9,42 0,29 2,481 10,115 94

digunakan untuk memetakan konsentrasi


3.7. Pemetaan Sebaran Emisi sebaran emisi yang dihasilkan oleh
Pemetaan dilakukan dengan cerobong di PT Indonesia Power Bali
menggunakan perangkat lunak QGIS PGU. Adapun hasil yang didapat adalah
dengan metode Interpolasi IDW (Inverse seperti pada Gambar 7 sampai dengan
Distance Weighting). Metode ini Gambar 9.

Gambar 7.
Peta Persebaran SO2

92 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

Gambar 8.
Peta Persebaran NO2

Gambar 9.
Peta Sebaran Debu (TSP)

Berdasarkan hasil pemodelan dispersi source yang artinya sumber emisi tidak
yang dilakukan dapat dilihat bahwa angin termasuk ke dalam kategori area source
membawa emisi ke arah tenggara dari titik dan memiliki beberapa point. Perhitungan
sumber emisi sesuai dengan data yang model multiple point source dapat
didapat dari BMKG Stasiun Meteorologi dihitung menggunakan perhitungan model
Kelas I Ngurah Rai. Penggambaran single point source yang diakumulasikan
sumber emisi pada peta persebaran emisi dari beberapa sumber pada suatu
menggunakan metode multiple point penerima.

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 93


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

Menurut peta persebaran emisi untuk 3.8. Uji Validitas Model


ketiga parameter emisi yang diamati, nilai Apabila nilai signifikansi lebih besar
konsentrasi di seluruh area persebarannya dari 0,05 dalam uji t-test pair
di bawah baku mutu lingkungan yang menunjukkan tidak ada perbedaan
terlampir pada Peraturan Pemerintah signifikan diantara temuan analisis
Republik Indonesia No. 22 tahun 2021
sebaran emisi dengan persamaan gaussian
lampiran VII dimana baku mutu yang dengan nilai uji udara ambien. Sebaliknya
ditetapkan. Nilai konsentrasi untuk apabila nilai signifikansi lebih kecil dari
seluruh parameter ditunjukan pada peta, 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan
dimana nilai konsentrasinya tercantum (Tabel 12).
disamping keterangan titik pantau dengan
satuan µm/m3.
Tabel 12. Keputusan dalam Pengujian T-test Berpasangan
Tingkat Signifikansi
Parameter Keputusan
(2-tailed)
- Tidak ada perbedaan antara hasil perhitungan
SO2 0,450 dengan persamaan gaussian dengan hasil uji
kualitas udara ambien (Non-Signifikan)
- Tidak ada perbedaan antara hasil perhitungan
NO2 0,833 dengan persamaan gaussian dengan hasil uji
kualitas udara ambien (Non-Signifikan)
- Terdapat perbedaan antara hasil perhitungan
TSP 0,000 dengan persamaan gaussian dengan hasil uji
kualitas udara ambien (Signifikan)

Berdasarkan Tabel 12, SO2 dan NO2 temuan yang sama yakni terdapat perbedaan
menunjukan perbedaan yang tidak nyata antara hasil perhitungan dan hasil
antara hasil analisis dengan nilai kualitas pengukuran. Perbedaan ini disebabkan
udara ambien, sedangkan TSP karena kondisi lingkungan yang kering
memberikan perbedaan hasil yang nyata. (dibuktikan dari klasifikasi stabilitas
Berdasarkan hasil penelitian Zellia, et al. atmosfer bernilai C yang berarti kondisi
tahun 2018, beberapa faktor yang atmosfer sedikit tidak stabil), sehingga debu
menyebabkan perbedaan hasil perhitungan lebih mudah terbawa oleh angin dan terisap
dan hasil pengukuran yaitu: oleh alat pengambilan sampel. Adanya
1) Terdapat sumber emisi lain seperti kegiatan masyarakat sekitar saat
aktivitas industri, kegiatan pengambilan sampel udara ambien juga
masyarakat dan kendaraan bermotor turut meningkatkan jumlah debu yang
di sekitar titik pengukuran. terisap oleh alat pengambilan sampel. 2 titik
2) Intensitas radiasi matahari yang pantau berada di kawasan pemukiman, 1
mempengaruhi nilai stabilitas titik sampel berada di pinggir jalan raya, dan
atmosfer dalam memperoleh 1 titik sampel berada di kawasan
konsentrasi TSP hitung perkantoran. 4 dari 5 titik pantau ini
3) Kondisi topografi yang dikelilingi dikelilingi beberapa bangunan sehingga
beberapa bangunan. mempengaruhi nilai dari hasil uji kualitas
4) Pengaruh kondisi meteorologi yang udara ambien.
berbeda di tiap titik sampling. Menurut penelitian Wijaksana, et. al
Sesuai dengan hasil penelitian (2019), emisi gas buang yang dihasilkan
sebelumnya, penelitian ini pun memperoleh dari PLTDG Unit 1 di PT. Indonesia

94 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

Power Bali Pesanggaran yang baku mutu lingkungan selaras dengan


menggunakan bahan bakar HSD pada aturan yang ada. Dibuktikan dari hasil
beban 100%, seluruh parameter (SO2, pemantauan emisi secara langsung yang
NOx, dan CO) berada di bawah angka dihasilkan dengan alat CEMS. Seluruh
baku mutu lingkungan. Hal ini parameter sudah berada di bawah baku
menunjukkan bahwa, dengan kinerja mutu lingkungan. Pola persebaran emisi
maksimum pembangkit, hasil emisi yang dari pembangkit di PT Indonesia Power
dihasilkan tak ada yang melampaui baku Bali PGU menggunakan SIG, menurut
mutu lingkungan karena bahan bakar HSD peta persebaran emisi yang dihasilkan di
yang digunakan lebih baik daripada tiap parameter, sebaran emisi mengikuti
pemakaian bahan bakar lain seperti MFO arah angin yaitu ke arah Tenggara. Jarak
dari segi emisi yang dikeluarkan. sebaran mempengaruhi konsentrasi emisi
Hasil perhitungan pemodelan dispersi yaitu makin jauh jarak dari sumber emisi,
menggunakan persamaan gaussian sudah konsentrasi emisi semakin menurun. Hal
sinkron dengan pelaporan yang dilakukan ini disebabkan karena emisi terdispersi
oleh PT. Indonesia Power Bali PGU kepada oleh angin dengan variabel dispersi di
Kementerian Lingkungan Hidup dan setiap jarak tertentu. Tingkat validitas
Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia analisis pemodelan dengan hasil
karena data yang digunakan yaitu data pengukuran kualitas udara ambien di
CEMS yang sudah terintegrasi dengan setiap titik pantau untuk parameter SO2
sistem yang dimiliki oleh KLHK. dan NO2 tidak ada perbedaan antara hasil
Pengelolaan dan pemantauan emisi di PT. yang didapat. Namun untuk parameter
Indonesia Power Bali PGU sudah mengacu debu (TSP) ada perbedaan yang
kepada dokumen yang dimiliki yaitu signifikan. Hal ini disebabkan oleh
Adendum ANDAL dan RKL-RPL. kondisi atmosfer pada saat pengambilan
Sebelum disahkannya PP no. 21 Tahun sampel, lokasi titik pantau yang dikelilingi
2021, PT Indonesia Power Bali PGU sudah oleh gedung, 1 titik sampel berada di
memiliki dokumen lingkungan berupa pinggir jalan raya, dan kegiatan
Adendum Andal dan RKL-RPL pertama. masyarakat di sekitar lokasi titik pantau.
Dengan penambahan kapasitas produksi, PT
Indonesia Power Bali PGU harus 4.2. Saran
melakukan penyusunan dokumen Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu
lingkungan baru berupa Adendum Andal agar lebih memperhatikan lokasi titik
dan RKL-RPL kedua. Penyusunan pantau guna mencegah perbedaan
Adendum Andal dan RKL-RPL kedua ini signifikan diantara temuan perhitungan
sudah disesuaikan dengan peraturan baru dengan temuan uji kualitas udara ambien.
yang berlaku yaitu PP no. 21 Tahun 2021. Lebih memperhatikan satuan dari masing-
Kegiatan pembangkit listrik di PT. masing parameter agar tidak terjadi
Indonesia Power Bali PGU juga sudah kesalahan dalam perhitungan dispersi
dikaji dalam dokumen Kajian Teknis emisi. Bekerjasama dengan berbagai
Pembuangan Emisi. pihak terkait agar hasil perhitungan,
pemetaan, dan penentuan validitas yang
4. SIMPULAN DAN SARAN didapatkan lebih baik dan lebih tepat.

4.1. Simpulan
Emisi yang dihasilkan oleh cerobong
pembangkit di PT Indonesia Power Bali
PGU Indonesia sudah berada di bawah

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 95


ECOTROPHIC • VOLUME 17 NOMOR 1 TAHUN 2023 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J. (2019). Pengaruh Dampak Kecamatan SeiSuka Kabupaten Batu


Pencemaran Udara Terhadap Bara. JHSP 1 (1): 1-7
Kesehatan Untuk Menambah Pramono. 2008. Akurasi Metode IDW dan
Pemahaman Masyarakat Awam
Kriging untuk Interpolasi Sebaran
Tentang Bahaya Dari Polusi Udara. Sidemen Tersuspensi di Maros,
Prosiding Seminar Nasional Fisika Sulawesi Selatan. Forum Geografi.
Universitas Riau IV. Pekanbaru, 7 22 (1): 145-158.
September 2019.
Puspa Dewi, N.W.S., June, T., Yani, M.,
Ahmat A. 2017. Sistem Informasi Mujito. 2018. Estimasi Pola Dispersi
Geografis. Yogyakarta. Penerbit : Debu, SO2, dan NOx dari Industri
ANDI (Anggota IKAPI). Semen Menggunakan Model Gauss
Aliba, D. 2018. Sebaran Emisi CO2 dan yang Diintegrasi dengan Screen3. Jurnal
Implikasinya Terhadap Penataan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Ruang Area Industri di Kendal. Lingkungan 8 (1): 109-119.
Jurnal Pengembangan Kota. 6 (2): Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
164-173. 21 Tahun 2008 tentang Baku Mutu
Ani, M. (2018). Analisis Risiko Kualitas Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi
Udara Ambien (NO2 dan SO2) dan Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit
Gangguan Pernapasan Pada Listrik Tenaga Termal.
Masyarakat di Wilayah Kalianak Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Surabaya. Jurnal Kesehatan No. 22 tahun 2021 tentang
Lingkungan Hidup 10 (4): 394-401. Penyelenggaraan Perlindungan dan
Arif, M.R., Afiuddin, A.E., Ramadani, Pengelolaan Lingkungan Hidup.
T.A. 2020. Pemodelan Dispersi Emisi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
SO2 menggunakan Gaussian Republik Indonesia No. 21 Tahun
Dispersion Model (Studi Kasus 2008 tentang Baku Mutu Emisi
Cerobong PLTU Kabupaten Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
Probolinggo) ECOLAB. 2: 137-145. dan/atau Kegiatan Pembankit Listrik
Hunter, Helga M., Mahendra, M.S., Sila Tenaga Termal.
Dharma, I.G.B. 2017. Efektivitas Rita., Aprishanty, R., Fauzi, R. (2018).
Penerapan Amdal Dalam Pengelolaan Perhitungan Indek Kualitas Udara
Lingkungan Hidup Pada Pembangkit DKI Jakarta Menggunakan Berbagai
Listrik di Bali – Studi Kasus PLTD/G Baku Mutu. ECOLAB 12 (1): 1-52.
Pesanggaran, Ecotrophic. 11 (1): 62-69.
Romansyah. 2019. Analisis Korelasi
Istiyanto A.M.A. 2019. Pemodelan Karbon Monoksida (CO) dan
Sebaran Polutan Udara Akibat Particulate Matter (PM) Dengan
Aktivitas PLTD Tello Kota Makassar Kendaraan Bermotor dan Faktor yang
Menggunakan Model Dispersi Gauss. Berhubungan (Studi Kasus Pasar
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika Induk Tradisional Bojonegoro) Tugas
(JSPF). 15 (1): 36-44 Akhir. Program Studi Teknik
Kairiah. 2012, Analisis Konsentrasi Debu Lingkungan Fakultas Sains dan
dan Keluhan Kesehatan Pada Teknologi Universtas Islam Negeri
Masyarakat di Desa Kuala Indah Sunan Ampel Surabaya.

96 ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395


Analisis Dispersi Emisi Cerobong Pembangkit Listrik.., [I Wayan Gde Sutasoma, dkk]

Sasmita, A., Arifin, D.a., Nopita, R. 2021. PT Indonesia Power UPJP Bali.
Dispersi SO2 dan NO2 dari IPTEKMA: Jurnal Mahasiswa
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Universitas Udayana 8 (2): 75-80.
Tembilahan, Riau. Jurnal Envirotek Yasir, M. 2021. Pencemaran Udara di
13 (2): 98-107. Perkotaan Berdampak Bahaya Bagi
Stoker and Seager. 1972. Environtmental Manusia, Hewan, Tumbuhan dan
Chemistry: Air and Water Pollution. Bangunan. Universitas Lambung
ERIC. Mangkurat, Banjarmasin.
Suparno, S.M., Marlina. 2005. Zhang, G., Ge, R., Lin. T., Ye, H., Li, X.,
Perencanaan dan Pengembangan Huang, N., (2018) Spatial
Perumahan. Yogyakarta. Andi Offset. Aportionment of Urban Greenhouse
Gas Emission Inventory and its
Wijaksana. et al. 2019. Kajian Teknis
Implications for Urban Planning: A
Antara Penggunaan Bahan Bakar
Case Study Xiamen, China.
HSD dan MFO Sebagai Bahan Bakar
Ecological Indicator. Ecolind.
Alternatif Pengganti LNG di PLTDG

ECOTROPHIC • 17(1): 81-97 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395 97

You might also like