You are on page 1of 13
SIKLUS UAP Siklus uap yang dimaksud disini adalah siklus-siklus yang menggunakan ap, campuran uap, dan cairan sebagai fluida kerja, termasuk juga kalau terjadi penguapan dan pengembunan, Secara garis besar bab ini terdiri atas dua bagian, Bagian pertama mengenai siklus pembangkit tenaga uap atau yang dikenal dengan nama Siklus Rankine dan bagian kedua mengenai siklus reftijerasi kompressi uap. 6.1 SIKLUS RANKINE 6.1.1 Siklus Rankine Sederhana Siklus Rankine sederhana merupakan siklus ideal pembangkit turbin uap dengan skema instalasi yang diperlihatkan pada Gambar 6.1 , sedangkan diagram T-s nya diperlihatkan pada Gambar 6.2. Ketel i" w qm 4 Media Pendingin 2 % Kondensor w 1 Pompa Gambar 6.1 Skema instalasi Siklus Rankine Pada Siklus Rankine sederhana biasanya kondisi titik 1 adalah cairan jenuh, titik 2 adalah cairan tertekan, titik 3 adalah uap jenuh atau uap dipanaskan Janjut, dan titik 4 adalah campuran, wap jenuh , atau uap dipanaskan lanjut. B Gambar 6.2 Diagram T-s Siklus Rankine Siklus ini dibentuk oleh empat buah proses yaitu: Proses 1—2: Pemompaan isentropik pada pompa (input kerja wp) Proses 2~3: Pemasukan kalor pada tekanan konstan di ketel (q,.) Proses 3-4: Ekspansi isentropik di turbine (kerja output w) Proses 4— (qo Pembuangan kalor pada tekanan konstan di kondensor Prestasi Siklus Rankine sebagaimana halnya sebagai sebuah mesin kalor dapat dinyatakan dengan efisiensi thermal. Na = Waeldn dan Woe = Gm - Gk = Wr = We Secara metode analisis grafik, panas yang dipindahkan dinyatakan dengan luasan pada diagram T- s, dengan demikian: Kalor masuk, qm , dinyatakan oleh Iuas [a2 —3 —b—a] Kalor dibuang ,q,, dinyatakan oleh Iuas [a— 1-4 —b—a] Dan netto kerja, Wa, dinyatakan oleh luas [1-2 - -4-1] 74 Maka, y= _luas [1- 2- 3-4-1) Iuas [a ~ 2—3-b-a] Dengan metode analisis kuantitatif, besaran kalor masuk, kalor dibuang, kerja turbin, dan kerja pompa dinyatakan oleh perobahan entalpi (berdasarkan hukum Thermodinamika pertama dengan mengabaikan perobahan cenergi kinetik dan energi potensial), sebagai: Qn = by—hy ae = by Wr = hy—hy we = hyh vi(P2— Py) Nilai-nilai entalpi dapat diperoleh dari tabel uap (berdasarkan data besaran yang diketahui) Contoh soal 6.1 Sebuah Siklus Rankine menggunakan uap air sebagai fluida kerja. Tekanan kondensor 10 kPa. Uap masuk turbin pada 4 MPa dan 400 °C ‘Tentukan: a. Entalpi pada setiap titik keadaan b. dn Gis Wry dan wp c. Efisiensi thermal Jawaban: a. Entalpi pada titik keadaan Titik 1 (cairan jenuh) P, = 10 kPa, dengan menggunakan Table A1.2 diperolch hy = hg = 191.83 ki/kg dan vy = Va = 0.00101 mike. Titik 2 (cairan tertekan) P, = 4 MPa, > h hy + v,(P;—P,) = 191.83 + 0.00101(4000 — 10) 195.86 ki/kg Titik 3 P; = 4MPa dan T; = 400° 75 Setelah di check ternyata kondisinya adalah wap dipanaskan lanjut, dengan menggunakan Tabel A1.3 diperoleh hy = 3213.6 kirkg dan sy = 6.7690 ki/kg-K. Titik Py = 10kPa dan sj = s;= 6.7690 kikg-K (karena proses isentropik) Setelah di check ternyata kondisinya adalah campuran, Kualitas wap x, diperoleh dari hubungan /rumus Sq = Sp + X45 ata 6.7690 = 0.6493 + x4(7.5009) X4= 0.816 dan hy = hy + x¢h = 191.83 + 0.816 (2392.8) = 2144.02 kiskg b. dm = 3213.6 - 195.86 = 3017.74 ki/kg. qe = 2144.02 - 191.83 = 1952.19 kirkg wr = 3213.6 - 2144.02 = 1069.58 ki/kg. we = 195.86 ~ 191.83 = 4.03 ki/kg Woe = dn = Ge = 1065.55 kIikg, wr - we = 1065.55 ki/kg (check ok) c. Efisiensi thermal, ny, = 1065.55/3017.74 = 0.3531 = 35.31% 6.1.2. Pengaruh Beberapa Parameter Terhadap Prestasi Siklus Rankine Dari contoh soal diatas terlihat bahwa prestasi Siklus Rankine ditentukan dan sekaligus dipengaruhi oleh parameter: tekanan dan temperatur Kondensor, keadaan uap masuk turbin (apakah Kondisi uap dipanaskan lanjut atau uap jenuh dan tinggi temperatumya), dan tekanan Ketel. Pengaruh dari parameter tersebut dianalisis secara qualitatif’ dengan menggunakan metode grafis berdasarkan teori bahwa bila perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan maka panas yang dipindahkan dapat dinyatakan sebagai luasan pada diagram T ~s (atau dQ = T ds) a. Pengaruh tekanan (dan temperatur) kondensor Dalam hal ini tekanan kondensor adalah Pyoy = P; = Py 16 Hasil analisis menunjukkan (detail tidak dikemukakan disini) bahwa bila Pio diturunkan akan mengakibatkan peningkatan efisiensi thermal dan penurunan kualitas uap keluar turbin, x5, Kenaikan efisiensi tentu merupakan cefek positif yang diharapkan sedangkan penurunan kualitas uap merupakan efek negatif yang harus diatasi. T Gambar 6.3. Penurunan tekanan kondensor Persyaratan kualitas uap yang baik adalah minimal 90 %. Kuslitas uap yang lebih rendah dapat mengakibatkan kerusakan pada (sudu-sudu) turbin Karena terjadinya korosi dan tumbukan dari titik-titik air. Disamping itu penurunan tekanan kondensor (dan temperatur Kondensor) juga dibatasi oleh temperatur lingkungan sebagai temperatur media pendingin. b, Pengaruh keadaan wap (kondisi dan temperatur) masuk turbin Dalam hal ini kondisi uap masuk turbin dinyatakan oleh titik 3 (uap dipanaskan Janjut) atau titik 3°(uap jenuh), Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan uap dipanaskan lanjut (dibandingkan dengan uap jenuh) akan menghasilkan efisiensi thermal dan kualitas uap yang lebih tinggi. Pengaruh yang sama juga akan terjadi bila temperatur masuk turbin (T;) dinaikkan, Meskipun demikian 7 kenaikan temperatur dibatasi oleh kemampuan material instalasi ketel dan turbin untuk menahan temperatur tinggi Gambar 6.4 Kondisi dan temperatur uap masuk turbin Hal ini juga terlihat dalam kenyataan praktis dilapangan bahwa pembangkit turbin uap umumnya menggunakan uap dipanaskan lanjut. ¢, Pengaruh tekanan ketel T Gambar 6.5 Pengaruh tekanan ketel dengan Ty. tetap konstan B Dalam hal ini tekanan ketel, Pia = P2 = Ps Menaikkan tekanan ketel dengan menjaga temperatur maksimum (T3) tetap Konstan akan mengakibatkan peningkatan efisiensi thermal (efek positif) dan penurunan kualitas uap keluar turbin (efek negatif). Kenaikan tekanan ketel juga dibatasi oleh kekuatan konstruksi pada intalasi ketel dan turbin, Pengaruh dari ketiga parameter diatas terhadap prestasi Siklus Rankine lebih jaui dapat diverifikasi melalui penyelesaian soal-soal yang tersedia diakhir dari bab ini, 6.1.3 Siklus Rankine Dengan Pemanasan Ulang (Reheat) Pembahasan pada sub-bab sebelumnya menunjukkan bahwa bila tekanan kondensor dan/atau tekanan ketel dinaikkan akan mengakibatkan peningkatan efisiensi thermal (efek positif) namun sekaligus menurunkan kualitas uap keluar turbin (efek negatif), Salah satu cara untuk mengatasi efek negatif penururunan kualitas wap adalah dengan menambahkan pemanasan ulang (reheat) pada Siklus Rankine. Untuk penambahan satu pemanasan ulang, maka dalam hal ini turbin dianggap terdiri atas dua bagian yaitu: turbin tekanan tinggi (TTT) dan turbin tekanan rendah (TTR). Uap yang masuk kedalam turbin, setelah berekspansi sampai pada akhir turbin tekanan tinggi, selurubnya akan dikeluarkan dan dimasukkan kembali ke dalam ketel untuk mengalami pemanasan ulang. Uap yang telah mengalami pemanasan ulang didalam Ketel akan masuk Kembali ke turbin tekanan rendah untuk berekspansi sampai akhirnya keluar ke kondensor. Idealnya pemanasan ulang dianggap berlangsung pada tekanan konstan dan temperatur hasil pemanasan ulang besarnya sama dengan temperatur uap keluar ketel. Untuk lebih jelasnya skema instalasi dan diagram T-s nya dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan 6.7 Dari gambar terlihat bahwa P; = Ps adalah tekanan kondensor, P, = Ps adalah tekanan ketel dan P, = Ps adalah tekanan pemanasan ulang. Sedangkan 79 temperatur hasil pemanasan ulang (T) sama dengan temperatur uap keluar ketel (Ty). wr 6 |S] Media Pendingin 2 we Gambar 6.6 Skema instalasi Siklus Rankine dengan satu pemanasan ulang 8 Gambar 6.7 Diagram T-s Siklus Rankine dengan satu pemanasan ulang Prestasi siklus ini dinyatakan dengan efisiensi_ thermal yang didefinisikan sebagai: thy = Wredm dan 80 Woa = dm - Qk = Wr - We Qn = (My ha) + (shy) ge = by hy wr = (shy) + (hs—he) ; We = hy— hy = v(P2—P)) Contoh soal 6.2 Sebuah Siklus Rankine dengan satu pemanasan ulang menggunakan wap air sebagai fluida kerja. Uap keluar ketel dan masuk ke turbin pada 4.0 MPa dan 400 °C. Tekanan kondensor 10 kPa dan tekanan pemanasan ulang 0.55 MPa. Diminta a. Entalpi pada setiap titik keadaan Bde dhs Wry We, Wast c. Efisiensi thermal Jawaban: a, Entalpi pada titik keadaan Titik 1 (cairan jenuh) P, = 10kPa, dengan menggunakan Table A1.2 diperoleh hy = hg = 191.83 ki/kg dan Vi = Va = 0.00101 m'vkg. Titik 2 (cairan tertekan) MPa, —> hy ~ hy + vi(P2—P,)= 191.83 + 0.00101(4000 — 10) = 195.86 kI/kg. Titik 3 P; = 4MPa dan T; = 400°C Setelah di check ternyata kondisinya adalah uap dipanaskan lanjut, dengan menggunakan Tabel A1.3 diperoleh hy = 3213.6 ki/kg dan sy = 6.7690 kiikg-K, Titik 4 Py = 0.5 MPa dan sy= s; = 6.7690 kIvkg-K (karena proses isentropik). Setelah di check ternyata kondisinya adalah campuran. Kualitas uap xs diperoleh dari hubungan /rumus: 81 Se = Sr + X4Siq ata 6.7690 = 1.8607 + x4(4.9606) x4 = 0.989 dan hhy = hy + xghp, = 640.23 + 0.989 (2108.5) = 2726.50 ki/kg. Titik 5 Ps; = 0.5 MPa dan Ts = 400 °C, tanpa perlu di check tentu saja kondisinya adalah wap dipanaskan lanjut, (mengapa 2) dengan menggunakan Tabel A1.3 diperoleh hs = 3271.9 ki/kg dan ss = 7.7938 ki/kg-K. Titik 6 Ps = 10 kPa dan ss = ss= 7.7938 ki/kg-K (karena proses isentropik) Setelah di check ternyata kondisinya adalah campuran. Kualitas uap xs diperoleh dari hubungan /rumus: Se = Sp + X6Siq ata 7.7938 = 0.6493 + x6(7.5009) Xs = 0.952 dan hg= hy + xphy = 191.83 + 0.952 (2392.8) = 2470.94 kI/kg, . um = (hy — hy) + (hs —hy) = (3213.6 ~ 195.86) + (3271.9 2726.50) = 3563.14 ki/kg a = hg—hy = 2470.94 ~ 191.83 = 2279.11 ki/kg Wr = (hy—hy) + (hy —he) = (3213.6 - 2726.50) + (3271.9 - 2470.94) = 1288.06 ki/kg hy = 195.86 - 191.83 = 4.03 kI/kg 3563.14 —2279.11 = 1284.03 kiskg = Wr - Wp = 1288.06 ~ 4.03 = 1284.03 kI/kg (check ok) We= Waet Im = Ta = Waerldin = 1284.03/3563.14 = 0,3604 = 36.04 %. Catatan: bila dibandingkan contoh soal 6.1 ternyata pada contoh soal 6.2 telah terjadi peningkatan kualitas wap keluar turbin yang cukup signifikan yaitu dari 0.816 menjadi 0.952. Sedangkan efisiensi walaupun turut meningkat namun tidak signifikan karena memang pada dasarnya penambahan pemanasan ulang hanya bermanfaat untuk meningkatkan kualitas wap keluar turbin. Sclanjutnya akan dibahas Siklus Rankine yang dilengkapi dengan dua pemanasan ulang. Dalam hal ini turbin dianggap terdiri atas tiga bagian yaitu: turbin tekanan tinggi (TTT), turbin tekanan menengah (TTM), dan turbin 82 tekanan rendah (TTR). Uap yang masuk kedalam turbin, setelah berekspansi sampai pada akhir TTT, selurubnya akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam ketel untuk mengalami pemanasan ulang. Setelah mengalami pemanasan ulang, uap masuk kembali ke TTM dan berekspansi sampai akhir TTM. Uap dikelurkan lagi dari TTM untuk mengalami pemanasan ulang yang kedua kalinya didalam ketel. Selesai pemanasan ulang, uap masuk kembali ke TTR untuk berekpansi dan akhimya keluar ke kondensor. Idealnya kedua pemanasan ulang dianggap berlangsung pada tekanan konstan dan temperatur hasil pemanasan ulang besarnya sama dengan temperatur uap keluar ketel, Untuk lebih jelasnya skema instalasi dan diagram T-s nya dapat dilihat pada Gambar 6.8. dan 6.9 Dari gambar terlihat bahwa P, = Ps adalah tekanan kondensor, P) = P; adalah tekanan ketel, Py = Ps adalah tekanan pemanasan ulang pertama, dan Ps = P; adalah tekanan pemanasan ulang kedua, Sedangkan temperatur hasil pemanasan ulang (T's dan T;) sama dengan temperatur uap keluar ketel (Ts). Wr 8 Qn Media Pendingin 2 Wp Gambar 6.8 Skema instalasi Siktus Rankine dengan dua pemanasan ulang Prestasi siklus ini dinyatakan dengan efisiensi thermal yang didefinisikan sebagai: Ta = Woe/dm — dan Wret = Gm > Gk = Wr - We 83 dm. = (bs — hy) + (hs — hy) + (hye) 5 dk = hg - by Wr = (by~ha) + (hs ~ hs) + (hy ~ hs) 5 We = hp —hy = vi(P2— Pi) Gambar 6.9 Diagram T-s Siklus Rankine dengan dua pemanasan ulang 6.1.4 Siklus Rankine Dengan Regenerasi Pada sub-bab ini akan dibahas Siklus Rankine yang dilengkapi dengan regenerator. Regenerator yang dimaksud disini adalah suatu penukar kalor tipe campur/terbuka (mixopen type) yang berfungsi untuk memanaskan air pengisi ketel. Sebagai fluida panas adalah uap ekstraksi. Sejumlah uap diekstraksi (m) pada tekanan tertentu dan masuk kedalam regenerator untuk bercampur dengan fluida dingin (air pengisi ketel) kemudian keluar bersama-sama menuju ke ketel melalui pompa, Manfaat penambahan regenerator pada suatu Siklus Rankine adalah untuk meningkatkan prestasi/efisiensi thermal Skema instalasi Siklus Rankine yang dilengkapi dengan satu regenerator beserta diagram T-s nya dapat dilihat pada Gambar 6.10 dan 6. 11. Dari gambar terlihat bahwa P;= P; adalah tekanan kondensor, P) = P; = Ps adalah tekanan regenerator, dan P, = Ps adalah tekanan ketel. Angka dan/atau huruf yang berada didalam tanda kurung yang mengikuti nomor-nomor titik 84 keadaan adalah representasi dari massa yang mengalir yang tidak homogen pada keseluruhan siklus. (-m) 51) 6 Ly 8 Wr (m4 7 (Lm) Media Pendingin 4() Regenerator 3) ys Wr2 “¢& % 2 (1m) i Wo! Gambar 6.10 Skema instalsi Siklus Rankine dengan regenerator Massa yang tidak homogen ini membuat analisis prestasi menjadi lebih kompleks karena harus memperhitungkan nilai massa yang berbeda pada setiap Komponen/proses. Besar massa uap ekstraksi, m, diatur sedemikian rupa sehingga hanya secukupnya untuk membuat fluida kerja yang keluar regenerator berada dalam kondisi cairan jenuh, t Gambar 6.11 Diagram T-s Siklus Rankine dengan regenerator 85

You might also like