ng BAB
oar
- Diskusi Tentang Konfigurasi Politik dan
Karakter Produk Hukum
Pada bagian Pendahuluan (Bab 1) dan bagian-bagian akhir Bab 2 telah
dikemukakan format atau bingkai yang dipakai untuk studi ini dengan
maksud agar setiap upaya memahami studi ini dapat berangkat dari
3 . Hal ini penting karena dalam ilmu-ilmu sosial
: suatu istilah dapat dipahami secara tidak sama sehingga suate
konseptualisasi untuk suatu studi menjadi diperlukan.!
Secara ringkas dapat dikemukakan, studi ini berangkat lari asumsi
bahwahukum merupakan produk politik sehingga hukum dipandang sebagai
formalisasi yuridis dari kehendak-keherak poluik yang saling beriumeraksi
dan bersaingan.? Dengan asumsi seperti ini, maka studi ini mengyariskan
hipotesisnya bahwa konfigurasi politik tertemw akan melahirkan produk
hukum dengan karakter tertentu. Kedua variabel tersebut masing-masing,
dipecah ke dalam konsep yang dikotomis yaitu:* Pertama, konfigurasi politik”
pagal variabe! bebas dipecah atas konfigurasi potitik yang demokratis dan
ont politik yang otoriter. Kedua, karakter produk hukiwn sebagai
variabel terpengaruh dipecah atas produk hukum yang berkarakter
= dan produk hukum yang berkarakter
tersebut, maka studi ini menentukan juga indikator-—
yaitu: Pertama: untuk mengidentifikasi apakah sat
demokratis ataukah otoriter, indikator-indikator yang diper-
‘q peranan parpol dan fembaga rakyat, kebebasay,
aa en ‘ntah (eksekutif). Kedua; untuk mengidentifika
apakah swat produk fhukesm responsif ‘atau. ortodoks, maka indiks
indikator yang dipergunakan adalah proses pembuatannya, sifat fungsinys,
dan kemungkinan penafsirannya.*
Berikut ini diskusi menyeluruh tentang hubungen antara kenfiguras;
politik dan karakter produk hukum sepanjang sejarah Indonesia dengan
menggunakan konscp-konsep dan indikator-indikator tersebut.
Perkembangan Konfigurasi Politik
1. Periode Demokrasi Liberal
Ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945 gagasan idemokrasi dalam kehidupan politik mendapatkan
tempat yang sangat menonjol. BPUPKL maupun PPKI dapat dikatakan tidak
memperdebatkan dengan berpanjang-panjang untuk bersepakat memilih
demokrasi dalam kehidupan bernegara yang, kemudian dituangkan dalam
Pombukazn maupun Batang Tubuh UUD 1945. Pada awal perjalanan,
melalui Pasal 1V Avuran Peraliban UUD 1945, presiden diberi kekuasaan
sementara ‘antuk melakukan kekuasaan MPR, DPR, dan DPA sebelum lem-
lembaga konstitusional itu memerinken keadaan-dan situasi atau prasy2/