BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL
(PEMBUATAN TEMPE)
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD YUSUF ISLAM
SMA NEGERI 1 BABELAN
JL.Perum Taman Kebalen Kel.Kebalen Kab. Bekasi 17610
Telp. (021) 89132674KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, kesehatan serta kesabaran kepada kita khususnya kepada
penulis schingga dapat menyelesaikan Portofolio Bioteknologi ini.
Penulis dapat menyelesaikan dengan baik Portofolio Bioteknologi ini
disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Biologi
Dalam Portofolio Bioteknologi yang berjudul “Pembuatan Tempe”
ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk menambah pengetahuan
dimasa yang akan datang. Semoga Portofolio ini memberikan manfaat
untuk kita Aamiin.
Bekasi, 31 Agustus 2023
Muhammad Yusuf IslamDAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. se
DAFTAR ISI ii
BAB I..
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang,
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Tajuatnccseeseneee
BAB 2..
LANDASAN TEORI
2.1 Fermentasi.
2.2 Tempe..
2.3 Kedelai....
2.4 Fermentasi Temps
2.5 Kandungan Gi
2.6 Manfaat Tempe.
BAB3.....
METODOLOGI PENELITIAN.
3.1 Alat dan Bahan...
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3.3 Cara Kerja......
3.4 Cara Pengambilan Data.
BAB 4...
HASIL DAN PEMBAHASAN.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan....
BAB 5.
PENUTUP...
5.1 Kesimpulan,
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA..BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
‘Tempe merupakan salah satu makanan yang sering di konsumsi oleh Masyarakat.
‘Tempe merupakan salah satu produk olahan berbasis bioteknologi. Bioteknologi
merupakan bidang ilmu yang vital dan berhubungan dengan tekhnologi pertanian. Metode
ini sebenarnya telah di lakukan sejak jaman dahulu, tetapi hal ini belum disadari oleh
masyarakat umum,
Pada masa ki pembuatan tempe sudah mulai punah atau tiada lagi atau mulai
bermunculan makanan-makanan yang lebih modern sesuai perkembangan zaman. Hal ini
memang tidak lagi diingkari lagi, kenyataannya pun dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-
hari. Gambaran tersebut disebabkan karena produsen mengeluh atas bahan baku yang amat
mahal schingga prosuden beralih ke pekerjaan yang lainnya.
Padahal pada kenyataannya proses pembuatan tempe tidak terlalu rumit atau susah
dilakukan.dan kenyataannya makanan tradisonal tempe sangat bermanfaat dan bergizi untuk
ketahanan dan otak, tubuh manu
Seiring mengikuti zaman, proses pembuatan tempe telah menggunakan alat mesin, padahal hal
tersebut dalam proses pembuatan tempe lebih baik menggunakan proses tradisional,
1,2 Rumusan Masalah.
Masalah yang diambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana cara memilih bahan baku yang baik?
2. Bagaimana cara pembuatan tempe?
3. Apa saja khasiat dan kandungan gizi dalam tempe?
1.3 Tujuan.
Portofolio ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Biologi, serta dengan tujuan
agar pembaca dapat mengerti tentang gizi yang terkandung dalam kedelai setelah diolah
menjadi tempe, serta pembaca dapat mengerti cara pembuatan tempe kedelai dengan baik dan
benar. Serta:
1. Mengetahui proses pembuatan tempe yang lebih baik
2. Mengetahui hal apa saja yang digunakan dalam proses pembuatan tempe
3. Mengetahui langkah-langkah proses pembuatan tempeBAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti
bakteri, khamir, dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan memberikan hasil
yang dapat dikehendaki, Berbeda dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab
kerusakan. Mikroba ini mendatangkan hasil akhir yang baik yang dikehendaki, misalnya
bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan
tempe (Muchtadi, 1989). Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni
yang dihasilkan di laboratorium, Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau
dibekukan, misalnya kultur muri dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-
kadang tidak digunakan budaya murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya pada
pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi
2.2 Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari fermentasi biji kedelai
atau beberapa bahan lainnya. Fermentasi menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dan beberapa jenis kapang
Rhizopus lainnya (PUSIDO, 2012). Dimana pada proses fermentasi akan terjadi hidrolisis
senyawa-senyawa kompleks menjadi sederhana, sehingga baik untuk dicerna. Tempe
merupakan makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi (Cahyadi,
2007). Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan protein, juga memiliki nilai
obat seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal
bebas (Sartika, 2009). Menurut Haryoko (2009) dalam (Dewi & Aziz, 2011), secara umum,
tempe berwama putih, dikarenakan pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji
kedelai schingga terbentuk tckstur yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas
dikarenakan adanya degradasi dari komponen-komponen kedelai itu sendi
2.3 Kedelai
Kedelai atau Glycine max (L) Mer termasuk familia Leguminoceae, sub
famili Papilionaceae, genus Glycine max, berasal dari jenis kedelai liar yang disebut Glycine
unriensis (Samsudin, 1985). Buahnya berbentuk polong, bijinya bulat lonjong seperti kedelai
biasa dan kulit bijinya sangat tebal sehingga embrio dan keping biji dapat terlindung lebih baik
dibandingkan biji kedelai biasa. Biji kedelai tersusun atas tiga komponen utama, yaitu kulit
biji, daging (Kotiledon), dan hipokotil dengan perbandingan 8:90:2. Sedangkan komposisi
kimia kedelai adalah 40,5% protein, 20,5% lemak, 22,2% karbohidrat, 4,3% serat kasar, 4,5%
abu, dan 6,6% air (Sarwono, 2005). Dari segi gizi, kedelai merupakan sumber gizi yang baik
bagi manusia. Nilai protein kedelai jika di fermentasikan dan dimasak akan memiliki mutu
yang lebih baik dari kacang-kacang lainnya, Protein kedelai mempunyai kemampuan untuk
ditambahkan dengan berbagai jenis komoditi dengan maksud memperbaiki nilai biologi bahan
tersebut. (Winamo, 1993)2.4 Fermentasi Tempe
Tempe adalah produk kedelai fermentasi asli Indonesia yang kaya akan Komponen
nutrisi, Selama fermentasi, mikroorganisme menghasilkan beberapa komponen bioaktif vital
dan menurunkan agen anti- nutrisi, Perubahan biokimia terjadi selama fermentasi kedelai
dalam tempe yang meningkatkan kesehatan manusia (Tamam, 2019). Ada peningkatan protein
larut, folat, vitamin B12, oligosakarida, inhibitor trypsin, dan tannin Fermentasi
memungkinkan mikroorganisme untuk mengeluarkan enzim proteolitik yang mampu
mengubah protein dalam kedelai menjadi peptide (seperti dipeptida, tripeptida, dan
oligopeptida) yang memiliki banyak sifat biofungsional. Beberapa penclitian mengungkapkan
bahwa peptide dalam produk kedelai fermentasi seperti doenjang (Korea), douche (Cina), natto
(epang), thua nao (Thailand), dan tempe (Indonesia) dikaitkan dengan sifat biofungsional
seperti penghambatan enzim pengonversi angiotensin 1 (ACE), antioksidan, antidiabetes,
antikanker, antitrombotik, hipokolesterolemik, dan aktivitas imunomodulator (Tamam, 2019).
Fermentasi tempe melibatkan Rhizopus sp, jamur dan mikroorganisme lain seperti bakteri
asam laktat dan ragi jada empet langkah penting untuk membuat tempe_termasuk
merendam,merebus kacang kedelai, inokulasi kapang menggunakan starter yang disebut ragi
(mengandung banyak mikroorganisme, terutama Rhizopus sp)dan inkubasi pada suhu kamar
selama 24-36 jam. Banyak jenis cetakan yang terlibat dalam pembuatan tempe di Indonesia
termasuk. Rhizopus oligosporus, R.oryzae, R. arthizus, R.stolonifer, 6 R.microsporus,
R.thizopodiformis, R. chinensis, dan Mucor sp. Produksi tempe di Indonesia mungkin berbeda
antara daerah dan produsen mengenai proses dan kondisi fermentasi. Tidak ada standar untuk
pembuatan tempe di Indonesia, Fermentasi memiliki kemampuan luar biasa untuk
mempengaruhi sekuens peptide dan biofungsionalitas tempe, tetapi hubungan antara produk
peptide dan detail fermentasi belum banyak dipelajari (Tamam, 2019).
2.5 Kandungan Gizi Tempe
Di dalam tempe kandungan Gizinya lebih baik dibandingkan dengan kedelai dan
produk turunan lainnya. Kandungan tersebut diantaranya ialah Vitamin B2, Vitamin B12,
Niasin dan juga asam pantotenat, bahkan hasil analisi ,Gizi tempe menunjukkan kandungan
niasin sebesar 1,13 mg/100 gram berat tempe yang dimakan. Menurut Dwinaningsih (2010)
dalam (Dewi dan Aziz, 2011), kelompok vitamin yang terdapat di dalam tempe terdiri atas dua
{nis yaitu yang larut di dalam air (Vitamin B kompleks) dan larut lemak (Vitamin A, D, E dan
K). Tempe memiliki sumber vitamin B yang potensial jenis Vitamin tersebut ialah, Vitamin
BI (Tiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (Niasin), Vitamin B6
(Piridoksin), dan Vitamin B12 (Sianokobalamin), tempe merupakan satu-satunya sumber
nabati yang memiliki kandungan B12, dimana kandungan ini hanya dimiliki oleh produk
hewani, schingga tempe memiliki potensial yang lebih baik dibandingkan produk nabati
lainnya , selama proses fermentasi dalam pembuatan tempe terjadi peningkatan Vitamin B12
yang 7 sangat mencolok, yaitu 33 kali lebih banyak dibandingkan kedelai (Astawan, 2009),
Riboflavin (Vitamin B6) meningkat 4-14 kali lebih banyak dibanding kedelai, Niasin
meningkat 2-5 kali, biotin mengalami peningkatan sebesar 2-3, asam folat 4-5 kali, dan asam
pentatonat hanya meningkat 2 kali lipat dibandingkan dari kandungan kedelai sebelum
difermentasi. Vitamin ini tidak dihasilkan oleh kapang Rhizopus, melainkan dari kontaminasi
Klebsiella pneumoniae, dan Citrobacter freundii (Sarwono, 2010) Kandungan dari Vitamin
B12 di dalam tempe berkisar dari 1,5 sampai 6,3 mikrogram/ 100 gram tempe kering yangdikonsumsi, jumlah ini sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan Vitamin B12 seseorang
per hari. Dengan mengkonsumsi tempe setiap hari, kandungan Vitamin B12 seorag vegetarian
tidak perlu untuk dikhawatirkan karena sudah terpenuhi (Hartoyo, 2000)
2.6 Manfaat Tempe
Ada beberapa manfaat tempe sebagai berikut:
a, Kandungan zat bezi, flavonoid yang bersifat antioksidan sehingga mampu
untuk menurunkan tekanan darah (Amani, 2014).
b. Kandungan kalsium yang tinggi, schingga mampu untuk mencegah
terjadinya osteoporosis (Yoo, 2014).
¢. Protein, asam folat, dan Vitamin B12, schingga bsa mencegah terjadinya
kanker dan juga proses penuaan dini (Muji, 2011).
4d. Kandungan asam lemak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh
(Hassan, 2014),
e. Kandungan superoksida dismustase yang dapat mengendalikan radikal
bebas,sehingga baik bagi pederita kelainan jantung (D’ Adamo, 2015),
£, Mencukupi kebutuhan Gizi seimbang sehari-hari (Liputo, dkk. 2013)BAB3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
a). Kompor/tungku, ember/drum, mesin penggiling, dan tampah
b). Sendok pengaduk dan sendok
c). Kantong plastik
d). Serbet
e). Kacang kedelai
1). Ragi tempe
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : 20 Agustus 2023
‘Tempat : Jalan Fatahillah 4 RT 02/13
3.3 Cara Kerja
1, Proses Awal
Hal pertama yang dilakukan adalah mencuci kacang kedelai menggunakan air bersih.
Buang kedelai yang terapung, kedelai yang terapung menandakan bahwa kedelai tersebut
tidak berkualitas baik.
(Gabor 3.1 Penciciankacony hedelot
2. Proses Perebusan
Setelah sclesai dicuci, Kacang kedelai direbus di dalam drum besar selama + 3 jam.
Biasanya, Kacang kedelai di rebus diatas tungku kayu bakar dengan api yang besar.Gambar 42 Perchsankacang Kedelal
3. Proses Pengangkatan
Setelah selesai direbus, kacang kedelai di angkat dan di masukkan ke dalam drum plastik
besar.
(Ganbar 3.3 Penganghaian kacangkedelat
4, Proses Perendaman
Kacang kedelai di rendam dan di diamkan didalam drum selama 1 hari, Hal ini bertujuan
agar Asam yang ada di kacang kedelai bisa keluar.
(Ganbar 34 Perendaman kacang hedela
5. Proses Penggilingan
Setelah itu, kacang kedelai dicuci kembali. Dan digiling menggunakan Mesin Pecah Dua.
Hal ini bertujuan agar kacang kedelainya bisa terbelah menjadi dua bagian Kemudian, kacang
dicuci kembali, Dan dimasukkan ke dalam rege sambil disiram air hangat. Dan kacang kedelai
di diamkan selama +2 jam.‘Gambur 3.5 Pengaiingunkacang hedlas
6. Proses Peragian
Kemudian, Kacang kedelai dimasukkan ke dalam kotak. Setelah itu, dicampur dengan ragi
sebanyak 4100gr.
(Ganbar 3.6 Peragian kacang heel
7. Proses Pengemasan
Setelah di aduk sampai rata, kacang kedelai dimasukkkan ke dalam plastik yang berlubang
kecil. Setelah kacang kedelai dimasukkan ke dalam kantong plastik, lalu di timbang.Ada
ukuran yang besar beratnya 4 ons, dan yang kecil beratnya 3 ons. Kacang kedelai yang sudah
di timbang, di lem dengan proses pembakaran (Tradisional). Kemudian, tempe di blek dengan
cara tradisional.
Ganbar 3.7 Pergemasan kacag heel
8. Proses Akhir
Setelah di blek, tempe dimasukkan ke dalam rak selama | malam. Kemudian, di keluarkan
dan di masukkan lagi ke dalam rak sambil di angin-anginkan, Setelah sudah di angin-anginkan
7akhirnya tempenya sudah sempurna (jadi). Akhimya, setelah tempenya sudah jadi, siap untuk
dipasarkan,
(Ganbor 38 Tempe yang sah jah
3.4 Cara Pengambilan Data
Data dicatat setiap hari selama dua hari, pertumbuhan dan perkembangan tempe mulai di
catat saat hari pertama.BAB4
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Parameter Sebelum fermentasi Sesudah fermentasi
Aroma ‘Aroma kedelai “Aroma khas tempe
Wara Putih kekuningan Putih
Teksiur ‘Agak Tunak Pada bagian yang ditumbuhi
miselium teksturnya lunak
dan padat, pada bagian yang,
tidak ditumbuhi miselium
masih berbentuk kedelai
ang tidak kompak
Bentuk Biji kedelai Terbentuk benang miselia
dari kapang pada bagian atas
tempe, tetapi ada bagian
tempe yang belum
ditumbuhi kapang dan masih
terbentuk
Taba 01 al pongo Wacol
Pengamatan hari ke-0
Jamur Kekompakan Tekstur Bau Wama
: - Lembek Netral Kuning
Taba 42 Pengamatan har he-T
Pengamatan hari ke-1
Jamur Kekompakan Tekstur Bau ‘Wama
: = Lembek Netral Kunin,
Tahal 75 Pengomotan far BT
Pengamatan hari ke-2
Jamur Kekompakan Tekstur Bau Wama
‘Ada + Padat Bau tempe Putih
Tabel-44 Pengamatan har he?
Pengamatan hati ke-3
Jamur Kekompakan Tekstur Bau Wama
‘Ada er Padat Bau tempe Putih
Tab 13 Pongomaan har Fe-¥Keterangan :
+ : Sangat kompak
+ : Kompak
+ : Agak kompak
- : Tidak kompak
4.2 Pembahasan
Pembahasan praktikum kali ini mengenai pembuatan tempe dengan cara fermentasi
kedelai, Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup lama
Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24 jam dan maksimal
72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe Karena proses fermentasi. Fermentasi_ akan
berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan kondisi suhu yang optimal, jumlah ragi yang
tepat dan pH yang asam (44-5),
Percobaan pembuatan tempe kali ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut atau + 72 jam.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe menurut saya adalah oksigen,
uuap air, suhu, dan keaktifan laru. Terdapat berbagai metode pembuatan tempe, Namun teknik
pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan,
perendaman, pencucian, inoulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi. Pada saat
pembungkusan kedelai dilakukan pelubangan pada kemasan plastic bertujuan supaya terdapat
udara (02) Karena kapang pada fermentasi tempe membutuhkan sedikitudara (02) untuk
pertumbuhannya.
10BAB5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis
jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi
tersebut, Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein
yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna
lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan
mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan
karbohidrat, Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang
akan mencegah penyakit perut seperti diare. Untuk tahan lama, tempe yang misalnya akan
menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas
pendingin.
Proses membekukan tempe untuk ekspor sbb : mula-mula tempe di iris-iris setebal 2 —
3 om dan di blanching direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan
kapang dan enzim, Kemudian tempe di bungkus dengan plastik selofan dan di bekukan pada
suhu 40 derajat Celcius sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada suhu beku sekitar 20 derajat
celeius selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat penampak warna, bau dan rasa.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan dan penelitian melakukan secaraserius dan
cermat serta selalu mempertimbangkan dari kebersihannya.Dalam melakukan percobaan
sebaiknya tetap dalam pengawasan guru pembimbing, agar hasilnya sesuai dengan apa yang
kita harapkan.
1DAFTAR PUSTAKA
Amani, R. et al. 2014. Flavonoid-rich beverage effects on lipid and blood
pressure in diabetic patients. World J Diabetes.
Astawan, Made. 2009. Panduan Karbohidrat Terlengkap. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Cahyadi, W. 2007. Kedelai Khasiat dan teknologi. Jakarta: Bumi Aksara,
D’Ademo, E. et al., 2015. Atherogenic dyslipidemia and cardiovascular risk
factors in abose children. International journal of endocrinology, 2015
Dewi, RS, & Aziz, S. 2011. Isolasi Rhizopus oligosporus pada beberapa
inokulum tempe di Kabupaten Banyumas. Molekul.
Liputo, S.A., Berhimpon, & Fatimah, F. 2013. Anlisa nilai gizi serta komponen
asam amino dan asam lemak dari nugget ikan nike (Awous melanocephalus)
dengan penambahan tempe. Chem. Prog.6(1)
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. IPB. Bogor.
Muji, I. etal. 2011, fsolvone countent and antioxidant properties of soybean
seeds.
Pusido. 2012. Tempe: Persembahan Indonesia untuk dunia, Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Samsudin, S. U. dan Dadan, S. Djakamiharja. 1985. Budidaya Kedelai. Bandung: CV. Pustaka.
Sartika, N-D. 2009. Studi pendahuluan daya antioksidan esktrak methanol tempe
segar busuk Malang terhadap radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-
pikrithidrazil). Universitas Negeri Malang
Sarwono, B. 2005. Membuat Tempe Oncom. hal. 6-16.
Tamam, B. 2019, Proteomic study of bioactive peptides from tempe. Journal
of Bioscience and Bioengineering. Elsevier Ltd, 128(2). hal. 241-248.
Winarno, F. G. 193, Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen, Jakarta: Gramedia Pustaka
Yoo, H. Chang, M. & Kim, S. 2014. Fermented soybeans by Rhizopus
oligosporus reduce femoral and bone loss in ovariectomized rats. Nutrition
Research and Pratice.
12