You are on page 1of 13

98 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 17, NOMOR 1, APRIL 2010

Implementasi Project-Based Learning


di Sekolah Menengah Kejuruan

Waras Kamdi
Pendidikan Teknik Mesin, FT Universitas Negeri Malang
Korespondensi: Jl. Tirto Taruno V/21 Landungsari, Kab. Malang. Email: waraskamdi@gmail.com

Abstract: The present study was aimed at mapping the model configurations of project-based learning
implemented as curricular activities in several vocational schools in the municipality of Malang. For
the purpose, an exploratory survey and in-depth observation were performed at 8 vocational schools,
offering 14 vocational programs and involving 24 teachers and 62 groups of students, each of which
consisting 2-5 students. The study found: 1) the project-based learning modes in several vocational
schools in Malang could be categorized into three model configurations characterized by the
implementation of the very simple to the complex and ideal ones. The first configuration placed
project work as a medium for the development of vocational skills and the teachers played dominant
roles in the completion of students’ project works. The second configuration placed project work as
a medium for putting theoretical and practical learning as close as possible, but teachers’ control
over project completion was still greatly dominant. The third configuration placed project work as a
medium for integrating theoretical-practical learning, collaborative learning of solutions to contextual
problems provisioning more autonomy to the students in the decision making process for project
work completion. The third configuration was considered as the most ideal model in project-based
learning.

Kata kunci: model pembelajaran, pembelajaran berbasis proyek, kerja proyek, metode proyek, sekolah
kejuruan

Upaya menghasilkan tenaga kerja kompeten dan ber- membuka lapangan kerja baru, yang juga menjadi
kualitas tinggi baik pada tingkat universitas, seperti tujuan pendidikan teknologi dan kejuruan, juga masih
program Diploma dan Politeknik, maupun Sekolah jauh panggang dari api. Hal ini menunjukkan betapa
Menengah Kejuruan (SMK), sebenarnya sudah lama mendesaknya keperluan mencari jalan keluar untuk
dilakukan. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan peningkatan mutu tamatan melalui peningkatan mutu
para tamatan pendidikan teknologi dan kejuruan de- pembelajaran.
ngan kreativitas dan mutu yang rendah, dan tidak e- Menghadapi fragmentasi lapangan kerja yang
fisien. Hasil penelitian McMahon, Bishry, dan Moegi- makin kompleks seperti sekarang, yang diperlukan
adi (1993) menunjukkan hal itu, bahwa “real rate of dalam pengembangan tenaga kerja bukan lagi seke-
return” SMK lebih rendah daripada SMU, yakni 6% dar kemahiran atau otomatisasi keterampilan unit-
berbanding 11%. Lulusan SMU lebih banyak terserap unit khusus, melainkan yang lebih penting adalah daya
lapangan kerja daripada lulusan SMK, karena diyakini adaptasi terhadap perubahan masa kini dan perubah-
lulusan SMU lebih terampil berpikir tingkat tinggi dari- an masa depan, suatu kemampuan untuk mengako-
pada lulusan SMK. Meskipun data ini diperoleh 10 modasi perubahan-perubahan kontekstual (contex-
tahun lalu, keadaan sekarang belum tampak banyak tual changes). Agar daya adaptasi ini terbentuk pada
berubah. Fakta ini juga menunjukkan bahwa produkti- diri anak didik, tak cukup dengan mengajarkan kom-
vitas kerja tamatan pendidikan teknologi dan kejuruan ponen keahlian profesi secara terpisah dengan kom-
masih sangat rendah. Harapan terhadap tamatan se- ponen yang lain, akan tetapi memerlukan pembelajar-
bagai kader-kader wirausaha baru yang mampu an kecakapan kerja yang berperspektif holistik dan

98
Kamdi, Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. 99

kontekstual. Koordinasi dan keefektifan dari hubung- nik dan kejuruan, model pembelajaran seperti itu juga
an ketiga komponen kecakapan yakni kecakapan belum ada kajian mendalam dan terlihat secara nyata
akademik, kecakapan teknis (okupasional), dan em- terapannya di beberapa fakultas teknik di perguruan
ployability skill (kecakapan bekerja) menjadi subjek tinggi maupun di sekolah-sekolah kejuruan di Indone-
yang amat penting dalam praktik pembelajaran. Seba- sia.
gai modal dasar para tamatan memasuki dunia kerja, Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek di-
pendidikan teknologi dan kejuruan harus dapat mem- dukung teori belajar konstruktivistik. Konstruktivisme
berikan kompetensi dasar itu secara utuh sebagai adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas
tolak ukur keberhasilan praktik pembelajarannya. yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun
Dari sisi subject matter, dapat diajukan proposi- pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengala-
si bahwa siswa akan belajar paling baik ketika mere- mannya sendiri (Murphy, 1997). Pendekatan Pembel-
ka merasa berkepentingan di dalam subject-matter, ajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai sa-
dan ketika konsep-konsep diaplikasikan dalam kon- lah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar
teks kehidupan sehari-hari (ATEEC Fellows, 2000), yang dapat mendorong siswa membangun pengeta-
karena siswa belajar dalam keadaan fun dan lebih huan dan kecakapan secara personal. Tatkala pende-
menantang daripada belajar dalam bentuk komponen- katan proyek ini dilakukan dalam modus belajar kola-
komponen kurikulum yang lepas konteks. Oleh karena boratif dalam kelompok kecil mahasiswa, pendekatan
itu, tantangannya ialah bagaimana pembelajaran yang ini juga mendapat dukungan teoretik yang bersumber
kontekstual memberikan jalan alternatif untuk me- dari konstruktivisme sosial Vygotsky yang memberi-
ningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam banyak lite- kan landasan pengembangan kognitif melalui pening-
ratur, pembelajaran kontekstual didefinisikan sebagai katan intensitas interaksi antarpersonal (Vygotsky,
pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa bela- 1978; Davydov, 1995). Adanya peluang untuk me-
jar menggunakan pemahaman akademik dan kemam- nyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain,
puan mereka dalam berbagai konteks di dalam atau dan merefleksikan ide sendiri pada ide-ide orang lain,
di luar sekolah untuk memecahkan masalah-masalah adalah suatu bentuk pengalaman pemberdayaan indi-
dunia nyata atau simulatif, baik sendiri maupun ke- vidu. Proses interaktif dengan kawan sejawat itu
lompok (Sears & Hersh, 1998; ATEEC Fellows membantu proses konstruksi pengetahuan (meaning-
2000). Salah satu model pembelajaran alternatif yang making process). Dalam pandangan ini transaksi
dapat memberi konteks kehidupan sehari-hari siswa/ sosial memainkan peranan sangat penting dalam
mahasiswa adalah model Pembelajaran Berbasis pembentukan kognisi (Richmond & Striley, 1996).
Proyek (project-based learning/PjBL) (Thomas, Proses negosiasi kognitif interpersonal sebagai ben-
2000; Buck Institute for Education, 1999). Tugas pro- tuk dari pengajuan gagasan, debat, dan menerima
yek dibangun oleh siswa berdasarkan pengamatan atau menolak selama proses interaksi dengan kawan
terhadap permasalahan dunia nyata di sekitar mereka, sejawat memungkinkan perluasan dan penghalusan
sehingga memberikan kebermaknaan bagi diri me- pengetahuan dan keterampilan. Dari perspektif teore-
reka. tik ini, pendekatan belajar berbasis proyek ini membe-
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek se- rikan alternatif lingkungan belajar otentik di mana
bagai salah satu model pembelajaran kontekstual me- pembelajar dapat membantu memudahkan mahasis-
miliki karakteristik yang meliputi belajar-mengajar wa meningkatkan kecakapan mereka di dalam be-
yang: berbasis masalah, kerja proyek, mengembang- kerja dan pemecahan masalah secara kolaboratif.
kan self-regulation, terjadi di dalam multi setting Sebagai pendekatan pembelajaran baru, Pembelajar-
dan multikonteks, menjangkau pembelajaran dalam an Berbasis Proyek potensial berhasil memperbaiki
konteks kehidupan berbeda-beda siswa, mengguna- praktik pembelajaran pada pendidikan teknologi (dan
kan tim atau struktur kelompok belajar kolaboratif kejuruan) (Knoll, 2002), sehingga dimensi-dimensi
yang saling tergantung sehingga siswa dapat belajar kecakapan siswa academic skills, occupational
dari siswa yang lain, dan menggunakan pengukuran skills, dan employability skills dapat berkembang
otentik dan multi-metode untuk pengukuran penca- secara optimal.
paian belajar siswa (Sears & Hersh, 1998). Meskipun Potensi keefektifan belajar berbasis proyek ini
berpotensi memecahkan masalah pembelajaran tek- didukung oleh temuan-temuan penelitian belajar kola-
100 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 17, NOMOR 1, APRIL 2010

boratif yang terbukti dapat meningkatkan pencapaian nesia. Penelitian ini bertujuan menggali karakteristik
prestasi akademik, berpikir tingkat tinggi dan keca- model-model PjBL yang berkembang di SMK kota
kapan berpikir kritis yang lebih baik, kemampuan me- dan kabupaten Malang.
mandang situasi dari perspektif lain yang lebih baik,
pemahaman yang mendalam terhadap bahan belajar,
lebih bersikap positif terhadap bidang studi, hubungan METODE
yang lebih positif dan suportif dengan kawan sejawat, Rancangan Penelitian
dan meningkatkan motivasi belajar (Thomas, 2000;
Johnson, Johnson, & Stanne, 2000; Haller, Gallagher, Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni meme-
Weldon, & Felder, 2000; Shia, Howard & McGee, takan karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
1998; Felder & Brent, 1996). dalam pengembangan dimensi-dimensi kecakapan
Dimensi-dimensi keterampilan/kecakapan kerja kerja, sebagai dasar pengembangan pembelajaran
tersebut terdiri atas tiga dimensi utama, yaitu (1) ke- teknologi dan kejuruan yang konstruktivistik, dan me-
cakapan akademik, (2) kecakapan teknikal, dan (3) mahami dimensi-dimensi kecakapan apa yang pe-
kecakapan employabiliti. Ketiga dimensi ini memben- ngembangannya cocok dengan pendekatan Pembela-
tuk kecakapan yang utuh seorang profesional. Kete- jaran Berbasis Proyek, serta seberapa luas pendekat-
rampilan/kecakapan menggunakan konsep-konsep an Pembelajaran Berbasis Proyek dapat mengako-
dan prinsip-prinsip dalam mendesain sebuah produk modasi kebutuhan belajar siswa, maka rancangan
merupakan kecakapan akademik yang utama dimiliki penelitian ini menggunakan pendekatan eksploratif.
oleh seorang profesional di bidang permesinan. Seba-
gai dimensi yang lain dari kecakapan utuh seorang
Subjek Penelitian
profesional, keterampilan/kecakapan teknikal ditun-
jukkan oleh, salah satunya, keterampilan/kecakapan Dari 24 Sekolah Menengah Kejuruan di kota
membuat suatu produk yang telah direncanakan se- Malang, dalam survei pendahuluan teridentifikasi ada
belumnya. Pengalaman nyata melalui proses produksi 7 SMK Negeri dan 1 SMK Swasta yang memenuhi
itu akan memperluas dan memperhalus kecakapan kriteria subjek penelitian sebagai sekolah pengem-
teknikal misalnya berupa keterampilan/kecakapan bang project-based learning.
mengoperasikan mesin (Schmidt, 1988; Waras & Su-
hardjono, 1994). Sejalan dengan teori-teori konstrukti-
Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan
vistik, pengalaman nyata melalui proses produksi se-
Data
bagai wahana pembelajaran teknik juga akan mem-
perluas dan memperhalus pengetahuan akademik Instrumen pengumpulan data dikembangkan o-
(Doolittle & Camp, 1999; Kerka, 1997; Waras, 2004). leh peneliti. Instrumen yang dikembangkan antara
Dalam konteks penelitian ini, diduga bahwa penga- lain: pedoman wawancara, rubrik observasi, dan kue-
laman melalui kegiatan proses produksi dengan basis sioner, serta dokumentasi. Artifak (berupa dokumen
permasalahan nyata yang kontekstual akan lebih RPP, perangkat pembelajaran, dan dokumen produk-
memperluas dan memperhalus pemahaman konsep- produk pembelajaran) juga dikumpulkan sebagai
konsep dan prinsip-prinsip bidang keahlian tertentu. sumber data.
Di Indonesia, PjBL dikenal di SMK sejak tahun
1976 dengan istilah Project Work. Pendekatan ini
diterapkan pertama kali di STM Pembangunan, dan Analisis Data
kemudian berkembang ke sekolah-sekolah kejuruan Ada tiga tahapan analisis data. Pertama, data
lainnya. Project work kemudian berkembang dengan kuantitatif akan diolah dan kemudian ditabulasi serta
segala variasi modelnya sesuai dengan konteks ling- dihitung (tally) secara kuantitatif. Kemudian persen-
kungan sekolah masing-masing. Dalam literatur, seja- tase dari masing-masing butir pertanyaan dihitung
lan dengan perkembangannya, project work ini ke- agar dapat diketahui kecenderungannya. Profil data
mudian dikenal luas dengan istilah Project-Based pun dapat digambarkan setelah proses ini selesai.
Learning. Sejauh ini, belum ada kajian yang represen- Kedua, data kualitatif diolah dan dikategorisasi.
tatif mengenai perkembangan PjBL di SMK di Indo- Pengurangan data (data reduction) akan dilakukan
Kamdi, Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. 101

terhadap data yang masuk namun tak ada relevansi- proses desain, (10) proses produksi, (11) teknik peni-
nya dengan topik yang sedang dikaji. Sebelum dikate- laian, (12) aspek penilaian, (13) presentasi hasil pro-
gorisasi, data kualitatif yang dikumpulkan melalui wa- yek, (14) jenis produk yang akan dihasilkan, (15)
wancara mendalam maupun observasi perlu ditrans- jangka waktu proyek, (16) aspek hasil belajar yang
krip dahulu. Setelah ditranskrip, data siap-olah ini ke- diukur, (17) teknik pengukuran hasil belajar, dan (18)
mudian dikategorisasi, direduksi (data yang tidak rele- strategi implementasi PBP.
van disisihkan), dan kemudian dianalisis serta diinter-
pretasi. Pada tahap ini data yang berbetuk dokumen
Tugas Proyek dan Cara Penentuannya
juga dianalisis isi sebagai data tambahan otentik. Data
kuantitatif, kualitatif maupun hasil content analysis Dalam rancangan Pembelajaran Berbasis Pro-
(penelaahan dokumen) tersebut kemudian disintesis yek yang ideal selalu disertai deskripsi tugas proyek.
sebagai landasan penarikan kesimpulan awal. Kesim- Deskripsi ini menunjukkan keterkaitan antara tema
pulan awal ini kemudian dikonfirmasi dengan subjek kerja proyek, rancangan proyek, dan derajat komplek-
(siswa, guru, kepala sekolah). Dengan cara demikian, sitas proyek dengan standar kompetensi yang harus
diharapkan hasil penelitian ini memiliki validitas (kon- dicapai dalam pembelajaran. Dari 14 program keahli-
struk, internal, dan ekternal) dan reliabilitas yang baik. an di 8 SMK yang diteliti yang menerapkan pembela-
Dengan demikian sebagian data dianalisis de- jaran dengan pemberian tugas kerja proyek, hanya
ngan menggunakan teknik analisis kualitatif, data terdapat 5 program keahlian (35,71%) yang memberi-
yang sudah terkumpul kemudian direduksi berupa po- kan deskripsi tugas proyek lengkap dengan standar
kok-pokok temuan yang relevan dengan fokus peneli- kompetensi yang akan dicapai melalui kerja proyek
tian, selanjutnya disajikan secara naratif. Data disaji- tersebut. Ada 7,14% yang mendeskripsikan tema pro-
kan secara deskriptif, faktual dan sistematik. yeknya, akan tetapi tidak jelas hubungannya dengan
Ketiga, rekonstruksi model untuk memetakan kompetensi yang akan dicapai. Mayoritas program
variasi model Pembelajaran Berbasis Proyek imple- keahlian belum memberikan secara jelas deskripsi
mentatif berdasarkan karakteristiknya di SMK, untuk proyek dan hubungannya dengan pencapaian kompe-
mendapatkan variasi model pengembangan Pembela- tensi yang ingin dicapai.
jaran Berbasis Proyek yang dilakukan SMK di Ma- Ada kalanya tugas proyek ditentukan oleh guru,
lang. Berdasarkan telaah terhadap variasi model an- tetapi ada kalanya ditentukan oleh siswa. Jika kegiat-
tarsekolah tersebut ditarik kesimpulan model-model an pembelajaran dilakukan dengan fokus siswa, maka
yang potensial untuk mengembangkan kecakapan siswa diberi otonomi dalam menentukan tugas proyek
kerja siswa. Rekonstruksi model didasarkan pada 3 yang akan dikerjakan. Minat siswa atau sekelompok
pilar utama, yakni: (1) kentekstual, (2) kolaboratif, siswa diberi peluang pengembangannya melalui kegi-
dan (3) otonomi pebelajar. atan proyek tersebut. Kendali belajar sepenuhnya
ada pada siswa. Hal ini baik. Hanya saja, kadang-
kadang tema proyek diambil kurang sesuai dengan
HASIL
standar kompetensi yang ingin dicapai. Tingkat kom-
Deskripsi Karakteristik Model Pembelajaran pleksitas tugas proyek kadang-kadang tidak sesuai
Berbasis Proyek di SMK dengan tingkat kompetensi. Oleh karena itu, peran
guru diperlukan dalam memonitor dan mengukur de-
Karakteristik model PBP ini dirampatkan dari rajat kompleksitas tugas dan kesesuaiannya dengan
PBP yang diimplementasikan di 8 SMK di Malang, kompetensi yang akan dicapai. Dalam hal ini, dari a-
yang meliputi 14 program keahlian. Terdapat 18 butir neka tugas proyek yang dikerjakan siswa dari 14 pro-
indikator yang diidentifikasi untuk memberikan karak- gram keahlian di SMK tersebut tidak ada sekolah a-
teristik PBP di SMK, yakni (1) deskripsi proyek da- tau program keahlian yang sepenuhnya menyerahkan
lam kaitannya dengan standar kompetensi, (2) penen- penentukan tema proyek kepada siswa. Akan tetapi,
tuan tema proyek, (3) penetapan konteks proyek, (4) tema tugas proyek ditentukan oleh siswa bersama
pembentukan kelompok kerja, (5) perangkat proyek, guru (45,85%), atau ditentukan oleh guru saja
(6) pengaturan waktu kerja, (7) identifikasi masalah (54,15%).
riil, (8) perumusan alternatif pemecahan masalah, (9)
102 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 17, NOMOR 1, APRIL 2010

Konteks Pembelajaran dan Pengelompokan ini 28,54% masalah proyek ditentukan oleh guru, se-
Siswa dangkan 71,46% ditentukan oleh siswa secara oto-
nom. Ada tiga cara yang biasa dilakukan untuk me-
Yang dimaksud konteks pembelajaran adalah mandu siswa menemukan dan menentukan masalah
tempat atau lingkungan di mana tema proyek diang- proyeknya, yakni siswa melakukan observasi, siswa
kat dan kegiatan proyek dilakukan. Biasanya konteks dibimbing mengkaji objek tertentu, dan siswa dibim-
pengembangan proyek siswa dilakukan di sekitar ling- bing mengindentifikasi masalah.
kungan sehari-hari siswa. Lingkungan dimaksud bisa
sekolah, industri, atau lingkungan masyarakat umum
yang diakrabi siswa. Dari deskripsi data diketahui Penjadwalan Pelaksanaan Proyek
bahwa proyek yang dikerjakan siswa bervariasi, yak-
Pengaturan jadwal pelaksanaan proyek amat
ni 50% dikerjakan dengan konteks sekolah, 28,57%
tergantung pada kondisi dan situasi sekolah. Di SMK
dikembangkan dengan konteks lingkungan masyara-
biasa diterapkan sistem blok atau sistem day release.
kat umum, dan 21,43% dikembangkan di lingkungan
Dalam sistem blok proyek dilakukan secara terus-
industri. Salah satu contoh proyek yang dikerjakan
menerus dalam durasi waktu tertentu, sadangkan da-
di lingkungan sekolah adalah “Aplikasi Sistem Infor-
lam day release pengerjaan proyek disesuaikan de-
masi Perpustakaan” yang dikerjakan oleh Krisna A
ngan jadwal reguler. Dalam hal ini data menunjukkan
Wiranata Siswa Kelas II Progran Keahlian RPL pada
sebagian besar sekolah mengatur penjadwalan de-
SMKN 5 Malang. Contoh proyek lain yang dikerjakan
ngan sistem day release (64,28%), dan jadwal diatur
dengan konteks masyarakat umum, misalnya berjudul
sesuai dengan jadwal kerja yang dibuat oleh siswa
“Budaya Menggunakan Helm” yang dikerjakan oleh
(28,54%).
Lusia Maria, siswa Program Keahlian Multimedia,
SMKN 5 Malang.
Proyek pada umumnya dikerjakan dalam tim a- Proposal Proyek dan Penetapan Strategi
tau kelompok, meskipun ada juga yang individual. Di Penyelesaian Masalah
samping karena tugas proyek bersifat kompleks, tu-
gas berkelompok dimaksudkan agar siswa satu sama Pada umumnya guru memberi panduan untuk
lain punya pengalaman bekerja dalam tim dan berko- merumuskan masalah dan menetapkan strategi pe-
munikasi dalam penyelesaian tugas. Dalam hal ini, mecahan masalah, serta menyusun proposal proyek
data menunjukkan kerja tim 2-3 orang yang paling kepada siswa (71,46%). Ada 28,54% program keahli-
banyak dilakukan; dan pilihan kedua adalah tugas an yang tidak memberi panduan kepada siswa. Guru
individual sebagaimana ditunjukkan 28,57%. pada program keahlian ini sudah merumuskan dan
menetapkan strategi penyelesaian proyek yang harus
dikerjakan siswa.
Panduan untuk Siswa dan Penentuan Masalah Guru pada program keahlian yang menugasi sis-
wanya secara berkelompok menyusun proposal pro-
Sebelum menentukan topik atau judul proyek
yek pada umumnya memberikan panduan. Dari 8
biasanya siswa dihadapkan pada persoalan nyata se-
sekolah yang diamati terkumpul 62 proposal. Pada
hari-hari dengan konteks sekolah, industri atau ma-
umumnya, proposal proyek memuat rancangan/desa-
syarakat umum. Panduan untuk siswa disiapkan un-
in proyek (87,1%); dalam perencanaan atau desain
tuk memandu siswa dalam memahami persoalan dan
tersebut siswa melakukan proses kalkulasi-kalkulasi
mengidentifikasi masalah yang kemudian diangkat
dimensi produk, kalkulasi bahan, kalkulasi teknik dan
menjadi topik proyek. Dalam pembelajaran berbasis
biaya (87,1%), dan desain ditampilkan dalam gambar
proyek yang diteliti ini sebagian besar (71,42%) guru
atau bagan (87,1%). Selebihnya tidak ada proposal.
memberikan panduan berupa kerangka umum untuk
mengidentifikasi masalah dan menyusun proposal
proyek. Hanya 28,57% yang tidak memberikan pan- Penilaian Proyek
duan penyusunan proyek.
Penentuan masalah proyek yang dikerjakan sis- Idealnya, pembelajaran berbasis proyek membe-
wa melalui intervensi guru atau memberi otonomi ri kesempatan kepada siswanya melakukan penilaian
kepada siswa. Dari 14 program keahlian yang diamati atas karya atau produknya. Akan tetapi, data obser-
Kamdi, Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. 103

vasi ini menunjukkan semua penilaian dilakukan oleh Tabel 1. Deskripsi Kecakapan yang Diharapkan
guru. Hasil penilaian ini dijadikan umpan balik, sekali- Bekembang melalui Proyek Siswa
gus juga untuk penilaian hasil belajar.
Aspek penilaian terhadap hasil kerja proyek bia- No Indikator f %
1 Kecakapan menerapkan 14 100
sanya meliputi banyak aspek. Biasanya digolongkan pengetahuan akademik ke
atas indikator proses, produk, atau proses dan produk. dalam praktik
Hasil observasi ini menunjukkan penilaian hasil kerja 2 Mengungkapkan ide secara 14 100
proyek yang sepenuhnya dilakukan oleh guru itu, di- jelas
3 Menciptakan produk yang 14 100
lakukan dengan indikator gabungan antara proses dan berkualitas
produk. 4 Mengkonstruksi tugas 10 71,43
Hasil kerja proyek mahasiswa pada umumnya secara jelas
5 Siswa dapat mendesain 8 57,14
tidak dipresentasikan di kelas atau dalam bentuk semi- produk, mengkalkulasi
nar siswa. Hasil kerja ini umumnya langsung dinilai teknis, bahan dan biaya, dan
oleh guru. Sebagian besar guru mengatakan tidak membuat alat produksi
cukup waktu untuk memberi peluang siswa mepre- untuk memecahkan masalah
riil
sentasikan hasil karyanya, meskipun dalam rancang- 6 Membuat perencanaan 8 57,14
an pembelajaran yang dibuat guru kegiatan presenta- secara efektif
si ini termasuk dalam skenario yang dibuat guru. 7 Mengggunakan sumber- 8 57,14
sumber yang penting
8 Kecakapan memahami 6 42,86
Jenis Produk Proyek Siswa konteks masalah di mana
pengetahuan dan
Dari 14 program keahlian yang diamati, 42,86% keterampilan mereka
berguna untuk memecahkan
hanya menuntut siswa sampai dapat menyelesaikan masalah tersebut
produk benda nyata; 14,28% menugasi penyelesaian 9 Rancang alat atau teknologi 6 42,86
produk benda nyata disertai laporan tertulis mengenai baru tepat guna untuk
memecahkan masalah riil
proses penyelesaian masalahnya, dan 42,86% lainnya 10 Mengevaluasi tindakan 4 28,57
menugasi siswa menyelesaikan produk, disertai pe- sendiri secara efektif
nyusunan laporan tertulis (ada yang disertai analisis), 11 Sensitif terhadap umpan 4 28,57
dan kedua jenis produk tersebut dipersentasikan di balik
12 Menemukan keakuratan 4 28,57
kelas. Kelompok program keahlian yang terakhir ini
pada umumnya program-program keahlian yang me-
nuntut banyak kreativitas dalam kerja proyek, seperti Manajemen Waktu Kegiatan Proyek
program keahlian multimedia, boga, busana, dan seje-
Dalam implementasinya, Pembelajaran Berba-
nisnya.
sis Proyek memberikan pengalaman belajar untuk
pengembangan diri. Cara-cara yang digunakan guru
Kecakapan yang Diharapkan Tercapai melalui antara lain: pemberian tanggung jawab individual dan
Kegiatan Proyek Siswa kelompok, pemberian keleluasaan mengambil kepu-
tusan pengelolaan kelompok siswa dalam melaksana-
Pembelajaran Berbasis Proyek diharapkan me- kan tugas-tugas, pemberian pengarahan dan pendam-
numbuhkembangkan multi kecakapan. Guru mene- pingan pelaksanaan belajar, serta pengukuran hasil
tapkan jenis-jenis kecakapan yang ingin dicapai mela- belajar. Pada umumnya cara-cara itu dilakukan di
lui kerja proyek siswa. Dalam rencana pembelajaran, semua program keahlian.
kecakapan-kecapakan tersebut ditetapkan secara sa- Pada umumnya PBP dilaksanakan pada kelas
dar sebagai tujuan pembelajaran. Deskripsi kecakap- 3 dengan asumsi siswa sudah siap dengan pengatahu-
an yang ingin dicapai yang ditemukan dalam rancang- an dan keterampilannya sehingga bisa menyelesaikan
an pembelajaran guru tersebut disajikan dalam Tabel proyek dengan baik. Namun demikian, dalam skala
1. kecil di tingkat mata diklat atau rumpun mata diklat,
PBP juga diterapkan di beberapa mata diklat produktif
sejak kelas 1 dan kelas 2.
104 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 17, NOMOR 1, APRIL 2010

Pembelajaran Berbasis Proyek biasanya mem- PEMBAHASAN


beri keleluasaan kepada siswa mengatur jadwal kerja
Kajian penelitian ini beranjak dari sorotan sejum-
kelompoknya. Akan tetapi, kenyataan di SMK tak
lah isu penting dalam pendidikan kejuruan di Indone-
sepenuhnya otonomi pengelolaan waktu kerja proyek
sia. Pertama, isu keprihatinan massal tentang masih
ini diberikan kepada siswa. Pada umumnya di di SMK
rendahnya mutu tenaga kerja baik dari lulusan tingkat
pengelolaan waktu Pembelajaran Berbasis Proyek
universitas, seperti program Diploma dan Politeknik
mengikuti jadwal reguler, meskipun 46,86% masih
maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Aki-
memberikan fleksibilitas.
batnya, banyak sekali pekerjaan yang dilakukan para
tamatan pendidikan teknologi dan kejuruan dengan
Kontrol terhadap Kriteria Kompetensi kreativitas dan mutu yang rendah, serta munculnya
masalah transisi dari sekolah ke tempat kerja.
Meskipun tema proyek telah ditetapkan, topik Kedua, di satu sisi, fragmentasi lapangan kerja
dan permasalahan proyek yang dikerjakan siswa bisa yang makin kompleks yang menuntut bukan lagi seka-
bermacam-macam topik, tergantung pilihan kelom- dar kemahiran atau otomatisasi keterampilan unit-u-
pok siswa. Demikian juga tingkat kompleksitas tugas nit khusus, melainkan yang lebih penting adalah daya
proyek mungkin berbeda-beda. Untuk memastikan adaptasi terhadap perubahan masa kini dan perubah-
proyek yang dikerjakan sesuai dengan tujuan pembel- an masa depan, yaitu suatu kemampuan untuk meng-
ajaran, guru mengontrol kompetensi yang akan dica- akomodasi perubahan-perubahan kontekstual (con-
pai melalui belajar berbasis proyek tersebut. Beberapa textual changes).
cara digunakan oleh guru untuk mengontrol kompe- Ketiga, di sisi lain lagi, pendidikan vokasional,
tensi tersebut, di antaranya menilai proposal siswa termasuk perguruan tinggi vokasi, mengalami kera-
(42,86%), dan mengarahkan rancangan proyek siswa puhan dari dalam, kerena kegiatan pembelajaran ter-
sesuai dengan kriteria kompetensi dalam kurikulum cabut dari konteks (decontextualized tasks), dan
(28,57%). Sedangkan guru menetapkan kriteria mengajarkan keterampilan-keterampilan komponen
dahulu untuk menentukan jenis proyek siswa sebesar diskret yang memiliki hubungan sumir dengan kegu-
28,57%. naan bagi siswa di luar sekolah (Drost, 1998, 2001).
Pendidikan vokasional lebih menonjolkan model pela-
Kontribusi Kerja Proyek terhadap Pengem- tihan yang memusatkan perhatian pada pembentukan
bangan Keterampilan Siswa keterampilan otomatisasi motorik siswa ketimbang
kecakapan unjuk kerja yang utuh (cakap akademik,
Penyelesaian tugas proyek melibatkan berbagai cakap teknikal, dan cakap employability).
macam keterampilan siswa. Kegiatan kerja proyek Beranjak dari ketiga isu tersebut, kajian ini me-
dimulai dari identifikasi masalah, mengkaji literatur, musatkan perhatian pada Pembelajaran Berbasis Pro-
merumuskan pemecahan masalah atau mendesain yek sebagai pendekatan alternatif yang potensial da-
produk, hitung-menghitung, percobaan-percobaan, pat meningkatkan mutu pembelajaran teknik. Sejum-
melakukan produksi atau membuat sesuatu, dan sete- lah literatur telah menunjukkan bahwa pengetahuan
rusnya. Berdasarkan pengalaman belajar yang demi- dan keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna
kian kompleks, siswa berpeluang mengembangkan (meaningful-use) dapat dikonstruk melalui tugas-
keterampilan-keterampilannya. Aspek-aspek kete- tugas dan pekerjaan yang otentik (Cord, 2001, Hung
rampilan yang dapat dikembangkan melalui kerja pro- & Wong, 2000; Myers & Botti, 2000, ED, 1995; Mar-
yek adalah sebagaima dideskripsikan dalam Tabel zano, 1992). Dalam pembelajaran teknik dan kejuru-
2. Kemampuan menggunakan alat-alat tangan, ke- an, keotentikan kegiatan kurikuler terdukung oleh pro-
mampuan bekerja dengan komputer, menggunakan ses kegiatan perencanaan (designing) yang open-
alat-alat dasar, kemampuan bekerja dalam tim, dan ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetap-
memanfaatkan berbagai sumber informasi menunjuk- kan sebelumnya oleh perspektif tertentu.
kan peningkatan yang paling signifikan. Kerja proyek didesain sebagai bentuk open-
ended contextual activity-based learning. Dalam
kerja proyek, pebelajar juga didorong dalam proses
Kamdi, Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. 105

Tabel 2. Deskripsi Kontribusi Kerja Proyek terhadap Kebutuhan Pengembangan


Keterampilan Siswa
No Aspek
1 Kemampuan menggunakan alat-alat tangan tertentu untuk bekerja
2 Kemampuan bekerja dengan komputer
3 Menggunakan alat-alat dasar secara efektif
4 Kemampuan bertanggungjawab terhadap kualitas produk
5 Kemampuan bekerja secara kooperatif dalam setting bekerja
6 Menggunakan berbagai sumber informasi untuk menyelesaikan tugas
7 Bekerja efektif di dalam Tim
8 Kemampuan membuat ilustrasi berhubungan dengan tugas-tugas khus
kejuruan
9 Menampilkan tanggung jawab dan etika kerja
10 Kemampuan mengiterpretasi, mengaplikasi, dan menuangkan informa
dalam tulisan
11 Kemampuan menghitung: plus, minus, kali, bagi, dst.
12 Kemampuan menerapkan operasi hitungan aljabar, geometri, dan trigo
13 Kemampuan membuat dan mencapai tujuan unjuk kerja pribadi
14 Mengelola dan mengembangkan potensi diri
15 Kemampuan memahami bahan tertulis
16 Kemampuan bekerja secara sehat dan aman di tempat kerja
17 Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masala
18 Kemampuan mendengar dan berbicara secara efektif
19 Kemampuan menggunakan cara-cara berbeda berdasarkan ide-ide baru
20 Membuat perencanaan karier secara eksplisit
21 Kemampuan membuat pilihan efektif ketika dihadapkan sejumlah alte
22 Kemampuan bekerja dengan orang lain untuk memecahkan konflik ya
berhubungan dengan pekerjaan
23 Kemampuan membimbing yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan
24 Bertindak efektif di dalam organisasi
25 Mengelola uang secara efektif

konstruksi pengetahuan secara sosial yang merupa- kapan siswa yang integratif, dan (2) variasi model
kan bagian dari proses pembelajaran yang memberi- Pembelajaran Berbasis Proyek yang dikembangkan
kan penekanan kuat pada pemecahan masalah seba- di SMK, sebagaimana diuraikan pada bagian berikut.
gai suatu usaha kolaboratif (Richmond & Striley,
1996). Lingkungan pembelajaran berbasis proyek
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
memberi peluang siswa belajar kecakapan hidup se-
di SMK
cara integratif dan multidisipliner, sehingga kecakapan
akademik (yang sering juga disebut kecakapan adap- Memperhatikan deskripsi data, model Pembela-
tif) berkembang makin luas dan makin halus secara jaran Berbasis Proyek yang diimplementasikan di
paralel dengan kecakapan teknikal-produktif, dan ke- SMK mengarah pada tiga konfigurasi model. Konfi-
cakapan employability. gurasi pertama, model Pembelajaran Berbasis Proyek
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, pembahasan yang menempatkan kerja proyek sebagai wahana
ini tertuju pada penjelasan: (1) karakteristik Pembela- pengembangan keterampilan teknikal, dan dominasi
jaran Berbasis Proyek yang diimplementasikan di peran guru dalam proses penyelesaian kerja proyek
SMK sebagai model pembelajaran yang dimaksud- sangat besar. Konfigurasi kedua, model Pembelajaran
kan untuk mengembangkan dimensi-dimensi keca- Berbasis Proyek yang menempatkan kerja proyek
106 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 17, NOMOR 1, APRIL 2010

sebagai wahana mendekatkan belajar teoretik dan Konfigurasi model Pembelajaran Berbasis Pro-
praktikal, kontekstual, tetapi kontrol guru dalam proses yek yang kedua memiliki karakteristik sebagai berikut:
penyelesaian proyek masih cukup tinggi. Kon-figurasi (1) Topik dan permasalahan tugas proyek ditentukan
ketiga, model Pembelajaran Berbasis Proyek yang oleh guru, dan kemudian siswa dibimbing untuk mela-
menempatkan kerja proyek sebagai wahana kukan observasi permasalahan; tugas proyek disertai
pengintegrasian belajar teroretik-praktikal, belajar pe- deskripsi yang menjelaskan kaitan tugas proyek de-
mecahan masalah kontekstual, kolaboratif, dan pem- ngan tujuan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Tugas
berian otonomi yang besar kepada siswa dalam peng- proyek relatif kompleks, dengan tema yang konteks-
ambilan keputusan penyelesaian kerja proyek. Konfi- tual di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah,
gurasi yang ketiga inilah yang ideal sebagai model kompetensi yang ingin dicapai dalam kerja proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek. ditentukan oleh guru, dan tugas proyek diselesaikan
Karakteristik konfigurasi model Pembelajaran secara berkelompok 2-3 orang; (3) Dilakukan di ting-
Berbasis Proyek yang pertama ditemukan di 8 pro- kat mata pelajaran, dan dimulai pada kelas dua; (4)
gram keahlian (57,14%) dengan ciri-ciri: (1) tugas Rata-rata waktu yang diperlukan untuk kerja proyek
proyek yang tidak disertai kejelasan tentang deskripsi 1 bulan; (5) Siswa tidak selalau menyusun proposal,
proyek yang mengaitkan dengan deskripsi kompeten- akan tetapi pada akhir proyek membuat laporan ter-
si yang menjadi tujuan kurikuler. Tugas proyek yang tulis; (6) Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru;
seperti ini terutama terjadi pada program-program dan umpan balik diberikan berdasarkan penilaian hasil
keahlian yang berada dalam rumpun bidang keahlian kerja, baik dari penilaian proses maupun produk; (7)
teknik mesin dan otomotif; (2) tugas proyek ditentu- Penyelesaian tugas proyek dilakukan dengan mengi-
kan oleh guru, rancangan proyek juga dibuat oleh kuti jadwal reguler, tetapi dapat diatur secara fleksibel
guru, dibuat dengan konteks lingkungan sekolah, bagi tugas-tugas proyek yang menggunakan konteks
meskipun ada satu program keahlian dari 8 keahlian pembelajaran di luar sekolah; (8) Karena tugas pro-
yang memiliki konfigurasi model pertama yang meng- yek yang relatif kompleks, maka memberi peluang
gunakan konteks proyek di industri kecil; (3) tugas terjadinya proses integrasi bidang studi serumpun.
proyek dikerjakan secara individual, dan kadang se- Kontrol belajar pada konfigurasi model Pembel-
cara berkelompok 2-3 orang; (4) siswa tidak diberi ajaran Berbasis Proyek yang kedua ini sudah lebih
panduan untuk melakukan untuk melakukan observa- longgar daripada konfigurasi model yang pertama.
si, menyusun proposal, melakukan proyek, dan meng- Kontrol belajar masih ada pada guru, akan tetapi ke-
evaluasi diri atas pekerjaan proyeknya; (5) siswa tidak terlibatan siswa dalam mengambil keputusan lang-
selalu menyusun proposal kerja proyek, karena ske- kah-langkah dalam proses penyelesaian tugas proyek
nario penyelesaian tugas proyek telah dibuat oleh gu- cukup tinggi. Karakteristik konfigurasi model yang
ru; (6) evaluasi pembelajaran sepenuhnya dilakukan kedua ini lebih menonjol pada program keahlian Tata
oleh guru tanpa melibatkan siswa untuk mengevaluasi Boga, Tata Rias, dan Tata Busana. Dalam konfigurasi
diri; dan (7) Pembelajaran Berbasis Proyek berlang- model yang kedua ini, peluang tumbuhnya kreativitas
sung di tingkat mata pelajaran, dibina oleh seorang siswa lebih tinggi daripada peluang pada model yang
guru (tidak tim), dan tugas proyek cenderung mono pertama.
disiplin. Konfigurasi model Pembelajaran Berbasis Pro-
Konfigurasi model Pembelajaran Berbasis Pro- yek yang ketiga memiliki karakteristik yang relatif i-
yek seperti ini cenderung mengendaki kontrol belajar deal. Karakteristik tersebut antara lain adalah: (1)
sepenuhnya ada pada guru. Tugas proyek menjadi Tema proyek ditentukan guru bersama siswa, judul
seragam bagi semua siswa, tidak memberi peluang proyek ditentukan oleh siswa, diangkat dari konteks
sedikitpun bagi siswa untuk melakukan pekerjaan industri atau lingkungan masyarakat umum; (2) Kelas
yang berbeda. Proyek dibuat sederhana, karena ada dibagi dalam kelompok kerja siswa, dengan tetap
kendala klasik Pembelajaran Berbasis Proyek mem- memberikan peluang sebaik mungkin bagi kemandiri-
butuhkan biaya yang tinggi untuk pengadaan bahan- an pebelajar, setiap kelompok diberi panduan yang
bahan praktik dan waktu penyelesaian yang lebih ba- memberikan kerangka umum proposal kerja proyek
nyak. (71,46%); (3) Siswa melakukan observasi dan meng-
indentikasi berbagai permasalahan; siswa dibimbing
Kamdi, Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. 107

mengkaji objek; dan siswa dibimbing mengidentifikasi keterampilan kognitif dan teknikal, akan tetapi juga
masalah yang diangkat menjadi proyek (71,46% dari soft skills yang mencakup dimensi-dimensi sikap se-
jumlah program keahlian); (4) Siswa menyusun pro- bagai pekerja yang baik.
posal proyek. Proposal Proyek dilengkapi dengan Dalam observasi ini, kecakapan siswa menerap-
rancangan/desain, dalam perencanaan produk ini sis- kan pengetahuan akademik (teoretik) ke dalam prak-
wa melakukan proses kalkulasi dimensi produk, kal- tik, mengungkapkan ide secara jelas, menciptakan
kulasi bahan, dan kalkulasi teknik dan biaya, serta produk yang berkualitas (bernilai), dan mengonstruksi
menentukan tahap-tahap proses produksi (81,1% dari tugas secara jelas menduduki peringkat yang paling
jumlah kelompok siswa); (5) Siswa dalam kelompok tinggi, dalam arti semua konfigurasi model Pembela-
masing-masing melakukan proses produksi dengan jaran Berbasis Proyek menetapkan keterampilan-ke-
pembagian kerja masing-masing anggota (ditunjuk- terampilan tersebut secara sadar menjadi tujuan
kan di 48,39% program keahlian); (6) Penilaian oleh pembelajaran. Peringkat berikutnya adalah siswa da-
guru yang menjadi umpanbalik bagi unjuk kerja sis- pat merencanakan produk, mengkalkulasi teknis, ba-
wa,dan penilaian dilakukan terhadap proses maupun han dan biaya lainnya, dan melakukan proses produk-
produk; (7) Hasil dipresentasikan melalui seminar ke- si, serta membuat perencanaan secara efektif. Butir-
las, setiap kelompok mengunjukkan karya mereka, butir keterampilan yang paling sering muncul dalam
dan produknya berupa benda nyata disertai laporan rencana guru sebagai tujuan pembelajaran tersebut
analitis (muncul di 42,86% dari jumlah program keahli- sejalan dengan hasil survei Zirkle (1997) yang meng-
an); (8) Durasi proyek rata-rata antara 2-3 bulan, golongkannya ke dalam tiga jenis keterampilan, yakni
dan pada umumnya dilakukan pada kelas II dan kelas keterampilan akademik, teknikal, dan employability.
III, dan proyek relatif kompleks melibatkan penerapan Butir-butir keterampilan yang juga muncul, tetapi
keterampilan berpikir multidisiplin; dan (9) Tugas pro- tidak di semua rancangan pembelajaran Berbasis
yek berorientasi pada pemberian tanggung jawab baik Proyek yang dibuat oleh guru adalah mengggunakan
individual maupun kelompok, pengelolaan kelompok sumber-sumber yang penting, kecakapan memahami
siswa dalam melakukan bermacam-macam tugas, konteks masalah di mana pengetahuan dan keteram-
dan pemberian bimbingan, serta guru mengarahkan pilan mereka berguna untuk memecahkan masalah
rancangan proyek siswa sesuai dengan kriteria kom- tersebut, rancang alat atau teknologi baru tepat guna
petensi untuk memecahkan masalah riil, mengevaluasi tindak-
Tampak bahwa pada konfigurasi model Pembel- an sendiri secara efektif, dan sensitivitas terhadap
ajaran Berbasis Proyek yang ketiga ini kontrol belajar umpan balik.
lebih otonom pada diri siswa. Model ini juga berbasis
masalah riil, kontekstual, dan bermakna bagi siswa.
Kontribusi terhadap Pemenuhan Kebutuhan
Kontrol belajar yang berpusat pada siswa ini mendo-
Belajar Siswa
rong kemandirian siswa dalam mengambil keputusan
tindakan,dan memberikan kebebasan siswa untuk Respon siswa terhadap Pembelajaran Berbasis
berkreasi sebaik-baiknya. Masalah yang diambil rela- Proyek sangat tinggi. Pengakuan guru maupun siswa
tif kompleks, dan karena itu pengalaman menyelesai- Pembelajaran Berbasis Proyek membuat suasana
kan tugas proyek menjadi lebih menantang siswa. belajar menjadi hidup. Aktivitas proyek yang dirasa-
Konfigurasi model ketiga ini ditemui pada program kan oleh siswa membuat belajar menjadi lebih nyata
keahlian multimedia, dan teknik informatika; serta itu dipersepsi memberi kontribusi terhadap peningkat-
kriya. an bermacam-macam keterampilan.
Secara berurutan dari yang dipersepsi paling
Keterampilan yang Dikembangkan tinggi ke paling rendah, 25 jenis keterampilan siswa
terkembangkan melalui kegiatan kerja proyek dides-
Pembelajaran Berbasis Proyek diterapkan untuk kripsikan dalam Tabel 2. Dari 25 keterampilan terse-
mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak. but, terdapat 14 keterampilan yang memiliki skor ter-
Guru yang menerapkan Pembelajaran Berbasis Pro- tinggi atau paling banyak dipersepsi oleh siswa me-
yek secara sadar menetapkan tujuan pembelajaran ningkat melalui pengalaman kerja proyek. Ke-14 ke-
tidak hanya berorientasi pada hard skills dalam arti terampilan tersebut adalah:
108 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 17, NOMOR 1, APRIL 2010

Kemampuan menggunakan alat-alat tangan tekstual, tetapi kontrol guru dalam proses penyelesai-
tertentu untuk bekerja an proyek masih cukup tinggi. Konfigurasi ketiga,
Kemampuan bekerja dengan komputer model Pembelajaran Berbasis Proyek yang menem-
Menggunakan alat-alat dasar secara efektif patkan kerja proyek sebagai wahana pengintegrasian
Kemampuan bertanggungjawab terhadap belajar teroretik-praktikal, belajar pemecahan masa-
kualitas produk lah kontekstual, kolaboratif, dan pemberian otonomi
Kemampuan bekerja secara kooperatif dalam yang besar kepada siswa dalam pengambilan kepu-
setting bekerja tusan penyelesaian kerja proyek. Konfigurasi yang
Menggunakan berbagai sumber informasi ketiga inilah yang ideal sebagai model Pembelajaran
untuk menyelesaikan tugas tertentu Berbasis Proyek; (2) kecakapan siswa menerapkan
Bekerja efektif di dalam Tim pengetahuan akademik (teoretik) ke dalam praktik,
Kemampuan membuat ilustrasi berhubungan mengungkapkan ide secara jelas, menciptakan produk
dengan tugas-tugas khusus kejuruan yang berkualitas (bernilai), dan mengonstruksi tugas
Menampilkan tanggung jawab dan etika kerja secara jelas menduduki peringkat yang paling tinggi,
Kemampuan mengiterpretasi, mengaplikasi, dalam arti semua konfigurasi model Pembelajaran
dan menuangkan informasi ke dalam tulisan Berbasis Proyek menetapkan keterampilan-keteram-
Kemampuan menghitung: plus, minus, kali, pilan tersebut secara sadar menjadi tujuan pembela-
bagi, dst. jaran. Peringkat berikutnya adalah siswa dapat me-
Kemampuan menerapkan operasi hitungan rencanakan produk, mengkalkulasi teknis, bahan dan
aljabar, geometri, dan trigonometri biaya lainnya, dan melakukan proses produksi, serta
Kemampuan membuat dan mencapai tujuan membuat perencanaan secara efektif; dan (3) terda-
unjuk kerja pribadi pat 13 kecakapan yang dipersepsi oleh siswa paling
Mengelola dan mengembangkan potensi diri mendapat kontribusi pengembangannya melalui Pem-
belajaran Berbasis Proyek, yaitu kemampuan meng-
Keterampilan-keterampilan tersebut hampir sa- gunakan alat-alat tangan tertentu untuk bekerja; ke-
ma dengan keterampilan-keterampilan yang diidenti- mampuan bekerja dengan komputer, menggunakan
fikasi oleh Gordon (2000) yang menyebutkan 13 butir alat-alat dasar secara efektif; menggunakan alat-alat
kecakapan yang dibutuhkan di abad XXI. Ini berarti dasar secara efektif; bertanggungjawab terhadap ku-
bahwa, Pembelajaran Berbasis Proyek sangat poten- alitas produk; kemampuan bekerja secara kooperatif
sial sebagai pendekatan atau strategi pembelajaran dalam setting bekerja; menggunakan berbagai sum-
untuk pengembangan keterampilan-keterampilan ber informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu;
yang dibutuhkan abad XXI. kemampuan membuat ilustrasi berhubungan dengan
tugas-tugas khusus; kemampuan mengiterpretasi,
mengaplikasi, dan menuangkan informasi ke dalam
KESIMPULAN DAN SARAN tulisan; kemampuan menghitung: plus, minus, kali, ba-
Kesimpulan gi, dst.; kemampuan menerapkan operasi hitungan
aljabar, geometri, dan trigonometri; kemampuan
(1) Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek membuat dan mencapai tujuan unjuk kerja pribadi;
yang diterapkan di SMK di Malang membentuk tiga dan mengelola dan mengembangkan potensi diri.
konfigurasi model Pembelajaran Berbasis Proyek
yang menampakkan graduasi dari yang sederhana
Saran
ke yang kompleks dan ideal. Konfigurasi pertama,
model Pembelajaran Berbasis Proyek yang menem- (1) Ketiga konfigurasi model Pembelajaran Ber-
patkan kerja proyek sebagai wahana pengembangan basis Proyek yang ditemukan dalam penelitian ini me-
keterampilan teknikal, dan dominasi peran guru da- miliki potensi menjadi model pembelajaran yang po-
lam proses penyelesaian kerja proyek sangat besar. tensial dikembangkan di SMK. Model ketiga yang
Konfigurasi kedua, model Pembelajaran Berbasis ditemukan paling ideal sebagai model Pembelajaran
Proyek yang menempatkan kerja proyek sebagai wa- Berbasis Proyek. Oleh karena itu, model ketiga disa-
hana mendekatkan belajar teoretik dan praktikal, kon- rankan dan direkomendasikan dideseminasikan ke
Kamdi, Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. 109

program-program keahlian lainnya. Contoh imple- Volume 1: Findings and Conclusions. Capter 1.
mentasi dapat ditemukan di SMKN 5 Malang; dan http:www.ed.gov/pubs/SER/Technology/ch1.
(2) Elemen-elemen keterampilan yang dipersepsi sis- html.
wa paling besar mendapat kontribusi pengembangan- ED (U.S. Departmen of Education). 1995. Technology
nya melalui kerja proyek, sebagaimana ditampilkan Supports for Project-Based Learning. Dalam,
dalam Tabel 2 disarankan kepada guru-guru agar dia- Technology and Education Reform: Technical
dopsi dalam perumusan tujuan pembelajaran. Adopsi Research Report. Capter 8. http:www.ed.gov/
ini dapat melengkapi elemen-elemen yang sudah dii- pubs/SER/Technology/ch8.html.
dentifikasi guru dalam merencanakan pembelajaran Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning? http://
berbasis proyek yang selama ini telah dilakukan. members.aol.com/CulebraMom/pblprt.html.
Gallagher, S.A, Stepien, W.J., & Rosenthal, H. 1992. The
Effects of Problem-Based Learning on Problem
DAFTAR RUJUKAN solving. Gifted Child Quartely, 36, 195-200.
Hung, D.W., & Wong, A.F.L. 2000. Activity Theory as a
………, Activity Theory, Modul 15. http://www.acm.org/ Framework for Project Work in Learning Environ-
sigchi/chi97/proceeding/ tutorial/bn.htm. ments. Educational Technology, 40(2), 33-37.
Alamaki, A. 1999. Current Trends in Technology Educa- Hung, D.W., & Chen, D.T. 2000. Appropriating and Negoti-
tion in Finland. The Journal of Technology ating Knowledge. Educational Technology, 40(3),
Studies. Available on: Digital Library and Archives. 29-32.
ATEEC Fellows. 2000. Teaching for Contextual Learning. Johnson, D., Johnson, R. & Stanne, M.E. 2000. Co-
http://www.horizonshelpr.org/contextual/contex- operative Learning Methods: A Meta-Analysis.
tual.htm. http://www.clcrc.com/pages/cl-methods.html.
Brook, J.G., & Brook, M.G. 1993. The Case for Construc- Jonassen, D.H. 1991. Objectivism versus Constructivsm:
tivist Classrooms. Verginia: ASCD. Do We Need a New Philosophical Paradigm? Edu-
Brook, J.G., & Brook, M.G. 1999. The Contructivist Class- cational Technology Research and Development,
room. The Courage to Be Constructivist. Ready- 39(3), 5-14.
room, 57(3) November 1999. http://www.ascd.org Kaufman, D.B., Felder, R.M., & Fuller, H. 2000. Accounting
/readyroom/edlead/9911/brooks.html for Individual Effort in Cooperative Learning
Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learn- Teams. Journal of Engineering Education, 89(2),
ing. http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj. 133-140. http://www.ncsu.edu/unity/lochers/
html. users/f/felder/public/RMF.html.
CORD, 2001. Contextual Learning Resource. http://www. Kendall, J.S., & Marzano, R.J. 1997. Content Knowledge:
cord.org/lev2.cfm/65. A Compendium of Standards and Benchmark for
Davydov, V.V. 1995. The Influence of L.S. Vygotsky on K-12 Education. 2nd Edition. Alexandria, Verginia:
Education Theory, Research, and Practice. Educa- ASCD.
tional Researcher, 24(3), 12-21. Kerka S. 1997. Constructivism, Workplace Learning, and
Depdiknas. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Vocational Education. ERIC Digest No. 181. ERIC
Hidup (Life Skills) Melalui Pendekatan Pendi- Clearinghouse on Adult Career and Vocational
dikan Berbasis Luas (Broad-Based Education). Education Columbus Ohio.
Jakarta: Depdiknas. Knoll, M. 2002. The Project Method: Its Vocational Educa-
Doolittle, P.E. & Camp, W.G. 1999. Constructivism: The tion Origin and International Development. Jour-
Career and Technical Education Perspective. Jour- nal of Industrial Teacher Education, 34(3). Avail-
nal of Vocational and Technical Education, able on: http: //scholar.lib.vt.edu/ejournals/JITE/
16(1). Available on Digital Library and Archive. v34n3/Knoll.html.
Drost, P. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik? Yog- Marzano, R.J. 1992. A Different Kind of Classroom:
yakarta: Kanisius & Universitas Sanata Dharma. Teaching with Dimensions of Learning. Verginia:
Drost, P. Mei 2001. Sekolah Gagal Melakukan Fungsi Sosi- ASCD.
alisasi. Harian Kompas. Murphy, E. 1997. Constructivism: From Theory to Prac-
ED (U.S. Departmen of Education). 1995. Technology and tice. http://www.stemnet.nf.ca/~elmurphi/cle.html.
Education Reform: Technical Research Report,
110 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 17, NOMOR 1, APRIL 2010

Myers, R.J., & Botti, J.A. 2000. Exploring the Environ- Trilling, B., & Hood, P. 1999. Learning, Technology, and
ment: Problem-Based Learning in Action. http: Education Reform in the Knowledge Age, or
www.cet.edu/research/conference.html. “We’re Wired, Webbed, and Windowed, Now
Oakey, J. 1998. Project-Based and Problem-Based: The What?”. Educational Technology, Mey-Juni, 5-
Same or Different? http://pblmm.k12.us/PBLGuide/ 18.
PBL&PBL.html Waras, & Suhardjono. 1994. Pengaruh Distribusi Praktik
Schmidt, R. 1988. Motor Control and Learning: A Behav- dan Pemberian Umpanbalik terhadap Unjuk Kerja
ioural Emphasis. Second Edition. Champaign, Illi- Motorik. Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori
nois: Human Kinetics Publication. dan Penelitian, 2(1-2), 45-53.
Santoso S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivari- Waras, 2003. Pengembangan Model Pembelajaran Keca-
at. Jakarta: Elex Media Komputindo. kapan Hidup (Life Skills) dengan Pendekatan
Shia, R.M., Howard, B.C., & McGee, S. 1998. Metacogni- Belajar Berbasis Proyek (Project-based Learn-
tion, Multiple Intelligence and Cooperative ing). Laporan Penelitian Hibah Bersaing PT, 2003-
Learning. http://www.cet.edu/research/student. 2004. Tidak diterbitkan.
html. Waras, 2004. Pembelajaran Berbasis Proyek vs Pelatihan
Simons, R. J. P. 1996. Constructive Learning: The Role of dalam Pencapaian Kecakapan Akademik dan Peme-
the Learner. Dalam Thomas M. Duffy, Josst cahan Masalah Permesinan. Jurnal Teknologi
Lowyck, & David H. Jonassen (Eds.), Designing Pembelajaran: Teori dan Penelitian, 12(1), 146-
Environments for Construtive Learning. New 153.
York: Springer-Verlag. Zirkle, C. 1997. Perceptions of Vocational Educators and
Thomas, J.W., Mergendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Human Resource/Training and Development Pro-
Project-Based Learning: A Handbook for Middle fessionals Regarding Skill Dimensions of School-
and High School Teachers. Buck Institute for Edu- to-Work Transition Programs. Journal of Voca-
cation, http://www.bie.org. tional and Technical Education, 15(1). http://
Thomas, J.W. 2000. A Review of Research on Project- scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVTE/v15n1/JVTE7.
Based Learning. http://www.autodesk.com/foun- html
dation.

You might also like