You are on page 1of 44
BABI PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana pembangunan sedang giat-giatnya dilaksanakan baik dalam pengadaan sarana maupun prasarana agar dapat_meningkatkan taraf’ hidup rakyat_menuju tereapainya rakyat_ yang adil dan makmur, Untuk mewujudkan cita-cita dibutuhkan eran serta seluruh warga negara, Diantaranya adalah peran perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan sarana arana fisik seperti pembangunan perumahan, gedung, jembatan, pasar juga termasuk didalamnya pengadaan listrik dan lain-lain Dengan demikian perusahaan tersebut diatas berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan sarana-sarana fisik, dan juga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat, Untuk memenuhi kebutuhan akan sarana-sarana fisik banyak bermunculan perusahaan-perusahaan konstruksi yang merupakan bentuk inisiatif dan kreativitas masyarakat dalam upaya turut serta mewujudkan kesejahteraan bangsa, Keadaan mem: yang semakin ketat_ yang ditandai dengan uu persaingan banyaknya perusahaan-perusahaan konstruksi yang bersaing untuk membuat satu proyek tertentu, Dengan adanya persaingan tersebut menyebabkan perusahaan harus meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan dalam segala aspek, misalnya dalam aspek Keuangan maupun aspek operasional Semakin ketatnya persaingan saat ini dimana perusahaan harus meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja, maka akan memaksa_para pengelola perusahaan untuk dapat bersaing dengan sempuma. Artinya perusahaan harus dapat mengikuti dan menerapkan perkembangan Tlmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta mampu menerapkan pengawasan/pengendalian. yang sedemikian rupa, pada semua aspek agar dapat mencapai hasil yang efektif dan efisien guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Untuk meneapai hal tersebut_ maka sektor konstruksi bangunan_ perlu melakukan efesiensi guna menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan Konsumen, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan efisiensi secara internal, dimana efisiensi ini lebih bersifat yang dimiliki perusahaan serta penerapan metode kerja yang tepat dan sebagainya guna mendukung pencapaian tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, Salah satu cara untuk meningkatkan efesiensi secara intemal adalah dengan menetapkan suatu metode yang dikenal dengan program SS atau di Indonesia disebut dengan program SR. 5S mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. 58 merupakan suatu program penerapan sikap kerja yang menekankan pada pengelolaan kondisi fisik tempat Kerja yang terorganisit. Program ini berawal dari kebiasaaan warga Jepang dalam mengurus rumah tangganya yaitu dengan cara menata sedemikian rupa sehingga menciptakan kondisi tempat tinggal yang nyaman, Nama $8 senditi berasal dari huruf pertama istilah Jepang, Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang menjadi semboyannya, Berdasarkan pengalaman perusahaan-perusahaan di Amerika, Eropa, dan Jepang, program ini mampu meningkatkan mutu dan produktivitas perusahaan, Karena bekerja pada tempat yang terorganisasi dengan baik, nyaman, aman dan sehat, tidak cepat menimbulkan kelelahan sehingga semangat kerja dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lama. Juga akan timbul kepedulian terhadap pekerjaan, partisipasi yang tinggi dan penyelesaian kerja yang baik. Tanpa gerakan 5S, tidak satupun kampanye dan inovasi lain yang telah ditemukan untuk memperoleh kondisi kerja yang lebih baik dan produk unggulan akan berhasil. Dalam bukunya, “The five keys to a total quality Environment”, Takashi Osada mengemukakan bahwa 5S merupakan serangkaian aktivitas pemilahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan dan pembiasaan, yang kesemuanya diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik ( Takashi Osada, 2004). Setiap orang dapat menerapkan SR dalam hal apa saja, Misalnya dalam mengelola suatu rumah sakit, hotel, perpustakaan, studio, kantor atau pabrik. Dengan adanya metode SR, seorang pekerja pabrik atau bengkel tidak akan merasa berbeda dengan orang yang bekerja di dalam kantor karena mereka juga dapat bekerja dalam kondisi fisik yang nyaman, sehat, aman, dan efektif. Pada saat perusahaan menerapkan 5R, tidak begitu saja bisa diperoleh hasil yang maksimal tetapi perlu adanya proses. Dimulai dari perencanaan, implementasi, dan pengendalian yang baik tentunya. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan pengukuran. Melalui kegiatan pengukuran tersebut perusahaan bisa memiliki sebuah indikator, yang dapat dijadikan pegangan dalam melakukan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh, Perusahaan dapat mengetahui, apakah penerapan SR sudah baik atau belum. Apakah sudah memberikan hasil seperti yang diharapkan atau belum. Sehingga perusahaan dapat mengetahui apakah tindakan yang perlu diambil selanjutnya PT Wijaya Karya (Wika), merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi bangunan sejak tahun 1970-an, dimana dalam perusahaan tersebut metode SR telah menjadi inspirasi bagi pihak manajemen untuk melakukan suatu perbaikan dalam hal keamanan dan ken n di tempat kerja aman dengan mengikutsertakan seluruh anggota perusahaan, Oleh Karena itu, berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Metode 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) di bagian Divisi Sipil Umum II (DSU I) PT. Wijaya Karya (WIKA) pada proyek PLTU (Perusahaan Listrik Tenaga Uap) Indramayu. ” 1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis mencoba mengidentifikasi masalah sebagai berikut 1. Bagaimana penerapan metode SR yang dilakukan pada bagian Divisi Sipil Umum Il di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Pada proyek PLTU Indramayu? 2. Bagaimana kendala yang dihadapi perusahaan dalam penerapan SR? 3, Bagaimana solusi dari masalah yang dihadapi perusahaan pada penerapan metode 5R? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode SR di bagian Divisi Sipil Umum I di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. pada proyek PLTU Indramayu. 2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi perusahaan pada penerapan metode SR. 3. Untuk mengetahui bagaimana solusi dari masalah yang dihadapi perusahaan pada penerapan metode SR. 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan saran yang bermanfaat bagi PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Divisi Sipil Umum IL dan juga perusahaan lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan penerapan metode SR dalam rangka meneiptakan Tingkungan fisik tempat kerja yang lebih aman, sehat dan nyaman, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih optimal 2. Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan 5R di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Divisi Sipil Umum II serta memberikan gambaran mengenai pentingnya penerapan SR yang baik bagi suatu peruasahaan, 3. Universitas Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah literartur sehingga dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan. 4, Pihak-pihak lain 7 pengetahuan tentang Manajemen Operasional. Khususnya dalam apkan melalui penelitian ini, dapat diperoleh wawasan baru, serta ‘menganalisis kinerja penerapan SR di perusahaan, yang memprioritaskan pada perbaikan dan pengembangan mutu tempat kerja, agar menciptakan suasana yang lebih kondusif. 1.6 Kerangka Pemikiran Pada umumnya, setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapa diantaranya adalah memperoleh laba semaksimal mungkin dan berusaha untuk memuaskan konsumen, Untuk mencapai tujuan tersebut, maka berbagai aspek yang ada di dalam suatu perusahaan memegang peranan penting. Penyelenggaraan proyek merupakan salah satu kegiatan perusahaan dalam upaya mencapai tujuan tersebut. Menurut Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001:58), mendefinisikan pengertian proyek sebagai berikut : “Project may be defined as a series of related jobs usually directed toward some major output and requiring a significant period of time to perform”. Penulis mengartikan “Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu urutan hubungan kerja, dimana pada umumnya diarahkan untuk menghasilkan keluaran yang banyak dan membutuhkan periode waktu yang signifikan untuk dilakukan”. Pada saat ini semua perusahaan dituntut untuk lebih efisien dalam melakukan kegiatan produksinya, mengingat adanya peningkatan harga faktor- faktor produksi yang sangat tinggi. Schingga hal ini dapat menyebabkan harga dari produk yang dihasilkan juga meningkat. Oleh karena itu, bidang operasional seringkali mendapat perhatian lebih dari pada bidang lainnya. Dalam bidang operasional, banyak faktor yang ikut memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut, yang salah satunya adalah sumber daya (input) yang digunakan seperti modal, tenaga kerja, mesin-mesin (peralatan), teknologi, dan lain-lain, Semua sumber daya tersebut memerlukan penanganan yang baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Dalam meningkatkan produktivitas perusahaan salah satunya yaitu melalui penerapan SR. Produktivitas dalam penerapan SR mengandung pengertian ‘meningkatkan nilai tambah pada hasil kerja. Karyawan produktif adalah karyawan yang dapat menghasilkan nilai tambah sebesar mungkin bagi perusahaan, mungkin dari masukan yang memadai (Kristianto Jahja:2000) Pada penerapan SR di perusahaan merupakan unsur esensial bagi manajemen yang baik melalui 5R, karyawan mempelajari dan mempraktekkan disiplin diri. Karyawan tanpa disiplin diri tidak mungkin menghasilkan produk yang berkualitas bagi konsumen. Oleh Karena itu dalam suatu perusahaan penerapan SR sangat penting karena dapat meningkatkan produktivitas serta, memberikan hasil yang memuaskan bagi konsumen. “5S merupakan serangkaian aktivitas di tempat kerja yang berapa aktivitas pemilahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan, dan pembiasaan, pekerjaan dengan baik.” (Takashi Osada, 2004) 1 kesemi diperlukan untuk melaksanakan Untuk dapat mewujudkan keinginanperusahaan dalam peningkatan produktivitas melalui metode 5R ini, mempunyai tahap-tahap yang jelas yaitu: 1. Tahap Ringkas, memilih sesuai dengan arutan atau membedakanantara yang diperlukan dengan yang. tidak diperlukan, 2. tahap Rapi, menyimpan barang ditempat yang tepat sehingga ‘memudahkan dalam proses penearian 3. Tahap Resik, membersihkan barang-barang yang telah dipergunakan schingga menjadi bersih. 4, Tahap Rawat, pada tahap ini terus menerus dan secara berulang-ulang dilakukan. 5. Tahap Rajin, tahap ini merupakan pelatihan dan kemampuan melakukan apa yang igin dilakukan. Berikut ini merupakan beberapa tujuan dari penerapan SR ini antara lain: 1. Meneiptakan lingkungan kerja yang bersih, higienis, aman, dan meyenangkan bagi semua orang, 2. Selain bermanfaat bagi perusahaan penerapan SR juga dapat ‘membantu karyawan dalam mencapai disiplin pribadi. Membuat masalah kualitas menjadi jelas, mutu_ berkaitan dengan kesesuaian asi kerja terhadap _kebutuhan. Ketidaksesuaian terhadap —kebutuhan atau __persyaratan merupakan cacat produksi yang harus diperbaiki. Untuk perbaikan diperlukan tambahan waktu, usaha maupun material dan komponen. Disamping itu, kesempurnaan hasil kerja tidak dapat dijamin bila dicapa melalui pekerjaan ulang atau Mutu has repara kerja harus dapat dijamin sedini mungkin di tempat kerja agar kerja reparasi dapat dihapuskan. 4, Meningkatkan efisiensi Kerja dan mengurangi biaya operasi, efisiensi kerja berhubungan dengan penggunaan sumber daya yang sehemat mungkin dalam menghasifkan barang dan jasa Orang sering mengartikan penghematan sumber daya secara sempit sebagai penghematan benda fisik saja, Dalam. kenyataannya, sumber daya waktu yang lebih penting sering dilupakan, Sumber daya waktu merupakan sumber daya yang tidak isa disimpan atau dipindahkan. Jadi waktu kerja harus fa dihapuskan, dimanfaatkan sebaik mungkin dan pemborosani Industri tidak akan berhasil tanpa pengelolaan waktu, Oleh Karena it penerapan SR ini mempunyai manfaat yang sangat besar terutama dalam hal menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan nyaman serta pengurangan produk e: akibatnya, kepuasan konsumen akan meningkat dan yang dapat mendorong peningkatan produktivitas, Gambar 1.1 Kerangka pemikiran PT. WHIAYA KARYA, owIKay UIWAN PERUSAHAAN + Kepussan konsumen slankarvawan 1+ sap yang ale con bertempeten KEUNTUNGAN 1 mniogatan eine esasan mengareg! Dia pees ¥ Proyek PLTU Indeemsyu berjlan ‘Sengan efit da efison | OPERASIONAL ¥ PERUSAHAAN Pesbaikan MASALA Kurang bersungguih- sng dalam rmelaksanakan ‘Tidak mene yang dimaksudean dengan SR va Produbtivitas slengan-eata: Menerapkan wa : sikap kerja sR ‘Sumber: Hasl Anal j Penal tahun 2008 1.7 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif, menurut Moh Nazir (2003-54) : “Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, serta tempat dan waktu penelitian dilakukan, penelitian deskriptif yang dilakukan terbagi atas: 1. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta literatur yang berhubungan dengan sikap kerja terutama mengenai metode SR. 2. Penelitian observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. 3, Wawaneara, yaitu proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih dengan mendengarkan secara Jangsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan, 1.8 Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis melakukan penelitian di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Divisi Sipil Umum II pada proyek PLTU yang berlokasi JI. Raya Bogeg PLTU 3x330MW PT WIKA Sukra Indramayu, Waktu penelitian dilakuka April 2008. pada tanggal 21 Februari 2008 sampai dengan tanggal 10 1.9 Waktu penelitian Penulis akan melakukan penelitian ini dibagi menjadi : vague 2] s{ «| 4 1 | eanvey 2. | rangumpun deta Evatuas as panolaan cata sierg BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi dan Manajemen Operasi 2.4.1 Pengertian Manajemen Drs. Malayu Hasibuan (2004:2) memberikan pengertian manajemen sebagai berikut : “Manajemen_adalal sumber daya manus efisien untuk meneapai tujuan tertentu”. mengatur proses pemanfaatan her lainnya secara efektif dan Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2004.12) manajemen diartikan sebagai berikut : “Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain”. George R Terry dalam buku “Prinsip-prinsip Manajemen” (2003:9) mendefinisikan manajemen sebagai berikut : “Manajemen merupakan sebuah kegiatan pelaksanaannya disebut managing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh i individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melal tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.” Dari Ketiga pengertian di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa manajemen adalah suatu proses bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efekif dan efisien dengan menggunakan orang- orang melalui fungsiperencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan memanfaatkan sumber daya- sumber daya yang tersedia, 2.1.2 Pengertian Produksi dan Operasi Kegiatan produks merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah organisasi industri, Produksi memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa alli, sebagai berikut Menurut Sofjan Assauri (2004, 11), yaitu “Produksi adalah kegiatan yang mentransformasikan_ masukan (input) menjadi keluaran (oufput), tercakup semua aktivitas atau Kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan- kegiatan Iain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut”. Menurut Vincent Gaspersz (2004, 3): “Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisast, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organi industri itu”. maka Dari definisi yang dikemukakan oleh Vincent Gasperss di dapat disimpulkan bahwa suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah produk (barang dan/atau jasa), Proses transformasi nilai tambah dati input menjadi ouput dalam sistem produksi modem selalu melibatkan Komponen struktural dan fungsional 1 Sistom produksi memiliki beberapa karakteristik berikut : Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh, Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu. menghasilkan produk (barang dar/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien, Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya. Dari beberapa definisi produksi di atas maka dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan peneipts in barang, dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki_ dengan ‘mempertimbangkan pula kegiatan-kegiatan pendukung lainnya. 2.1.3. Pengertian Manajemen Produksi dan Manajemen Operasional Dalam bukunya “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004”, Sofjan Assauri (2004;12) berpendapat bahwa: “Manajemen Produksi atau Operasi adalah proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang atau ng berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran # Menurut Jay Helzer dan Barry Render (2001;14) mengemukakan tentang manajemen operasional sebagai berikut “Operation management (OM) is the set of activities that creates goods and services by transforming input into outputs”. Penulis mengartikan: “Manajemen Operasional merupakan satu set aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa dengan mengubah masukan menjadi keluar Sedangkan menurut Roger G. Schroeder dalam bukunya “Operations Management” (2000;5) berpendapat bahwa: Iperation management is responsible for supplying the product or service of the organization”. Penulis mengartikan: “Manajemen Operasional merupakan tanggung jawab untuk memasok produk baik barang ataupun jasa yang dihasitkan oleh organi Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa Manajemen Operasional adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sehingga dapat menambah Kegunaan atau nilai suatu barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran, 2.2. Mutu dan Manajemen Mutu Definisi Mutu yang akan penulis kemukakan selalu mengacu pada pengertian bahwa kata “pelanggan” yang disebutkan disini adalah para pekerja, pekerja mitra dan pekerja kontraktor di lingkungan kerja PT. Wijaya Karya. Sementara kata “produk” atau “jasa” selalu mengacu pada berbagai_peralatan. prosedur, pedoman umum dan atribut yang diterapkan dalam lingkungan kerja PT. Wijaya Karya 2.2.1 Pengertian Mutu Menurut David L. Goetseh dan Stanley B. Davis (2000;50) menyebutkan definisi mutu sebagai berikut : “Quality is the dynamic state associated with products, services, people, Processes and environment that meets or exceeds expectations”. Penulis mengartikan “Mutu adalah suatu keadaan yang dinamis berhubungan dengan produk, pelayanan, orang-orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”, Ross Johnson dan William O, Winchell dalam buku “Prinsip-prinsip Manajemen Operasional” karangan Barry Render dan Jay Heizer (2001:92) yang dialih bahasakan oleh Kresnohadi Ariyoto, mengemukakan definisi mutu sebagai berikut: “Totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan- kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi”. Sedangkan Yulian Zamit (2003;347) dalam buku “Manajemen Produksi dan Operasi” mengemukakan bahwa mutu adalah: “Suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi ditinjau dari pandangan konsumen, secara subjektif orang ‘mengatakan kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera Fitness for use).” Dari ketiga pengertian mutu di atas, dapat ditarik simpulan bahwa mutu lebih mengarah pada karakteristik produk untuk dapat memuaskan kebutuban Konsumen, yang tentunya sesuai dengan selera atau keinginan konsumen 2.2.1.1 Faktor Penilaian Mutu Seorang konsumen mungkin menilai produk (barang) dan jasa dari banyak aspek untuk menentukan apakah sudah memenuhi harapannya atau belum. a. Faktor Produk Seorang konsumen ketika mengevaluasi mutu suatu produk akan menilai dari sisi estetika, kehandalan, kemudahan suatu produk untuk digunakan, daya tahan, kesesuaian pada spesifikasi yang, telah ditentuka yang biasanya tertera pada kemasan produk b. Faktor Jasa Mutu jasa terkadang lebih sulit untuk dinilai dengan perhitungan kuantitatif. Dalam kasus seperti ini kita harus menggunakan atribut Jain untuk menghitung kepuasan Konsumen dengan mutu jasa Daya tanggap menggambarkan kemauan da kecepatan dari personil pelayanan yang datang pada konsumen, Jaminan mengacu pada rasa percaya dan keyakinan pada rasa yang kita terima, Empati menggambarkan tingkat perhatian dan ketelitian dari personil yang melayani kita. Bukti_nyata adalah suatu penilaian dari faktor-faktor yang muncul dari personil jasa, kebersihan peralatan dan sistem fisik serta kenyamanan keadaan sekitar. 2.2.2 Pengertian Manajemen Mutu Menurut ISO 8402 (Quality Vocabulary), Manajemen Mutu adalah “Semua aktifitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control, jaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement)”. a. Perencanaan kualitas (quality planning) adalah penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas. b. Pengendalian kualitas (quality control) adalah teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas, Jaminan kualitas (quality assurance) adalah semua tindakan terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna memberikan kepereayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuban untuk kualitas tertentu, d. Peningkatan kualitas (quality improvement) adalah tindakan- tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai produk untuk pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi Dari definisi mengenai manajemen mutu seperti yang telah disebutkan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa manajemen mutu adalah suatu proses pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen mulai dari _pereneanaan —hingga pengendalian untuk memenuhi tingkatan mutu seperti yang diharapkan Konsumen, 2.2.2.1 Pengertian Manajemen Mutu Terpadu Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003;4) menyebutkan definisi manajemen mutu terpadu sebagai berikut: “Manajemen Mutu Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya”. Manajemen Mutu Terpadu memiliki beberapa karakteristik: Fokus pada pelanggan, baik pelanggan intemal maupun eksternal - Memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu. = Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. ~ Memiliki komitmen jangka panjang. = Membutuhkan kerja sama tim (Team Work) ~ Memperbaiki proses secara berkesinambungan. - Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. ~ Memberikan kebebasan yang terkendali - Memiliki kesatuan tujuan, = Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. 2.3 Pengertian Tempat Kerja Dalam sebuah situs internet www.thefreedictionary.com, tempat kerja (Workplace) diartikan sebagai berikut: “Workplace is a place, such as an office or factory, where people are employed”. Penulis mengartikan: “Tempat Kerja merupakan sebuah tempat, seperti Kantor atau pabrik, dimana orang bekerja”. Dalam situs internet lain en.wikipedia.org, tempat kerja diartikan sebagai berikut, “Workplace means a place (whether or not within or forming part of a building, structure, or vehicle) where any person is to work, is working, for the time being works, or customarily works, for gain or reward; and in relation to an employee, includes a place, or part of a place, under the control of the employer (not being domestic accommodation provided for the employee)”. Penulis mengartikan: “Tempat kerja berarti sebuah tempat (apakah itu. merupakan atau hanya agian dari gedung, bangunan, atau kendaraan) dimana setiap orang akan bekerja, sedang bekerja, menggunakan waktu untuk bekerja, atau biasanya bekerja, untuk memperoleh keuntungan atau upah; dan dalam hubungannya dengan pekerja, termasuk tempat, atau bagian dari sebuah tempat, dibawah penguasaan pemberi kerja (bukan merupakan fasilitas Khusus yang disediakan untuk pekerja)”. 2.4 Proyek dan Manajemen Proyek 2.4.1 Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek Menurut Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001;58), mende pengertian proyek sebagai berikut : “Project may be defined as a series of related jobs usually directed toward some major output and requiring a significant period of time to perform”. Penulis mengartikan “Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu urutan hubungan kerja, dimana pada umummya diarahkan untuk menghasitkan keluaran yang banyak dan ‘membutuhkan periode waktu yang signifikan untuk dilakukan”. Pengertian Proyek menurut Clive Gray, Payaman Simanjuntak, dkk. (1993:1) adalah, “Kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit”. Sumber-sumber yang dipergunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu, Sumber-sumber tersebut, sebagian atau seluruhnya, dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di ‘masa yang akan datang. Sedangkan benefit tersebut dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau Kesehatan, dan perubahan atau perbaikan suatu sistem atau suatu struktur, Suatu proyek dapat dinyatakan berakhir bila sudah pasti atau diduga tidak memberikan benefit lagi Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam satu proyek maupun hasil- hasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang dipergunakan oleh dan hasil-hasil dari kegiatan yang lain Siklus suatu proyek dapat digambarkan sebagai berikut, Gambar 2.1 Siklus Proyek Dimulai dengan ‘gagasan suatu IDENTIFIKAS! proyek ¥ EVALUASI FORMULASI VI 1 (persiapan) . 1 ener tie ARAL opEitast ‘Appraisal v HI * IMPLEMENTASI (Supervisi) Vv Pree CCCP Sumber : Pengantar Evaluasi Proyek Keterangan gambar di atas adalah 1. Tahap Pertama : Identifikasi ‘Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi, yaitu ‘menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Beberapa pegangan menyangkut perlu tidaknya suatu gagasan proyek diteliti lebih lanjut adalah jawaban atas pertanyaan- pertanyaan berikut : a. Apakah proyek termasuk dalam sektor yang diprioritaskan ? b, Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan ? c. Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek tersebut ? 2. Tahap kedua : Formulasi ‘Tahap selanjutnya adalah formulasi, yaitu mengadakan persiapan dengan melakukan prastudi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon-ealon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek- aspek teknis, institusional, sosial, dan “ekstemalitas” Setelah mempertimbangkan aspek-aspek tersebut barulah disusun studi kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek yang ideal akan berisi laporan perihal: a. Ringkasan proyek b, Studi teknis ¢. Studi pemasaran d. Studi manajemen/organisasi e, Studi financial £. Studi sosial ekonomi 3. Tahap Ketiga : Analisis Tahap selanjutnya adalah analisis, yaitu mengadakan appraisal atau evalu: i terhadap laporan-laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tadi dianalisis untuk memilih yang terbaik di antara berbagai alternative proyek yang ada, berdasarkan suatu ukuran tertentu, 4. Tahap Keempat : Implementasi Tahap Implementasi adalah tahap pelaksanaan proyek tersebut, Dalam tahap ini, tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek adalah mengadakan pengawasan —terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final desainnya. hap Kelima : Operasi Tahap berikutnya adalah operasi proyek. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan —metode-metode — pembuatan—laporan _atas pelaksanaan operasinya, Laporan-laporan tersebut diperlukan untuk tahap selanjutnya. 6. Tahap Keenam : Evaluasi hasil Tahap berikutnya adalah evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta operasi_ proyek, berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada tahap-tahap sebelumnya. Disini diperbandingkan antara apa yang, direncanakan dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini diperlukan untuk mengadakan perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya atau untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru dalam_memilih proyek-proyek baru Dari bagan siklus proyek tersebut dapat dilihat bahwa siklus suatu proyek dimulai dengan adanya suatu gagasan pengusulan yang umumnya bersumber dari: 1. Para pemimpin masyarakat setempat; 2. Para tenaga teknis; 3. Para peritis pembangunan, seperti bank pembangunan; dan 4, Usulan program-program yang telah ada. Terhadap gagasan proyek yang muncul tersebut, perlu diteliti terlebih dahulu apa yang menjadi motivasinya, Motivasi gagasan pengusulan suatu proyek biasanya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu : a. Gagasan yang motivasinya untuk mendapatkan keuntungan, dari suatu investasi bagi si investor, dan b. Gagasan yang motivasinya untuk manfaat atau kegunaan bagi arakat banyak seperti tersedianya lapangan kerja, perbaikan keschatan, dan peningkatan kecerdasan, 2.5 Pengertian Budaya Perusahaan Menurut. Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2004;172) ‘mendefinisikan budaya perusahaan sebagai: “Corporate culture is the shared experiences, stories, beliefs, and norms that characterize an organization”. Penulis mengartikan: “Budaya perusahaan adalah pengalaman-pengalaman, cerita-cerita, Kepercayaan-kepercayaan, dan norma-norma _—bersama_—_yang ‘menggambarkan karakteristik suatu organisasi”, Sedangkan Taliziduhu Ndraha (2003;4) dalam buku “Budaya Organisasi” mengemukakan bahwa budaya perusahaan adalah: “Budaya Perusahaan adalah aplikasi budaya organisasi terhadap badan usaha (perusahaan)”. Dari kedua pengertian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa budaya perusahaan lebih mengarah pada karakteristik organisasiperusahaan dimana di ai, norma-norma, aturan-aturan yang dipercayai dan dalamnya terdapat nilai-nil dipegang teguh di dalam suatu perusahaan, dan menjadi salah satu identitas perusahaan, 26 Produktivitas 26.1 Pengertian Produktivitas Beberapa pengertian produktivitas, dapat diuraikan sebagai berikut Organization for Economic and Development (OECD), menyatakan bahwa roductivity is equal to output divided by one its production element”. Penulis mengartikan “Produktivit adalah output dibagi elemen ptoduksi yang dimanfaatkan International Labour Organization (ILO), menyatakan bahw: “Production are produced as a result integration of four mayor elemens lands, capital.labour and organization” Penulis mengartikan “Produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan”. European Productivity Agency (EPA) menyatakan bahwa: “Productivity is the degree of the effective utilization of each productivity element”. Penulis mengartikan “Produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen produktivitas” Dari berbagai pengertian produktivitas di atas, maka secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (Input). Ukuranproduktivitas adalah cara yang terbaik untuk mengevaluasi Kkemampuan suatu negara menyediakan standar hidup yang baik bagi penduduknya, Pengukuran produktivitas tersebut dapat digambarkan seperti berikut : Gambar 2.2 Pengukuran Produktivitas Input >| roses a) Oupur ‘Aliran Balik Sumber : “Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi”, Jay Heizer, Bi Salemba Empat, Jakarta, 2001 Render, Aliran yang efektif mengevaluasi kinerja proses melalui suatu reneana, Dalam hal ini, aliran balik juga mengevaluasi kepuasan konsumen dan memberikan sinyal (tanda) terhadap pengendalian masukan finput) dan keluaran (output) 2.7 5R(Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin ) 2.7.1 Pengertian SR Menurut Kristianto Jahja (2000:76) berpendapat bahwa: “SR merupakan Tangkah awal dan dasar pondasi bagi peningkatan produktivitas dan kemampuan bersaing sampai menjadi industri kelas dunia”. “5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) adalah kondisi tempat kerja yang siap pakai, dan siap tumbuh dari suatu industri”. Sedangkan Takashi Osada dalam buku “Sikap Kerja 5S” (2000:x) yang dialihbahasakan oleh Mariani G: idan hardja, mengemukakan d 58 (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) sebagai berikut “5S merupakan Suatu bentuk gerakan yang berasal dari kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan di tempat kerja, mengadakan penataan, pembersihan, memelihara kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaan yang diperlukan untuk —melaksanakan pekerjaan dengan baik”. Dalam quality website-nya Process Review and Improvement Office @RIO), IT Center, DLSU-Manila Http://quality.disu.edu.ph/ mendefinisikan 5R sebagai berikut: “SS is a systematized approach to organized work areas, keep rules and standards and mantain the dicipline needed to do a good job”. Penulis mengartikan: “SR adalah pendekatan sistematik untuk mengorganisir area kerja, tetap pada peraturan dan standar dan mempertahankan kedisiplinan untuk melakukan pekerjaan dengan baik” Dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa 5R merupakan suatu metode yang mempunyai susunan atau tahapan yang jelas dalam meneiptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan nyaman serta pengurangan produk cacat, akibatnya kepuasan konsumen akan meningkat dan dapat mendorong peningkatan produktivitas. 2.72 Konsep 5R Lebih dari 40% dari waktu dalam kehidupan manusia dihabiskan di tempat kerja, 8 jam dari 24 jam sehari dihabiskan di tempat Kerja, belum lagi kerja Jembur. Sangatlah memprihatinkan bila kita tidak dapat menikmati kegembiraan pada saat-saat bekerja, karena 40% kehidupan kita terasa seperti neraka. Salah satu cara memberikan keceriaan di tempat kerja dan dalam kehidupan kerja adalah melalui penerapan SR. Program 5R atau 5S ini berawal dari kebiasaan warga Jepang dalam mengurus rumah tangganya. Yaitu dengan cara menata sedemikian rupa sehingga ‘menciptakan kondisi tempat tinggal yang nyaman, 5R atau 5S merupakan serangkaian aktivitas di tempat kerja yang berupa ktivitas pemilahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan terhadap kondisi kerja yang mantap, dan aktivitas pembiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik, Berdasarkan pengalaman industri-industri di Amerika, Eropa, dan Jepang. Program ini mampu meningkatkan mutu dan produktivitas perusahaan, Karena, bekerja pada tempat yang terorganisir dengan baik, nyaman, aman, dan sehat. Setiap orang dapat menerapkan SR dalam hal apa saja. Misalnya studio, kantor, pabrik, kamar tidur, atau bahkan kamar mandi sekalipun. Dengan adanya SR, seorang pekerja pabrik atau bengkel tidak akan merasa berbeda dengan orang yang bekerja di dalam kantor, karena mereka juga dapat bekerja dalam kondisi fisik tempat kerja yang tidak kalah nyaman dengan kantor. 5R merupakan budaya tentang bagaimana seorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudhan bekerja ini, 4 bidang sasaran pokok industri dapat lebih mudah dipenuhi. 4 bidang sasaran tersebut meliputi 1. Efisiensi kerja Efis ensi kerja berhubungan dengan penggunaan sumber daya yang sehemat mungkin dalam menghasilkan barang dan jasa, Orang sering mengartikan penghematan sumber daya secara sempit sebagai penghematan benda fisik saja. Dalam kenyataannya, sumber daya waktu yang lebih penting, sering dilupakan, Sumber daya waktu merupakan sumber daya yang tidak bisa disimpan atau dipindahkan, Jadi waktu kerja harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan pemborosannya dihapuskan. Industri tidak akan berhasil tanpa pengelolaan waktu. 2. Produktivitas kerja Di pihak lain produktivitas, mengandung pengertian meningkatkan nilai tambah pada hasil kerja. Karyawan yang produktif adalah karyawan yang dapat menghasilkan nilai tambah sebesar mungkin dari masukan yang memadai, Masalahnya sekarang bagaimana kerja yang dilakukan karyawan dapat selalu. menghasilkan nilai tambah. Seorang pakar dari Jepang menyebutkan bahwa, kegiatan bemilai tambah dalam bekerja pada umumnya hanya merupakan sebagian kecil dari scluruh kegiatan. Ia memberikan angka satu berbanding sepuluh ribu. Anda boleh percaya ataupun tidak. Namun pada intinya, kegiatan dapat bermuara pada nilai tambah maupun pemborosan. Dan Konsep SR merupakan langkah awal dalam menemukenali kegiatan tak bemnilai tambah dan pemborosan. 3. Mutu kerja Mutu berkaitan dengan kesesuaian hasil kerja terhadap _ kebutuhan. Ketidaksesuaian tethadap kebutuhan atau persyaratan merupakan cacat produksi yang harus diperbaiki. Untuk perbaikan diperlukan tambahan waktu, usaha maupun material dan komponen. Disamping itu, kesempumaan hasil kerja tidak dapat dijamin bila dicapai melalui pekerjaan ulang atau repara Mutu hasil kerja harus dapat dijamin sedini mungkin di tempat kerja agar kerja reparasi dapat dihapuskan. 4, Keselamatan kerja Kecelakaan kerja sangatlah menakutkan bagi karyawan, Bila ia mengalami kecelakaan di tempat kerja, bagaimana nasibnya, keluarganya. Perusahaan juga mengalami kerugian, barang yang rusak atau mesin yang terhenti, waktu yang hilang dan peralatan yang rusak dan sebagainya, Moral, semangat kerja, dan ketenangan kerja karyawan terganggu. Keselamatan kerja, berkaitan dengan proses melakukan secara aman dan selamat. Melalui penerapannya, SR ikut berperan dalam meningkatkan keamanan dalam bekerja. ‘Tidaklah terlalu berlebihan, bila dikatakan bahwa pembangunan industri harus dilandasi dengan 5R. Dengan 5R perusahaan mempunyai landasan yang Kokoh dan siap menghadapi tantangan persaingan. Dengan menerapkan SR, perusahaan tersebut telah memiliki basis budaya yang benar, kuat dan siap untuk berkembang secara sehat. 2.73 Keunggulan yang dihasilkan 5R Bil anda menerapkan 5R, kita dapat melakukan apa saja. Walaupun 3R paling efektif dalam pemyempumaan manajemen setiap perusahaan, ada sejumlah aktifitas Lain yang menganjurkan untuk membentuk tim kerja sama yang lebih, baik dan menyempumakan Kondisi kerja. Bila kita menerapkan SR, kita juga dapat melengkapinya dengan sistem lain tanpa menemui masalah dan tetap memperoleh hasil yang baik. Ini karena SR, hanya diperlukan sedikit staf manajer yang tanggubh, sebaliknya SR justru sangat tergantung pada setiap karyawan untuk melaksanakannya dan untuk meningkatkan diri untuk berhasil guna, SR tidak akan berhasil kecuali setiap orang ikut terlibat dan mencurahkan perhatian untuk 5R itu. Bila hal itu dilaksanakan, berarti sistem yang lain telah diterapkan setengah jalan. Apa sebenamya tujuan dari manajemen, sangat sederhana merancang prosedur yang mudah diikuti, memastikan bahwa segala sesuatu berjalan lancar, melibatkan setiap orang dalam membuat dan memelihara_penyempurn an, menyempumakan tingkat operasi, dan dengan demikian menyempurnakan tingkat R kita dapat jaminan mutu, Dilihat dari sudut pandang ini, jelas bahwa melalui ‘mempelajari prinsip dasar manajemen. 5R adalah prinsip yang paling mudah dipahami. Prinsip ini memungkinkan untuk memperoleh partisipasi secara total. Tidak akan berhasil bila SR tidak diterapkan, sebaliknya keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan SR akan terlihat dengan jelas, Sesungguhnya SR merupakan prototype program partisipasi secara total, 5R adalah penjelmaan dari kesenangan dan pengetahuan teknis partisipasi secara total. Dapat dikatakan SR merupakan barometer yang menunjukan bagaimana suatu perusahaan dikelola dan merupakan suatu tolok ukur bagaimana partisipasi para pekerja, apakah sudah baik atau masih banyak Kekurangan. 2.7.4 Tujuan 5R Karena 5R jelas begitu penting, banyak orang membuat kesalahan dengan berkonsentrasi_ pada istilah individual seolah-olah hal ita merupakan semacam daya tarik yang menguntungkan, Tetapi harus diingat bahwa SR sebenamya adalah cara untuk meneapai tujuan tertentu, Dan harus diterapkan dengan memperhatikan beberapa sasaran seperti: 1, Keamanan Selama puluhan tahun, kedua kata pemilahan dan penataan menjadi ciri khas pada poster-poster dan surat kabar bahkan di perusahaan-perusahaan kecil Karena pemilahan dan penataan sangat berperan besar di dalam masalah keamanan, 2. Tempat Kerja yang Rapi ‘Tempat kerja yang menerapkan 5R dengan teliti tidak perlu terus-menerus membicarakan keamanan, dan kecelakaan industri yang dialaminya akan lebih sedikit ketimbang pabrik yang hanya mengutamakan peralatan dan prosedur yang sedemikian aman sehingga tidak mungkin gagal. 3. Efisiensi Para abli diberbagai bidang seperti, juru m: sak, pelukis, tukang kayu, Mereka menggunakan peralatan yang baik dan mereka memeliharanya. Mereka tahu bahwa waktu yang dipergunakan untuk memelihara peralatan tidak terbuang, percuma, bahkan hal itu menghemat lebih banyak waktu, 4. Mutu Elektronika dan mesin-mesin modern memerlukan tingkat presisi_ dan kebersihan yang sangat tinggi, untuk menghasilkan output yang. baik. Berbagai gangguan yang keeil dapat berakibat terhadap penurunan mutu dari output yang dihasilkan, 5. Kemacetan Pabrik yang tidak menerapkan SR akan menghadapi berbagai masalah kemacetan mulai dari mesin yang disebabkan kotoran yang mengendap ataupun kemacetan dalam kepala karyawan, harus kita sadari bahwa ingatan seseorang bisa saja salah, maka daripada itu diperlukan berbagai_ petunjuk yang melengkapi keterbatasan seorang manusia dalam menjalankan tugasnya. 2.7.5 Arti dan Penerapan 5K 5R atau 5S yang dikembangkan di Jepang, belakangan ini telah diadaptasi oleh berbagai negara maju guna melakukan revitalisasi industri mereka, Di Inggris dan Amerika 5R atau 58 disebut sebagai $C (Clear-out, Configure, Clean, Conform, Custom) kemudian di Jerman mereka menyebutnya 5A (Aussortieren unnotiger Dinge, Aufrdumen, Arbeitsplatz sauber halten, Anordmungen zur regel machen, Alle Pungkte einhalten und standig verbessern). Sedangkan kita di Indonesia mengenalnya dengan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) atau 58 juga dapat diterjemahkan sebagai kegiatan pemilahan, penataan, pembersihan, pemantapan, pembiasaan. SR sebagai serangkai kegiatan, yang di dalamnya terdiri dari lima langkah kkegiatan yang bertahap. Oleh karena itu tentu saja tiap-tiap langkah tersebut harus diperjelas, agar betul-betul SR sebagai suatu konsep dengan bentuk yang nyata dapat lebih dipahami 2.7.5 Seiri=Pemilahan-Ringkas Seiri sebagai $ yang pertama atau ringkas sebagai R yang pertama dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasi dan menyingkirkan benda yang tidak diperlukan dari tempat kerja. Selama berabad-abad banyak orang telah membicarakan tentang perlunya pemilahan. Generasi demi generasi telah diperingatkan tentang perlunya untuk tidak hanya mengerjakan segala sesuatu, tetapi juga harus memilah mana yang perlu dikerjakan dan mana yang tidak, Sejarah meng: kan bahwa orang yang ‘mengabaikan pemilahan seringkali cenderung tidak dapat melihat sasaran dan cara yang tepat untuk suatu pekerjaan. Scbagai ilustrasi, bila kita akan berpergian, maka kita akan berkemas sebaik mungkin, Kita dituntut untuk memutuskan secara tegas mana barang yang, akan dibawa dan mana yang akan ditinggalkan. Tanpa itu, beban bawaan terus bertambah, Akhimya, kita sendirilah yang tersiksa selma perjalanan, Maka bawalah barang yang benar-benar dibutubkan saja, bawaan menjadi ringkas dan perjalanan pun menjadi menyenangkan. Tempat Kerja harus bebas dari semua benda yang tidak diperlukan dalam bekerja, Suatu motto yang harus dipegang, dalam kegiatan Sein “Singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dari tempat kerja”. Dalam menjalankan kegiatan Seiri atau ringkas ini ada 4 langkah yang perlu diperhatikan: 1, Langkah 1: Penjelasan guna penyeragaman pengertian. 2. Langkah 2: Kegiatan Seiri atau 3. Langkah 3: Pemeriksaan tempat kerja seeara berkala, ngkas itu sendiri. 4, Langkah 4: Pelembagaan kegiatan Seiri atau ringkas dengan sistem piket 1, Manajemen Stratifikasi Manajemen stratifikasi_meneakup pengambilan keputusan tentang pentingnya suatu barang, mengurangi persediaan barang yang tidak diperlukan, sekaligus memastikan bahwa barang yang diperlukan disimpan dalam jarak dekat supaya lebih efisien. Kunci pokok manajemen stratifikasi yang baik ialah Kemampuan untuk membuat keputusan tentang frekuensi pemakaian (yang merupakan cara lain menentukan tingkat prioritas antar barang), Kebijakan pemilahan: ~ Menghilangkan rintangan agar pekerjaan menjadi lebih mudah, ~ Menghilangkan kebutuhan untuk memelihara barang yang tidak diperlukan, = Meneiptakan kondisi kerja dimana tidak terdapat gangguan dari hal-hal yang tidak berguna = Mencegah terjadinya penumpukan barang yang tidak penting, ‘Tabel 2.3 Azas Pemilahan Arter Derajat kepentingan Metode trata ‘Barang yang td digunakn dalam 1 hun eri, Bung Rend ‘Berane vane diznakan sal dale 6-12 bulan teri Simpan asa ‘Barang yang hay digunskan sekali dalam 2-6bulnerakhir, | Simpan oi bagi tengsh tempat Raters a ‘Barang yang digunakan fei dai skal dam sebuan ‘Simpar ol bagian tenga tempat sia ‘Harane vine dnnakan seal ala sein Simpan ddekat ren yan inggi BSE i iat tia a rmenggunakanny atau dipesang ‘Barang yang dizunakan stip jam, let orang yang ering mengaunakany ‘Sumber: Takashi Osada, ibaasakan oleh Maviani Gandara, Skap Kerja 8, (2000;44) Strategi Label Merah (Akafiada) Strategi label merah merupakan salah satu kegiatan seri yang, sangat penting, Setelah melakukan pemilahan terhadap barang-barang yang diperlukan dan tidak diperlukan, Dan barang yang tidak diperlukan diberi label merah yang akan menerangkan apa tindakan yang akan diambil, apakah akan dibuang, atau dipindahkan, Gambar 2.4 Label Merah (Akafieda) KLASIFIKAST BAHAN MENTAH ‘NAMA ITEM re KUANTITASNILAL 2sKe $1000) ALASAN cacar ‘TANOQUNO JAWAB DEPT PRODUKSI PENEMPELAN "TINDAKAN ‘TANGGAL 25.08.06 mr.0t.06 TINDAKAN DIBUANG ox Sumber: Hiroyuki Hirano, dialihbahasakan olch Paulus A. Setiawan, Penerapan 58 di Tempat Kerja: Pendekatan Langkah-langkah Praktis, (2002;21) 3. Metode Aida Professor Yuji Aida dari Universitas Kyoto menjalankan pemilahannya dengan apa yang discbut Metode Aida. Ta berpendapat bahwa menyimpan suatu barang atau informasi dengan tidak membedakan kepentinganya hanya akan membutuhkan tempat ckstra dan menambah lebih banyak pekerjaan. Ttulah mengapa perlu membuang segala sesuatu yang tidak dibutuhkan. Jika ia pergi ke universitas setiap hari, ia mengambil surat-surat dari kotak surat di gedung kantor dan membacanya di tanga dan di lorong utama sepanjang, perjalanan ke ruangannya. Sambil berjalan ia memisahkan surat yang ingin disimpannya dengan yang tidak. Kemudian surat yang tidak lagi diperlukan ia buang ke dalam tempat sampah tepat di depan pintu kantornya. Dengan melakukan ini, berarti tidak tersisa sebuah suratpun yang belum ia baca pada saat ia duduk di kursinya, Pemilahan sebenarnya adalah seni membuang barang. 2.7.5.2 Seiton=Penataan=Ra Merupakan kegiatan untuk menempatkan setiap barang yang diperlukan agar memudahkan pencarian dan penyimpanan. Setelah membuang barang yang, tidak diperlukan, masalah berikutnya adalah mengambil keputusan berapa banyak yang akan disimpan dan dimana menyimpannya, Ini dinamakan_penataan. Penataan berarti menyimpan barang dengan memperhatikan efisiensi, mutu dan keamanan serta mengoptimalkan cara penyimpanannya, Sebagai contoh sedethana Kegiatan pemilahan dan penataan dalam kehidupan sehari-hari seperti penataan susunan letak mobil di tempat parkir, dengan penentuan letak jalan masuk dan keluarnya. Ada pepatah “Tak ada rotan, akar pun jadi”, Barangkali prinsip tradisional itu benar. Namun di tempat kerja, dimana semua kegiatan dilakukan dengan sengaja dan terencana, prinsip ini menyesatkan. Kesulitan meneari alat kerja sering menjadi dalih untuk menghalalkan benda apa saja sebagai pengganti, Palu ketok tidak ditemukan dan batu digunakan sebagai gantinya, Kegiatan Seiton ingin memastikan hal tersebut tidak terjadi, dengan prinsip sebagai berikut: “Setiap barang yang ada di tempat kerja mempunyai tempat yang pasti”. Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Sefton atau rapi: - Langkah 1: Perlunya pengelompokan barang di tempat kerja. + Langkah 2: Membuat tempat penyimpanan - Langkah 3: Membuat garis pembatas untuk penempatan barang, = Langkah 4: Menamai semua barang. ~ Langkah 5: Membuat denah lokasi penyimpanan barang, 1. Standar Pemberian Nama Seringkali barang memiliki dua nama: nama resmi dan nama lain yang diberikan orang kepadanya. Dalam hal ini, putuskan nama apa yang akan dipergunakan dan taati keputusan itu. Penggunaan dua nama untuk barang yang, sama hanya akan mengacaukan, Waktu pemilahan barang yang tidak diperlukan adalah saat terbaik untuk membuat keputusan pemberian nama barang sehingga schingga dapat diketahui nama setiap barang yang ada. Mungkin ada sejumlah barang yang tanpa nama, Ada kalanya dua barang yang berbeda memiliki nama yang sama. Ada pula beberapa barang yang disebut dengan nama yang sama walaupun ada sedikit perbedaan diantara keduanya, Schingga untuk memudahkan pencarian dan pemesanan perlunya adanya standar dalam pemberian nama setiap barang 2. Analisis Jarak dan Waktu Analisis jarak dan waktu sangat diperlukan dalam kegiatan penataan. ‘Tujuan utama kegiatan ini adalah bahwa setelah menjalankan langkah pertama dalam 5S atau SR yaitu pemilahan kemudian dimana dan bagaimana kita menyimpan barang yang telah kita pilah tadi, Posisi dan cara penyimpanan sangat penting karena hal tersebut bersangkutan dengan masalah efisiensi. Oleh karena itu kita perlu melakukan analisis yang kemudian dilakukan perbaikan baik secara tata letak maupun dibuat standarisasi waktu pengambilan dan penyimpanan Kembali, Dengan melakukan hal tersebut dapat memberikan dampak positif’ tethadap alur proses kerja, seperti mengurangi pemborosan waktu, gerak dan tenaga tentunya. Gambar 2.5 Analisis Jarak Angkut 2.) 20 6 [awaktu pengamtitan den ~. enyimpanan (merit wmeter 22meter 35 meter” 48 meter ‘Sumber: Tks) Osada, latinas oe Marian} Gandara, Sikap KerJa 8, 2000;70) ‘Tabel 2.6 Analisis Waktu Pengambilan Barang No ekerjaan Masala want Tiina nama barn 1 “haxyuaneny Menea smo dita >| eganatrng [thet dean usta a eras Tid ier abel 3 Manca Sa yang its ery ae Teal beser ul ibaa 4. | ‘Temokan ketal Peru dat daly 5 Bova__| Tis aa isan unk meng ‘Suber: Takashi Osada, liioaaskan oleh Maan’ Gandaibarda, Sikap Ker}a 8, (2000;71) 2.7.53 Seiso=Pembersihan=Resik Adalah kegiatan membersihkan tempat kerja secara seksama agar selalu dalam keadaan baik, Membersihkan berarti lebih dari sekadar membuat barang bersih, Hal ini lebih merupakan sebuah falsafah dan komitmen untuk bertanggung jawab atas segala aspek barang yang kita pergunakan dan untuk memastikan semua barang selalu berada dalam kondisi prima, Jangan pemah berpikir bahwa pembersihan adalah sekadar membersihian dan pekerjaan tersebut melelahkan. Sebaliknya, kita harus memandangnya sebagai suatu bentuk pemeri an. Belajarlah dari pemilik mobil, pemilik mobil yang rajin membersihkan mobilnya tak pernah mengalami mogok di jalan. Karena sambil membersihkan ia melakukan berbagai pemeriksaan terhadap kondisi mobilnya. Oleh karena itu motto berikut ini perlu dijalankan: “Bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja”. Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Seiso atau resik: ~ Langkah 1: Perlunya melengkapi sarana kebersihan di tempat kerja. ~ Langkah 2: Pembersihan tempat kerja. ~ Langkah 3: Peremajaan tempat kerja. ~ Langkah 4: Pelestarian kegiatan pembersihan. 1. Ancangan Tiga Langkah Pada umumnya, ada tiga langkah pembersihan yang benar. Pertama, aktivitas tingkat makro. Kedua, aktivitas tingkat individual. Dan ketiga, aktivitas tingkat mikro. Gambar 2.7, Ancangan Tiga Langkah Makro Membersihkan segala sesuatu dan menangani penyebab keseluruhannya. y Individual Membersihkan tempat kerja khusus dan bagian mesin khusus. ¥ Mikro Membersihkan bagian dan alat khusus serta penyebab kotoran diidentifikasi dan diperbaiki Sumber: Takashi Osada, dialihbahasakan oleh Mariani Gandamihardja, Sikap Kerja SS, (2000:111) 2. Operasi Saputangan Operasi ini dapat disebut dengan berbagai macam nama, strategi sekali sapu, operasi pembersihan dan sebagainya. Tetapi pada dasamya merupakan Kampanye untuk menghimbau setiap orang untuk melakukan sedikit pembersihan dan pemolesan, Bila anda melakukannya dengan sepotong kain putih, sebaiknya potongan Kain itu dipajang untuk menunjukkan tempat yang paling perlu dibersihkan dan untuk menunjukkan bagaimana melakukannya. Setelah beberapa ‘waktu, tempat yang paling kotor sekalipun tidak akan sekotor biasanya, 3. Aktivitas 3 menit untuk Semua Orang Dengan aktivitas ini, dalam waktu yang sangat singkat setiap orang terlibat dalam 5S atau 5R, hanya 3 menit sehari, Harus dipastikan bahwa setiap orang mengerjakan hal yang sama pada saat yang sama, bahwa setiap orang ikut ambil bagian. Hal ini sangat sulit dilakukan, melibatkan banyak prakoordinasi, kepemimpinan, dan satu cara untuk melibatkan orang yang tidak memiliki gairah kerja, Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat sebelum mulainya jam kerja ataupun setelah jam kerja usai. Tidak ada masalah tetapi yang pasti semua karyawan dari tingkatan yang paling bawah hingga pemilik perusahaan bila perlu melakukan kegiatan pembersihan selama 3 menit pada daerah wewenang masing-masing, 2.7.5.4 Seiketsu=pemantapan=Rawat Merupakan kondisi dimana tetap mempertahankan segala sesuatunya dalam keadaan baik. Pemantapan dianggap sebagai pengulangan pemilahan, penataan, dan pembersihan serta sebagai kesadaran dan aktivitas tetap untuk memastikan bahwa Keadaan SS atau SR dipelihara, Ini berarti melaksanakan aktivitas 5S atau SR dengan teratur sehingga keadaan tidak normal tampak, dan melatih keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kontrol visual. Melalui berbagai macam standarisasi kita berusaha untuk terus memantapkan 5S atau SR. Bila inti dari pemilahan adalah manajemen stratifikasi, maka inti dari pemantapan adalah manajemen visual Ketika scorang operator baru menggantikan operator lain, yang tidak hadir Kesalahan kerja dan cacat produksi terjadi. Jangan salahkan operator tersebut, dia tidak tahu cara yang benar. Kemungkinan besar karena ia tidak memperolch informasi yang memadai di tempat kerja maupun dari atasannya. Kejadian itu adalah salah satu contoh kurangnya informasi di tempat kerja. Dengan melalui motto berikut kita berusaha mencegah hal-hal seperti itu terjadi nua orang harus dapat memperoleh informasi yang dibutuhkannya di tempat kerja, tepat waktu”, Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Seiketsu atau rawat: ~ Langkah 1: Penentuan butir kendali. - Langkah 2: Mendefi isikan kondisi seperti apa yang tergolong tidak wajar. ~ Langkah 3: Merancang mekanisme pengawasan. ~ Langkah 4: Menetapkan prosedur penanganan penyimpangan. ~ _ Langkah 5: Pemeriksaan berkala. 1, Pemberian Kode Warna Biasanya mesin pabrik dan pakaian kerja berwarna coklat atau abu-abu, Karena wama itu tidak begitu menonjolkan kotoran. Hampir sama dengan seragam tentara, kamuflase pabrik. Saat ini orang mengenakan wama putih atau wama Jembut lainnya schingga kotoran segera tampak. Saat ini mesin berwama pastel muda, Mesin berat juga berwama serupa dengan peralatan rumah tangga. Saat ini pabrik berwama-warni seperti pelangi. Lantai dan dinding yang biasanya berupa beton sederhana saat ini dieat dengan wama cemerlang, Perusahaan yang biasanya menggunakan barang yang paling murah, saat ini memesan cat mahal untuk ‘menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan, 2, Manajemen Visual Bagaimana anda dapat tahu bahwa ketidaknormalan muncul kepermukaan. Dalam pekerjaan kita schari-hari, kita mempergunakan pikiran untuk untuk ‘mengingat sesuatu, dan kelima paneaindera untuk melaksanakan pekerjaan terbaik kita. Yang penting disini adalah mengubah indera statis ini menjadi kesadaran yang dinamis dan membuatnya hidup untuk kita, Indera visval atau penglihatan adalah yang terpenting. Telah diperkirakan bahwa 60% aktivitas manusia berawal dari penglihatan, Kita tentu juga belajar dari indera pendengaran dan indera perasa kita, dan kita juga perlu mempergunakan semaksimal mungkin indera kita ini, tetapi indera penglihatan kita yang paling banyak memegang peranan. Itulah sebabnya, mengapa manajemen visual kadang-kadang disebut sebagai penjelmaan kesadaran visual. Yaitu dimana indera visual manusia dimaksimalkan untuk kepentingan 58 atau 5R. Rambu-rambu lalu lintas adalah salah satu bentuk Kongkrit dari manajemen visual yang ada disekitar kita, begitu juga dengan tabel dan grafik dalam hal penyajian data, dengan tabel dan grafik data tertampil lebih menarik dan lebih mudah dipahami. Manusia memiliki kecenderungan lebih senang dan lebih cepat memahami sesuatu dengan melihat daripada membaca ataupun mendengar. Oleh sebab itu mengapa lebih mudah memahami cerita di dalam buku komik daripada novel Sudah jelas bahwa dibutuhkan alat bantu visual dalam control visual. Perlu untuk melatih keterampilan untuk merancang untuk memperlanear proses ini, Alat bantu control visual yang dibutuhkan ada beberapa jenis. dibedakan berdasarkan fungsi penyampaian informasinya: ~ Untuk mencegah orang melakukan kesalahan = Waspada terhadap bahaya. ~ Posisi dimana barang harus diletakan. = Penandaan peralatan. ~ Peringatan untuk berhati-hati dan eara operasi. = Cara pemeliharaan preventifterhadap suatu jenis barang, = Instruksi-instruksi tertentu. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat alat bantu visual: 1. Mudah dilihat dari jarak jauh, 2. Ditempatkan pada barang yang bersangkutan, 3. Diperlukan keterlibatan dari beberapa pihak agar tidak ada kekeliruan dari alat bantu tersebut dalam penyampaian informasinya, 4, Mudah dimengerti oleh semua orang. 5. Bila terjadi kesalahan orang langsung mengetahui langkah koreksi apa yang harus diambil. 6. Alat bantu tersebut hendaknya memberi pengaruh posit f terhadap keteraturan tempat kerja Gambar 2.8 Contoh Alat Bantu Visual Danger ! OO NOT ENTER Sumber: Hasil Analisis penutis Gambar 2.8 adalah beberapa contoh sederhana alat bantu visual, yang pertama adalah memberikan informasi bahwa waspada terhadap bahaya listrik tegangan tinggi, kemudian yang kedua adalah memberikan larangan untuk tidak memasuki suafu ruang atau area fertentu, bisa karena merupakan area berbahaya ataupun alasan lain, Sumber: Htip/Anembreslyeos. BY Sedikit berbeda dengan alat bantu viswal pada gambar 2.8, pada gambar 2.9 ini juga merupakan salah satr bentuk penerapen dari manajemen visual. Fal ini cocok diterapkan untuk barang-barang berbentuk dokumen, buku, kaset, yang memerlukan susunan yang harns beruut. Garis diagonal merah memberi tanda pada kita apaleh susunannya sudah benar atau belum, Bisa kitalibat pada gambar sebelah bawah dengan susunan yang henar garis merah tersebut akan menyambung secara diagonal, sedangkan pada gambar yang disebela atas dengan sekali Lihat Kita aken mengetahui babwa susunanaya tidak berurut karena garis merahnya tidak menyambung secara benar. Dengan metode seperti ini akan memudahkan dalam pencadan dan peayimpanan, dan bila salah satu ada yang hilg langsung dapat diketahui, Ini lebih praktis daripada dengan pemberian nomor dan kode. 2.75.8 Shitsucke=Pem biasaan=Rajin S yang terakhir stan R yang teralchir adalah berasal dari kata Shitswhe atau Rajin yang dinrtikan sebagai pembiasaan. Yaitu kondisi dimana keempat S atau keempat R yang sebelumnya dijalankan secara disiplin dan dijadilan budaya Pembiasaan adalah bila kita melakukan pekerjaan secara berulang-ulang sehingga secara alami kita dapat melakukannya dengan beik. Ini merupakan cara mengubah kebiasaan buruk dan menciptakan kebiasaan baik. 5 atau SR tidak akan berhasil tanpa pembiasaan. Jika kita ingin melakuken pekerjaan kita secara efisien dan tanpa kesalahan, kita harus melakukannya setiap hari, Kita harus memperhatikan hal-hal kecil. Harus bekerja keras dengan sabar, dengan. mengembangkan kebiasaan yang baik. Kita harus memiliki tempat kerja yang teratur dimana setiap orang mengetahui apa yang diharapkan dan segera melaksanakannya. Kita bisa Karena terbiasa, terbiasa karena terpaksa, terpaksa Karena cinta, Banyak hal lain y. ing kita lakukan secara sadar maupun tidak, menyalahi aturan yang berlaku dan mengakibatkan gangguan pada proses. berikutnya. Kebiasaan buruk seperti tidak boleh lagi dipertahankan dalam industri, Shitsuke atau rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja. Apa yang sudah baik harus selalu dalam keadaan baik setiap saat, Prinsip Shitsuke atau prinsip rajin di tempat kerja: “Lakukan apa yang harus dilakukan, dan jangan melakukan apa yang tidak boleh dilakukan”. Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Shitsuke atau kegiatan rajin 1. Langkah 1: Penetapan target bersama. 2. Langkah 2: Teladan atasan perlu dikembangkan. 3. _Langkah 3: Membina hubungan antar karyawan, 4, Langkah 4: Memperbanyak kesempatan untuk dapat belajar bagi karyawan, 1. Pameran Foto SR Pada saat awal ketika akan menerapkan SR perusahaan sebaiknya mengambil foto bagian-bagian tertentu dari tempat kerja, Dan setelah mulai menerapkan SR maka kita kembali mengambil foto bagian-bagian tempat kerja yang sudah difoto sebelumnya, Maka dengan membandingkan kedua foto tersebut akan dapat dilihat secara jelas perbedaan yang telah dihasilkan oleh SR. Pengambilan foto dilakukan secara berkala, kemudian foto-foto yang telah diambil tersebut dipamerkan untuk waktu tertentu, Sehingga para karyawan yang, ‘melihatnya dapat lebih termotivasi didalam menjalankan program ini. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: - Pada saat pengambilan foto setelah penerapan SR, per g untuk mengambil foto dari posisi dan sudut yang sama seperti pengambilan foto sebelum 5R ~ Berikan komentar pada tiap foto = Gunakan lokasi pameran yang sering dilalui oleh para karyawan. 2. Kampanye Ketaatan Walaupun rutinitas sehari-hari dapat memperkuat terus kebiasaan baik, seringkali hal kemampuan sescorang menjadi kreatif. Itulah sebabnya kita harus membuat tema merupakan pekerjaan yang membosankan serta menghalangi Khusus untuk membahas latihan dan menyuruh setiap orang mempraktekan SR. Usahakan supaya dapat menemukan suatu cara untuk dapat membuat permainan ‘mengenai hal itu, mula-mula untuk kesenangan kemudian dijadikan kompetisi. Kampanye ketaatan ini pada dasamya bertujuan untuk membudayakan aktivitas SR agar lebih mengakar. Kegiatan pembiasaan ini bisa dilakukan melalui berbagai_jenis permainan, bisa dengan menerapkan sistem “Reward n° Punishment". Sebagai contoh misalnya perusahaan pada waktu-waktu tertentu mengadakan kompetisi antar tiap divisi dengan tema “Garbage Gathering”, dimana setiap divisi berlomba untuk dapat mengumpulkan sampah sebanyak- banyaknya, Divisi yang berhasil mengumpulkan sampah terbanyak keluar sebagai pemenang dan berhak atas hadiah tertentu, sedangkan untuk ‘mengumpulkan sampah paling sedikit akan mendapatkan hukuman.

You might also like