You are on page 1of 9

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No.

4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

EVALUASI PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT


PSIKOTROPIKA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L.
RATUMBUYSANG MANADO
Jimbrif T. Lumenta1), Adeanne C. Wullur1), Paulina V. Y. Yamlean1)
1)
Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado

ABSTRACT
Psychotropic substances or drugs are either natural or synthetic non narcotic, efficacious
psychoactive through selective effect on the central nervous system that causes the typical
changes in mental activity and behavior. Problems that are often found in the storage and
distribution systems among which does not use First In First Out (FIFO) or First expired first
out (FEFO), system alphabetically, card stock, do not put the medicine in its proper place, the
unavailability of storage equipment support and infrastructure inadequate storage. This study
aimed to evaluate the storage and distribution of psychotropic drugs in Mental Hospital Prof.
Dr. V.L Ratumbuysang using qualitative descriptive method with retrospective and
prospective approach. The results showed that the psychotropic drugs storage system in
Mental Hospital Prof. Dr. V.L Ratumbuysang overall not in accordance with standards based
on the Pharmacy Hospital Supplies Storage Management Guidelines and Health Ministerial
Regulation No. 3 Year (2015). While in the process of distribution of psychotropic drugs in
accordance to the Hospital Pharmacy Service Standards by Minister of Health Regulation No.
58 Year (2014) and Drug Distribution Operating Procedure Standard in Mental Hospital
Prof.Dr.V.L Ratumbuysang.

Keywords : Storage, Distribution, Psychotropic Substances. Mental Hospital Prof Dr. V. L.


Ratumbuysang.
ABSTRAK

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Permasalahan yang sering ditemukan
pada sistem penyimpanan dan distribusi diantarannya yaitu tidak menggunakan sistem First
In first Out (FIFO) atau First expired first out (FEFO), sistem alfabetis, kartu stok, tidak
menempatkan obat pada tempat yang semestinya, tidak tersedianya peralatan penyimpanan
pendukung dan sarana prasarana penyimpanan yang tidak memadai. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi penyimpanan dan distribusi obat psikotropika di RSJ Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan retrospektif dan
prospektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem penyimpanan obat psikotropika di RSJ
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang secara keseluruhan belum sesuai dengan Standar Penyimpanan
berdasarkan Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 3 Tahun (2015). Sedangkan pada proses distribusi obat psikotropika
telah sesuai dengan Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 58 Tahun (2014) dan Standar Operasional Prosedur Distribusi Obat di
RSJ Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang.

Kata kunci : Penyimpanan, Distribusi, Psikotropika. Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V. L.
Ratumbuysang.

147
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN mengidentifikasi, mencegah, dan


menyelesaikan masalah terkait obat.
Pembangunan kesehatan
standar pelayanan kefarmasian rumah sakit
merupakan suatu kegiatan untuk
meliputi standar pengelolaan sediaan
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis
dan bertujuan untuk mewujudkan
pakai dan pelayanan farmasi klinik.
kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Pengelolaan obat yang baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan
merupakan faktor utama dalam
dengan pendekatan pemeliharaan,
mendukung tingkat kesembuhan dari suatu
peningkatan kesehatan (promotif),
penyakit pasien, oleh karena itu
pencegahan penyakit (preventif),
pengelolaan obat yang baik harus
penyembuhan penyakit (kuratif), dan
terlaksana di instalasi farmasi rumah sakit.
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
Pengelolaan obat yang baik terlebih
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
khusus yaitu pengelolaan jenis obat yang
dan berkesinambungan (Depkes, 2004).
bersifat sebagai psikoaktif seperti pada
Untuk tercapai suatu kesehatan yang
obat – obat golongan psikotropika.
optimal maka fasilitas – fasilitas kesehatan
Undang – Undang Nomor 5 Tahun (1997)
yang ada harus melakukan pelayanan
menyebutkan Psikotropika adalah
yang efektif dan efisien di antaranya yaitu
zat/bahan baku atau obat, baik alamiah
fasilitas pelayanan rumah sakit. Oleh
maupun sintetis bukan narkotika, yang
karena itu untuk memenuhi hal tersebut
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
rumah sakit harus mampu meningkatkan
selektif pada susunan saraf pusat yang
efisiensi dan efektifitas di semua bidang
menyebabkan perubahan khas pada
pelayanan, salah satunya yaitu bidang
aktivitas mental dan perilaku. Salah satu
Instalasi Farmasi Rumah Sakit
efek samping dari pemakaian obat
(Rismayanti, 2009).
psikotropika yaitu di mana seseorang dapat
Berdasarkan Peraturan Menteri
mengalami ketergantungan berat terhadap
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
obat jika digunakan secara tidak rasional
Tahun (2014) Instalasi Farmasi adalah unit
(PerMenKes No 3, 2015). Oleh karena itu
pelaksana fungsional yang
pengelolaan obat psikotropika sangat
menyelenggarakan seluruh kegiatan
memerlukan penanganan dan perhatian
pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
lebih, khususnya pada sistem penyimpanan
pelayanan kefarmasian merupakan
dan distribusi agar dapat terjamin
kegiatan yang bertujuan untuk
keamanan dan peredaran sediaan.
148
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

Berdasarkan pengamatan tersebut, maka yaitu wawancara, observasi dan


peneliti telah melakukan penelitian tentang pengambilan data.
evaluasi sistem penyimpanan dan
pendistribusian obat psikotropika di RSJ
Prof. Dr. V L. Ratumbuysang.

METODELOGI PENELITIAN HASIL

Penelitian ini dilaksanakan dari Berdasarkan hasil pengamatan


bulan November 2014 sampai bulan Juli obat-obat psikotropika yang disimpan di
2015 di Instalasi Farmasi RSJ Prof. Dr. V. RSJ Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang berupa
L. Ratumbuysang Manado. Data yang di Alprazolam 1 mg tab, Atarax 0,5 mg tab,
gunakan berupa data primer dan data tablet Clofritis, Merlopam 2 mg tab,
sekunder penyimpanan dan distribusi obat Stesolid rec tube 2 mg, Valdimex 5 mg tab
psikotropika di Instalasi Farmasi RSJ Prof. dan Valdimex injeksi. Proses
Dr. V. L. Ratumbuysang. Data primer penyimpanan obat psikotropika dilakukan
adalah data yang didapat peneliti secara dalam beberapa tahap yaitu obat yang
langsung melalui observasi dan hasil masuk di rumah sakit mulanya di
wawancara. Sedangkan data sekunder tempatkan dalam gudang logistik atau
adalah data yang diperoleh peneliti dari gudang umum, kemudian dari gudang
sumber yang sudah ada berupa dokumen umum obat di simpan dalam gudang
pencatatan dan pelaporan penyimpanan psikotropika. Selanjutnya dari gudang
dan distribusi obat psikotropika serta psikotropika, obat di tempatkan dalam
pedoman pengelolaan perbekalan farmasi instalasi pelayanan (apotik). Kemudian
rumah sakit. dari instalasi pelayanan obat
didistribusikan kepada pasien rawat jalan,
Penelitian ini mengunakan metode
rawat inap dan Unit Gawat Darurat
deskriptif kualitatif dengan pendekatan
(UGD). Instalasi Farmasi RSJ Prof. Dr. V.
retrospektif dan prospektif. Subjek
L. Ratumbuysang memiliki luas 180 m2
penelitian yaitu terhadap sistem
yang terdiri dari ruang Instalasi Pelayanan
penyimpanan dan sistem pendistribusian
(Apotik), Gudang Psikotropika, Gudang
obat psikotropika di Instalasi Farmasi RSJ
Alkes-BP, Gudang Obat, Ruang
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang. Teknik
Administrasi, Ruang Rapat, Ruang
pengambilan data menggunakan metode
Pelayanan Informasi Obat (PIO), Ruang

149
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

Barang Medis Rusak, Musola dan Ruang Kepala Instalasi.


Tabel 1. Gudang Psikotropika RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun (2015).

No Standar Gudang Psikotropika Sesuai /


Tidak sesuai
1 Dinding dibuat dari tembok dan hanya Tidak sesuai
mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu
jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang
berbeda;

2 Langit-langit dapat terbuat dari tembok beton Tidak sesuai


atau jeruji besi;

3 Jika terdapat jendela atau ventilasi harus Tidak sesuai


dilengkapi dengan jeruji besi;

4 Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain Sesuai


tanpa izin Apoteker penanggung jawab

5 Kunci gudang dikuasai oleh Apoteker Sesuai


penanggung jawab dan pegawai lain yang
dikuasakan.

Tabel 2. Ruang Penyimpanan Instalasi Pelayanan Obat RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun (2015).

No Standar Ruang Instalasi Pelayanan Sesuai /


Tidak sesuai
1 Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan Sesuai
yang kuat;

2 Jika terdapat jendela atau ventilasi harus Tidak sesuai


dilengkapi dengan jeruji besi;

3 Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah Tidak sesuai


kunci yang berbeda;

4 Kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker Sesuai


penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan; dan

5 Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Sesuai


Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk.

150
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

Tabel 3. Lemari Khusus Penyimpanan Psikotropika RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang


Berdasarkan Standar Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun (2015).

No Standar Lemari Khusus Psikotropika Sesuai /


Tidak sesuai
1 Terbuat dari bahan yang kuat; Sesuai

2 Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 Tidak sesuai


(dua) buah kunci yang berbeda;

3 Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut Sesuai


gudang

4 Diletakkan di tempat yang aman dan tidak Sesuai


terlihat oleh umum;

5 Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker Sesuai


penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan.

Pendistribusian obat Psikotropika permintaan barang sesuai dengan nama,


di RSJ Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang terjadi dosis dan jumlah obat, yang telah
dalam beberapa tahap sampai ke tangan ditandatangani oleh kepala Instalasi
pasien. awalnya Obat psikotropika yang Farmasi, penanggung jawab gudang
masuk dalam rumah sakit di terima oleh psikotropika, dan mengetahui atau
panitia penerima barang/obat, dan di ditandatangani oleh Wakil Direktur
simpan pada gudang umum. Selanjutnya Pelayanan Medis dan Keperawatan juga
dari gudang umum obat di distribusikan ke kepala Bidang Penunjang Medis. Lembar
gudang Psikotropika Instalasi. Kemudian daftar permintaan barang kemudian di
dari gudang psikotropika, obat di serahkan kepada bendahara/pengurus
distribusikan ke instalasi pelayanan barang gudang umum.
(apotik). Instalasi pelayanan selanjunya Bendahara/pengurus barang kemudian
mendistribusikan obat psikotropika kepada memverifikasi daftar permintaan barang
pasien rawat jalan, rawat inap dan UGD. dan di cek sesuai stok yang tersedia pada
Berdasarkan SOP pendistribusian gudang umum, selanjutnya obat disiapkan
obat bertujuan untuk memenuhi stok sesuai nama, dosis, jumlah, dan bersama-
gudang psikotropika. Proses distribusi sama dengan penanggung jawab gudang
dilakukan dengan cara penanggung jawab psikotropika melakukan pengecekan
gudang psikotropika membuat daftar sebelum serah terima.

151
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

Tabel 4. Proses Distribusi Obat Psikotropika Instalasi Pelayanan Farmasi RSJ Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Dengan Ketentuan Dalam Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah
Sakit PerMenKes 58 Tahun (2014).

No Standar Pelayanan Rumah Sakit Sesuai /


Tidak sesuai
1 Menggunakan metode sentralisasi Sesuai
2 Menggunakan metode desentralisasi Tidak sesuai
3 Menggunakan sistem resep perorangan Sesuai
4 Menggunakan sistem floor stock Sesuai
5 Menggunakan sistem Dispensing dosis unit Tidak sesuai
6 Menggunakan sistem kombinasi Sesuai

PEMBAHASAN Hal ini di sebabkan, karena gudang


Psikotropika dan instalasi pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian
berada dalam satu bangunan instalasi
ditemukan beberapa hal yang belum
farmasi yang telah dilengkapi dengan pintu
memenuhi standar penyimpanan,
jeruji besi dan menggunakan sistem dua
diantaranya yaitu masih terdapatnya
jenis kunci berbeda, sehingga hal ini dapat
banyak sediaan obat bukan Psikotropika
menutupi kekurangan yang ada pada
yang tersimpan dalam gudang
sistem keamanan pintu instalasi gudang
psikotropika. Hal ini disebabkan karena
Psikotropika dan instalasi pelayanan
penyimpanan dalam gudang obat telah
farmasi. Menurut Departemen Kesehatan
penuh, sehingga di tempatkan sementara
RI (1996) menyebutkan bahwa
pada gudang Psikotropika. Berdasarkan
penyimpanan obat merupakan suatu usaha
Permenkes RI no 3 tahun (2015)
pengamanan terhadap obat – obat agar
menyebutkan bahwa tempat penyimpanan
terjamin keamanannya.
Psikotropika dilarang digunakan untuk
Tidak tersediannya lemari khusus
menyimpan barang selain Psikotropika.
penyimpanan Psikotropika pada instalasi
Permasalahan lainnya yaitu dinding
pelayanan farmasi. Hal ini dapat
gudang yang tidak seluruhnya terbuat dari
menyebabkan peningkatan resiko
beton, langit-langit gudang tidak terbuat
penyalagunaan psikotropika karena obat
dari tembok atau jeruji besi, ventilasi tidak
hanya tersimpan dalam rak-rak terbuka.
terpasang jeruji besi dan lemari
Tidak tersedianya alat pemadam
Psikotropika tidak menggunakan sistem
kebakaran, hal ini menunjukan kurangnya
dua kunci berbeda. Pada sistem pintu
perlindungan terhadap sistem
gudang psikotropika tidak dilengkapi
penyimpanan gudang psikotropika yang
dengan jeruji besi dan dua kunci berbeda.
terdiri dari bahan-bahan yang mudah

152
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

terbakar. Berdasarkan pedoman menyimpan makanan atau minuman dalam


pengelolaan perbekalan farmasi Rumah tempat penyimpanan obat, dan melakukan
Sakit menyebutkan bahwa tempat inspeksi secara berkala untuk pencegahan
penyimpanan obat harus memiliki alat hama.
pemadam kebakaran yang dipasang pada Berdasarkan hasil penelitian sistem
tempat mudah dijangkau dan dalam jumlah distribusi obat gudang umum dan gudang
cukup. Tabung pemadam kebakaran agar obat/gudang Psikotropika, dilakukan
diperiksa secara berkala, untuk berdasarkan lembar permintaan obat. Akan
memastikan masih berfungsi atau tidak. tetapi pada proses pendistribusian obat
Tidak tersediaanya pallet dalam tidak di sertakan Surat Bukti Barang
gudang psikotropika. Hal ini dapat Keluar (SBBK). Untuk SBBK obat di
mengakibatkan resiko kerusakan pada dasarkan pada lembar permintaan dari
obat, karena kontak langsung antara masing-masing instalasi yang melakukan
kardus dengan lantai. Berdasarkan permintaan dan telah di tandatangani oleh
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi bagian petugas yang meminta, menerima,
Rumah Sakit menyebutkan bahwa petugas pengurus barang dan yang
pengunaan pallet bertujuan untuk mengetahui. Instalasi pelayanan
meningkatkan efisiensi penanganan stok, selanjutnya mendistribusian obat untuk
memberikan perlindungan terhadap banjir pasien Rawat Jalan, Rawat Inap dan UGD
dan memberikan sirkulasi udara dari yang mendapat pengobatan menggunakan
bawah. obat psikotropika. Obat yang masuk dan
Penempatan kartu stok obat keluar kemudian di catat dalam kartu stok
psikotropika yang seharusnya ditempatkan dan buku laporan rekap bulanan.
berdekatan dengan obat bersangkutan akan Berdasarkan hasil penelitian sistem
tetapi disimpan dalam odner, dengan distribusi obat Psikotropika di Instalasi
maksud agar terhindar dari kerusakan yang Farmasi RSJ Prof. DR. V. L.
disebabkan oleh hama (Tikus). Menurut Ratumbuysang menggunkan metode
WHO dalam Penyimpanan Obat Esensial distribusi sentralisasi. Distribusi
dan Alat Kesehatan (2003) menyebutkan sentralisasi merupakan sistem
Proteksi hama adalah dengan cara pendistribusian perbekalan farmasi yang
membersikan secara teratur tempat dipusatkan pada satu tempat Instalasi
penyimpanan, desain tempat penyimpanan Farmasi Rumah Sakit. Rumah sakit tidak
harus memudahkan pembersiahan area, menggunakan metode distribusi
gunakan tong sampa tertutup, jangan desentralisasi, yang merupakan sistem
153
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

pendistribusian obat menggunakan depo perorangan dan sistem persediaan lengkap


farmasi di setiap ruang perawatan. Hal ini di ruangan. Instalasi pelayanan farmasi
dipengaruhi oleh adanya pertimbangan rumah sakit tidak mengunakan sistem
bahwa dengan sistem distribusi sentralisasi Dispensing dosis unit karena bagian rumah
sudah cukup untuk memberikan pelayanan sakit belum menyediankan depo farmasi di
yang optimal bagi pasien. Dengan setiap ruang – ruang perawatan.
demikian, rumah sakit tidak perlu
mengeluarkan anggaran untuk
KESIMPULAN
penambahan tenaga farmasi dan
pembuatan depo farmasi di rungan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
perawatan. Penggunaan sistem distribusi dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
sentralisasi karena berdasarkan Undang- berikut :
Undang Nomor 44 Tahun (2009) Tentang
1. Sistem penyimpanan psikotropika di
Rumah Sakit menyatakan bahwa
Instalasi Farmasi RSJ Prof.DR.V.L.
pengelolaan alat kesehatan, sediaan
Ratumbuysang secara keseluruhan
farmasi, dan bahan medis habis pakai di
belum memenuhi Standar Penyimpanan
Rumah Sakit harus dilakukan oleh
berdasarkan Pedoman Pengelolaan
Instalasi Farmasi menggunakan sistem
Perbekalan Farmasi Rumah Sakit dan
satu pintu.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
Sistem distribusi obat Instalasi
3 Tahun (2015).
Pelayanan Farmasi RSJ Prof. Dr. V. L.
2. Pendistribusian obat psikotropika di
Ratumbuysang terdiri dari sistem distribusi
Instalasi Farmasi RSJ Prof.DR.V.L.
resep perorangan, sistem distribusi floor
Ratumbuysang telah sesuai dengan
stock dan sistem kombinasi. Sistem
Standar Pelayanan Farmasi Rumah
distribusi resep perorangan merupakan
Sakit berdasarkan Peraturan Menteri
sistem distribusi dimana obat secara
Kesehatan Nomor 58 Tahun (2014)
langsung diberikan oleh petugas Instalasi
dan Standar Operasional Prosedur
Farmasi kepada pasien atau keluarga
Distribusi Obat RS Jiwa Prof.DR.V.L.
pasien. Sistem floor stock merupakan
Ratumbuysang.
sistem distribusi persediaan lengkap di
SARAN
ruangan yang diambil dan disiapkan oleh
perawat di ruang perawatan. Sistem 1. Disarankan kepada Instalasi Farmasi
kombinasi merupakan sistem distribusi RS Jiwa Prof.DR.V.L. Ratumbuysang
yang menerapkan sistem distribusi agar dapat memperhatikan segala
154
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 - 2493

ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan pelaporan Narkotika, Psikotropika,


tentang Standar Penyimpanan Obat dan Prekursor Farmasi. Menteri
Psikotropika. Serta dapat Kesehatan Republik Indonesia,
meningkatkan Sumber Daya Farmasi Jakarta.
pada Gudang Obat atau Gudang
Rismayanti, 2009. Analisis Perencanaan
Psikotropika.
Obat Dan Alat Kesehatan Di RSX
2. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat
Tahun. [Skripsi]. Universitas
melakukan penelitian mengenai
Indonesia. Jakarta.
penyimpanan dan distribusi obat
psikotropika di fasilitas pelayanan Undang–Undang RI. 1997. No. 5 Tentang
kesehatan lainnya. Psikotropika. Presiden Republik
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1996. Buku Undang-Undang RI. 2009. No 44 Tentang


Petunjuk dan Pedoman Kesehatan. Presiden Republik
Pengelolaan Gudang Indonesia, Jakarta.
Penyimpanan. Direktorat Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, WHO, 2003. Pedoman Penyimpanan Obat

Jakarta. Esensial dan Alat Kesehatan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. No. 1197


Tentang Standar Pelayanan
Farmasi Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014.


No. 58 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah sakit.
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2015.


No. 3 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan

155

You might also like