You are on page 1of 5
Jumal Peneltian Hasit Hutan Fores Products Research Journal Vol. 4, No. 1 (1987) pp. 12—16 PERILAKU PENGERINGAN ROTAN MANAU (CALAMUS MANAN MIQ.) DAN ROTAN SEMAMBU (CALAMUS SCIPIONUM LOUR) Drying behaviour of manau (Calamus manan Mig.) and semambu (Calamus scipionum Lour) rattans Oleh/By Efrida Basri dan Suparman Karnasudirdja Summary Rattan isone of important minor forest products in Indonesia. In fact word supply ofthis materal comes mainly from ths country. One of the weaknesses of rattan is is susceptiblty 10 various miero-oreanism specifically saiing fungi and borer insets. The former flourishes when the moisture content ofthe canes high. Immediate drying of rattan cane i therefore essential. Studies on the ir drving and dehumidifvine of 10 species ofratian canes have been undertaken, which include rate of drying and drving performance of the samples. As has been anticipated, the ‘result shows that drying by dehumidifiers much faster compared with rha of ar drying. However the quality ofthe two rattan species (deere of staining, insect attack, shrinkage, and colour are about the same. The results aso show that ar dryine ratans produces beter sloss compared with that of dehumidifier drying. Other ration defects due to drving speed such as shrinkage or wrinkle, were not noticable. I. PENDAHULUAN Rotan termasuk salah satu hasil hutan non kayu yang beraneka ragam kegunaannya serta penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan khususnya di dalam perkembangan pengolahan hasil hhutan non kayu. Berdasarkan data ekspor sekitar 80% rotan dunia dipasok dari Indonesia, itupun terbatas ‘pada jenis-jenis tertentu saja. Sedangkan kalau ditelaah lebih jauh masih banyak jenis lainnya yang belum dimanfaatkan, Bila ini dikembangkan dengan meng- adakan penelitian lanjut terhadap cara-cara peningkat- ‘an mutu dari jenis-jenis rotan yang belum terjamah maka selain menambah devisa negara, juga mencipt: kan lapangan kerja bagi penduduk sekitarnya yang belakangan ini merupakan problema nasional. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu rotan adalah dengan melalui pengeringan sebelum diproses lebih lanjut. Seperti halnya kayu, rotan yang baru ditebas mengandung kadar air yang cukup tinggi. Keadaan ini menguntungkan sekali bagi pertumbuhan jamur dan serangga perusak rotan lainnya. Di samping. itu rotan kering lebih mudah diproses serta permukaan- nya berkilap, Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan rotan di antaranya; jenis rotan dan metode pengeringan yang digunakan. Perbedaan bagian/ tempat dalam jenis yang samapun akan menghasilkan, perbedaan dalam kecepatan pengeringan. Metode pengeringan rotan terdiri dari berbagai macam cara, baik secara manual (tradisional) maupun ‘masinal. Di bawah ini akan diuraikan tentang prinsip 12 kerja dari pengeringan alami dan pengeringan dengan dehumidifier yang digunakan dalam penelitian ini Pada sistem pengeringan alami kecepatan pe- nurunan kadar air tergantung pada keadaan cuaca setempat di mana rotan itu dikeringkan. Pengeringan dengan cara ini tidak membutuhkan peralatan yang mahal serta mudah dikerjakan. Meskipun demikian ‘kelemahan dari alat ini memerlukan waktu pengeringan yang relatif lama, schingga dalam situasi yang mendesak kebutuhan rotan kering tidak dapat ter- penut Sedangkan pengeringan rotan dengan mengguna- kan alat dehumidifier belum dikembangkan di Indo- nesia, Alat ini termasuk salah satu teknologi canggih, yang baru diterapkan untuk mengeringkan kayu, Prinsip kerjanya adalah, udara lembab disekitar tumpukan rotan dihisap dengan mesin pengering dan dilalukan pada kumparan pendingin, sehingga terja pengembunan. Air dari hasil pengembunan dikeluarkan, dari ruangan pengeringan. Sedangkan udara kering dilewatkan pada kumparan pemanas dan dihembuskan, Kembali ke ruang pengeringan. Adanya udara panas dan kering di dalam ruangan tersebut_mempercepat proses penguapan air dari dalam rotan. Suhu maksimal dari alat ini hanya 49°C. ‘Selama ini proses pengeringan rotan di Indonesia masih menggunakan cara yang sangat sederhana serta, tanpa memperhatikan kondisi rotan tersebut. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil pengolahan, di mana ‘ekspor rotan kita dari segi reka maupun mutunya masih, jauh kalah bersaing dibandingkan mutu ekspor rotan dari negara ketiga, seperti Hongkong, Singapura, dan Taiwan, Dengan mengetahui kondisi pengeringan terhadap mutu rotan tersebut akan didapatkan cara-cara pengeringan yang tepat untuk memperoleh rotan yang, memiliki sifatsifat tertentu sesuai dengan tujuan penggunaan rotan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tingkah laku jenis rotan manau dan semambu yang, diambil pada bagian atas dan pangkal (bawah) batang, yang dikeringkan secara alami serta dengan alat pengeringan dehumidifier dalam upaya meningkatkan mutu dan pemanfaatan rotan. Sebagai indikator penentu mudah atau sulitnya suatu jenis rotan dikeringkan adalah berdasarkan perubahan bentuk atau cacat serta lamanya pengeringan. I, BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotan manau (Calamus manan MIQ) dan semambu (Calamus scipionum Lour.) yang berdiameter besar, sekitar 2,5 —3,5 cm. Daerah tempat pengambilan rotan tersebut adalah di hutan alam Lampung. Seba, lat pembantu digunakan; aluminium foil, lem, timbangan, oven, dan lain-lain. Penelitian ini berlang- sung di bangsal pengeringan alami dan dehumidifier laboratorium pengeringan, Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Bangsal pengeringan alami/udara yang diper- ‘gunakan terbuat dari kayu dengan dinding berupa ram kawat untuk mempermudah sirkulasi udara di sekeliling kayu. Bagian atas bangsal ditutupi dengan seng agar rotan terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Contoh uji ditempatkan secara horizontal di atas tempat yang terbuat dari kayu dengan ketinggian letak 75 cm dari permukaan lantai. Suhu udara rata-rata pada pagi hari 23,8°C, dan siang hari 29,3°C. ‘Sedangkan kelembaban nisbi (RH) di pagi hari 80% dan. siang hari 72%. Alat dehumidifier yang digunakan dalam penelit an ini adalah dari merk Hildebrand tipe HD 72/10 tahun 1974 yang kipas di dalam mesinnya berkekuatan, 1,3 KVA, dan ditempatkan di ruangan berukuran 5,8 x 3,8 x 2,3 m3 yang berdinding beton. Untuk ‘mengatur sirkulasi udara ditempatkan dua buah kipas angin berkekuatan, masing-masing 3 KVA dengan putaran 1400 RPM. Bagan pengeringan yang dipakai dalam dehumidifier dapat dilihat pada tabel di bawah, ini, Pada kedua tempat pengeringan diletakan ma- sing-masing 12 contoh uji dengan ukuran_ panjang Tabel 1. Basan pengeringan yang dipakai dalam dehumidifier Table 1. Drying schedule adapted in dehumiifior Waktu (imey Suhu Kelembaban Jam (hour) __(Temperature),°C (Relative humidity), % Pn 20 1s 0 30 1s 38 0 70 “4 3s 6s ° 3s ss sa 38 45 seterusnya (onward) as «0 15 cm. Untuk mencegah penguapan yang terlalu cepat, maka kedua ujung contoh uji ditutupi dengan lembaran pembungkus aluminium (aluminum foil). Berdasarkan pengamatan secara berkala dapat diperoleh data tentang kadar air rotan basah dan Jamanya waktu pengeringan, serta kadar air rata-rata contoh uji pada saat pengamatan. Dari data-data tersebut dapat dihitung laju pengeringan rotan yang berbeda perlakuannya melalui rumus: Kp = Ka-Kl di mana, ty KP = kecepatan pengeringan (o/hari atau %/jam) Ka = kadar air awal rata-rata KI = kadar air akhir yang bisa dicapai dari masing-masing perlakuan T = lama pengeringan (hari/jam) Selanjutnya analisa statistik dilakukan dengan ‘menggunakan rancangan tersarang. Dalam rancangan ini terdapat dua faktor yaitu jenis sebagai kelompok dan tempat pengambilan contoh (bagian bawah dan agian atas batang) sebagai sub kelompok. Uji F digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya efek dari faktor-faktor tersebut. Sedangkan untuk melihat hubungan antara lamanya pengeringan dengan kadar air rotan yang dicapai pada saat tersebut dianalisa ‘menggunakan sidik regresi eksponensial, yang bentuk ‘umumnya adalah: y = aebX di mana, Y = kadar air rata-rata pendugaan (%) X = lamanya waktu pengeringan (hari/ jam) adanb = tetapan regresi atau, InY = Ina + bx dan ini linier dalam X dan In Y. Untuk mengetahui keeratan hubungannya ditunjukan dari nilai F hitung dan koefisien korelasinya (F), Penentuan berat jenis rotan ditetapkan dalam keadaan kering oven. Sedangkan penyusutan diameter 3 nya dihitung berdasarkan perbandingan selisih diameter rotan basah dengan diameter rotan kering tethadap diameter rotan basah dalam persen. Ill, HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju pengeringan Laju penurunan kadar air dari pengeringan alami dapat dilihat pada Tabel 2. ‘Tabel 2. Laju pengeringan alami rotan manau dan semambu yang iam dari bagian bawah dan atasbarang. Table 2. Average air drying rates of manau and semambu ratians {taken from bottom and top portion of the canes (e/a) No. Jenis Bagian erat Kadarair Lama Laju rotan —hatang —jenis_ (Moisture penge- penge Raton (Parte (B3) _content),% —tingan _tingan species} cane) (Dare. (Devine MC, MC; ton), rae), (hari) (0 ariy (dayy_(He/davy 1, Manau Alas 0,38 110,01 19,08, a7 (C. manan Bawah 0,57 43,06 18.98 108 MIQ) 2, Semambe Atay 0390321835343 2.17 (C.scipio- Bavah 0,44 92,81 19,19 65,3 1,39 rum tour.) Keterangan (Remarks): Data di atas merupakan ratarata dari 3 kali ulangan (means of 3 replications) MC, = kadar air awal (initial moisture content) MCy = kadar air akhir pengeringan (fino! ‘moisture content) Dari Tabel 2 dapat dilihat laju penurunan kadar terbesar terdapat pada batang bagian atas, baik untuk rotan jenis manau maupun semambu. Sedangkan laju penurunan kadar air terendah terdapat pada batang, agian bawah. Laju penurunan kadar air pada pengeringan dalam dehumidifier dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat laju penurunan kadar air terbesar terdapat pada batang bagian atas, baik untuk jenis manau maupun semambu. Sedangkan laju penurunan kadar air terendah terdapat pada batang bagian bawah. Dengan melihat kedua tabel di atas, baik untuk pengeringan alami maupun pengeringan dengan dehumidifier menunjukkan bahwa berat jenis merupé kan faktor utama dari sifat fisik rotan yang mempenga- ruhi kecepatan pengeringan rotan. Hal ini mungkin disebabkan semakin besar berat jenis semakin ber- 4 Tabel 3. Ratarata laju yang diambit da eringan rotan manau dan semambu agian bawah dan stas batang dalam ‘dehumidifier jam) Table 3. Average dehumidifier drving rates of manaw and semambu ‘rattans taken from bottom and top portions of the canes (e/howr) No. Jeni Baglan Berat—-Kadarair Lama Laju foran —batang emis (Moisture ene- (Rattan (Partaf (83) _ contend, % Fingan species) cane) < (rsine MG, Mc re) A 8 "Gam (7am (hour) (%/hour) 1, Manau Atay 0,33 109,58 11,18 168 0,885 Bawah 0574182178 1224 0242 2 Semambu tas 19 112.06 10,54 170.4 04596 Bawah 0.44 93,66 11,88 208 0.403, Keterangan (Remarks): Data datas merupakan raterate dati 3 kali ulangan (average of 3 replications) = MC; = kadar air awal (initial moisture content) = Mcp = kadar air akhir_pengeringan (inal moisture content) ‘kurang ruang kosong yang terisi oleh air karena adanya penimbunan zat-zat tertentu di dalamnya. Variasi berat, Jenis diantara kedua jenis rotan tersebut di atas adalah dari pangkal batang ke atas berat jenisnya semakin mengecil Hasil analisa statistik untuk mengetahui pengaruh jenis dan tempat di bagian batang dari jenis-jenis tersebut terhadap laju penurunan kadar air baik dengan pengeringan alami maupun dengan dehumidifier dapat ihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. ‘abel 4, Sidik ragam taju pengeringan rotan rata-rata_melaui pengeringan alam Table 4. Analysis of variance for average rattan alr dying rates Sumberkeragaman db JK KT. Gourcey aS) ts) A jens species) 1 0.202800 0,202800 0,1106 B/A tempat (position/A 2 34661667 1,830833 5,495" Gala Error) 2665600 0.333200 Sumlah (Toray 1 6.830067 Kererangan (Remarks): * ayata pada tingkat nyata 58% (significant at 3% level) Dari Tabel 4 dan $ terlihat bahwa pengaruh agian batang berbeda nyata. Perbedaan ini nyata sangat jelas pada pengeringan dengan dehumidifier. Hal ini dapat disimpulkan bahwa selain variasi tempat Tabel 5. Sidik ragam lau pengeringan rotan melalui pengeringan ‘dengan dehumidifier Table 8. Analsis of variance for average rattan dehumidifier drving di bagian batang, juga metode pengeringan mem- pengaruhi kecepatan penurunan kadar air rotan. Dibandingkan dengan pengeringan alami, pengeringan = dengan dehumidifier membutuhkan waktu yang lebih Sumberkeragaman db JK JKT singkat dan kadar air akhir yang dicapai lebih rendah. Sou), Cee ee) Selanjutnya hasil analisa regresi terhadap kedua jens species) 1 0.005590 0.005590 0.0% _jenis rotan yang berbeda tempat/bagian batang dan B/Atempat(posiiony/A 2 0,814917 0.157450 10,687" —_-metode pengeringan dapat dilihat pada Tabel 6. Galt (Eran) 8 o.ni7Rs® 0.014730 Keterangan (Remark): ** sangat nyata pada tingkat ayata (highly significane at level, 1% Berdasarkan bentuk hubungan tersebut di atas dapat diduga besarnya kadar air rotan yang dicapai selama periode pengeringan tertentu. Dari hasil uj ‘abel 6. Hail analisa regres! dari dua jenis rotan yang berbeda bagian batang dan metode Table 6, Result of regression analysis on air and dehumidifier drving rates of two rattan Persamaan regrest R F (Regression equation) 106,231 00392 pengeringan species Metode _Jenis agian (Methode) (Specs) batang (Part of cane) M Ata » Bawah S Aus Bawah M Atas Py Bawah Stas Bawah Keterangan (Remarks): ** Sangatnyata pada tingkat ‘pengeringan alam (air drvne) pengeringan dehumidifier (dehumidifier drving) ‘otan manau (manau rattan) rotan semambu (semambu rattan) ‘abel 7. Penysutan diameter rotan selama pengeringan Table 7. Shrinkage of rattan samples during dine y 0.8837 75.86% Y= 39,818-0.0358X 0.9252 154,796" Y= 119.2907 0.0301 Y= 105,915~-0.0291% ¥ = 92,681 0.0117X y= 3322- 0.0108X Y= 111,243 90182X 0.9864 2001, 16° Y= s9,972-90114X 0.9792 490,86¢* (hight significant at eve, 1% Tabel 8. Sidik ragam penyusutan diameter roran dalam pengeringan = Table 8. Analysis of variance for shrinkage of two rattan species in No. Jenisroran Penyuswtan (Shrinkage). % dying (Rattan species) Alami(Airdryine) Dehumidifier Sumberkeragaman db IK IK. F (Source) SSM) 1. Mana tas 621 63s — 2. Manau hawah 2110 333 A jenis species) 1 0,199875 0.199875 0,009 3. Semambu atas a4 sit BUA tempat position 2 42,375975 21, 187987 20,704e¢ 4. Semambu bawah aa 430 C/W/A metode/W/A «4003872. 1.023393 0.883 Gala (E700) 16 29,628270. 1.881756 Keterangan (Remark): data di tas merurakan hasilrata-rata dari Sumlah (Total 23 76,297692 {kal wlangan (average of 3 replication) Is statistik ternyata model eksponensial dapat digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua faktor penurunan kadar air dengan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini. B. Penyusutan diameter rotan Penyusutan diameter rotan dari hasil percobaan pengeringan alami dan pengeringan dehumidifier dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil uji statistik untuk mengetahui pengaruh jenis dan tempat di bagian batang serta metode yang digunakan terhadap penyusutan diameter rotan dapat ditihat pada Tabel 8. Dari hasil pengujian LSD diperoleh: LSD(,95) = 4,66 dan LSD¢o,91) = 6,79. Dari hasil perbandingan selisih pasangan rata-rata dengan LSD diperoleh nil Jenis rotan manau pada bagian atas batang dengan bagian pangkal batang = 7,13 > LSD(o,91)._ Jenis rotan semambu pada bagian atas batang dan bagian pangkal batang = 2,38 < LSD¢,05) Berdasarkan uji LSD ini dapat diketahui bahwa hanya pada jenis rotan manau menunjukkan adanya perbedaan penyusutan di antara bagian batang atas dan bagian pangkal batang pada tingkat kepercayaan 99%, di mana penyusutan terbesar terdapat pada batang bagian atas. Hal ini dapat dimengerti karena pemben- tukan sel-sel pada bagian bawah sudah lebih kokoh/ padat dan kompleks, serta adanya timbunan zat-zat dalam rongga-rongga sel yang ada, Sedangkan pada rotan semambu perbedaan penyusutan pada bagian pangkal dan atas batang tidak begitu besar karena berat jenis kedua bagian tersebut hampir sama. C. Perbandingan pengeringan alami dan dehumidifier Berdasarkan hasil pengamatan maupun dengan Uji statistik menunjukkan bahwa pengaruh bagian batang dan metode pengeringan terhadap laju penurun- an kadar air rotan adalah nyata. Di sini tampak jelas kecepatan penurunan kadar air terbesar terdapat pada pengeringan dengan dehumidifier, karena suhu dan kelembaban di dalam ruangan tersebut bisa diatur. Juga terlihat kadar air akhir yang dicapai dengan cara pengeringan dehumidifier lebih rendah dibandingkan apabila dikeringkan secara alami. Keuntungan lain dari alat dehumidifier adalah menghasilkan rotan kering yang kadar penyusutan diameternya tidaklah berarti. Pengeringan rotan, baik secara alami maupun dengan dehumidifier dapat meningkatkan mutu rotan. Jumlah dan jenis eacat maupun serangan jamur selama proses pengeringan dari kedua alat tersebut tidaklah Meskipun demikian warna rotan dari hasil berart. 16 pengeringan alami lebih mengkilap dibandingkan warna rotan hasil pengeringan dehumidifier. Perbedaan kilap ini juga terihat pada batang bagian atas dan pangkal, di mana batang bagian bawah/pangkal lebih cerah waranya dibandingkan batang atas. Adanya sinar ultra violet yang terdapat pada cahaya matahari yang ‘mengenai kulit rotan mungkin penyebab mengkilapnya rotan tersebut IV. KESIMPULAN 1. Jenis rotan tidak berpengaruh nyata terhadap laju penurunan kadar air. Perbedaan laju pengeringan terjadi disebabkan oleh perbedaan tempat di bagian batang yang berbeda berat jenisnya dan metode pengeringan yang digunakan. Laju_pengeringan terbesar terdapat pada batang bagian atas yang fikeringkan dalam dehumidifier. Sedangkan laju pengeringan terendah terdapat pada batang bagian bawah/pangkal yang dikeringkan secara alami 2. Faktor metode pengeringan dan jenis rotan tidak mempengaruhi penyusutan diameter rotan. Per- bedaan penyusutan hanya terlihat pada batang atas dan batang bawah dari kedua jenis rotan tersebut, baik melalui pengeringan alami maupun dalam dehumidifier. Penyusutan terbesar terdapat pada bagian atas, 3. Meskipun waktu yang diperlukan dalam pengering- an alami lebih lama dibandingkan dengan waktu pengeringan dehumidifier untuk mencapai kadar air rotan tertentu, tetapi hasil yang diperoleh lebih baik. Ini terlihat dari warna rotan kering hasil pengering- an alami yang lebih mengkilap dibandingkan rotan hasil pengeringan dengan dehumidifier. 4, Melalui pengeringan maka dapat ditingkatkan muti rotan manau dan rotan semambu, yang ditunjukkan dengan tidak adanya serangan dari perusak rotan selama proses pengeringan. Juga cacat berupa kerut batang hampir tidak ada pada rotan yang telah dikeringkan. DAFTAR PUSTAKA Silitonga, T. 1985. Peranan budidaya rotan dalam menuju hutan kemasyarakatan. Proceeding Dis kusi Kehutanan timber estates, industri dan hasil hutan non kayu. Departemen Kehutanan, Ja- karta. Yudodibroto, H. 1984. Processing techniques applied by small-scale rattan manufacturing companies in Indonesia. Pusat Penerangan rotan (RIC) Institut Penyelidikan Perhutanan, Kepong, Sela- gor, Malaysia.

You might also like