You are on page 1of 342
H.R. TAUFIQURROCHMAN, M.A Leksikolog Bahasa Aivab UIN-MALANG PRESS 2008 Leksikologi Bahasa Arab H.R. Taufiqurrochman, MA ©H.R. Taufiqurrochman, MA, 2008; UIN-Malang Press xii + 332 halaman: 15 x 21 cm 1. Leksikologi Arab 2. mu Kata ~ 3. mu Makna ISBN: 979-24-2998-0 Cetakan I: Mei 2008 Penulis: H.R. Taufiqurrochman, MA - Editor: M. Faisol Desain Sampul: Robait Usman Penerbit: UIN-Malang Press (Anggota IKAPI) Jalan Gajayana 50 Malang 65144 Telepon/Faksimile (0341) 573225 e-mail: uinmlg_press@yahoo.com. http://www.uinmalangpress.com Percetakan: SUKSES Offset Telp. 0274-7007584 Yogyakarta Ay, BD isi. ae de Sly bee apt JSS for gsc bi ti BDLally iy Ke nt IS op bc Le US bey Lome LT OA ee Ge le LI) Leth Sak alaaly UT ley Ley Lane pA Gly 2 Hays 28h yl di Atheist os Lot all Syl oS) tnt sg bi 4 i tot Segala puji-syukur hanya bagi Allah swt, Tuhan semesta alam, atas segala nikmat, hidayat dan taufiq-Nya sehingga penulisan buku berjudul ‘Leksikologi Bahasa Arab’ ini diselesaikan. Shalawat dan Salam semoga selalu terhaturkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran, baik dalam kata maupun makna, serta seluruh umat yang dicintanya. Telah lama penulis ingin menyusun buku ‘Leksikologi Bahasa Arab’, tepatnya sejak penulis mengampu mata kuliah “Itm Al-Ma’ajim’ di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas LEKSIKOLOG! BAHASA ARAB Humaniora dan Budaya, UIN Malang. Sejak itu, penulis dan para mahasiswa serta semua pecinta bahasa Arab merasakan minimnya buku-buku tentang leksikologi bahasa Arab yang ditulis dengan bahasa Indonesia. Karenanya, penulis menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada Rektor, Pembantu Rektor Bidang Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dan UIN-Malang Press yang telah bersedia mendukung dan menerbitkan buku tentang leksikologi ini, sebuah ilmu yang kian langka, padahal usia leksikologi sama tuanya dengan bahasa Arab dan eksistensi kamus merupakan wajah peradaban bahasa bagi generasi mendatang. Sebagai perkenalan awal, penulis memaparkan kedu- dukan leksikologi dalam linguistik. Diawali dari bahasan konsep makna dalam semantik, sebab leksikologi merupakan bagian dari semantik (ilmu makna), lalu tentang sejarah kodifikasi bahasa Arab, seluk-beluk perwajahan kamus (leksikografi), model-model sistematika kamus bahasa Arab dari masa ke masa hingga tokoh-tokoh leksikon paling kesohor. Penulis berharap, melalui buku ini, imu leksikologi bahasa Arab makin dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia, dan kamus-kamus bahasa Arab sebagai khazanah intelektual muslim terus bermunculan dan menjadi kajian riset untuk pengembangan bahasa Arab. Penulis tak bisa menutup mata dengan berbagai kekurangan di buku ini, sehingga saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak, tetap penulis harapkan, sebab buku ini jelas jauh dari kesempurnaan. Sungguh indah untaian kalimat dari Al-‘Imad Al-Ashfahany: KATA PENGANTAR Aku yakin, seorang yang menulis buku pada hari ini, pasti keesokan harinya ia akan berkata: 0b 3 Uy Woy BUS OEY LAY FEF, Cfo! SS ia ay; ieail oS ts 2 bat obi ie a fy Ai lily “Andaikan yang ini dirubah, pasti lebih baik” “Andaikan yang ini ditambah, pasti lebih bagus” “Andaikan yang ini didahulukan, pasti lebih pas” “ Andaikan yang ini dibuang, pasti lebih tepat” we ee Se Se Set tie Ini adalah sebuah ungkapan kalimat yang agung maknanya. Akhirnya, penulis berharap buku ini bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi wasilah untuk menggapai ridha Allah swt di dunia dan akherat. Para pecinta bahasa Arab akan terus ada, selama bahasa Arab ada. Dan, bahasa Arab akan terus ada, selama Al-Qur’an ada. Malang, 12 Rabiul Awwal 1429 H HLR.Taufiqurrochman, MA Kupersembahkan buku ini untuk isteriku tercinta dan kedua buah hatiku tersayang Alva Solla Nabia dan Navila Camelia vit Daftar Isi Ming o> KATA PENGANTAR— iii PERSEMBAHAN— vii DAFTAR ISI— ix BABI TENTANG LEKSIKOLOGI— 1 A. Pengertian Leksikologi— 1 B. Leksikologi dan Leksikografi— 5 C. Kedudukan Leksikologi dalam Linguistik— 9 D. Ruang Lingkup Leksikologi— 21 BAB II KATA DAN MAKNA-— 23 A. Kajian Makna— 23 1. Pengertian Makna— 23 2. Pengertian Simbol— 26 3. Pengertian Acuan— 31 4. Makna dan Informasi— 35 5. Makna, Informasi, Maksud— 37 B. Teori Memahami Makna— 38 1. Nadzariyah Isyariyah (Teori Referensial)— 38 id LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB 2. Nadzariyah Tashawwuriyah (Teori Konseptual)— 41 3. Nadzariyah Sulukiyah (Teori Behavioris)— 42 4. Nadzariyah Siyagiyah (Teori Kontekstual)— 44 C. Kata dan Makna dalam Pandangan Ushul Figih— 50 Dalalah Mantug (sign operative)— 51 Dalalah Mafhum (sign concept)— 55 Kata Umum (‘Aam)— 58 Kata Khusus (Khash)— 59 Hakekat (Makna Asli)— 63 Majaz (Makna Kiasan)— 64 D. Hubungan Kata dan Makna— 65 Etimologi— 65 Homonim dan Homofon— 67 Polisemi— 71 Sinonim— 73 Antonim— 75 Hipernim dan Hiponim— 78 Disharmoni (Tanafur)— 79 Konotasi— 81 lenis Makna— 82 Makna Leksikal— 82 Makna Gramatikal— 82 Makna Kontekstual— 83 Makna Referensial— 83 Makna Denotatif— 85 Makna Konotatif-- 85 Makna Konseptual— 87 Makna Asosiatif— 87 Makna Kata— 89 10. Makna Istilah— 89 anes oe nm OE oe Orn ee DAFTAR ISI 11. Makna Idiom— 90 12. Makna Pribahasa— 91 BAB il PERKEMBANGAN MAKNA-— 93 A. Faktor Penyebab Perubahan Makna— 95 B. Bentuk dan Prosedur Perubahan Makna— 112 BAB IV MENGENAL KAMUS-— 131 B. A. Definisi Kamus— 131 B. Polemik Istilah Mu‘jam— 133 C. Asal Usul Mu’jam dan Qamus— 136 D. Kriteria Kamus— 142 E. Fungsi Kamus— 144 F. Macam-macam Kamus— 152 G. Tujuan Penyusunan Kamus— 167 H. Kiasifikasi Kamus— 172 I. Komponen Kamus— 174 AB V PERKEMBANGAN LEKSIKOLOGI ARAB— 177 A. Bangsa dan Bahasa Arab— 177 B. Sejarah Leksikologi Bahasa Arab— 183 C. Dasar-dasar Kodifikasi Bahasa Arab— 193 D. Kamus-kamus Yunani, Cina dan India— 198 E. Faktor Pendorong Penyusunan Kamus Arab— 200 F. Tahapan Kodifikasi Bahasa Arab— 203 G. Perkembangan Huruf Hijaiyah— 206 BAB VI SISTEMATIKA PENYUSUNAN MU’JAM— 213 A. Sistem Makna (Kamus Ma’ani)— 213 B. Sistem Lafal (Kamus Alfadz)— 217 1. Nidzam Al-Shauti (Sistem Fonetik)— 218 2. Nidzam Al-Alfaba’i Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus)— 236 3. Nidzam Al-Qafiyah (Sistem Sajak/Sastrawi)— 245 xI LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB 4. Nidzam Alfaba’i Al-’Aam (Sitem Alfabetis Umum)— 257 5.. Nidzam Al-Nutgi (Sistem Artikulasi)— 269 C. Daftar Kamus Bahasa Arab dan Sistematikanya— 276 BAB VII TOKOH-TOKOH LEKSIKOLOGI ARAB— 281 1.. Khalil bin Ahmad Al-Farahidi— 281 Abu Amr Al-Syaibani— 287 Abu Mansyur Al-Azhari Al-Harawi— 289 Ismail bin Qasim Al-Qali Al-Baghdadi— 291 Jbnu Duraid— 292 Tbnu Faris Al-Razi— 296 Tbnu Jinni— 299 Ismail bin Hammad Al-Jawhari— 301 Tbnu Mandzur Al-Afriqi— 304 10. Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuzabadi— 307 . Butrus Al-Bustani— 310 . Lewis bin Nuqala— 312 - Abdullah Al-’Ulayali— 314 14. Ali bin Muhammad Al-Jurjani— 314 15, Ibnu Sidah— 316 16. Ibnu ‘Al-Sikkit— 317 PRENATAWN Bee abe DAFTAR PUSTAKA— 325 xl Tentang Leksikologi A. Pengertian Leksikologi Leksikologi, dalam bahasa Inggris dinamakan lexicology yang berarti ilmu/studi mengenai bentuk, sejarah dan arti kata-kata.! Sedangkan dalam bahasa Arab, leksikologi disebut dengan Im Al-Ma‘ajim, yaitu ilmu yang mempelajari See seluk belum kamus. - Menurut bahasa, lexicology berasal dari kata lexicon yang berarti: kamus, mu’jam atau istilah dari sebuah ilmu.? Menurut istilah, leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempe- John M, Echols dan Hasan Syadily, Kamus Inggis Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1996), hlm. 356 2 Research and Studies Centre, The Dictionary English-Arabic (Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2004), him. 446 1 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB lajari seluk beluk makna/arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat di dalam kamus. Al-Khuli menerjemahkan istilah lexicology dengan sebutan Im Al-Mufradat (Ilmu Kosakata), bukan Im Al-Ma’ajim.? Menurutnya, pembahasan tentang kosakata dan maknanya telah termuat dalam ruang lingkup ilmu kosa kata (lm Al-Mufradat). Selain istilah Leksikologi dan Ilm Al-Ma‘ajim, ada juga beberapa istilah lain yang digunakan untuk menyebut ilmu tentang kamus. Misalnya saja, IIm al-Alfadz, al-Laffadzah, Ilm Dalalah Mu'jamiyah dan sebagainya. Terlepas dari perbedaan istilah dalam bahasa Arab dalam menyebut “ilmu tentang kamus” ini, yang jelas, munculnya berbagai nama tersebut menunjukkan pesatnya perkem- bangan ilmu bahasa/linguistik Arab, terutama di bidang ilmu makna. Sebuah bahasa yang terdiri dari kumpulan kata dan kalimat, pada awalnya hanya berupa suara-suara (baca: bahasa lisan) dan belum dikodifikasi atau ditampung dalam bentuk bahasa tulis. Apalagi, terhimpun di dalam sebuah kamus sebagai sebuah buku/pedoman yang berfungsi memuat kumpulan kata dan penjelasan maknanya. : Namun, seiring dengan perkembangan pemikiran dan peradaban manusia, serta kebutuhan para penutur bahasa untuk menghimpun kosakata atau bahasa mereka, maka usaha-usaha mengumpulkan kosakata ke dalam sebuah buku yang khusus membahas makna bahasa (baca: kamus), terus Muhammad Ali Al-Khuli, A Dictionary of Theoretical Linguistics (Lebanon: Maktabah Lubnan, 1982), him, 154 TENTANG LEKSIKOLOGI selalu dikembangkan, sehingga bahasa tulis pun juga semakin pesat. Indikasinya adalah lahirmya kamus-kamus bahasa yang bukan hanya bermanfaat dalam menghimpun kosakata dan mempermudah memahami makna kata. Akan tetapi, lebih daripada itu, fenomena kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus adalah bagian dari upaya optimal manusia dalam menjaga eksistensi bahasa mereka. Proses transfer dari bahasa lisan ke bahasa tulis menuntut para penutur bahasa mengembangkan ilmu tentang makna (semantik) untuk memahami kosakata lama maupun baru yang ada di dalam bahasa mereka. Interpretasi dan studi kosakata itu lebih dikenal dengan ilmu kosakata (lm Al-Mufradat). Pada tahapan selanjutnya, hasil kajian dan penelitian dari ilmu kosakata, terutama yang telah maupun yang akan dikodifikasi ke dalam sebuah kamus, melahirkan ilmu leksikologi. Lebih dari itu, perwajahan kamus dan sistematika penyusunan kosakata ke dalam kamus-kamus berbahasa Arab juga terus berubah dan berkembang secara inovatif dari masa ke masa. Munculnya kamus-kamus bahasa yang berasal dari hasil usaha penelitian para penyusunnya, secara tidak Jangsung, maka makna-makna dari kosakata yang telah dimuat di dalam kamus, telah mereka nilai sebagai kosakata baku dan maknanya shahih, sehingga pada akhirnya, sebuah kamus tidak sekedar berfungsi sebagai buku yang memuat kumpulan makna, tetapi ia dipandang sebagai buku pedoman bahasa fusha (resmi) yang baku. Disinilah letak urgensitas kamus dalam menyebarkan kosakata dan maknanya, mem- 3 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB pengaruhi interpretasi pembaca kamus dalam memahami makna, menyeleksi mana kosakata yang fasih dan yang tidak, dan sebagainya. Pada tahapan selanjutnya, munculnya sebuah kamus tentu saja juga diikuti oleh terbitnya kamus-kamus baru yang lain. Ada kamus baru yang hanya bersifat menyempurnakan kamus yang telah ada sebelumnya, meringkas atau bahkan memberi syarah (penjelasan) terhadap kamus pendahulunya, ada pula kamus yang disusun dengan tujuan untuk meng- kritik, menganalisis, membandingkan dan lain sebagainya. Walhasil, pada akhirnya kamus-kamus bahasa, terlebih lagi bahasa Arab, muncul dengan beragam model dan sistematika. Bahkan, hampir setiap kamus memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan kamus yang pernah ada sebelumnya. Fenomena ini jelas merupakan khazanah lingu- istik bahasa Arab. Lebih dari itu, munculnya para penyusun kamus yang kreatif dan inovatif dalam memakai sistematika, pendekatan, dan teknik pencarian kata, mendorong para pemerhati dan pengguna bahasa untuk selalu menanti pe- munculan kamus-kamus bahasa Arab model terbaru, terleng- kap dan termudah. Animo ini secara tidak langsung merupa- kan nilai lebih yang dimiliki ilmu leksikologi bahasa Arab. Kamus-kamus bahasa Arab yang terbit dengan varian dan karakteristik yang berbeda-beda telah mendorong para pakar bahasa untuk lebih serius mendalami teknik-teknik penyusunan yang inovatif dan informatif. Fenomena ini mela- hirkan ilmu leksikografi (IIm Al-Shina’ah Al-Mu‘jamiyah atau Dirasah Mu‘jamiyah) atau ilmu perkamusan yang bukan 4 TENTANG LEKSIKOLOGI hanya sebatas membahas tentang seluk beluk makna leksikal dari kosakata, tetapi juga sebagai ilmu yang membahas teknik pemilihan sistematika dalam menyusun kamus, memahami kelengkapan komponen kamus dan sebagainya. Dalam buku ini, penulis berusaha memaparkan bahasan- bahasan yang menjadi ruang lingkup ilmu leksikologi dan ilmu leksikografi bahasa Arab. Namun, mengingat leksiko- logi sebagai bagian dari ilmu yang membahas makna kosa- kata, maka ruang lingkup pembahasan ilmu leksikologi juga tidak bisa lepas dari ilmu semantik (ilmu makna). Karenanya, penulis juga perlu mengawali bahasan ilmu leksikologi dengan dasar-dasar ilmu semantik (Im Al-Dalalah) sebagai pengantar untuk memahami perkembangan kosakata bahasa Arab dan seluk beluk perkamusan. B. Leksikologi dan Leksikografi Leksikologi (Im Al-Ma’ajim), menurut Dr. Ali Al-Qasimy adalah: ob Le sleny clap All Lato ga colo yill ple gf peLall pte Se Gee la ph ple pigyy LMI go sae dal Baaly id Zig Ley Lyal, BLAS gts WLI sandy ol bal ally hye dlb ol jel ally «Xa oy : +l imy, Ilm Al-Lughah Wa Shina‘ah Al-Mu’jam (Saudi Arabia: Jami‘ah Malik Sa’ud, 1991), him. 3 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bakasa atau beberapa bahasa. Imu ini memperioritaskan kajiannya dalam hal derivasi kata, struktur kata, makna kosakata, idiom-idiom, sinonim dan poliserni. Dengan pengertian di atas, berarti Ali Al-Qasimy tidak membedakan antara istilah ilmu leksikologi (Ilm Al-Ma‘ajim) dan ilmu kosakata (Im Al-Mufradat). Menurutnya, kajian kedua bidang studi tersebut adalah sama. Dengan kata lain, ilmu leksikologi merupakan perluasan dari ilmu mufradat yang bertujuan untuk menganalisis kosakata, memahami dan menafsirkan makna kata hingga ke tahap merumuskan makna kosakata yang baku dan fushah dan layak dimasukkan ke dalam kamus. Makna sebuah kata yang telah tercantum dalam kamus disebut dengan ‘makna leksikon’. Sedangkan Leksikografi (Dirasah Mu’jamiyah) adalah pengetahuan dan seni menyusun kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika tertentu untuk menghasil- kan produk kamus yang berkualitas, mudah, dan lengkap. Antara leksikologi dan leksikografi tidak bisa dipisah- kan. Leksikologi tanpa leksikografi, tidak akan menghasilkan sebuah produk kamus yang baik, benar dan mudah diman- faatkan oleh para pengguna bahasa. Sebaliknya, leksikografi tanpa leksikologi, juga hanya dapat melahirkan kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna kosakata. Akan tetapi, ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik terapan, lebih memerlukan hasil-hasil kajian atau penelitian dari ilmu leksikologi dalam upaya mewujudkan kamus yang 6 TENTANG LEKSIKOLOGI baik, benar, lengkap dan memudahkan pembaca. Karena itu, istilah ‘ilmu leksikologi’ lebih umum daripada ‘ilmu leksikografi’. Menyebut ‘leksikologi’ berarti berhubungan dan mencakup ‘leksikografi’. Munculnya pembedaan antara leksikologi dan leksi- kografi, tidak lepas dari pandangan para pakar linguistik yang telah membagi ilmu linguistik menjadi dua bagian, yaitu ilmu linguistik murni dan ilmu linguistik terapan. Adanya pem- bagian imu linguistik ini, jelas berpengaruh dalam memisah- kan antara leksikologi dan leksikografi. Menurut Hilmy Khalil, Leksikologi adalah IIm Al- Ma’ajim Al-Nadzari, yaitu kajian teoritis tentang makna leksikal dalam sebuah kamus yang bahasannya meliputi: karakteristik kosakata, komponennya, perkembangan makna- nya dan lain sebagainya. Karena itu, leksikologi terkadang juga digolongkan sebagai bagian dari ilmu semantik (IIm Al- Dalalah) karena memang topik kajian dari kedua bidang studi tersebut hampir sama. Hanya saja, cakupan leksikologi lebih terbatas pada perwajahan kamus dan hal-hal yang berhubu- ngan dengan isi kandungan kamus.> Sedangkan leksikografi (Ilm Al-Shina’ah Al-Mu'jamiyah) adalah bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al- Tathbiqy) yang membahas tentang seni dan teknik menyusun kamus, pemilihan kata serapan (dakhil), penentuan definisi kata, bahasan tentang kelengkapan komponen kamus, dan informasi lain yang fungsinya memberi pemahaman yang 5 Hilmy Khalil, Mugaddimah li Dirasah Al-Lughah (Iskandariyah: Dar Al- Ma’rifah Al-Jami'iyyah), him. 333 LEKSIKOLOG! BAHASA ARAB benar dan mudah tentang makna kosakata kepada pengguna kamus, seperti pemakaian gambar, peta, tabel, contoh pengguaan kata dalam kalimat dan sebagainya, sehingga perwajahan (performance) kamus menjadi lengkap dan sempurna.® Secara teknis, Ali Al-Qasimy menjelaskan, bahwa leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang lima Jangkah utama dalam menyusun sebuah kamus, yaitu:” 1. Mengumpulkan data (kosakata), Memilih pendekatan dan metode penyusunan kamus yang akan ditempuh, 3. menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu, menulis materi, dan 5. mempublikasikan hasil kodifikasi bahasa atau kamus tersebut. Dengan demikian, baik ilmu leksikologi maupun ilmu leksikografi, keduanya adalah bagian dari ilmu linguistik. Leksikologi, sebagai studi pengembangan dari ilmu semantik, menjadi bagian dari ilmu linguistik teoritis (im Al-Lughah Al- Nadzary). Sedangkan leksikografi, sebagai studi pengemba- ngan dari leksikologi, menjadi bagian dari linguistik terapan (lim Al-Lughah Al-Tathbigy). Linguistik, sebagai ilmu pengetahuan memerlukan teori-teori yang konsukwen, teori linguistik. Bila seorang ahli Iinguistik memusatkan perhatiannya khusus pada pendirian suatu teori, maka apa yang dikerjakannya boleh disebut Ibid., him. 338 TENTANG LEKSIKOLOGI linguistik teoritis. Banyak ahli linguistik bekerja dengan cara itu dengan mempertanggungjawabkan data dan bahan yang memperkuat teorinya. Misalnya, bila ia memberi uraian tentang rumpun bahasa semit, berarti ia pun telah siap dengan materi yang memuat kajian sistem bunyi, tatabahasa, dan sebagainya tentang bahasa-bahasa semit. Linguistik semacam ini disebut dengan linguistik teoritis. + Akan tetapi, linguistik dapat juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah praktis di Iuar linguistik itu sendiri. Misalnya, bagaimana mencari solusi kesulitan belajar bahasa Arab? Kesulitan itu sebagian tidak menyangkut bahasa, tetapi hal lain di luar bahasa seperti usia siswa, motivasi belajar, teknik pembelajaran dan sebagainya. Masalah semacam ini jelas termasuk ke dalam psikologi belajar, psikologi perkem- bangan dan paedagogik. Di pihak lain, ilmu linguistik pun dapat dipakai untuk memudahkan persoalan-persoalan tadi- itu artinya, linguistik menjadi linguistik terapan, ilmu linguistik dan teori linguistik dikerjakan bukan demi teori itu sendiri, melainkan hanya sejauh menolong mengatasi masalah-masalah tadi. Jadi, linguistik terapan hanya berguna sejauh dapat memecahkan masalah praktis.* C. Kedudukan Leksikologi dalam Linguistik ~ Untuk melihat kedudukan leksikologi dan leksikografi dalam ranah ilmu linguistik, perhatikan bagan dan pengertian masing-masing studi-studi ilmu linguistik berikut ini. 7 Ali Al-Qasimy, Op.Cit,, him. 3 * J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik (Yogyakarta: Gajah Mada ‘University Press, 1976), him 10 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB = es vapene | yf eoaeate ence sap oe, “tomato ag" | rani Liguistik Teoritis atau General Linguistics (Linguistik Murni), pada awalnya hanya membahas empat unsur utama dalam bahasa, yaitu ilmu bunyi (fonetik), ilmu sharaf (morfologi), imu nahwu (sintaks) dan ilmu makna (seman- tik). Namun, dalam perkembangannya, keempat unsut bahasa tersebut membelah menjadi beberapa bagian seiring dengan kedalaman analisis dan temuan baru dari keempat unsur utama bahasa (anashir), sehingga muncul linguistik 10 TENTANG LEKSIKOLOGI kontrastif, prespektif, matematis dan sebagainya. Dengan kata lain, ilmu-ilmu baru yang muncul dari keempat unsur utama bahasa, bisa disebut sebagai bagian/cabang dari keempat unsur bahasa.* « Linguistik Praktis (Terapan) adalah ilmu lanjutan yang membahas hasil-hasil kajian dari linguistik murni. Di sini, teori-teori yang ada dalam linguistik murni berusaha dibahas dengan cara menyandingkan linguistik murni dengan bidang studi lain. Misalnya, komparasi ilmu sosial dan ilmu bahasa melahirkan sosiolinguistik, lalu pembahasan bahasa yang, dipandang dalam perspektif ilmu jiwa melahirkan psiko- linguistik, dan seterusnya.'° Penerapan linguistik praktis adalah penggunaan teori-teori dalam linguistik murni untuk memecahkan masalah-masalah praktis di luar teori-teori bahasa. yv Umu Fonetik adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa dengan tidak mempertimbangkan makna yang terkandung oleh bunyi. Bunyi dipelajari sebagai suatu gejala alami, bukan sebagai alat komunikasi." Dalam perkembangannya, ilmu fonetik dibagi menjadi tiga macam, yaitu fonetik artikulasi, fonetik akustik dan fonetik auditori.? *» Fonetik Artikulasi adalah ilmu bunyi yang secara spesifik membahas proses pengucapan atau pengeluaran bunyi, output suara (mekhraj), sifat suara dan tingkatannya. * Hilmy Khalil, Op.Cit., him. 330 ® pbid., him. 331 ® Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Bunyi Bahasa (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), him. 5 ” Hilmy Khalil, Op.Cit,, him. 331 WW LEKSIKOLOG! BAHASA ARAB Fonetik Artikulasi bertujuan untuk mendeskripsikan teknik ujaran yang tepat agar tidak menimbulkan suara/pesan yang sulit atau salah dipahami.”? Jadi, secara khusus, ilmu ini hanya membahas bagian suara yang keluar dari organ bunyi (mulut) pembicara yang menyampaikan pesan (bahasa) kepada pendengar (penerima pesan). Fonetik Artikulasi disebut juga dengan Fisiologi Fonetik.’* Fonetik Akustik adalah ilmu bunyi yang membahas perpindahan suara di udara yang keluar dari mulut pembicara (penyampai pesan) ke telinga pendengar (penerima pesan). Ilmu ini mengkaji tingkat frekuensi suara, panjang-pendek- nya, faktor yang mempengaruhi pesan suara dan sebagainya. Fonetik Auditori adalah ilmu bunyi yang secara khusus membahas hal-hal yang terkait dengan telinga pendengar (penerima pesan) sejak proses penerimaan suara (pesan) dari gelombang udara, proses masuknya suara ke dalam telinga, karakteristik telinga hingga kondisi pendengar dalam memahami dan merespon pesan yang diterimanya. Fonologi adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan maknanya. Misalnya, masalah idgham, isymam, raum, tekanan, intonasi, panjang pendek, waqaf dan kesemuanya ini menjadi materi utama dalam fonologi. Bagian terkecil yang dibahas dalam fonologi disebut fonem yang dilambangkan dengan simbol / 125 ® Manqur Abdul Jalil, Im Al-Dalalah; Ushuluhu wa Mabahitsuhu fi Al- Turats Als‘Arabi (Damaskus: Maktabah Al-Asad, 2001), him 140 ™ Hilmy Khalil, Op.Cit, hlm. 332 °S Ibid, hm, 332 12 TENTANG LEKSIKOLOG! Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik membahas bunyi bahasa yang tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Umpamanya, bunyi [3] dalam bahasa Arab, mempu- nyai aspirasi yang agak keluar menyerupai bunyi [g] bagi orang Mesir, sedangkan bagi orang Indonesia agak kedalam menyerupai [q]. Perbedaan antara bunyi ini bersifat ‘tidak fungsional’. Jadi, hal ini tidak termasuk fonologi, melainkan menjadi bagian fonetik. Lain halnya dengan bunyi antara / i / dengan / ¢ /. Kedua bunyi itu disebut ‘fonem’ yang benar- benar membedakan makna. Misalnya, antara kata/ pol / berarti “pedih’ dengan kata / pte / berarti ‘orang pintar’. Perbedaan fonem yang bisa menyebabkan perubahan arti berarti fonem tersebut bersifat ‘fungsional’, dan hal ini menjadi bagian dari fonologi. -Morfologi atau Ilmu Sharaf adalah ilmu yang membahas klasifikasi morfem, macam-macamnya, makna dan fungsinya. Unit utama yang dibahas dalam morfologi disebut dengan morfem, yaitu bagian terkecil yang apabila berubah maka dapat mengubah struktur (bentuk kata). Sebuah morfem dilambangkan dengan simbol { }. Sintaks atau Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas seputar hukum dan kedudukan kata yang terdapat di dalam kalimat atau teks, pembagian kalimat dan sebagainya. Apabila morfologi menyelidiki hubungan-hubungan gramatikal di dalam kata itu sendiri, maka sintaks mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata (kalimat/teks). IImu Sintaks lebih dikenal dengan istilah ‘Grammar’ atau ‘Timu Tata Bahasa’. 13 LEKSIKOLOG! BAHASA ARAB Semantik adalah ilmu yang membahas tentang sifat- sifat dari simbol bahasa dan mengkaji makna yang ada pada simbol tersebut dari aspek relasi makna dengan struktur bahasa, perkembangan makna, macam-macam makna dan sebagainya. Ilmu Semantik terus berkembang hingga mela- hirkan dua macam bidang studi, yaitu: ilmu tentang kosakata (vocabulary) dan ilmu tentang kamus (leksikologi). Vocabulary atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas dinamika kata dilihat dari aspek perkembangan dan perubahan makna kata, jumlah kata, fenomena antara kata yang terpakai (musta’mal) dan kata yang diabaikan (muhmal), pengelompokan kata dalam rumpun bahasa tertentu, dan sebagainya. Leksikologi atau ilmu kamus adalah ilmu yang membahas makna-makna leksikal yang terdapat dalam sebuah kamus, perkembangan kata, perubahan makna kata dan sebagainya. Dengan definisi ini, terkadang terjadi kesimpang- siuran antara definisi ilmu makna (semantik) dan leksikologi. Karenanya, bisa dikatakan bahwa ruang lingkup leksikologi lebih sempit daripada semantik dan leksikologi lebih terfokus pada kamus. Linguistik Historis adalah ilmu yang membahas kronologi/peristiwa perkembangan kata dan maknanya, unsur-unsur sejarah yang mempengaruhi pemakaian kata dan perubahan makna, tokoh-tokoh di balik pemakaian kata, dan sebagainya. Bahasa, dalam perspektif linguistik historis, dipandang sebagai suatu hal yang dinamis dan terus berubah. 14 TENTANG LEKSIKOLOGI Dialektologi yaitu ilmu yang membahas ragam dialek (lahjah) yang digunakan para penutur sebuah bahasa. Dialektologi lebih menekankan pada aspek perbandingan dan sejarah antar dialek. Menurut Ibrahim Anis, dialek (Jahjah) adalah kumpulan sifat-sifat kebahasaan yang berkembang pada lingkungan tertentu. Sifat-sifat bahasa tersebut memiliki persamaan yang bisa dipahami oleh seluruh anggota masyarakat tersebut.’* Linguistik Matematis disebut juga dengan computatio- nal, yaitu ilmu yang berfungsi menganalisis materi bahasa dengan menggunakan teori-teori ilmu matematika dan statistik. Dengan ilmu ini, diharapkan adanya data-data kuan- titatif tentang bahasa sebagai bahan riset dan sebagainya. i Linguistik Komparatif adalah ilmu yang mempelajari fenomena unsur bahasa yang utama (fonem, morfem, sintaks dan semantik) dengan cara membandingkan keempat aspek tersebut dalam satu bahasa dengan bahasa lain atau antara satu bahasa yang masih serumpun. Dengan adanya studi komparasi ini, muncul studi-studi lanjutan seperti: perban- dingan ilmu nahwu, perbandingan ilmu sharaf, dan sebagai- nya. Dari studi komparasi bahasa, diharapkan muncul temuan- temuan yang memuat unsur-unsur kesamaan antara satu bahasa dengan bahasa lain atau antara satu bahasa yang masih serumpun. Linguistik Kontrastif adalah ilmu yang secara spesifik mencari aspek-aspek persamaan dan perbedaan antara dua 6 Muhammad Hasan Abdul Aziz, Madkhal ila Al-Lughah (Kairo: Dar al- Fikr al’Arabi, 1988), him. 215 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB bahasa atau lebih dan tidak memfokuskan pada satu bahasa yang masih serumpun. Misalnya, studi kontrastif antara bahasa Arab dan bahasa Inggris. Obyek kajiannya lebih terfokus pada unsur fonetik, morfologi, sintaks dan semantik. Grafemik atau Grafologi adalah ilmu yang mempelajari aneka ragam sistematika penulisan yang diterapkan dalam berbagai bahasa, terutama dari aspek kaidah bahasa tulis yang dipakai sebagai pengganti dari bahasa lisan. Definisi grafemik atau ilmu grafologi meliputi tentang: ilmu tulisan tangan, pengetahuan metode penulisan, ilmu tentang aksara/sistem tulisan, dan ilmu suratan tangan yang meneliti tentang sifat/ watak seseorang lewat menelaah tulisannya.” Dalam grafemik, unit terkecil dari tulisan sebuah bahasa disebut graf. Lain halnya dalam fonetik, unit terkecil dari suara disebut fonem. Penggunaan unit-unit ini untuk mencari titik perbe- daan dalam proses analisis antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Linguistik Prespektif merupakan sebuah ilmu yang belum memiliki eksistensi yang jelas sebagai cabang dari ilmu bahasa. Linguistik Prespektif hanya sebuah metode yang dipakai untuk mempelajari bahasa. Dengan kata lain, lingu- istik prespektif adalah studi terhadap bahasa untuk tujuan tertentu (Dirasah li Ghardh Khas), seperti: studi untuk menen- tukan norma-norma pembelajaran bahasa, studi untuk me- milih bahasa yang tepat bagi para Tenaga Kerja Indonesia, dan sebagainya. Studi perspektif tidak mempelajari hakekat bahasa, tetapi mempelajari bahasa untuk tujuan tertentu. ¥% Widodo, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Absolut, 2001) hlm.182 16 TENTANG LEKSIKOLOGI Kinemik atau Kinematika adalah ilmu yang mempe- lajari gerakan tubuh untuk memahami makna/bahasa dari gerakan, atau gerakan tubuh yang bisa menggantikan bahasa lisan. Grafemik memandang, bahwa setiap gerakan mengan- dung pesan atau makna tertentu yang perlu ketahui oleh penyampai dan penerima pesan, sebab kebanyakan penyam- paian bahasa lisan pun sering diiringi dengan gerakan dan isyarat tubuh tertentu."® Sebuah gerakan disebut kineme, dan alat perekam gerakan disebut kimograf. Terkadang, gerak tubuh memerlukan media lain dalam penyampaian pesan, seperti: gambar, tongkat, dan alat bantu lainnya. Linguistik Deskriptif adalah ilmu yang mempelajari sebuah bahasa sebagaimana adanya dalam satu masa atau tempat tertentu. Artinya, linguistik deskriptif memandang bahasa sebagai sesuatu yang bersifat statis (menetap). Obyek kajian linguistik deskriptif adalah seputar empat unsur bahasa atau salah satunya. Linguistik deskriptif berlawanan dengan linguistik historis yang mempelajari bahasa dalam perjalanan kurun sejarah sehingga bahasa dipandang sebagai sesuatu yang bergerak (dinamis). Linguistik Universal adalah ilmu yang mempelajari beberapa bahasa yang bermacam-macam, baik dari aspek fonetik, morfologi, sintaks maupun semantik. Tujuan utama dari linguistik universal adalah menemukan kaidah-kaidah bahasa yang bisa berlaku universal untuk semua penutur bahasa tanpa memandang kaidah tertentu dalam sebuah » Fuad Ishaq Al-Khuri, Lughah Al-Jasad (Bairut, Libanon: Dar Al-Saaqi, 2000), lm. 3 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB bahasa atau bahasa yang serumpun. Temuan-temuan kaidah bahasa yang bersifat universal itu, diharapkan dapat mem- permudah semua penutur dari berbagai bahasa untuk saling berkomunikasi, sekaligus bertujuan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kaidah antar bahasa yang bisa menghambat komunikasi.” Geolinguistik adalah ilmu yang mempelajari beberapa bahasa dan dialeknya, lalu mengklasifikasikannya berdasar- kan letak bahasa secara geografis. Geolinguistik lebih memfo- kuskan pada keempat unsur bahasa yang membedakan an- tara satu bahasa dengan bahasa lain, atau satu dialek dengan dialek lain yang terdapat di satu negara atau dibeberapa negara yang masih serumpun. Geolingistik menggunakan teori-teori ilmu dialektologi (Jahajat), sejarah, dan sebagainya dalam proses analisis unsur bahasa yang pada akhirnya menghasil- kan atlas/peta bahasa. Peta ini menggambar karakteristik bahasa yang ada di tiap-tiap lokasi yang telah diteliti° Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari dialek- dialek sosial atau strata bahasa yang disesuaikan dengan tingkat sosial yang ada di dalam masyarakat bahasa. Misal- nya, studi tentang problematika bahasa antara bahasa am- miyah (pasaran) dan bahasa fushah (resmi) untuk memahami pengaruh yang ditimbulkan dari bahasa dan masyarakat. Artinya, aspek kebahasaan lebih dikedepankan daripada aspek sosial. Berbeda dengan ilmu sosiologi bahasa (Im Al-Ijtima’ » Ibid., him. 336 ® Tbid,, him. 336 TENTANG LEKSIKOLOGI Al-Lughawi) yang lebih memfokuskan pada aspek sosial daripada bahasa. Stailistika (Ilm Al-Uslub) adalah ilmu yang lebih memperioritaskan studi dan analisis tentang aneka macam perbedaan tentang perlakuan manusia terhadap bahasa tertentu, terutama pada aspek fonetik, morfologi, sintaks dan semantik. Terkadang, stailistika mempelajari bahasa tulis yang dipakai penyair atau penulis. Stailistika berusaha mem- bedah gaya bahasa si penyair atau penulis tersebut. Selain itu, stailistika juga membahas bahasa lisan, seperti: bahasa khita- bah, siaran radio, bahasa iklan dan sebagainya. Jika perlukan, stailistika juga menggunakan kaidah-kaidah matematik untuk menghitung, mengukur, mengevaluasi gaya bahasa, kosakata, dan sebagainya. Hal ini disebut juga stailistika statistik. Secara umum, ilmu stailistika adalah ilmu alternatif baru dari ilmu balaghah konvensional. Hanya saja, stailistika termasuk ilmu bahasa modern yang memandang bahasa sebagai sesuatu yang dinamis, sedangkan balaghah sebagai ilmu bahasa tradisional memandang bahasa sebagai sesuatu yang statis.27 Patologi adalah ilmu yang berkonsentrasi mempelajari kekurangan atau penyakit yang berhubungan dengan pema- kaian bahasa, baik pada anak-anak maupun dewasa. Sebagi- an pakar bahasa, menganggap patologi sebagai bagian dari psikolinguistik.” % Syukri Muhammad ‘Ayyad, Madkhal ila Ilm Al-Uslub (Riyad, Saudi Arabia: Dar Al-Ulum, 1982), him. 44 Hilmy Khalil, Op.Cit, him. 338 eas LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB Leksikografi adalah ilmu yang mempelajari seni penyusunan kamus dari aspek sistem urutan kosakata, pemi- Jihan pendekatan dalam menyusun kamus, perhitungan materi dan definisi kata, pemilihan gambar dan informasi lain yang diperlukan untuk menjelaskan makna. Leksikografi meng- harapkan hasil akhir berupa kamus bahasa. Psikolinguistik adalah ilmu mempelajari faktor-faktor kejiwaan yang mempengaruhi pemerolehan bahasa, terutama pemerolehan bahasa ibu pada bayi/anak, atau ilmu yang mempelajari bahasa asing dan hubungannya dengan aspek psikis penutur bahasa. Perhatian kajian dalam psikolinguistik tertuju pada penggunaan bahasa dari sudut pandangan psikologi. Topik yang biasanya dikaji, antara lain: hakekat bahasa, kemampuan berbahasa, hubungan bahasa dan pikiran, gangguan dalam kemampuan berbahasa dan kaitan psikolinguistik pada pengajaran bahasa.”> Paedagogik Linguistik adalah ilmu yang mengguna- kan berbagai metode dan media pendidikan yang diperlukan untuk mengajarkan bahasa ibu atau bahasa-bahasa Jain yang dipelajari peserta didik di bangku sekolah. Pengajar harus mempersiapkan kurikulum dan perencanaan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bila perlu, mengguna- kan media dan laboratorium bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.”* % Sri Utari Subyakto-N, Psikolinguistik: Suatu Pengantar (Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi, 1988), hlm. 146 * Hilmy Khalil, Op.Cit,, hlm. 338 20 TENTANG LEKSIKOLOGI D. Ruang Lingkup Leksikologi \~ Menyebut ilmu leksikologi, tidak bisa meninggalkan ilmu semantik (ilmu makna), sebab leksikologi merupakan cabang dari semantik. Ilmu leksikologi juga tidak bisa terpisahkan dengan ilmu kosakata (Ilm Al-Mufradat), sebab leksikologi adalah kelanjutan dari pembahasan dan penelitian tentang kosakata bahasa. Karena itu, ruang lingkup leksiko- logi juga membahas seputar pengertian makna dan kata, hubungan antara makna dan kata, perkembangan dan peru- bahan kosakata beserta maknanya. Semua tema ini akan di- bahas dalam buku ini. Leksikologi sebagai ilmu linguistik murni, juga tidak bisa dipisahkan dari leksikografi yang merupakan bagian dari ilmu linguistik terapan. Tanpa adanya seni leksikografi, leksikologi hanya berkutat pada kajian teoritis dan perdebat- an tentang makna dan kata tanpa bisa menghasilkan produk- produk berupa kamus-kamus bahasa yang berkualitas, yang memiliki sistematika penyusunan kamus yang kontemporer dan perwajahan kamus yang baik dan mudah dipakai oleh para pengguna atau masyarakat bahasa. Karenanya, buku ini juga membahas tentang sejarah kodifikasi bahasa Arab, perkembangan kamus bahasa Arab dari masa ke masa hingga tokoh-tokoh leksikolog Arab. Sebuah kamus memiliki posisi sentral yang dapat mempengaruhi para pemakai bahasa dalam memahami kata dan menginterpretasi makna. Kamus bukan hanya gudang tempat menyimpan simbol atau kata. Namun, lebih daripada itu, kamus dianggap sebagai buku referensi yang sering 21 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB dirujuk oleh seseorang ketika ia tidak memahami kata dan di saat makna tidak terkonsep dalam benaknya. Makna leksikal sebuah kata dianggap ‘bak’, ‘fushah’, ‘valid’, apabila sesuai dengan makna yang termaktub di dalam kamus. Padahal, realitanya tidak harus demikian. Yang jelas, kamus sebagai hasil kodifikasi bahasa dan kreatifitas dari penyusunnya telah menjadi wajah (image) peradaban dan perkembangan bahasa pada masa penyusunan kamus tersebut. Seay 22 AN NO Kata dan Makna A. Kajian Makna 1. Pengertian Makna Kata ma’na, dalam ilmu semantik, sering disebut ‘tanda’ (dalalah). Ali Al-Khuli mendefinisikan, makna/tanda (meaning) adalah: Boland gh Lal ge od! Lagi Le: LIV gt ill Aaa gf Makna/Tanda adalah sesuatu yang dipahami seseorang, baik berasal dari kata, ungkapan, maupun kalimat.! * Muhammad Ali Al-Khuli, A Dictionary of Tkeoritical Linguistics. (Leba- non: Lebrairie Du Liban,1982), him. 166 23 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB Secara etimologi, kata ma‘na berasal dari ,3£ yang salah satu maknanya ialah melahirkan. Karena itu, makna diartikan sebagai perkara yang dilahirkan dari tuturan. Perkara ter- sebut ada di dalam benak manusia sebelum diungkapkan dalam sarana bahasa. Sarana ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan makna tersebut di dalam benak. Perkara yang terdapat di dalam benak disimpulkan sebagai hasil peng- alaman yang diolah akal secara tepat.* Lebih spesifik, definisi makna/tanda yaitu: OF py Gy LS US Les LI gl i lt eg shy ake gladly (aS ly Slat Guy LEY! CAM Git pygill gh Gast gh ‘Makna/Tanda adalah sesuatu yang dipindahkan kata atau sesuatu yang diungkap dari (hasil) hubungan antara penanda (kata) dengan petanda (benda atau seseorang atau sesuatu yang dipahamidiluar bahasa)? Hubungan antara lafal/bahasa (intra-lingual) dengan sesuatu yang ada di luar bahasa (ekstra-lingual) dikenal dengan teori ‘semantic tringle’ (Mutsallats Al-Ma’na), yaitu segitiga bermakna yang menghubungkan antara 3 aspek dasar, yakni: QQ) simbol/kata/signifiant/penanda (Dal/Alamah) yang terdiri dari bunyi bahasa, tulisan, isyarat dan sebagainya, seperti: kata Idalam (pensil), kitab (buku) dan lain-lain. 2 Syihabuddin, Téori dan Praktek Penerjemahan Arab-Indonesia (Jakarta: Dirjen Depdiknas, 2002), him. 16 ? Muhammad Ali Al-Khuli, Op.Cit, him. 257 24 KATA DAN MAKNA (2) konsep/benak/pikiran/mind (syu‘ur/fikrah) yang ada di dalam diri manusia ketika memahami simbol/kata. (3) acuan/benda/sesuatu/referen/signify/petanda (madlul/ musyar ilaih) yang ditunjuk dari simbol/kata tersebut. Dalam bahasan semiotika, tanda (sign) terdiri dari dua unsur yang tidak bisa dipisahkan, yaitu penanda (signifiant) dan petanda (signify). Penanda adalah aspek material dari bahasa, sedangkan petanda adalah makna (konsep) yang ada dalam pikiran (mind). Perhatikan ilustrasi teori ‘segitiga bermakna’ pada gambar berikut ini. (konsep/benak/pikiras) nt 561 Menurut teori ‘semantic tringle’ di atas, hubungan yang terjalin antara sebuah bentuk ‘kata/simbol’ dengan ‘acuan/ benda/hal/peristiwa’ di luar bahasa.tidak bersifat langsung (mugqattha‘ah), tetapi ada media yang terletak di antara keduanya, yaitu benak/pikiran/konsep. Kata hanya merupa- kan lambang (simbol) yang berfungsi menghubungkan konsep/pikiran dengan acuan/benda. LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB Tidak semua kata/simbol memiliki acuan/benda. Misalnya, kata ‘walaupur’, ‘aduh’, sekalipun bermakna tetapi tidak menunjuk sesuatu, tidak ada referennya. Berbeda dengan kata ‘pensil’ yang memiliki referen sebab ia menunjuk pada sesuatu (sebuah benda yang terbuat dari kayu dan biasa digunakan untuk menulis). Apabila kata/simbol dalam realita memiliki acuan dan melahirkan makna, maka makna itu disebut dengan makna refersensial. Makna referensial (Al-Ma’na Al-Marja’i) adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan). Makna referensial juga disebut makna kognitif (Al-Ma’na Al-Ma’rifi), makna afektif (Al- Ma’na Al-Wujdani) dan makna emotif (Al-Ma‘na Al-Athifi).4 Dalam hubungannya dengan ilmu leksikologi, kajian tentang makna sebagai hasil hubungan antara simbol/kata dan benda/acuan, sangat penting untuk dipahami sebagai pengantar. Mengingat, bahwa kamus, sebagai produk dari leksikologi, harus mampu menjelaskan makna yang dihasil- kan dari berbagai simbol/kosakata bahasa, baik kata yang memiliki makna referensial maupun non-referensial. Sebuah kamus dinilai lengkap, apabila semua benda/acuan/petanda yang dibutuhkan para penutur bahasa, dapat diketahui melalui pemaparan makna leksikal di dalam kamus. 2. Pengertian Simbol Pembahasan tentang simbol, dalam linguistik, kini telah dikaji secara khusus di dalam ilmu semiotika (IIm Al-’Alamaat). Secara etimologi, semiotics berasal dari bahasa Yunani ‘semeion’ yang diambil dari kata ‘sema’ berarti ‘tanda’. 26 KATA DAN MAKNA Semiotika membahas tentang macam-macam tanda/simbol/ isyarat yang terdapat pada fenomena bahasa. Pierce membedakan ‘tanda’ menjadi 3 macam, yaitu:s a. Iconic Sign (Al-Alamah Al-Iquniyah) Yaitu, tanda yang menjelaskan acuan/benda-nya melalui cara imitasi (muhakah), seperti: gambar benda, lukisan, peta, patung, maket bangunan, dan sebagainya. b. Indexical Sign (Al-Alamah AL-Isyariyiah) Yaitu, tanda yang menjelaskan acuan/benda-nya melalui adanya hubungan yang lazim/biasa, seperti: asap adalah tanda adanya api, suara mengeong adalah tanda adanya kucing, jejak atau sidik jari tangan adalah tanda adanya pencuri, dan sebagainya. c. Symbol (Al-Ramz) Yaitu, tanda yang menjelaskan acuan/benda-nya melalui adanya makna istilah yang telah disepakati manusia, seperti: rambu-rambu lalu lintas, simbol & berarti te (salah) dan simbol 4 berarti we (benar), simbol musik, suara bel, dan sebagainya, termasuk juga kosakata bahasa, misalnya: 3 ,>.5 (pohon), gle> (kuda), dan lain sebagainya. “Muhammad Ali Al-Khuli, Op.Cit., him. 239 5 Salim Sulaiman Al-Khammas, Al-Mu‘jam wa Im Al-Dalalak, (Damaskus: Maugqi’ Lisan Al-’Arab, 1428 H.) him 4 27 LEKSIKOLOG! BAHASA ARAB Menurut Al-Jahidz, signifikasi (dilalah) dibedakan menjadi 5 macam,‘ yaitu: a. 9 Lafal; yaitu simbol-simbol bahasa berupa suara atau ujaran yang diungkapkan manusia dan mengandung makna berbahasa. Lafal membedakan antara manusia dan binatang. Isyarat; yaitu simbol berupa gerakan-gerakan yang bisa mengandung arti, seperti: gerakan tangan, mata, alis dan sebagainya. Khat; yaitu simbol berupa tulisan atau huruf. Hisab; yaitu simbol berupa angka-angka. Nishbah; yaitu simbol berupa keadaan logis yang ada di alam semesta, bukan berupa suara, isyarat, tulisan maupun angka. Signifikasi nisbah bisa ditemukan di langit, bumi, benda-benda mati, dan sebagainya. Misalnya, penciptaan langit merupakan simbol atau ayat tentang kekuasaan Allah. Dalam leksikologi, keberadaan simbol merupakan obyek penting yang harus dianalisis dalam mengungkap makna. Lafal, gambar, peta dan sebagainya, menjadi media efektif yang dibutuhkan oleh penyusun kamus untuk menjelaskan makna dari acuan yang dikehendaki. Munculnya kamus-kamus visual (bergambar) adalah salah satu bukti dari efektifitas pemakaian simbol dalam menjelaskan makna kepada para 6 Abu Utsman Amr bin Bahr Al-Jahidz, Al-Bayan wa Al-Tabyin (Kairo: Maktabah Al-Khanijy, 1975), hlm.75-76 28 KATA DAN MAKNA pengguna kamus. Pemahaman yang tepat dari seorang leksi- kolog terhadap makna-makna di balik berbagai macam simbol/kata, sangat diperlukan dalam proses pengelompokan kosakata, pemilihan makna hingga ke tahap penyusunan kamus. Demikian banyak jumlah simbol yang ada, sehingga simbol perlu diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu: a. Aspek sengaja dan Tidak Sengaja (Al-Iradiyah/Al- Lairadiyah) Simbol Fukultatif (Iradiyah), yaitu simbol-simbol yang sengaja muncul dari manusia. Simbol fukultatif ada yang sifatnya sekedar bertujuan untuk menyampaikan informasi/pesan. Misalnya, rambu-rambu lalu lintas, aba- aba dalam baris-berbaris, bunyi bel sekolah, klakson mobil, suara mobil patroli, dan sebagainya. Dalam bahasa, simbol fukultatif adalah bahasa-bahasa tertentu yang dipakai di bidang sains, berita, jurnalistik dan sebagai- nya. Ada pula simbol fukultatif yang sengaja dipakai untuk mengekspresikan keindahan, seperti: lukisan yang bersifat artistik, bait-bait puisi yang indah, prosa, teks drama dan sebagainya. Simbol Non-Fukultatif (La-Iradiyah), yaitu simbol-simbol yang muncul dari manusia secara tidak sengaja. Ada simbol yang bersifat suara (shautiyah), seperti: batuk, bersin, tangisan dan lainnya. Ada simbol yang bersifat gerakan (harakiyah), seperti: aliran darah, tetesan keringat di badan dan lain sebagainya. Ada pula simbol yang bersifat bentuk (syakliyah), seperti: ‘wajah memerah’ 29 LEKSIKOLOG! BAHASA ARAB adalah simbol kemarahan, ‘uban/rambut putih’ adalah tanda bertambahnya usia seseorang, dan sebagainya. Aspek Natural dan Aspek Buatan (Al-Thabi’iyah/Al- Shinaiyah) Simbol Natural (Thabi‘iyah) adalah simbol yang muncul secara alami. Simbol alami yang bersifat suara (shautiyah), seperti: hembusan angin, suara lebah, kicau burung, dan sebagainya. Simbol alami bersifat gerakan (harakiyah), seperti: pergerakan daun sebagai tanda arah angin, gerak gelombang sebagai tanda keadaan laut, gerak awan, dan sebagainya, Simbol alami yang bersifat bentuk (syakliyah) seperti: bentuk bulan sebagai tanda perjalanan kalender, warna hijau menunjukkan musim, warna buah sebagai tanda ‘matang, dan sebagainya. Simbol alami yang ber- sifat bau/aroma (raihiyyah), seperti: aroma bunga, bau binatang, dan sebagainya. Simbol alami yang bersifat rasa (dzaugqiyah), seperti: rasa asin pada garam, rasa buah- buahan, rasa manis pada madu, dan lain-lain. Simbol Buatan (Shinaiyah) adalah simbol yang dibuat oleh manusia, misalnya: suara jam, klakson mobil, sirena ambulan (bersifat suara), aroma parfum (bersifat bau), rasa masakan, rasa permen (bersifat rasa), dan sebagainya. Aspek Imitasi dan Aspek Konvesional (Al-Iquniyah/Al- Ishthilahiyah) Simbol Imitasi (Iconic) adalah simbol/isyarat yang bersifat tiruan (muhakat) terhadap benda atau acuan. Misalnya, gambar film, maket bangunan, tarian adat, termasuk juga 30 KATA DAN MAKNA mimpi yang dianggap sebagai simbol yang berasal dari alam bawah sadar. Simbol Konvensional (Istilah) adalah simbol/isyarat yang tidak meniru/tidak sama dengan benda atau sesuatu yang’ menjadi acuan. Misalnya, rambu lalu lintas, huruf hija- iyah, kosakata bahasa, not-not lagu, dan sebagainya. Aspek Sederhana dan Aspek Kompleks (Al-Basithah/Al- Murakkabah) Simbol Sederhana (Basithah) yaitu simbol-simbol yang mudah dipahami, seperti: rambu-rambu lalu lintas, bentuk salam/gerakan penghormatan, salam/gerakan perpisahan, gerakan penolakan, iklan, dan sebagainya. Simbol Kompleks (Murakkab) yaitu simbol yang disusun lebih rumit, sistematis dan rinci, seperti: bahasa manusia yang terdiri dari unsur suara/ashwaat, seperti: ()- G- z ~ dst), unsur kata/mufradaat, seperti: (Gi - a» - WLis— dst), unsur gramatikal/qawaid, seperti kalimat: (ii; 2-1 pls). Pengertian Acuan Acuan/sesuatu/benda yang juga disebut “petanda” (Madlul/Musyar laih) merupakan komponen ketiga yang menjadi bahasan semantik, terutama dalam kaitannya dengan teori ‘segitiga makna’. Acuan adalah sesuatu atau benda yang ditunjuk oleh kata/bahasa dan bertempat di luar kata/bahasa, baik sesuatu tersebut bersifat realistis (hakikat), imajinatif (khayaliyah), maupun ilusi (wahmiyah). Acuan dibedakan 31 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB menjadi dua macam, yaitu: (1) acuan yang berkaitan atau berada di dalam bahasa itu sendiri, dan (2) acuan yang ber- kaitan atau berada di luar bahasa. a. Acuan di dalam bahasa Yaitu, beberapa kosakata atau istilah yang ditujukan ke hal-hal yang berada di dalam bahasa. Misalnya, istilah- istilah seperti: fail (subyek), maf'ul (obyek), isim, jumlah, kalimah, musnad, musnad ilaih, dan sebagainya. Istilah- istilah (simbol) ini mengacu kepada kedudukan atau makna kebahasaan yang berada di dalam bahasa. b. Acuan ke Juar-bahasa Yaitu, acuan/benda/sesuatu yang berada di luar bahasa, baik bersifat riil di alam semesta maupun tidak.Acuan luar bahasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Acuan Inderawi (Sensory/Hissiyah) Yaitu sesuatu di alam semesta yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia, seperti: benda-benda (gunung/J.>, pohon/s,>—+ , matahari/,.s , dsb); sifat-sifat (panjang/J 5b , ,»l/merah, besar/ 5 , dsb); perbuatan (lari/ 5, jalan/.,4, tidur/,b , dsb). 2) Acuan Metafisik/Transendental (Ghaibiyah) Yaitu sesuatu yang bisa dikenal melalui pengetahuan yang berasal dari kitab-kitab agama, seperti: jin, malaikat, iblis, sorga, dan sebagainya. 7 Binatang khalayan; badan singa, kepala dan sayap seperti clang. 32 KATA DAN MAKNA 3) Acuan Ilusi (Wahmiyah) Yaitu sesuatu yang tidak ada wujudnya dalam kenyataan, seperti: -Liic ’, raksasa (J5é), kuntilanak (4), monster, kerajaan laut, dan sebagainya. 4) Acuan Imajinatif (Khayaliyah) Yaitu sesuatu yang tidak ada wujudnya, akan tetapi ia tergambar melalui hal-hal yang ada/wujud dalam realita, seperti: pribadi tokoh yang ada di dalam cerita atau novel, deskripsi tentang perempuan yang tertuang dalam bait-bait syair, pribadi aktor film, drama, dan sebagainya. 5) Acuan Abstrak (Ma’nawiyah) Yaitu sesuatu yang secara fisik tidak ada wujudnya, akan tetapi ia dipahami secara logis, misalnya: sifat jujur/jo—o),, keadilan/Jsalt, kedermawanan/, sii. dan sebagainya. 6) Acuan Mutlak (Absolut/Mujarradah) Yaitu sesuatu yang mutlak berada di luar, tetapi ia tidak terfokus/tertentu pada sesuatu. Dalam ilmu nahwu, acuan mutlak dinamakan Isim Jenis. Misalnya, hewan/ylpa>, manusia/sl_.J, orang laki- laki/Jz, dan sebagainya. Perkembangan acuan dengan munculnya sesuatu/ benda/produk yang baru menjadi bahasan penting dalam leksikologi. Acuan yang baru, jelas membutuhkan nama/ istilah tertentu sebagai penanda. Pemberian istilah untuk 33 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB benda/produk baru, bisa dengan cara menciptakan istilah baru atau dengan cara peminjaman kata dari‘acuan yang pernah ada sebelumnya. Selain itu, para leksikolog perlu mengamati perkembangan acuan/sesuatu yang ada di alam semesta. Sebab, nama yang telah dilekatkan pada sebuah acuan, terkadang juga mengalami pergeseran, perubahan, pengurangan dan penambahan. . Mengatasi hal di atas, kamus-kamus bahasa dituntut untuk selalu direvisi dalam kurun waktu tertentu, sebab jumlah acuan baru semakin hari jelas semakin bertambah banyak dan pemakaian istilah/kata untuk sebuah acuan juga pasti mengalami perkembangan dan perubahan. Kamus yang lengkap, tentunya adalah kamus yang mampu memuat semua kosakata yang mengarah kepada acuan yang ada di alam semesta, baik realistik, imajinatif, maupun ilusi. Namun, kamus lengkap yang ideal semacam ini tidak mudah disusun, atau bahkan mustahil diwujudkan. Pada kamus-kamus bahasa Arab kuno, proses kodifikasi kosakata bahasa dilakukan oleh para pakar bahasa dengan mengamati acuan yang di alam semesta secara langsung, lalu mereka mencari simbol/kata yang dinilai tepat untuk mengungkap makna/tanda yang mereka ketemukan. Setelah itu, mereka menghimpunnya di kamus-kamus bahasa yang sifatnya tematis berdasarkan kelompok-kelompok acuan tertentu. Kamus-kamus semacam ini dikatagorikan sebagai kamus-kamus makna (Ma’‘ajim Al-Ma’na) bukan kamus lafal (Ma‘ajim Al-Fadz). Salah satu kamus makna, misalnya kamus Al-Nakhl yang memuat kumpulan kosakata yang berhubung- 34 KATA DAN MAKNA an dengan jenis-jenis pohon kurma. Hasil observasi terhadap berbagai jenis pohon kurma melahirkan kosakata/penanda yang bermacam-macam hingga kemudian dihimpun dalam tema tertentu. : Melihat urgensi hubungan antara makna, simbol dan acuan yang terangkum dalam teori ‘segitiga makna’ di atas, maka ruang lingkup ilmu leksikologi tidak bisa lepas dari bahasan ilmu semantik. Hasil olah analisis semantik meru- pakan hasil final yang siap dirumuskan atau dicantumkan ke dalam kamus. Kumpulan kosakata yang terdapat di dalam kamus, pada akhimya, akan menentukan pembakuan makna kosakata. Di sinilah letak strategis sebuah kamus sebagai teferensi akhix atau pedoman bagi penutur bahasa yang ingin mengetahui makna kosakata. 4, Makna dan Informasi Dalam berbahasa, antara ‘makna’ (Al-Ma’na) dan ‘informasi’ (Al-Ma‘lum) seringkali dianggap sama. Padahal, keduanya berbeda. Informasi bukan makna, sebab makna menyangkut keseluruhan masalah dalam ujaran (intra- lingual), sedangkan informasi itu hanya menyangkut masalah luar ujaran (ekstra-lingual). Dengan kata lain, makna meliputi semua komponen konsep yang terdapat pada sebuah kata, sedangkan informasi hanya menyangkut komponen konsep dasarnya saja. : Misalnya, kata laki-laki dan jantan. Menurut semantik, kedua kata ini tidak sama maknanya, sebab jika maknanya sama, tentu bisa dipertukarkan secara bebas, Kata laki-laki 35 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB dalam kalimat “Wanita itu melahirkan bayi laki-laki” tidak dapat ditukar dengan kata jantan sehingga menjadi “Wanita itu melahirkan bayi jantan” sebab kalimat kedua ini tidak bisa diterima dalam pertuturan bahasa Indonesia. Apabila kedua kata di atas dianggap sama dan dime- ngerti, maka sesungguhnya yang sama di sini bukanlah makna kedua kata itu, melainkan hanya informasinya saja. Kedua kata itu sama-sama memberi informasi tentang jenis kelamin bayi yang telah dilahirkan wanita itu. Jika komponen konsep makna antara kata laki-laki dan jantan dibandingkan, maka ditemukan komponen-komponen konsep makna yang tidak sama. Komponen kata laki-laki meliputi: (1) jenis kelamin, (2) lawan kata dari perempuan, (3) hanya untuk manusia, (4) halus/sopan. Sedangkan kompo- nen kata jantan meliputi: (1) jenis kelamin, (2) lawan kata dari betina, (3) mengarah kepada sifat, (4) lebih sering digunakan untuk binatang, (5) kurang tepat/sopan. Contoh lain, penggunaan kata ai dan iti, me- nurut semantik, kedua kata ini memang sama artinya. Misalnya, oily dein S3)(anak itu meminta maaf kepada ayah- nya”. Namun, kalimat ini tidak bisa diganti dengan kalimat 03S, satu als!lanak itu meminta ampunan kepada ayahnya”. Sebab, komponen konsep makna dari kata ,,ixi_.y dan jiti uy tidak sama: i Komponen kata ,,iai_., meliputi: (1) permohonan maaf atas kesalahan, (2) permintaan dari pihak bawahan ke atasan, (3) bisa ditujukan kepada Tuhan atau makhluk-Nya. Sedangkan komponen kata jit. (1) lebih khusus untuk per- 36 KATA DAN MAKNA mohonan ampunan dari dosa, (2) permintaan dari bawahan (hamba) kepada atasan, (3) khusus ditujukan kepada Allah. Jadi, letak persamaan kedua kata di atas hanya dalam hal informasi, bukan makna. Perbedaan makna lebih sering di- akibatkan karena perbedaan konteks (situasi), kebiasaan penggunaan kata, dan sebagainya. Dalam leksikologi, analisis terhadap komponen- komponen konsep makna menjadi perhatian serius bagi para penyusun kamus. Mereka harus bisa membedakan antara informasi dan makna. Di samping itu, mereka juga dituntut untuk mampu mengenal atau menguraikan komponen- komponen yang ada dari sebuah kata sebagai ciri-ciri yang melekat pada kata itu, sebelum mereka sampai pada kesim- pulan dalam mendefinisikan sebuah makna. 5. Makna, Informasi, Maksud Selain konsep makna dan konsep informasi, ada konsep maksud (Al-Qashd). Menurut Verhaar, maksud menyangkut segi ‘subyektif’ di pihak si pemakai bahasa, makna menyang- kut segi dalam ujaran, dan informasi menyangkut segi ‘obyektif’ dari apa yang dibicarakan dalam ujuran.® Dalam contoh “Wanita itu melahirkan bayi laki-laki”, bisa mengandung berbagai maksud tergantung pada si penutur kalimat tersebut. Wanita yang mandul atau belum memiliki anak, pengungkapan kalimat tersebut bisa ber- maksud ‘kagum’, ‘salut’, dan sebagainya. Namun, bagi wanita 5 J.WM. Verhaas, Op.Cit, him. 131. 37 LEKSIKOLOGI BAHASA ARAB lain yang mungkin baru saja melahirkan bayi perempuan, kalimat tersebut dapat bermaksud ‘membedakanjenis kelamin bayinya dengan bayi yang dilahirkan wanita itu’, “keinginan memiliki bayi laki-laki’, dan sebagainya. Perhatikan bagan berikut ini. ‘Segi ‘SubyektiP Maksud Di pihak pemakai bahasa ‘Semantik Maksud ‘Semantik Kalimat Makna |_—+ Semantik Gramatikal ‘Semantik Leksikal . Segi Obyektif ‘Luar Semantik; Informasi Dari segi apa yang diujarkan Ekstralingual B. Teori Memahami Makna Dalam linguistik modern, ada beberapa teori yang dipakai untuk memahami makna, antara lain:? 1, Nadzariyah Isyariyah (Teori Referensial) Teori Referensial/Isyariyah adalah teori pertama yang berusaha memahami hakekat makna. Teori ini berpendapat bahwa makna sebuah ungkapan kata/kalimat ialah apa yang dirujuknya atau untuk apa ungkapan dipakai.” Umpamanya, ungkapan “Si Manis”, berarti kucing yang bernama si Manis; » Fatitnah Djajasudarma, Semantik 2 Pemahamen Inu Makna Bandung: Refika Aditama, 1999), him. 1-2. ® Salim Sulaiman Al-Khammas, Op.Cit,, him. 77-97 38 KATA DAN MAKNA “Kucing” adalah jenis kucing atau sifat-sifat yang dipunyai kucing. Menurut teori referensial, sebuah makna tergantung pada sesuatu/acuan yang ditunjukkan oleh kata/kalimat, dan se- suatu itu berada di luar kata/bahasa. Acuan/sesuatu yang berada di luar, jelas tidak terbatas. Karena itu, teori ini berupaya membatasi acuan dengan cara mengklasifikasikan dalam beberapa hal, yaitu: a. Isim Alam; yaitu: acuan berupa benda tunggal yang telah tertentu (mu’‘ayyan) yang berada di luar bahasa. b. Kata Kerja; yaitu: acuan berupa peristiwa (huduts) yang berada di luar bahasa. c. Kata Sifat; yaitu: acuan berupa karakteristik/sifat benda yang berada di luar bahasa. d. Ahwal; yaitu: acuan berupa karakteristik peristiwa yang terjadi di luar bahasa. e. Isim Jenis; yaitu: acuan pada sesuatu yang belum tertentu, seperti: kata pohon, berarti semua pohon yang berada yang diacu dan di luar bahasa. Dalam memahami makna, teori referensial melakukan analisis terhadap acuan, sehingga makna adalah hubungan antara bahasa/kata dengan benda/acuan, sebagaimana teori ‘segitiga makna’ di atas. Kelemahan teori referensial adalah adanya ketidaksamaan antara kata dan acuan. Berikut beberapa kekurangan dari teori referensial, yaitu: 39 ie 2 3. LEKSIKOLOG! BAHASA ARAB Adanya beberapa kata yang tidak memiliki acuan di luar bahasa; yaitu: a. Al-Adavwaat, seperti: »| (sesungguhnya), JJ (semo- ga), oD (tetapi), dan sebagainya. b. Kata-kata yang bermakna kognitif, seperti: g2-a!t (jujur),
  • You might also like